Anda di halaman 1dari 2

Sebelum memasuki pernikahan –masa pacaran– pasangan akan membicarakan bersama

mengelola rumah tangga. Masa berpacaran adalah kesempatan untuk saling terbuka,
mengenal satu sama lain, merancang kehidupan bersama kelak. Ada kesepakatan-
kesepakatan yang dirembuk bersama. Kelak, mereka (suami-istri) yang keduanya bekerja,
mestinya sudah ada kesepakatan tentang keuangan sebelum menikah. Apabila belum
dibicarakan, maka kemungkinan yang terjadi seperti yang Anda alami.
Suami-istri dalam sebuah keluarga seharusnya saling berlomba untuk menyejahterakan
dan membahagiakan. Cinta mestinya diekspresikan dengan perbuatan untuk memberikan
segalanya kepada pasangan hidupnya, bahkan nyawa pun dikurbankan demi cinta. Bukti
yang paling nyata adalah cinta ibu kepada anaknya. Ibu mempertaruhkan nyawa ketika
melahirkan.
Bila suami-istri masih merasa berat untuk memberikan penghasilan kepada pasangannya
demi kehidupan bersama, maka perlu dipertanyakan cintanya bagi pasangan. Dari cerita
Anda, tampaknya Anda dan suami belum ada kesepakatan pengelolaan keuangan sebelum
pernikahan. Maka mulailah sedini mungkin untuk membicarakan bersama hal itu. Jika
tidak, persoalan itu akan selalu muncul dan mengusik keharmonisan keluarga.
Ada beberapa strategi dalam pengelolaan keuangan keluarga. Hal paling pokok saat
berembuk adalah keterbukaan komunikasi dan dilandasi cinta serta kebaikan bersama.
Anda harus berani mengajak suami untuk membahas hal itu. Semua yang kalian lakukan
demi kebahagiaan perjalanan hidup selanjutnya.
Strategi keuangan keluarga yang pertama adalah suami memberikan seluruh
penghasilannya kepada sang istri. Istri harus tahu diri, jangan sampai menggunakan
keuangan keluarga untuk hal-hal yang tidak perlu. Jika abai terhadap hal itu, besar
kemungkinan kepercayaan suami terhadap istrinya hilang.
Strategi kedua adalah seluruh pengeluaran hidup bersama menggunakan penghasilan
suami, sementara pendapatan istri untuk ditabung atau diinvestasikan. Strategi ini mirip
dengan cara pertama. Pola ini biasa digunakan sebagai ekspresi suami untuk menunjukkan
tanggung jawab terhadap keluarga. Namun sang istri saat menggunakan dana yang ada
dalam rekeningnya harus seizin suami, apalagi kalau pengeluaran itu bersifat pribadi.
Strategi ini cukup lekat dengan budaya di sebagian besar wilayah Indonesia, di mana suami
bekerja dan istri di rumah.
Strategi ketiga adalah suami-istri membuka rekening bersama, dan mentransfer
penghasilan masing-masing ke rekening bersama. Seluruh biaya hidup keluarga diambil
dari rekening bersama tersebut. Strategi ini mengubah “kamu” dan “saya” menjadi “kita”,
keluarga adalah satu kesatuan. Suami dan istri berkolaborasi untuk saling
menyejahterahkan dan membahagiakan.
Strategi keempat adalah penghasilan suami maupun istri dipegang masing-masing. Namun
perlu disepakati pengeluaran dalam keluarga, misal pendapatan suami digunakan untuk
pengeluaran rutin seperti angsuran rumah, kendaraan, biaya listrik, dan air. Sementara
penghasilan istri untuk biaya hidup sehari-hari dan sekolah anak.
Strategi apapun yang dipilih, setiap pengeluaran dana sebaiknya diketahui bersama, jangan
sampai salah satu pihak merasa tak diajak bicara atau bahkan dibohongi. Jika itu terjadi
maka kepercayaan bakal luntur. Perlu juga dipertimbangkan suami atau istri yang
mengelola keuangan, sebab tak jarang salah satu pihak amat konsumtif. Selamat mencoba.

Anda mungkin juga menyukai