Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu hal yang diperhatikan dalam pembangunan nasional di Indonesia adalah di

bidang ekonomi. Pada era otonomi daerah saat ini, mewujudkan pembangunan nasional pada

bidang ekonomi tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat tetapi juga pemerintah

daerah. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah

mempunyai kewenangan yang luas dalam membangun potensi daerahnya. Diperlukan berbagai

upaya yang lebih inovatif dan kreatif oleh pemerintah daerah dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat daerahnya.

Konsep pemberdayaan masyarakat sendiri mendapatkan penekanan yang

lebih khusus. Terutama pada model intervensi pengembangan masyarakat.

Sebagai suatu konsep pemberdayaan masyarakat mempunyai berbagai definisi.

suatu pemberdayaan (empowerment), pada intinya, ditujukan guna membantu

klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan

yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek

hambatan pribadi dan social dalam melakukan tindakan (Adi, 2013). Hal ini yang

menjadi kunci untuk membantu meningkatkan pendapatan masyarakat dalam

mengelola usaha kecil yakni melalui pemberdayaan.

Pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat dikatakan berhasil apabila telah

mencapai tujuan dan focus yang menjadi perhatian utamanya. Untuk mengetahui

fokus dan tujuan pemberdayaan ekonomi masyarakat secara operasional, maka

perlu diketahui indikator-indikator keberhasilannya. Sehingga ketika sebuah

program pemberdayaan ekonomi masyarakat dijalankan, segenap upaya dapat

dikonsentrasikan pada aspek-aspek apa saja dari sasaran perubahan (misalnya

keluarga miskin) yang perlu dioptimalkan. Keberhasilan suatu pemberdayaan


bukan hanya dilihat dari segi fisik maupun ekonomi, melainkan dari segi

psikologis dan sosial seperti:

a. Memiliki sumber pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan dirinya

sendiri serta keluarga, misalnya mampu membeli beras, minyak goreng,

gas memasak, bumbu, shampoo, sabun, dan lain sebagainnya.

b. Mampu mengemukan pendapat di dalam keluarga maupun masyarakat

umum, misalnya mengemukakan pendapat terkait renovasi rumah,

pembelian hewan ternak, dan lain sebagainya.

c. Memiliki mbilitas yang cukup luas dengan pergi ke luar rumah atau luar

wilayah tempat tinggalnya seperti itu di bioskop, pasar, fasilitas medis,

rumah ibadah, dan lainnya.

d. Mampu berpastisipasi dalam kehidupan sosial, misal kampanye atau aksi-

aksi sosial lainnya.

e. Mampu membuat keputusan dan menentukan pilihan-pilihan hidupnya.


3

Faktor pendukung dalam pelaksanaan pemberdayaan UKM adalah

pertama, adanya struktur yang terintegrasi. Hal tersebut sesuai yang

dikemukakan oleh Tambunan (2002) yang menyatakan peranan pemerintah

daerah pada tingkat provinsi maupun distrik salah satunya adalah

implementasi, elaborasi, dan koordinasi dari kebijaksanaa KUKM

pemerintah pusat. Kedua, pemanfaatan teknologi e-business. Adanya

teknologi e-business dimanfaatkan untuk mengolah data informasi terkait

UKM yang ada di Kota Raha. Pemanfaatan e-business tersebut sesuai

dengan pendapat Kartasasmita yang dikutip oleh Nasirin dan Alamsyah

(2010) strategi pemberdayaan dengan menciptakan suasana iklim yang

memungkinkan potensi masyarakat berkembang, setiap masyarakat memiliki

potensi untuk dikembangkan.

Faktor penghambat dari pelaksanaan pemberdayaan terhadap UKM

adalah pertama, keterbatasan sumber daya manusia. Kedua, kesulitan

permodalan UKM. Sulitnya prosedur yang harus dilalui dan persyaratan yang

diajukan oleh lembaga keuangan kepada UKM dalam meminjam modal

adalah masalah yang sering dihadapi oleh UKM koa Raha.Ketiga,

Permasalahan teknis UKM. Permasalahan teknis yang dihadapi oleh UKM

adalah seputar proses produksi, teknik pemasaran, promosi produk.

