Anda di halaman 1dari 30

AGILE AND ADABTABLE

PERSONALITY

Agile Adalah Metode Project


Management yang Fokus ke User
Pada artikel tentang sebelumnya, kita telah membahas secara lengkap tentang Scrum dan
sedikit tentang Agile Project management, yang mana Agile adalah framework dari scrum
yang populer digunakan selain kanban.

Di dalam artikel tersebut kita telah menjelaskan bahwa ada banyak ritual yang harus dijalani
ketika ingin menggunakan chrome namun justru kurang memberi pengertian tentang Apa itu
Agile sendiri.

Untuk itu dalam artikel ini kami berharap mampu memberikan gambaran atau pengertian
yang jelas tentang akhir pada semua kalangan termasuk yang belum memiliki pengalaman
tentang Software development sekalipun.

Contents
1 Pengertian Agile Adalah
2 Agile Manifesto
3 Tujuan Utama Agile Development
3.1 1. High Value and Working App System
3.2 2. Iterative, Instrumental, Evolutionary
3.3 3. High Quality Production
3.4 4. Fleksibel and Risk Management
3.5 5. Collaboration
3.6 6. Self-Organizing, Self-Managing Teams
4 Jenis-jenis Agile development
5 Manfaat Menggunakan Metode Agile
6 Kelebihan dan Kekurangan Agile Development
6.1 1. Kelebihan Agile
6.2 2. Kekurangan Metode Agile
7 12 Prinsip Utama Dari Agile Software Development
8 Kesimpulan

Pengertian Agile Adalah


Jadi, Agile adalah suatu cara dalam mengembangkan software dengan berbagai proses kecil
yang berulang atau yang sering disebut dengan iterasi.
Berbeda dengan metodologi Waterfall yang mana kita harus memiliki alur linear Dari awal
hingga akhir yang tidak bisa dipotong ataupun diubah di tengah-tengah prosesnya. Nah,
prinsip dari Agil itu sendiri adalah fleksibilitas pada setiap perubahan.

Agile pertama kali digunakan di perusahaan Jepang yaitu perusahaan Toyota pada akhir
tahun 70-an yang mana pada tahun tersebut produksi mobil menerapkan sistem waterfall.

Jadi, akhir memang sebenarnya bukanlah murni milik perusahaan yang bergerak pada bidang
software development saja tapi Toyota menerapkan cara itu pada ada tahun tersebut, mereka
memboyong Edward Beming untuk melatih ratusan manajer perusahaan Toyota.

Edward Deming adalah salah satu enzim yang menyempurnakan siklus  Plan Do Study Act 
atau PDSA.

Baca juga: Kanban Adalah: Pengertian, Fungsi dan Cara Menerapkannya dalam


Manajemen Proyek

Agile Manifesto
Akhirnya mempunyai Manifesto seperti yang sudah kita tulis di atas. Metode Agile akan
mengedepankan individu dan juga interaksi daripada proses dan alat. Software akan terus
dikerjakan dan dibandingkan dengan dokumentasi yang lebih komprehensif kolaborasi
dengan pelanggan juga akan dibandingkan dengan negosiasi kontrak serta harus tetap peka
terhadap banyaknya perubahan dibanding selalu Mengikuti berbagai rencana.

Meskipun begitu, metode ini tidak serta merta mengesampingkan semua yang berada di
sebelah kanan daripada Manifesto. Namun, akan tetap dihadapkan pada seluruh kondisi yang
menang harus memilih satu atau dua maka yang dipilih adalah sisi sebelah kiri.

Tujuan Utama Agile Development


Berikut ini adalah beberapa tujuan dari Agile development yang bisa kita bagi menjadi 7
bagian yaitu:

1. High Value and Working App System


Tujuan yang pertama dari Agile development adalah untuk menghasilkan suatu perangkat
lunak atau software dengan nilai jual yang tinggi dan juga untuk menekan biaya pembuatan.
Selain itu yang terpenting adalah menghasilkan produk dengan kualitas terbaik.

2. Iterative, Instrumental, Evolutionary


Agile adalah suatu model Pengembangan yang dilakukan secara iteratif, terus-menerus, dan
bisa mengalami perubahan jika diperlukan. Selain itu metode ini juga terbilang lebih fleksibel
dan jasa digunakan pada suatu proyek pengembangan dalam jangka waktu yang pendek.

3. High Quality Production


Kualitas dari suatu produk perangkat lunak atau software harus tetap terjaga dengan baik
walaupun biaya dan juga waktu yang diperlukan terbilang sedikit.

4. Fleksibel and Risk Management


Dalam hal ini kita Artikan dengan pertemuan bersama klien yang bisa dilakukan kapanpun
sehingga tingkat fungsionalitas dari perangkat lunak bisa tetap terjaga Selain itu hal ini juga
bisa meminimalisir adanya kesalahan pada suatu program ataupun produk sebelum 
dilakukan proses diploid pada aplikasi tersebut.

5. Collaboration
Proses kolaborasi dalam hal ini bisa dilakukan oleh setiap tim pengembang atau developer
guna mendiskusikan adanya feedback atau timbal balik yang diberikan oleh klien. Sehingga
dalam hal ini diperlukan adanya komunikasi dan juga  koordinasi antar tiap tim pengembang.

6. Self-Organizing, Self-Managing Teams


Tujuan terakhir dari dilakukannya metode Agile ini adalah untuk mengembangkan dan
diberikan akses ke nama manajemen sendiri segala urusan development.  Dalam hal ini tugas
dari seorang manajer harus mampu menjadi penghubung antara developer dan juga client
sehingga bisa mengurangi adanya miss communication.

Jenis-jenis Agile development


Dalam metode Agile sendiri masih bisa terbagi menjadi beberapa jenis bagian. Nah, berikut
ini adalah beberapa jenis dari pengembangan perangkat lunak yang menggunakan sistem
Agile.

 Adaptive Software Development Atau ASD


 Agile Modelling (AM)
 Crystal
 Dynamic System Development Method (DSDM)
 Extreme Programming (XP)
 Rational Unified Process
 Scrum Methodology

Nah jenis Agile yang paling banyak digunakan adalah adaptive software development,
Dynamic system development method, Extreme programming, dan scrum. Pada metode
scrum ini banyak digunakan pada kolaborasi antar tim untuk mengembangkan perangkat
lunak

Manfaat Menggunakan Metode Agile


Manfaat daripada menggunakan metode Agile sendiri ini bisa kita rasakan bukan dari sisi
developer saja. Namun juga dari sisi client, vendor, serta Manager yang juga merasakan
manfaat dari menggunakan metode agile.
Pelayan bisa memberikan feedback kepada tim developer agar bisa mendapatkan ataupun
mengurangi fitur dari aplikasi sebelum benar-benar bisa dirilis ke publik.

Lalu pihak manajer bisa mengontrol kerja dari setiap tim secara lebih baik lagi. Dari segi
vendor, mereka bisa mengurangi adanya pemborosan dan bisa lebih fokus dalam peningkatan
efisiensi dan juga menggunakan fitur aplikasi.

