Anda di halaman 1dari 7

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH KONSEP KEBIDANAN

Nama : Astuti

Prodi : DIII Kebidanan/semester 1

Nim : 201081009

Dosen : Asmaurika Pramuwidya, S.ST.,M.Kes

ESSAY

Patient Safety dalam Kebidanan pada Masa Pandemi Covid-19

A. Pengertian Patient Safety (keselamatan pasien)

Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman,
meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Insiden Keselamatan Pasien yang
selanjutnya disebut Insiden, adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi
yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada
pasien. Keselamatan Pasien bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan fasilitas
pelayanan kesehatan melalui penerapan manajemen risiko dalam seluruh aspek
pelayanan yang disediakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan (PERMENKES no 11
thn 2017 tentang keselamatan pasien).

B. Standar, Tujuh Langkah Menuju dan Sasaran Keselamatan Pasien

Pasal 5 ayat (1) PERMENKES no 11 thn 2017 tentang keselamatan pasien,


Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus menyelenggarakan Keselamatan Pasien.

Ayat (2) Penyelenggaraan Keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dilakukan melalui pembentukan sistem pelayanan yang menerapkan:
a. standar Keselamatan Pasien;

b. sasaran Keselamatan Pasien; dan

c. tujuh langkah menuju Keselamatan Pasien.

Ayat (3) Sistem pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
menjamin pelaksanaan:

a. asuhan pasien lebih aman, melalui upaya yang meliputi asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan risiko pasien;

b. pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, dan tindak
lanjutnya; dan

c. implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah


terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Ayat (4) Standar Keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a meliputi standar:

a. hak pasien;

b. pendidikan bagi pasien dan keluarga;

c. Keselamatan Pasien dalam kesinambungan pelayanan;

d. penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan


peningkatan Keselamatan Pasien;

e. peran kepemimpinan dalam meningkatkan Keselamatan Pasien;

f. pendidikan bagi staf tentang Keselamatan Pasien; dan

g. komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai Keselamatan Pasien.

Ayat (5) Sasaran Keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b meliputi tercapainya hal-hal:

a. mengidentifikasi pasien dengan benar;

b. meningkatkan komunikasi yang efektif;

c. meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai;


d. memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan
pada pasienyang benar;

e. mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan; dan

f. mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh.

Ayat (6) Tujuh langkah menuju Keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) huruf c terdiri atas:

a. membangun kesadaran akan nilai Keselamatan Pasien;

b. memimpin dan mendukung staf;

c. mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko;

d. mengembangkan sistem pelaporan;

e. melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien;

f. belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan Pasien; dan

g. mencegah cedera melalui implementasi sistem Keselamatan Pasien.

C. Panduan Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Dalam


Situasi Pandemi Covid 19

Rekomendasi bagi Petugas Kesehatan terkait Pelayanan Keluarga Berencana (KB)


dalam situasi Pandemi Covid-19

a. Pesan Bagi Masyarakat terkait Pelayanan Keluarga Berencana Pada Situasi


Pandemi Covid-19

1. Tunda kehamilan sampai kondisi pandemi berakhir

2. Akseptor KB sebaiknya tidak datang ke petugas Kesehatan, kecuali yang


mempunyai keluhan, dengan syarat membuat perjanjian terlebih dahulu dengan
petugas Kesehatan.

3. Bagi akseptor IUD/Implan yang sudah habis masa pakainya, jika tidak
memungkinkan untuk datang ke petugas Kesehatan dapat menggunakan kondom yang
dapat diperoleh dengan menghubungi petugas PLKB (Penyuluhan Lapangan Keluarga
Berencana) atau kader melalui telfon. Apabila tidak tersedia bisa menggunakan cara
tradisional (pantang berkala atau senggama terputus).

4. Bagi akseptor Suntik diharapkan datang ke petugas kesehatan sesuai jadwal dengan
membuat perjanjian sebelumnya. Jika tidak memungkinkan, dapat menggunakan
kondom yang dapat diperoleh dengan menghubungi petugas PLKB atau kader melalui
telfon. Apabila tidak tersedia bisa menggunakan cara tradisional (pantang berkala atau
senggama terputus)

5. Bagi akseptor Pil diharapkan dapat menghubungi petugas PLKB atau kader atau
Petugas Kesehatan via telfon untuk mendapatkan Pil KB.

6. Ibu yang sudah melahirkan sebaiknya langsung menggunakan KB Pasca Persalinan


(KBPP)

7. Materi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) serta pelaksanaan konseling


terkait KB dapat diperoleh secara online atau konsultasi via telpon.

b. Keluarga Berencana pada Situasi Pandemi Covid-19

1. Petugas Kesehatan dapat memberikan pelayanan KB dengan syarat menggunakan


APD lengkap sesuai standar dan sudah mendapatkan perjanjian terlebih dahulu dari
klien :

a. Akseptor yang mempunyai keluhan

b. Bagi akseptor IUD/Implan yang sudah habis masa pakainya,

c. Bagi akseptor Suntik yang datang sesuai jadwal.

