Anda di halaman 1dari 4

GAYA BAHASA HIKAYAT

A. Majas perbandingan
a. Alegori adalah perbandingan suatu keadaan atau peristiwa dengan beberapa kiasan
yang membentuk satu kesatuan.
Contoh : Agama adalah kompas kita dalam mengarungi kehidupan yang penuh badai
dan gelombang.
b. Asosiasi adalah perbandingan terhadap suatu benda,kondisi, atau peristiwa sehingga
muncul gambaran atau asosiasi terhadap keadaan yang sebenarnya.
Contoh : Panglima Nayan ternganga, mulutnya tak ubahnya mulut mangkuk tanah di
depannya.
c. Eufeumisme adalah pengungkapan bahasa secara halus untuk peristiwa-peristiwa
yang tabu atau pantang.
Contoh : Menurut ahli junum, perjodohan anak-anak kita tidak membawa
kebahagiaan (mendatangkan celaka).
d. Hiperbola adalah pengungkapan yang berlebihan atau membesar-besarkan.
Contoh : Semua telah sirna, tidak ubah mimpi indah yang lenyap tanpa bekas tatkala
seseorang terjaga dari tidurnya.
e. Litotes adalah pengungkapan yang berkebalikan dengan keadaan yang sebenarnya
untuk merendahkan diri.
Contoh : Tiada terbilang budi Tuan berdua menghadap diri hamba. Tiada dapat
membayar dengan harta benda, apalah lagi dengan pengkhianatan.
f. Metafora adalah perbandingan langsung suatu benda dengan benda lain yang
memiliki kesamaan sifat.
Contoh: Dialah anak emas saudagar kaya itu.
g. Personifikasi adalah penyifatan benda-benda mati dengan sifat-sifat atau perilaku
manusia.
Contoh: Hanya surat-surat inilah yang menghubungkan kami.
h. Simbolik adalah kiasan yang melukiskan sesuatu dengan simbol atau perlambang.
Contoh: Lintah darat menawarkan uangnya dimana-mana.
i. Simile adalah perbandingan dengan kata-kata pembanding.
Contoh: Kecantikannya bagai emas berkilauan.
j. Sinekdoke pars prototo adalah penyebutan sebagian untuk seluruh.
Contoh: Didatanginya setiap pintu untuk mengharap belas kaasih.
k. Sinekdoke totem proparte adalah penyebutan seluruh untuk sebagian.
Contoh : Negri petukal menang dalam pertempuran itu.
B. Majas sindiran
a. Ironi adalah sindiran dengan menggunakan kebalikan dari keadaan yang sebenarnya.
Contoh: Suaranya merdu sekali sampai-sampai burung istana terbang meninggalkan
sarang saat mendengar suaranya (jelek).
b. Sinisme adalah gaya bahasa sindiraan dengan menggunakan kata-kata sebaliknya
seperti ironi, tetapi kasar.
Contoh : Itukah yang dinamakan bekerja.
C. Majas penegasan
a. Klimaks adalah pengungkapan yang semakin naik atau menghebat.
Contoh: Jangankan sebulan, setahun sewindu pun akan ku tunggu.
b. Antiklimaks adalah pengungkapan yang makin turun atau melemah.
Contoh: membeli pakaian tidak usah mahal-mahal, seharga dua puluh, lima belas,
atau sepuluh ribu pun sudah baik.
c. Repetisi adalah pengulangan kata-kata dalam kalimat untuk mengaskan maksud.
Contoh: Bahagia tidak ditentukan oleh harta, bahagia tidak ditentukan oleh
kedudukan tapi bahagia ditentukan oleh sikap batin manusia.
d. Tautologi adalah penegasan maksud kata-kata yang sama atau senada artinya.
Contoh : Tidak, tidak mungkin ia berbuat sekejam itu.
D. Majas pertentangan
a. Paradoks adalah pengungkapan yang seolah-olah bertentangan.
Contoh : Tutur katanya halus, tetapi menyayat hati.
b. Antitesis adalah majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan
mempergunakan kepaduan kata yang berlawanan arti.
Contoh : cantik atau tidak, kaya atau miskin, bukanlah suatu ukuran nilai seorang
wanita.

