PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Era globalisasi menuntut kesiapan sumber daya manusia (SDM)untuk
berperan dan berkompetisi dalam dunia kerja. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
yang berperan mencetak sumber daya manusia (SDM) yang siap memasuki dunia
kerja harus pula membenahi diri dengan meningkatkan kerjanya agar menghasilkan
lulusan yang kompeten, tangguh dan mampu beradaptasi dengan lingkungan kerja.
Untuk mempersiapkan lulusan yang demikian diperlukan suatu sistem yang dapat
memperkenalkan siswa pada dunia kerja secara lebih dini, sehingga lulusan
diharapkan telah mempunyai gambaran tentang sistem kerja, situasi dan
kompetisinya.
Oleh karena itu maka pihak sekolah mewajibkan setiap siswa harus mengikuti
proses belajar bukan hanya secara teori di dalam ruang kelas, namun juga secara
praktek di sekolah (Laboraturium) atau di luar sekolah (Industri). Salah satu contoh
adalah Praktek Kerja Industri (Prakerin) yang mengharuskan siswa untuk melakukan
pengalaman bekerja di lapangan sehingga siswa dapat mengembangkan wawasanya
dan menemukan hubungan antara teori yang diperoleh dalam proses belajar di sekolah
dengan kondisi yang ada di dunia kerja.
Praktek Kerja Industri (Prakerin) kali ini, kami memilih untuk ditempatkan di
Kantor Distrik Navigasi Kelas II Kupang dimana terdapat Stasiun Radio Pantai
(SROP) yang digunakan untuk komunikasi maritim.
2
NO NAMA SISWA JK STATUS
PRAKERIN
1 JIBRAEL SIOH L KETUA
2 JEFRIANUS USKONO L ANGGOTA
3 MARLINA O.MOKOLA P ANGGOTA
3
BAB II
GAMBARAN UMUM TEMPAT PRAKTEK
5
C. VISI, MISI, TEMPAT PRATEK
1. Visi
Terwujudnya penyelenggaraan pelayanan perhubungan yang hanndal,
berdayasaing dan memberikan nilai tambah;
2. Misi
-Mempertahankan tingkat jasa pelayanan sarana dan prasarana
perhubungan;
-Melandaskan konsolidasi melalui restrukturisasi dan reformasi di
bidang sarana dan prasarana perhubungan;
-Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa
perhubungan;
-Meningkatkan kualitas pelayanan jasa perhubungan yang handal dan
memberikan nilai tambah;
6
D.STRUKTUR ORGANISASI
7
BAB III
KEGIATAN SELAMA PRAKERIN
8
-Menyusun kwitansi pembayaran
12 Jumat 13 Agustus 2021 -Menyusun nota dinas
-Mengetik nota dinas
9
23 Senin 30 Agustus 2021 -Membersikan area kerja
-Menyusun nota dinas
24 Selasa 31 Agustus 2021 -Mengetik nota dinas
10
39 Selasa 21 September -Mengambil dan mengisi BBM ke
2021 SROP
40 Rabu 22 September 2021 -Melakukan Trafik pada frek 6215
Mhz
41 Kamis 23 September -Membersikan area kerja
2021 -Mengantar nota dinas
42 Jumat 24 September 2021 -Mengantar nota dinas
-Melakukan Trafik pada frek
6215Mhz
43 Senin27 September 2021 -Mengetik nota dinas
-Mengantar nota dinas
44 Selasa28 September 2021 -Mengantar nota dinas
12
Standar peralatan komunikasi maritim yang wajib pada SROP yang diatur
dalam Peraturan Kementerian Perhubungan No.26 tahun 2011 Pasal 13 antara
lain:
1. Pemancar/Transmitter
2. Receiver
Yaitu alat yang digunakan untuk menerima sinyal dari system
transmisi dan menggabungkan ke dalam bentuk tertentu yang dapat
ditangkap oleh tujuan misalnya kapal atau stasiun radio pantai.
3. Repeater
Yaitu alat yang digunakan untuk menerima sinyal dan
mentransmisikan kembali sinyal dengan daya yang lebih tinggi dengan
kata lain menguatkan sinyal.
Pada dasarnya Stasiun Repeater dalam komunikasi maritim tidak wajib
untuk digunakan karena adanya Stasiun Pemancar dan Stasiun Penerima,
komunikasi maritim masih bisa berjalan.
Tujuan adanya Stasiun Repeater adalah untuk membantu menguatkan
sinyal yang diakibatkan oleh terhalangnya daerah LOS antara pemancar
dan penerima oleh pabrik dari PT. Semen Kupang sehingga sinyal yang
dikirim oleh pemancar dapat diterima dengan daya yang sama oleh
penerima.
Dalam komunikasi maritim, peralatan yang digunakan bukan saja
secara analog tetapi dapat juga digunakan secara digital. Sesuai dengan
perkembangan zaman maka untuk berkomunikasi dengan kapal dan
stasiun radio terdekat dapatdilakukan bukan secara komunikasi voice saja
tetapi secara komunikasi data dapat dideteksi secara visual misalnya
dengan menggunakan GPS.