2. Petugas Kesehatan tetap memberikan pelayanan KBPP (Keluarga Berencana Pasca


Persalinan) sesuai program yaitu dengan mengutamakan metode MKJP (IUD Pasca
Plasenta / MOW)

3. Petugas Kesehatan dapat berkoordinasi dengan PLKB dan Kader untuk minta
bantuan pemberian kondom kepada klien yang membutuhkan yaitu :

a. Bagi akseptor IUD/Implan/suntik yang sudah habis masa pakainya, tetapi tidak bisa
kontrol ke petugas kesehatan
b. Bagi akseptor Suntik yang tidak bisa kontrol kembali ke petugas Kesehatan sesuai
jadwal

4. Petugas Kesehatan dapat berkoordinasi dengan PLKB dan Kader untuk minta
bantuan pemberian Pil KB kepada klien yang membutuhkan yaitu : Bagi akseptor Pil
yang harus mendapatkan sesuai jadwal

5. Pemberian Materi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) serta pelaksanaan


konseling terkait kesehatan reproduksi dan KB dapat dilaksanakan secara online atau
konsultasi via telpon.

c. Hal Yang Perlu Diperhatikan oleh Petugas Kesehatan dalam Pelaksanaan


Pelayanan

1. Mendorong semua PUS untuk menunda kehamilan dengan tetap menggunakan


kontrasepsi di situasi pandemi Covid-19, dengan meningkatkan penyampaian
informasi/KIE ke masyarakat

2. Petugas Kesehatan harus menggunakan APD dengan level yang disesuaikan


dengan pelayanan yang diberikan dan memastikan klien yang datang menggunakan
masker dan membuat perjanjian terlebih dahulu

3. Kader dalam membantu pelayanan juga diharapkan melakukan upaya pencegahan


dengan selalu menggunakan masker dan segara mencuci tangan dengan menggunakan
sabun dan air mengalir atau handsanitizer setelah ketemu klien

4. Berkoordinasi dengan PLKB kecamatan untuk ketersediaan pil dan kondom di


Kader atau PLKB, sebagai alternative pengganti bagi klien yang tidak dapat ketemu
petugas Kesehatan

5. Melakukan koordinasi untuk meningkatkan peran PLKB dan kader dalam


membantu pendistribusian pil KB dan kondom kepada klien yang membutuhkan,
yang tetap berkoordinasi dengan petugas Kesehatan

6. Memudahkan masyarakat untuk untuk mendapatkan akses informasi tentang


pelayanan KB di wilayah kerjanya, misal dengan membuat hotline di Puskemas dan
lain-lain.
D. Tantangan Pelayanan Kebidanan pada Masa Pandemi Covid-19
1. Pengetahuan ibu dan keluarga terkait Covid-19 dan pelayanan kesehatan bagi ibu
dan bayi baru lahir di era pandemi.
2. Belum semua bidan tersosialisasi pedoman pelayanan KIA, KB dan Kespro di era
pandemi.
3. Di era pandemi covid-19, fasilitas kesehatan baik primer/tempat PMB maupun
rujukan harus betul-betul siap dalam pemenuhan APD, sarana prasarana dan
SDM.
4. Keselamatan bidan dan pasien harus dilindungi, diperlukan penyesuaian
pelayanan agar terhindar dari penularan.
5. Akses pelayanan kebidanan diera pandemi covid-19 mengalami perubahan faskes
primer/PMB membatasi pelayanan.
6. Tingginya kasus penderita Covid-19 yang dirawat di RS rujukan berpengaruh
terhadap penanganan pelayanan rujukan maternal dan neonatal.
E. Kendala yang dihadapi Bidan pada Masa Pandemi Covid-19
1. Kesulitan dalam pemenuhan APD dan bahan pencegahan infeksi
2. Kesadaran pasien untuk perlindungan diri dengan menggunakan masker dan
mencuci tangan masih kurang
3. Rasa khawatir bidan ketika terdapat pasien terdampak covid dan tidak jujur
4. Alat Screening Rapid Test Terbatas
5. Ibu takut untuk datang ke klinik PMB, PKM maupun RS
6. Sebagian bidan mengalami penurunan jumlah pasien (ANC, KB dan Imunisasi)
7. Pasien datang masih ada yang tidak memakai masker sehingga bidan harus
menyediakan masker untuk pasien dan pendamping.
Referensi:

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang


Keselamatan Pasien

Panduan Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Dalam


Situasi Pandemi Covid 19, Kementerian Kesehatan RI

Situasi Pelayanan Kebidanan Pada Masa Pandemi Covid-19 dan Memasuki Era
New-Normal oleh Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes (Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan
Bidan Indonesia)

Anda mungkin juga menyukai