PERBEDAAN HIKAYAT DAN CERPEN


No Unsur Hikayat Cerpen
Intrinsik
1. Tema Tema-tema hampir sama, seperti Tema lebih bervariasi dan banyak
perjuangan seseorang pahlawan pilihan, seperti percintaan,
hingga akhirnya menjadi raja atau persahabatan, keluarga, dan
percintaan raja dan permaisurinya. agama.
2. Latar Latar tempat sangat menonjol Latar lebih bervariasi, baik latar
(setting) yaitu istana dan lingkungannya. tempat, waktu, maupun suasana.
3. Tokoh dan Tokoh terbatas raja-raja, ratu, Tokoh yang diciptakan tidak
penokohan permaisuri, atau rakyat jelata yang terbatas. Penokohan dalam teks
digambarkan hidup di lingkungan cerpen lebih realistis. Tokoh baik
istana atau kerajaan. tidak selalu bersifat baik, begitu
Penokohan dalam hikayat bersifat juga sebaliknya. Penggambaran
mutlak. Tokoh baik akan bersifat tokoh juga dinamis.
baik, dari awal cerita hingga akhir
cerita , begitupun yang jahat.
4. Alur Alur yang digunakan biasanya alur Alur maju, mundur, dan campuran
maju. Alur dalam hikayat sangat mungkin digunakan.
menceritakan perjuangan
seseorang melewati lika liku hidup
dengan rintangannya, lalu berhasil
menjadi raja. Namun alur mundur
juga terdapat dalam hikayat.
5. Sudut Sudut pandang yang digunakan Sudut pandang yang biasa
pandang adalah sudut pandang orang ketiga digunakan yaitu sudut pandang
serbatahu. Penggunaan sudut orang ketiga, sudut pendang
pendang orang ketiga juga orang pertama, dan campuran.
disebabkan pada umumnya hikayat
bersifat anonim.
6. Gaya Gaya bahasa yang digunakan Gaya bahasa lebih dinamis dan
bahasa bersifat statis. Gaya bahasa dalam mengikuti perkembangan zaman.
hikayat biasanya menggunakan Majas-majas tidak selalu harus
ungkapan arkais. Majas masih digunakan.
biasa menggunakan secara baku
dan konsisten.
7. Amanat Amanat ditulis secata eksplisit. Amanat tidak selalu ditulis secara
Perbuatan jahat selalu dikalahkan eksplisit, bahkan cenderung
oleh perbuatan baik. implisit.
Dalam teks cerpen perbuatan baik
tidak selalu menang dan
perbuatan jahat selalu kalah.

No Unsur Hikayat Cerpen


ekstrinsi
k
1. Biografi Nama pengarang biasanya tidak Nama pengarang ditampilkan atau
pengarang disebutkan (anonim) disebutkan .
2. Nilai-nilai Nilai agama dan pendidikan yang Nilai lebih beragam, misalnya
paling menonjol sosial, budaya, agama, dan
pendidikan.

MATERI TAMBAHAN TEKS EKSPOSISI


1. Kalimat aktif transitif dan kalimat aktif intransitif (masing-masing 5 contoh kalimat
dengan jabatan katanya (SPO))
2. Pola penalaran paragraf deduktif terbagi dua yaitu silogisme dan entimen
Pola penalaran induktif terbagi lima yaitu generalisasi, klasifikasi, analogi, sebab akibat,
dan perbandingan (masing-masing 1 contoh kalimat)
MENGEMBANGKAN HIKAYAT KE DALAM BENTUK CERPEN

Langkah-langkah:
1. Membuat sinopsis sebuah penggalan hikayat.
2. Mendaftar konflik-konflik antartokoh dalam penggalan hikayat tersebut.
3. Memilih konflik yang menarik (mengesankan) berdasarkan data konflik yang
sudah dirumuskan.
4. Mengembangkan pilihan konflik tersebut menjadi cerita pendek.

Anda mungkin juga menyukai