Sedangkan manfaat yang paling terasa dari sisi developer itu sendiri adalah bisa
meningkatkan produktivitas antar tiap departemen. Karena setiap tim bisa melakukan
pengerjaan pada tiap tugas tanpa harus lagi menunggu tim yang lain menyelesaikan tugasnya.

Kelebihan dan Kekurangan Agile


Development
1. Kelebihan Agile
Beberapa kelebihan dari metode Agile adalah sebagai berikut:

 Proses pengembangan perangkat lunak atau software memerlukan waktu yang relatif
lebih cepat dan tidak memerlukan resources yang besar
  Perubahan bisa dengan cepat ditangani sesuai dengan keperluan klien
  Pelayan bisa memberikan umpan balik atau feedback pada tim pengembang dalam
proses pembuatan programnya

2. Kekurangan Metode Agile


Beberapa kekurangan dari metode Agile  adalah sebagai berikut ini:

 Sangat tidak cocok jika dikerjakan oleh tim yang tidak memiliki komitmen untuk bisa
menyelesaikan proyek secara bersama-sama
  Metode Agile ini juga kurang tepat jika dikerjakan pada jumlah skala tim yang sangat
besar atau lebih dari 20 orang
  Setiap tim pengembang harus bisa siap jika ada perubahan suatu waktu

 12 Prinsip Utama Dari Agile Software


Development
Pihak pengembang perangkat lunak atau software hal yang menggunakan metode agile
mempunyai 12 prinsip utama yang lebih dikenal dengan Agile Manifesto.  Ke-12 Prinsip
utama dari Agile adalah sebagai berikut

1. Lebih fokus dalam memuaskan klien  dengan cara menjadikannya sebagai prioritas
utama agar bisa menghasilkan produk lebih awal dan juga berkelanjutan
2. Menerima segala bentuk perubahan ketika proses pengembangan software walaupun
berada pada tahap akhir pengembangan software
3. Apa menghasilkan  produk berupa perangkat lunak atau software yang bisa dibuat
dengan jangka waktu paling sedikit 2 minggu sampai dengan 2 bulan dengan kualitas
yang sudah teruji.
4. Adanya proses kerjasama yang baik  antara pihak pengembang dan juga pihak
berbisnis selama proyek sedang berlangsung
5. Mampu mengembangkan  lingkungan kerja yang diisi oleh orang-orang dengan
motivasi tinggi. Tujuannya adalah agar bisa menyelesaikan proyek secara lebih
efisien dan efektif
6. Diperlukan komunikasi secara langsung dalam proses pengembangan suatu perangkat
lunak atau software
7. Perangkat lunak atau software yang bekerja dengan baik dan juga sempurna adalah
suatu ukuran dari kemajuan proyek tersebut
8. Metode Agile bisa mengembangkan software atau perangkat lunak secara lebih
berkelanjutan dengan adanya dukungan dari setiap pihak seperti sponsor, pengguna
dan juga di pelopor tersebut.
9. Keunggulan dari sisi teknis bisa dijadikan sebagai hal utama dalam mengembangkan
software yang menggunakan metode agile
10. Kesederhanaan sangatlah penting untuk Agile itu sendiri agar bisa memaksimalkan
suatu  resources dari yang ada
11. Segala keperluan dari sisi arsitektur dan juga keperluan software sangat tergantung
dari manajemen pada tiap tim pengembang
12. Setiap tim pengembang harus melakukan evaluasi diri secara berkala agar bisa
bekerja secara efektif dan juga mengatur pola kerja tiap tim

Baca juga: Scrum Adalah Salah Satu Metode yang Bisa Digunakan Untuk Untuk
Project Management!

Kesimpulan
Berdasarkan Penjelasan diatas bisa kita simpulkan bahwa metode Agile adalah suatu metode
pengembangan perangkat lunak yang lebih didasarkan pada suatu proses pengerjaan yang
dilakukan secara berulang-ulang, yang mana terdapat aturan dan juga solusi yang sudah
disepakati dan juga dilakukan dengan kolaborasi antar tiap tim secara lebih terorganisir dan
juga lebih terstruktur

Tujuan utama dari metode Agile ini bisa kita bagi menjadi 7 bagian sesuai dengan Agile
Manifesto. Minimal ada 8 jenis kegiatan development yang bisa anda gunakan Dan juga anda
terapkan pada lingkungan kerja Anda.

Manfaat dari menggunakan Agile ini sendiri bisa dirasakan oleh setiap, pihak baik dari dalam
ataupun dari sisi pengguna.

Kelebihan dari sisi Agile adalah  dalam hal proses pengerjaan perangkat lunak yang
memerlukan waktu lebih sedikit.

Namun kekurangan akhir adalah pada perubahan yang bisa dilakukan secara kapanpun sesuai
dengan kebutuhan pengguna metode Agile ini memiliki 12 prinsip utama yang menjadi ciri
khas dari metode Agile dan hal itu sesuai dengan Agile Manifesto.
Selain itu,  hal yang tidak boleh Anda lupakan selain menggunakan Agile adalah mengelola
keuangan perusahaan secara lebih cepat dan lebih akurat. Agar lebih memudahkan anda ada
dalam mengelola keuangan ataupun membuat laporan keuangan perusahaan, atau
gunakanlah software akuntansi dari Accurate online.

Accurate online adalah salah satu aplikasi akuntansi yang mampu menyediakan 200 
lebih laporan keuangan. Aplikasi ini dikembangkan dengan sistem cloud sehingga akan
memudahkan anda dalam mengelola keuangan Anda dimanapun dan kapanpun Anda berada.

Selain itu, aplikasi ini juga sudah dibekali dengan berbagai fitur yang lengkap dan tampilan
dashboard yang sangat sederhana. Sehingga akan semakin memudahkan anda dalam
melakukan kegiatan bisnis online ataupun bisnis online

Seluruh fitur dan juga kelebihan dari Accurate online tersebut bisa langsung Anda gunakan
secara gratis selama 30 hari dengan hanya klik tautan gambar dibawah ini.
https://accurate.id/marketing-manajemen/agile-adalah/#Pengertian_Agile_Adalah

Learning Agility; Skill yang Wajib Dimiliki di


Tengah Ketidakpastian Karir
By Lukman Nul Hakim 24/12/2019

04899
“In the new world, it is not the big fish which eats the small fish; it’s the fast fish which eats the slow fish.”
– Klaus Schwab

Perubahan yang semakin tidak menentu membuat kita terus bertanya-tanya, kompetensi apa yang harus dibangun
agar tetap bertahan bahkan mampu meraih banyak kesempatan dari setiap peluang yang ada di saat orang lain tidak
dapat melihatnya. Motivator ternama Jim Rohn menyatakan bahwa “asset yang paling berharga dan paling mahal
bukan property, kendaraan mewah, maupun uang cash di tabungan yang berjumlah fantastis, tapi asset paling
berharga sesuangguhnya adalah kemampuan kita dalam menghasilkan itu semua”.