Oleh karena itu selain peralatan diatas, SROP juga mempunyai
peralatan berbasis GPS yang dikenal dengan nama Automatic
Identification System (AIS). Dengan AIS ini bukan saja kita dapat
berkomunikasi tetapi dapat juga mendeteksi kapal-kapal yang berada
13
diperairan pelabuhan. AIS ini dapat menampilkan data posisi, kecepatan,
tujuan, dan lainya yang berhubungan dengan aktivitas sebuah kapal.
4. Antena
Pada antena VHF sifat pemancarnya adalah LOS (Line Of Side)
sehingga pada jarak yang amat jauh antena ini tidak dapat digunakan,
frekuensi kerjanya antara 30 Mhz-300 Mhz.
Dalam komunikasi maritim, peralatan yang digunakan sesuai dengan
standar internasional yang di sepakati bersama. Oleh karena itu di Stasiun
Radio Pantai Kelas II Kupang telah memenuhi standar peralatan yang ada.
Hal ini sangat membantu dalam tugas dan tanggung jawab dari
kenavigasian untuk memantau dan mengawasi traffic dari kapal-kapal di
perairan Nusa Tenggara Timur.
Alur komunikasi Stasiun Pemancar, Repeater, dan penerima perlu
memerhatikan beberapa hal yaitu:
1. Informasi dari kapal (sumber informasi) ditangkap oleh Stasiun
Penerima yang berada di Tenau. Hal ini karena Stasiun Penerima
mempunyai peralatan radio yang dapat menangkap sinyal informasi
dari kapal. Selanjutnya informasi tersebut diolah lalu diteruskan ke
Stasiun Repeater. Hal ini karena Stasiun Penerima tidak dapat
mengirim sinyal informasi secara langsung ke kapal, melainkan harus
diteruskan ke Stasiun Pemancar melalui Stasiun Repeater.
2. Stasiun Repeater bertugas menerima sinyal informasi dari Stasiun
Penerima lalu dikuatkan lagi agar dapat dikirim ke Stasiun di Belo.
3. Stasiun Pemancar menerima sinyal Informasi dari Stasiun Repeater
lalu sinyal tersebut dipancarkan ke tujuan informasi. Stasiun Pemancar
tidak dapat melakukan komunikasi dengan kapal karena peralatan
radio yang tidak berfungsi lagi dan hanya mengandalkan Antena
Pemancar HF, Transmitter, Receiver, yang digunakan untuk menerima
sinyal informasi dari Stasiun Repeater dan komunikasi antar Stasiun.
4. Kapal kemudian menangkap sinyal informasi yang dipancarkan oleh
Stasiun Pemancar.
5. Informasi yang di berikan oleh SROP misalnya cuaca, arus lalu lintas
kapal dan informasi lain yang dibutukan oleh kapal.
14
6. Pemilihan channel oleh operator dapat dilakukan sendiri di Stasiun
Penerima tanpa meminta konfirmasi dari Stasiun Pemancar. Hal ini
karena pemilihan atau pergantian channel melalui sistem remote.
7. Komunikasi antar stasiun dapat dilakukan dengan menggunakan
peralatan Transceiver yang ada disetiap stasiun. Sehingga jika salah
satu stasiun mengalami gangguan maka stasiun lainnya dapat
mengetahuinya.
Very High Frequency atau frekuensi sangat tinggi adalah frekuensi radio
yang berkisar antara 30 MHz ke 300 MHz. Frekuensi langsung dibawah VHF
ditandai frekuensi tinggi (HF) dan frekuensi yang lebih tinggi berikutnya
adalah UHF (Ultra High Frequecy). Alokasi frekuensi ini ditetapkanoleh
Telekommunication Union (ITU).
15
BAB IV
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
antara lain:
1. Dari Praktek Kerja Industri ini, penulis dapat mengetahui berbagai aplikasi
dari teori-teori yang dipelajari di sekolah dengan keadaan di lapangan,
misalnya model dari TX dan RX, model antena dan protokol yang
digunakan dalam telekomunikasi.
2. Penulis dapat mengetahui sejarah dan struktur dari Stasiun Radio Pantai
Klas II Navigasi Kupang, selain itu penulis dapat mengetahui sistem
komunikasi maritim dan istilah yang digunakan dalam komunikasi
maritim.
3. Penulis dapat mengetahui model peralatan yang digunakan dalam
komunikasi maritim serta cara kerja peralatan Transceiver, Repeater, dan
AIS.
4. AIS mempunyai dua antena yaitu antena GPS yang berfungsi untuk
menampilkan posisi kapal secara visual dan antena VHF yang berfungsi
untuk berkomunikasi.
B.SARAN
16
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwi2qMKW3bX0AhWyUGw
GHUpTDq8QFnoECAQQAw&url=http%3A%2F%2Feprints.uny.ac.id
%2F43383%2F1%2F16.%2520skripsi%2520hesti%2520andriani
%2520%252811402244012%2529.pdf&usg=AOvVaw0hiq6UEdvRDxWiR02HlhEr
17
A.foto kegiatan
18