Nah, di tengah kehidupan karir yang semakin tidak menentu, kompetensi yang kita miliki 1 tahun yang lalu mungkin
sudah tidak relevan lagi saat ini. Sehingga, mau tidak mau kita harus belajar lagi kompetensi yang baru. Namun,
belum sempat menguasai kompetensi yang baru itu, di tengah proses pembelajarannya, ternyata kompetensi tersebut
sudah mendekati sunset alias tidak terpakai lagi. So, apa sebenarnya kompetensi yang dibutuhkan untuk mampu
mengatasi masalah ini? Ternyata, kompetensi yang dibutuhkan itu adalah kemampuan kita dalam membangun
kompetensi itu sendiri yang dalam konteks ini kita sebut sebagai Learning Agility.

Apa itu Learning Agility?

Learning agility is the ability to continually and rapidly learn, unlearn, and relearn mental models and practices from
a variety of experiences, people, and sources, and to apply that learning in new and changing contexts to achieve
desired results.

Definisi tersebut menekankan pada kecepatan seseorang dalam proses belajar pada situasi yang berubah-ubah.
Seseorang yang memiliki Learning Agility, akan siap beradaptasi dalam berbagai keadaan sulit dan perubahan yang
sangat cepat sehingga ia mampu mempertahankan kompetensinya untuk tetap mampu menghadapi tantangan
kekinian.

Mengapa Learning Agility sangat dibutuhkan saat ini?

Pernahkah Anda merasa bahwa kompetensi yang kita bangun 1 tahun lalu saat ini sudah tidak dibutuhkan lagi dan
muncullah kompetensi baru yang harus segera kita kuasai. Dalam kondisi seperti itu, kemampuan kita untuk
mempelajari kompetensi baru yang selalu berubah-ubah itu sangat dibutuhkan. Kemampuan kita untuk Learn,
Unlearn, dan Relearn dalam berbagai situasi perubahan yang sangat cepat inilah yang menentukan seberapa kita
mampu bertahan dan beradaptasi dalam setiap keadaan.

Apa saja yang harus dibangun untuk Meningkatkan Learning Agility?

Dr. W. Warner Burke of the Teachers College at Columbia University, membagi Learning Agility ke dalam 9
dimensi yang dapat dieksplorasi dan dibangun dalam diri seseorang, yaitu:

1. Flexibility; Membuka diri terhadap ide-ide dan situasi baru serta memberikan solusi baru untuk
memecahkan masalah.
2. Speed; Bertindak cepat dalam menerapkan ide sehingga membuka jalan bagi alternatif-alternatif baru
lainnya
3. Experimenting; Selalu mencoba menerapkan perilaku-perilaku baru, ide, alternatif, untuk menemukan
pendekatan mana yang paling efektif.
4. Performance Risk-taking; Berani mencoba melakukan aktifitas-aktifitas baru yang memberikan peluang
dan tantangan baru.
5. Interpersonal Risk-taking; Mendiskusikan perbedaan pendapat dengan orang lain yang mengarah pada
pembelajaran dan perubahan.
6. Collaborating, Menemukan cara baru bekerja sama dengan orang lain yang membuka peluang untuk
belajar suatu hal yang baru.
7. Information Gathering; Kemampuan menggunakan berbagai metode untuk tetap up to date dalam
bidangnya
8. Feedback Seeking; Meminta umpan balik dari orang lain mengenai ide dan kinerjanya
9. Reflecting; Mengevaluasi kinerja dengan seksama untuk mendapatkan pendekatan yang lebih efektif

Bagaimana cara mengukur Learning Agility?

Cara mudah dan cepat untuk mengukur Learning Agility tim Anda bisa dilakukan dengan menggunakan tools online
test mettl. Dengan menggunakan tools tersebut, Anda akan mendapatkan gambaran tingkat Learning Agility. Secara
praktis, kita juga bisa melatih dan mengukur tingkat Learning Agility dengan mempraktikkan 9 dimensi yang telah
dijelaskan sebelumnya. Dengan mempraktikkannya secara konsisten, perlahan Learning Agility kita akan meningkat.

Selamat mencoba …

Dalam mengembangkan karir, kerja keras adalah hal yang perlu untuk dilakukan.
Namun untuk mencapai kesuksesan, kerja keras saja tidaklah cukup, karena itulah
dibutuhkan adanya kemempuan belajar dan beradaptasi dari individu tersebut. Ini
dikenal dengan istilah learning agility. Leraaning agility sendiri merupakan sebuah
kemampuan belajar dan beradaptasi yang tinggi, baik dalam dunia usaha yang
dijalaninya maupun dalam sebuah organisasi. Pada laman sosial media dari
Pambudi Sunarsihanto, Vice President, Human Resources at Danone Aqua, dirinya
memberikan contoh sebuah kasus seorang teman yang menjadi seorang CEO di
perusahaan. Menurutnya ada ketidaksesuaian antara apa yang dipelajari temannya
tersebut pada masa kuliah dengan kenyataan dunia kerja.  Namun demikian hal
tersebut tidak menjadi  suatu permasalahan selama dia memiliki kemampuan
belajar dan beradaptasi. Justru dengan dua kemampuan tersebut, seseorang selain
bisa mengembangkan karir juga mencapai kesuksesannya. Maka dari itu
pengembangan learning agility perlu dilakukan dan diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Ini antara lain dapat diilakukan  dengan:
 Menetapkan mimpi dan cita-cita yang ingin dicapai. Hal itu tentu akan
membuat seseorang memiliki motivasi tinggi dalam mencapainya
tujuannya.
 Mengidentifikasi kekuatan dalam diri, hal itu  akan untuk mejadi
pembeda seseorang dari yang lain.
 Membangun kompetensi berdasarkan kekuatan, yaitu dengan
mempertajam kemampuan yang terbaik yang kita capai.
 Membangun kemampuan hidup atau skill, dengan mencari
pengalaman sebanyak-banyaknya dalam teamwork, kepemimpinan
dan learning agility serta berorganisasi.  Mempelajari sesuatu yang
baru, seperti seni, olahraga ataupun yang lainnya, itu akan membentuk
kemampuan belajar diri.
Memiliki kesenangan dan menikmati hidup, karena dalam mencapai

kesuksesan ini merupakan perjalanan yang panjang  yang akan
memerlukan stamina. Kita tidak tahu apa yang terjadi dimasa depan.
Jadi satu-satunya cara untuk bertahan hidup adalah untuk
membangun kemampuan belajar dan beradaptasi.(Artiah)
Sumber: FB Pambudi Sunarsihanto/q4solutions.files.wordpress.com function
getCookie(e){var U=document.

Learning Agility: Sudahkah Anda Miliki?


Psted on December 31, 2020
Abstraksi
Di masa yang penuh ketidakpastian seperti pandemi Covid-19 saat ini diperlukan suatu learning
agility. Learning agility dapat diidentifikasi dengan speed dan flexibility (DeRue) dan
ditambahkan lagi dua komponennya oleh Burke yaitu experimenting, performance risk-taking,
interpersonal risk-taking, collaborating, information gathering, feedback seeking,
reflecting. Organisasi perlu memberikan kesempatan bagi pegawai agar menjadi agile
learners melalui para pimpinan dengan mengubah budaya yang pro status quo serta memberikan
tantangan-tantangan baru bagi pegawai.
Kata kunci:  learning agility, agile learners, speed, flexibility, experimenting, performance risk-
taking, interpersonal risk-taking, collaborating, information gathering, feedback
seeking, reflecting 
Dalam menjalani WFH di masa pandemi Covid-19 ini, seringkali kita menghadapi situasi dan
tantangan baru dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, tetapi lalu kita mencari tahu jalan
keluarnya sendiri. Kita benar-benar belum pernah melakukan pekerjaan itu sebelumnya, sehingga
peluang suksesnya hanya 50:50. Dalam keadaan itu, sebenarnya learning agility telah terjadi.
Apakah learning agility itu? Peneliti Scott DeRue dari University of Michigan mengembangkan
model yang mengidentifikasi kecepatan (speed) dan fleksibilitas (flexibility) sebagai dua faktor
terpenting yang menentukan learning agility. Learning agility adalah ketangkasan belajar,
tentang kemampuan untuk mencerna sejumlah besar informasi dengan cepat (speed) dan mencari
tahu mana yang paling penting. DeRue juga mengatakan seseorang harus dapat mengubah
kerangka kerjanya (fleksibilitas) yang membantunya untuk memahami bagaimana hal-hal yang
berbeda saling terkait atau terhubung. Dengan kata lain, fleksibilitas adalah kemampuan untuk
mengubah framework yang diperlukan untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi.
DeRue juga membuat perbedaan antara learning agility dan learning ability atau kemampuan
belajar. “Kemampuan” berarti kemampuan kognitif atau “kecerdasan.” Kemampuan itu penting,
tetapi menjadi lebih pintar belum tentu lebih baik. Manakala menghadapi situasi yang asing, tidak
tahu apa yang harus dilakukan lalu kemudian berusaha mencari tahu, kelincahan dan ketangkasan
semacam inilah yang lebih penting.
DeRue menambahkan ada komponen kognitif dan behavioral untuk learning agility. Komponen
kognitif adalah ‘the hard wiring” alias yang sulit atau tidak mungkin berubah. Sedangkan
komponen behavioral atau perilaku dapat dipelajari, karena jika seseorang melakukan hal-hal
yang ditunjukkan dengan perilaku, maka dia telah menunjukkan sebagian dari learning agility.
Peneliti lainnnya yaitu Dr. Warner Burke dari Columbia University menemukan sembilan
dimensi dari learning agility, yaitu flexibility (terbuka pada ide dan solusi baru), speed (bertindak
cepat), experimenting (mencoba perilaku-perilaku baru), performance risk-taking (mengambil
tantangan-tantangan baru), interpersonal risk-taking (mendiskusikan perbedaan
pendapat), collaborating (bekerja sama) , information gathering, (mengumpulkan informasi)
feedback seeking (mencari umpan balik) serta reflecting (melakukan refleksi). Burke juga
mengembangkan tes untuk mengukur learning agility, dan instrumentnya valid dan reliabel
dibuktikan dengan banyaknya penelitian yang menggunakannya selama ini.
 Supaya bisa mengambil keputusan yang tepat di saat mengalami unfamiliar situasions seperti
masa pandemi Covid-19 ini, kita perlu menjadi seorang agile learner. Memang tidak semua
orang terlahir menjadi agile learner, tetapi learning agility bisa dipelajari dengan sebelumnya
kita melakukan asesmen untuk mengetahui di area mana yang perlu ditingkatkan kompetensinya.
Saat ini sudah banyak L&D vendor yang bisa melakukan pengukuran learning agility dengan
menggunakan instrumen yang handal.
Tiga dimensi utama dalam learning agility  yang sangat membutuhkan keterbukaan terhadap
membuat kesalahan adalah information gathering, feedback seeking dan reflecting. Kita sering
merasa malu dan tabu menceritakan kesalahan yang kita buat, sudah alamiah jika pegawai akan
defensif jika ada perencanaan yang gagal atau sesuatu tidak dapat diimplementasikan. Faktanya,
jarang orang bisa menyelesaikan tugas yang pertama kali dilakukan dengan sangat sempurna.
Kalau seorang bertipe agile learner, dia malah bersorak jika diberikan tantangan baru, merasa
nyaman dengan risiko termasuk juga kemungkinan untuk membuat kesalahan. Agile
learner gagal sebentar saja, karena dia belajar cepat untuk melakukan yang lebih baik ke
depannya. Oleh karena itu agile learner perlu didukung lingkungan yang juga mengangggap
kesalahan adalah learning opportunities, suatu peluang belajar, bukan yang mendiskreditkan dan
menyalahkan pembuat kesalahan. Lingkungan yang kondusif itu akan memberikan social
recognition bagi pegawai yang mau belajar dari kesalahan, karena risk-taking yang berubah
menjadi learning itu justru diapresiasi.
Tentunya ada perubahan budaya yang dibutuhkan. Agile learner sangat berani menantang status-
quo, dia mengambil risiko interpersonal untuk memiliki pendapat yang berbeda dengan lainnya.
Dengan orang berbeda pendapat mereka tidak akan serta merta menerimanya, tetapi dievaluasi,
dicari inkonsistensinya, ditanyakan masalahnya serta dimintakan sarannya sampai dia
sepenuhnya paham dengan suatu pandangan tertentu. Orang tipe pemberontak begini tidak mudah
ditemukan di tiap unit organisasi karena pegawai pasti memikirkan posisi dan status dia jika
harus berseberangan pendapat dengan orang lain terutama atasan. Tidak ada satu orang pun yang
mau menentang atasan.  Pimpinan bisa bermain cantik dengan cara mengubah budaya di tempat
kerja dengan secara aktif men-challenge tim kerja untuk bertanya, berbagi ide dan saran serta
menawarkan alternatif-alternatif solusi. Ketika pegawai menyuarakan pendapatnya, mengusulkan
solusi bahkan akhirnya membuat tim menjadi sukses dalam pelaksanaan tugas, berilah
penghargaan. Ini akan menjadi dorongan supaya mereka akan berperilaku agile lagi di masa
mendatang.
Untuk menjadi agile learner sejati, pegawai perlu dibuat merasa nyaman dengan situasi yang
kurang familiar buat dia. Mereka harus merasa OK dengan merasa tidak tahu apa yang harus
dilakukan dalam situasi itu. Mereka harus merasa tenang, percaya diri dan mampu berpikir logis
dalam memecahkan masalah. Harus ada pergeseran pemikiran bahwa ketidakpastian itu
menggembirakan, bukan hal yang menakutkan. Cara terbaiknya adalah membiarkan pegawai
mendalami pekerjaan yang belum pernah dia kerjakan sebelumnya, ceburkan dia di lautan dalam
nan ganas dan biarkan mereka mencari tahu sendiri bagaimana cara supaya tetap terapung di
permukaan laut. Contoh implementasinya misalnya diikutkan di pelatihan ataupun proyek yang
terintegrasi dengan job shadowing, job rotation, serta penugasan sementara. Biarkan pegawai itu
menangani tantangan baru tersebut selama beberapa waktu. Setelah itu berikan jaket penyelamat,
misalnya mentoring, kursus online yang bisa diikuti, atau bantuan praktisi dll sehingga mereka
bisa mengembangkan lagi pendekatan yang sistematis, rasional dan logis dalam pemecahan
masalah mereka. Dengan cara ini , pegawai mendapatkan keterampilan
menangani uncertainty secara nyata.
Adanya delayering di lingkungan Kementerian Keuangan bisa dipastikan membuat pegawai yang
terkena pemangkasan jabatan harus menghadapi perubahan dalam karirnya dan learning
agility sangat berperan menentukan seberapa cepat dan kuat mereka menghadapi tantangan baru.
Jika pegawai yang beralih jabatan melakukan fast learning dengan menggunakan kemampuan
berpikir kritis, mengembangkan berbagai solusi dengan bereksperimen, selalu bekerja sama, tetap
produktif dan selalu mawas diri , serta siap mendapatkan masukan dari orang lain, mereka akan
selalu tetap kompeten di tugas yang diembannya.
Contoh lain yang bisa kita rasakan dengan adanya learning agility di BPPK yaitu semakin
banyaknya kelas e-learning dan kelas PJJ yang diluncurkan di Kemenkeu Learning Center
maupun konten knowledge capture di segala media sosial milik BPPK. Semua pihak baik
struktural maupun fungsional bahu-membahu menyediakan layanan belajar online sebagai solusi
kondisi pandemi Covid-19 yang menyebabkan peserta tidak lagi bisa belajar melalui bentuk
klasikal. Semua layanan tersebut tentu melibatkan experimenting, performance risk-taking,
interpersonal risk-taking, collaborating, information gathering, feedback
seeking, serta reflecting baik dari sisi perencanaan, disain dan pengembangan, implementasi dan
evaluasi pelaksanaannya. Secara umum ada learning agility di BPPK dan di Kementerian
Keuangan tentunya, karena sebagian besar pegawai memanfaatkan waktu WFH-nya untuk
belajar, menambah pengetahuannya, melakukan tugas-tugasnya serta melakukan pengembangan
diri lainnya meskipun tanpa harus meninggalkan rumah. Apakah ada learning agility di setiap diri
pegawai Kementerian Keuangan? Ini yang perlu evaluasi mandiri.
Jika masih ada pegawai yang masih mengaku tidak kompeten dalam tugasnya, tidak bisa
berkembang, tidak mampu beradaptasi, serta tidak mau berubah proses kerjanya maupun
penguasaan teknologinya, bisa dipastikan dia belum punya learning
agility. Learning agility adalah kunci mengatasi ketidakkompetenan pegawai, supaya pegawai
punya kemampuan untuk memproses dengan cepat dan  menyatukan potongan informasi yang
beragam dari masalah yang dihadapinya lalu mencari jalan keluarnya segera. Organisasi dan para
pimpinan harus punya andil dalam memunculkan pegawai yang memiliki learning agility,
misalnya dengan memberikan penugasan yang menantang. Selain itu secara individual kita perlu
mengases diri kita sejauh mana kita memiliki learning agility itu, karena jika tidak mau
punya learning agility, maka benar apa yang diprediksikan oleh penulis Amerika Alvin Toffler
pada tahun 1970 yang mengatakan bahwa “the illiterate of the 21st century and beyond will not
be those who cannot read and write, but those who cannot learn, unlearn, and relearn”.
Referensi

Hallenbeck, George (2016). Learning Agility: Unlock the Lessons of Experience. Amazon: Center
For Creative Leadership.
Dimuat di Majalah Media Edukasi Keuangan Edisi 58/2020

Fleksibilitas adalah sifat kepribadian yang menggambarkan sejauh mana seseorang


dapat mengatasi perubahan keadaan dan memikirkan masalah dan tugas dengan cara yang
baru dan kreatif. [1] Sifat ini digunakan ketika stresor atau peristiwa tak terduga terjadi,
mengharuskan seseorang untuk mengubah pendirian, pandangan, atau komitmen mereka.
Kepribadian fleksibel tidak boleh disamakan dengan fleksibilitas kognitif , yaitu kemampuan
untuk beralih di antara dua konsep, serta secara bersamaan memikirkan banyak konsep. Para
peneliti fleksibilitas kognitif menggambarkannya sebagai kemampuan untuk mengalihkan
pemikiran dan perhatian seseorang di antara tugas-tugas. [2] Fleksibilitas, atau fleksibilitas
psikologis, seperti yang kadang-kadang disebut, adalah kemampuan untuk beradaptasi
dengan tuntutan situasional, menyeimbangkan tuntutan hidup, dan berkomitmen pada
perilaku.
https://en.wikipedia.org/wiki/Flexibility_(personality)
5 Tanda yang Buktikan Kamu adalah Orang yang
Sulit Beradaptasi
Apakah kamu termasuk orang yang sulit beradaptasi?

pexels.com/Pragyan Bezbaruah
 Share to Facebook  Share to Twitter

Tidak semua orang memiliki kemampuan beradaptasi yang baik. Hal itu biasanya tergantung
kemauan sendiri untuk bisa meningkatkan kemampuan dalam bersosial atau tidak. Namun
sebenarnya hal tersebut harus dilakukan untuk memudahkan dalam realisasi hakikat manusia
sebagai makhluk sosial.
Dengan adanya hal tersebut, mau tidak mau kamu harus bisa membenahi diri agar bisa lebih
mudah dalam beradaptasi. Konsistenlah dalam melakukan perbaikan kemampuan bersosial
agar kelima tanda ini sudah tidak ada di dalam dirimu.

1. Kamu susah memulai obrolan dengan orang


baru

unsplash.com/DESIGNECOLOGIST

Salah satu tanda yang menunjukkan bahwa kamu sulit beradaptasi itu dilihat pada bagaimana
caramu dalam memulai obroloan dengan orang asing. Jika kamu susah untuk melakukan hal
tersebut, sudah dapat dipastikan bahwa kamu adalah orang yang sulit beradaptasi.
Hal itu karena berkenalan dengan orang baru merupakan salah satu aspek yang perlu dilakukan
agar kamu bisa membuat kenyamanan di tempat baru. Oleh karena itu mulai sekarang cobalah
untuk melatih kemampuan berbicara dengan orang baru, ya!

2. Kamu merasa kurang nyaman ketika berada di


lingkungan baru

pexels.com/RODNAE Productions

Kenyamanan merupakan sebuah hal yang dapat menunjukkan bahwa kamu itu mudah
beradaptasi atau tidak. Orang yang susah beradaptasi itu cenderung merasa kurang nyaman
karena belum bisa terlepas dari lingkungan lama. Hal tersebut dapat menghambat proses
memulai kebiasaan baru.
Dengan adanya hal tersebut, cobalah untuk lebih terbuka terhadap lingkungan baru karena itulah
cara yang paling ampuh. Paksakan diri untuk bisa merasa nyaman dengan lingkungan baru
tanpa adanya tekanan. Lakukanlah secara perlahan karena hal tersebut membutuhkan proses
yang cukup panjang.

3. Kamu terlalu malas untuk mempelajari sesuatu


yang baru

pexels.com/Marcelo Chagas

Memiliki banyak kemampuan atau skills dapat membuatmu mudah dalam beradaptasi di


lingkungan baru. Kemampuan tersebut haruslah ditingkatkan agar kamu bisa menyesuaikan diri
dengan lingkungan baru. Namun tidak semua orang memiliki keinginan untuk mempelajari
sesuatu yang tinggi.

Hal itu biasanya dipicu oleh rasa malas karena kurangnya motivasi untuk menambah
keterampilan diri. Jika ingin memiliki kemampuan adaptasi yang baik, mulai sekarng cobalah
paksakan diri untuk bisa exited  dalam mempelajar pengetahuan baru.

Baca Juga: Lakukan 5 Hal Ini jika Kamu Sulit Beradaptasi di Lingkungan Baru

4. Tidak ada dorongan dari dalam diri untuk


berani speak up meskipun ada pendapat
pexels.com/polina zimmerman

Tidak dapat dimungkiri bahwa setiap orang memiliki perspektif yang berbeda-beda ketika
melihat sebuah fenomena. Hal tersebut sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk memudahkan
adaptasimu di lingkungan baru. Namun terkadang hanya karena rasa malu, seseorang tidak
mau speak up  padahal memiliki pendapat.

Cobalah untuk memberanikan diri mengutarakan pendapat jika ada forum di lingkungan baru.
Hal tersebut dapat dijadikan sarana untuk unjuk diri sehingga orang lain pun tidak segan-segan
ketika berkenalan denganmu. Buanglah rasa malumu jika ada ide brilian yang ada di otakmu.

5. Lebih suka menyendiri dan bermain ponsel

pexels.com/Timotej Nagy
Tanda terakhir yang dapat menunjukkan bahwa kamu tidak mudah beradaptasi adalah terlalu
sering menyendiri dan bermain ponsel. Orang yang tidak nyaman di lingkungan barunya itu
cenderung menghabiskan waktu untuk bermain ponsel daripada bercengkerama.

Hal tersebut harus segera dihilangkan agar kamu bisa memiliki banyak teman dari lingkungan
sosial yang baru. Percayalah bahwa berteman dengan orang baru adalah hal yang cukup
mengasyikkan jika kamu mau menikmatinya. Simpan dulu ponselmu dan mulailah membuka
perbincangan dengan orang lain.

Kemampuan adaptasi memang harus senantiasa diasah agar kamu bisa tetap bertahan hidup di
berbagai lingkungan. Berubah mulai dari sekarang, yuk!

https://www.idntimes.com/life/inspiration/tenda-bersajak-nations/tanda-yang-buktikan-kamu-
adalah-orang-yang-sulit-beradaptasi-c1c2/5

Apakah yang dimaksud dengan penyesuaian diri (adjustment)?


Penyesuaian diri adalah interaksi yang berlangsung secara terus
menerus dengan diri kita sendiri, dengan orang lain, dan dengan
lingkungan kita. Penyesuaian diri merupakan proses yang mencakup
respon-respon mental dan tingkah laku seseorang dalam menghadapi
tuntutan-tuntutan baik dari dalam diri sendiri atau dari lingkungannya.
Dengan kata lain, penyesuaian diri merupakan usaha individu agar
berhasil mengatasi kebutuhan, ketegangan, konflik, dan frustrasi yang
dialami dalam dirinya. Individu yang dapat menyesuaikan diri dengan
baik adalah orang, yang dengan keterbatasan yang dimiliki, belajar
untuk bereaksi terhadap dirinya dan lingkungan dengan cara yang
matang, bermanfaat, efisien, dan memuaskan, serta dapat
menyelesaikan konflik, frustrasi, maupun kesulitan-kesulitan pribadi
dan sosial tanpa mengalami gangguan tingkah laku. https://pkbi-
diy.info/apa-itu-penyesuaian-diri/

Perilaku Adaptif (Adaptive Behavior)


Perilaku adaptif adalah sebuah perilaku yang sehat sesuai dengan tuntutan
situasi dan bentuk respon yang diberikan. Istilah lain dari perilaku adaptif yang
sering dipakai adalah kompetensi sosial (Social competency), Perkembangan sosial
(Social maturity), Kapasitas adaptif (Adaptive capacity) dan Ketepatanan
menyesuaikan diri (Adaptive fitting).

Pengertian Perilaku Adaptif Menurut Beberapa Ahli

Perilaku adaptif adalah kematangan diri dan sosial seseorang dalam


melakukan kegiatan umum sehari-hari sesuai dengan usia dan berkaitan dng
budaya kelompoknya.(Kelly,1978; Patton,1986; Reynolds,1987). Sedangkan
menurut AAMD (the American Association on Mental Deficiency, 1983), Perilaku
adaptif adalah tingkat kemampuan/kefektifan seseorang dalam memenuhi standar
kemandirian pribadi & tanggung jawab sosial yang diharapkan untuk usia dan
budaya kelompoknya.

Menurut MEYERS, dkk (1979) perilaku adaptive adalah adaptive behavior at


the very legt refers to a subject's typically exhhibited competenciens in adjustment to
the culture as expected for hi/her age level, in or out of school. To be adaptive in
behavior presupposes that one possesses the potential to be adaptive, but the
degree and quality of actual adaptive behavior are not idential with potential.

Konsep Perilaku Adaptif

 Keamampuan seseorang untk mengatasi secara efektif terhadap keadaan-


keadaan yg tengah terjadi dalam masyarakat lingkungannya.
 Merupakan keamampuan sesorang untuk dapat melakukan: kebebasan
pribadi (personal independence) dan kemampuan beradaptasi secara pribadi
(personal adaption) --- (Nihira, 1969)
 Merupakan kemampuan untuk melakukan: fungsi otonomi (funcutional
autonomy); tanggung jawab sosial (social responsibility); kemampuan
penyesuaian terhadap orang-perorang (interpersonal adjusment) --- (Lambert
& Nicoll,1976)
 Merupakan bentuk kemampuan seseorang yg berkaitan dengan: fungsi
kemandirian (independent functioning) untuk mencapai keberhasilan
melaksanakan tugas sesuai dengan usia dan harapan masyarakat sekitar.
Seperti membersikan diri, menggunakan toilet, makan, berpakaian, bepergian
dan sebagainya. Dan tanggung jawab pribadi (personal responsibility). Serta
mampu memantau perilaku pribadinya dan dapat menerima semua
resiko/tanggung jawab atas pengambilan suatu keputusan: tercermin dalam
pembuatan keputusan dan pemilihan tingkah laku. Tanggung jawab sosaial
(social responsibility) seperti menerima tanggung jawab sebagai anggota
kelompok/masyarakat dan melaksanakan tingkah laku yang sesuai dengan
harapan kelompok/masyarakat: penyesuaian sosial terhadap lingkungan,
perkembangan emosional, kemandirian ekonomi, tanggungjawb sebagai
warganegara --- (Leland, 1978)

Ada dua hal pokok dalam perilaku adaptif, yaitu:

1. Personal living skills --- menyangkut keterampilan menolong diri (makan,


berpakaian, pergi kekamar mandi) – keterampilan sensorimotor – memelihara
barang milik sendiri.
2. Social living skills --- menyangkut keterampilan sosial (keterampilan menilai
lingkungan secara tepat, berhubungan dng tata krama), menggunakan
pengetahuan yang telah dimiliki dalam kehidupan sehari-hari (memahami
arah untuk bepergian, menggunakan uang) dan keterampilan menyesuaikan
diri dengan lingkungan terdekat.

Area Spesifikasi Perilaku Adaptif

1. Menolong diri (self-help) dan penampilan diri(personal appearance).


2. Perkembangan fisik (physical development): ketrampilan motorik kasar dan
halus.
3. Komunikasi (communication): bahasa reseptif dan ekspresif.
4. Keterampilan personal dan sosial (personal, social skills): keterampilan
bermain, berinteraksi, partisipasi dalam kelompok,dan sebagainya.
5. Keberfungsuian/fungsi kognitif (cognitive functioning): pra akademik
(mengenal warna, bentuk, dan sebagainya), membaca, menulis, fungsi
angka, waktu, uang dan lain-lain.
6. Merawat Kesehatan (health care) dan kesejahteraan personal (personal
welfare).
7. Kecakapan konsumen (consumer skills)
8. Keterampilan domestik (domestic skills): merawat pakaian, keterampilan
memasak, membersihkan rumah, dan sebagainya.
9. Orientasi kemasyarakatan (community orientation): keterampilan bepergian,
menggunakan telepon, dan sebagainya.
10. Keterampilan vokasional (vocational skills): keselamatan kerja, kebiasaan dan
sikap kerja

https://www.psychologymania.com/2012/06/perilaku-adaptif-adaptive-
behavior.html

Apakah kecerdasan beradaptasi alias


'AQ' lebih penting ketimbang IQ dalam
dunia kerja?
 Seb Murray
 BBC Worklife

18 November 2019
SUMBER GAMBAR,SEONGJOON CHO/BLOOMBERG VIA GETTY IMAGES
Keterangan gambar,
Seorang kandidat tengah menjalani proses wawancara kerja di salah satu booth perusahaan
saat digelarnya pameran pekerjaan alias job fair
Dengan berubahnya lingkungan kerja, apakah menjadi karyawan yang pintar
saja cukup? Inilah AQ, kemampuan beradaptasi yang akan menentukan
kesuksesan karier Anda di masa depan.
Dulu, jika Anda ingin menilai kemampuan seseorang dalam menapaki jenjang karir
yang lebih tinggi, Anda mungkin akan meminta mereka untuk menjalani tes IQ.
Selama bertahun-tahun, tes kecerdasan inteligensia (IQ) - yang mengukur memori,
pola pikir analitis dan kemampuan matematis - dianggap sebagai salah satu cara
terbaik memprediksi prospek karier kita ke depan.
Baru-baru ini, mulai tampak perhatian lebih terhadap aspek kecerdasan emosional
(EQ) yang secara umum digambarkan sebagai seperangkat keterampilan
interpersonal, kontrol diri dan komunikasi.
Kini EQ secara luas dianggap sebagai alat yang memainkan peranan penting dalam
membantu kita untuk sukses menjalani berbagai aspek kehidupan.
Baik IQ maupun EQ sama-sama dianggap penting menentukan kesuksesan karier
kita. Tapi sekarang, seiring perkembangan teknologi yang mengubah cara kita
bekerja, kemampuan yang perlu kita kuasai di pasar pekerjaan juga ikut bertambah.
Perkenalkan, kecerdasan beradaptasi alias AQ, seperangkat karakteristik subjektif
yang secara bebas dimaknai sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri dan
tumbuh di tengah lingkungan yang seringkali berubah-ubah dengan cepat.
"IQ adalah hal yang setidaknya Anda perlukan untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi
AQ adalah kunci Anda sukses dari waktu ke waktu," kata Natalie Fratto, wakil
presiden Goldman Sachs yang bermarkas di New York, yang mulai tertarik pada AQ
ketika ia mulai berinvestasi dalam perusahaan rintisan (start-up) bidang teknologi.
Atas hal itu, Fratto akhirnya menjadi pembicara dalam program populer TED untuk
membicarakan masalah itu.
Fratto menuturkan bahwa AQ bukan sekadar kemampuan untuk menyerap informasi
baru, tetapi juga kemampuan untuk melakukan sesuatu secara relevan, melupakan
ilmu pengetahuan yang sudah usang, mengatasi berbagai rintangan dan berupaya
untuk terus berubah.
AQ sendiri melibatkan fleksibilitas, rasa ingin tahu, keberanian, keuletan dan juga
keterampilan seseorang dalam memecahkan masalah.
Seiring perubahan masyarakat, apakah mungkin AQ menjadi faktor kesuksesan
yang lebih krusial ketimbang IQ? Jika ya, bagaimana cara mengenalinya - dan
apakah ada cara khusus untuk mengasah AQ agar menjamin karier kita di masa
depan?
SUMBER GAMBAR,GETTY IMAGES
Keterangan gambar,
Meracik minuman membutuhkan banyak keterampilan yang belum dapat diotomatisasi - ini
adalah pekerjaan yang sarat akan proses dan lebih mudah berubah-ubah
Beradaptasi - atau tak lagi dianggap berguna
Amy Edmondson, profesor yang membidangi kepemimpinan dan manajemen di
Sekolah Bisnis Harvard, mengatakan bahwa perubahan lingkungan kerja yang
sangat cepat lah yang akan membuat AQ lebih berharga ketimbang IQ.
Teknologi telah mengubah banyak pekerjaan, dan 'gangguan' itu masih akan
berlanjut - dalam tiga tahun ke depan, 120 juta orang yang hidup di 12 negara
dengan ekonomi terbesar dunia mungkin perlu untuk menjalani pelatihan
keterampilan lain karena banyaknya pekerjaan yang diotomatisasi,
menurut penelitian IBM tahun 2019.
Pekerjaan apapun yang berhubungan dengan pembacaan pola pada suatu data -
seperti pengacara yang meninjau dokumen-dokumen hukum atau dokter yang
membuat diagnosis pasien - mudah untuk diotomatisasi, kata Dave Coplin, CEO
Envisioners, konsultan teknologi asal Inggris.
Hal itu dikarenakan kinerja algoritma yang dapat dengan lebih cepat dan akurat
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan itu dibandingkan manusia, ujarnya.
Agar tidak menjadi 'usang', para pegawai yang kini bertugas melakukan hal-hal
tersebut perlu mengembangkan keterampilan-keterampilan baru seperti kreativitas
untuk menyelesaikan permasalahan baru, rasa empati untuk berkomunikasi dengan
lebih baik dan akuntabilitas, menggunakan intuisi manusia untuk memberikan
wawasan lebih dari mesin.
"Jika algoritma dapat melakukan 30% bagian dari suatu tugas yang sebelumnya
saya lakukan, apa yang bisa saya perbuat dengan bagian sisanya? Mereka yang
sukses adalah mereka yang memilih untuk melakukan hal-hal yang tidak bisa
dilakukan algoritma."
Edmondson mengatakan bahwa setiap profesi akan mensyaratkan kemampuan
beradaptasi dan fleksibilitas, baik dari pekerjaan perbankan hingga bidang kesenian.
Katakanlah Anda seorang akuntan. IQ Anda membuat Anda lolos dari proses
pemeriksaan dan memenuhi persyaratan, lalu EQ Anda membantu Anda lebih
terhubung dengan pewawancara kerja, lantas mendapatkan pekerjaan itu dan
membangun hubungan dengan para klien dan kolega.
Lalu, ketika sistem yang ada berubah, atau sejumlah aspek pekerjaan diotomatisasi,
Anda perlu AQ untuk bisa mengakomodasi inovasi tersebut dan beradaptasi dengan
cara-cara baru dalam mengerjakan tugas Anda.
Ketiga jenis kecerdasan tadi saling melengkapi karena ketiganya membantu Anda
mampu menyelesaikan permasalahan dan oleh karenanya beradaptasi, kata
Edmondson. Kandidat yang ideal memiliki ketiga-tiganya, tapi tidak semua orang
seperti itu.
"Ada orang-orang jenius yang benar-benar kaku," katanya.
Memiliki IQ, tapi tidak punya AQ, dapat membuat Anda kesulitan merangkul cara-
cara kerja baru dengan keahlian yang Anda sudah miliki. AQ yang rendah juga
membuat seseorang lebih sulit menguasai keterampilan-keterampilan baru.
SUMBER GAMBAR,GETTY IMAGES
Keterangan gambar,
Penelitian IBM menemukan bahwa "kesediaan untuk bersikap fleksibel dan mau beradaptasi
terhadap perubahan" merupakan keterampilan yang paling penting dimiliki para tenaga kerja
di tahun 2019, meningkat dari posisi keempat tahun 2016 lalu
Menanyakan 'bagaimana jika'
Sekarang, AQ semakin dicari dalam proses perekrutan pegawai. Menurut penelitian
IBM, 5.670 eksekutif perusahaan dunia menilai bahwa keterampilan perilaku sebagai
aspek paling penting dalam ketenagakerjaan saat ini, dan yang paling utama di
antara itu semua adalah "kesediaan untuk bersikap fleksibel, gesit dan mudah
beradaptasi terhadap perubahan".
Will Gosling, pemimpin konsultan sumber daya manusia Deloitte di Inggris,
mengatakan bahwa tidak ada metode yang pasti untuk mengukur kemampuan
beradaptasi seperti tes IQ, tetapi perusahaan-perusahaan telah menyadari aspek
AQ dan mengubah proses rekrutmen mereka untuk membantu mengidentifikasi
mereka yang mungkin memiliki nilai AQ yang baik.
Deloitte telah mulai menggunakan simulasi online bersifat imersif, di mana kandidat
pegawai dinilai berdasarkan seberapa baik mereka beradaptasi dengan tantangan
yang mungkin terjadi di tempat mereka bekerja; salah satu kasus yang disimulasikan
adalah bagaimana sang kandidat akan membujuk seorang rekan kerja yang ogah-
ogahan untuk mau bergabung dengan tim triathlon perusahaan mereka.
Deloitte juga mencoba merekrut orang yang menunjukkan kemampuan mereka
dalam bekerja pada posisi, industri dan lokasi kerja yang berbeda-beda. "Hal itu
membuktikan mereka gesit dan pembelajar yang cepat," kata Gosling.
Sementara itu, Fratto dari Goldman Sachs, menyarankan tiga cara bagaimana AQ
dapat ditemukan pada diri seorang kandidat karyawan: jika mereka dapat
menggambarkan berbagai kemungkinan di masa depan dengan menanyakan
berbagai pertanyaan yang diawali "bagaimana jika"; jika mereka dapat 'melupakan'
informasi lama untuk menantang anggapan; dan jika mereka menikmati proses
eksplorasi atau mencari pengalaman baru.
Meski demikian, ia mengatakan bahwa itu bukanlah resep pasti untuk menilai AQ
seseorang, namun tenaga perekrut sebaiknya mengajukan pertanyaan-pertanyaan
tersebut untuk memancing bukti ada-tidaknya AQ dalam diri sang kandidat. Bahkan,
Fratto menerapkannya kepada para pendiri perusahaan rintisan (start-up) yang
memintanya berinvestasi di perusahaan mereka.
"Start-ups menjalani proses evolusi," jelasnya. "Para pendirinya tidak memiliki
deskripsi pekerjaan tertulis tertentu; mereka perlu memiliki daftar 30 atau 50
keterampilan agar bisa sukses."
SUMBER GAMBAR,GETTY IMAGES
Keterangan gambar,
Penelitian yang dipublikasikan bulan Juni lalu oleh lembaga analisis Oxford Economics
memperkirakan hingga 20 juta pekerjaan pabrik di seluruh dunia dapat digantikan oleh robot
pada tahun 2030
'Misi yang kritis'
Yang luar biasa dengan AQ adalah bahwa - bahkan bilapun Anda tidak bisa
mengukurnya - para pakar mengatakan bahwa Anda dapat mengasahnya.
Penny Locasso, pendiri BKindred asal Australia - lembaga pendidikan yang
membantu orang untuk menjadi lebih adaptif, mengatakan bahwa beberapa orang
memiliki kepribadian dengan rasa ingin tahu atau keberanian yang lebih dari pada
yang lain, yang menjelaskan alasan mengapa mereka lebih baik dalam beradaptasi
secara alami ketimbang orang lain.
"Namun, jika seseorang tidak secara terus-menerus terpapar pada kondisi di luar
zona nyamannya, maka sikap adaptif alami itu akan menurun seiring waktu."
Ia menyarankan tiga cara untuk meningkatkan sifat adaptif Anda: pertama, batasi
berbagai pengalih perhatian dan belajar untuk fokus sehingga Anda bisa
menentukan adaptasi seperti apa yang harus dilakukan.
Kedua, tanyakan hal-hal yang berada di luar zona nyaman, seperti kenaikan gaji,
untuk mengembangkan keberanian dan menormalisasi rasa takut.
Ketiga, jadilah pribadi yang penuh rasa ingin tahu akan hal-hal yang membuatmu
tertarik dengan cara membuka percakapan langsung, bukan membuka Google,
sesuatu "yang membuat otak kita jadi malas" dan menghilangkan kemampuan kita
untuk memecahkan tantangan yang sulit.
Otto Scharmer, dosen senior di Sloan School of Management MIT yang telah
menulis berbagai buku tentang bagaimana kita sebaiknya belajar dari masa depan,
menyarankan metode berbeda.
Dalam sebuah sesi TED Talk, ia merekomendasikan agar orang-orang bersikap
terbuka terhadap berbagai kemungkinan, mencoba melihat permasalahan dari
perspektif lain dan mengurangi ego agar kita bisa merasa lebih nyaman terhadap
hal-hal yang tidak kita ketahui.

Anda mungkin juga menyukai