Permasalahan teknis tersebut pada umumnya kurang diperhatikan oleh pelaku

UKM sehingga menjadi faktor penghambat.

B. Rumusan Masalah
4

Berdasarkan uraian yang telah penulis ungkapkan di latar belakang,

maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana

Peran Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Muna dalam

meningkatkan pemberdayaan usaha kecil dan menengah masyarakat di Desa

Bangkali?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana Peran Dinas

Perindustrian dan PerdaganganKabupaten Muna dalam meningkatkan

pemberdayaan usaha kecil dan menengah masyarakat di Desa Bangkali.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapatkan dari penelitian iniyaitu :

A. Manfaat teoritis penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan

dan memperkaya teori mengenai Peran Dinas Perindustrian dan

PerdaganganKabupaten Muna dalam meningkatkan pemberdayaan usaha

kecil dan menengah masyarakat di Kecamatan Bangkali.

B. Manfaat praktis penelitian ini sebagai bahan pertimbangan pemda

Kabupaten Muna terhadap pelaku usaha kecil dan menengah.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dinas Perindustrian dan Perdagangan

1. Pengertian Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Dinas Perindustrian dan Perdagangan merupakan unsur pelaksana

urusan pemerintahan bidang perindustrian dan bidang perdagangan yang

menjadi kewenangan daerah. Sebagai salah satu pilar penggerak ekonomi

kerakyatan harus mendapatkan pembinaan secara khusus serta bertahap

agar terus berkembang industri kecil menengah mampu berperan secara

efektif dan efisiendalam mengatasi kemiskinan dan penggaguran sehingga

mampu berkontribusi besar pada perekonomian nasional

Menurut Nasirin (2014), Dinas Perindustrian dan Perdagangan

merupakan unsur pelaksana pemerintahan yang menjadi kewenangan

daerah di bidang perdagangan dan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenagan daerah perindustriantugas pembantuan.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan adalah unsur pelaksana

otonomi daerah dipimpin oleh seorang kepala Dinas yang berada di bawah

dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah(Kasiram,

1983).
6

2. Peran Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Peran Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG)

sebagai salah satu pendorong industri kecil menengah untuk lebih maju

dan berkembang. Bidang perindustrian bertugas menjalankan kegiatan

yang berkaitan dengan sektor industri, sedangkan bidang perdagangan

menjalankan kegiatan yang berkaitan dengan sektor perdagangan baik

perdagangan dalama negeri maupun perdagangan luar negeri. Disperindag

dalam kehidupan sebagaimana kita ketahui sebagai penyerap tenaga kerja,

penghasil barang dengan tingkat harga terjangkau bagi kebutuhan

masyarakat dan penghasil devisa negara yang potensial.

3. Kedudukan dan fungsi Dinas Perindustrian dan Perdagangan

a. Kedudukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Berdasarkan

Keputusan Walikota Raha No.21 Tahun 2008 tentang Pedoman

Uraian Tugas Dinas Perdagangan dan Perindustrian kota Raha.

Berikut ini adalah kedudukan Disperindag:

1. Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Raha merupakan

unsur pelaksana pemerintah daerah di bidangPerdagangan dan

Perindustrian.

2. DinasPerindustrian dan Perdagangankota Raha dipimpin oleh

seorang kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung

jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

b. Fungsi Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Raha


7

Dalam menyelenggarakan tata usaha dinas, menyelenggarakan

pembinaan dan bimbingan untuk mengembangkan pengusaha

industri, mengembangkan pembinaan perdagangan luar negeri dan

dalam negeri, melakukan pengawasan terhadap badan usaha milik

daerah, serta perlindugan terhadap konsumen DISPERINDAG

mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Peyelenggaraan Kesekretariatan Dinas

2. Penyusunan rencana program, pengendalian evaluasi

pelaporan

3. Penyelenggaraan bimbingan terhadap perindustrian

4. Pembinaan dan Pengembangan pengusaha industri

menengah, besar, kecil dan pengendalian pencemaran

5. Penyelenggaraan perlindungan terhadap konsumen

6. Penyelenggaraan sosialisasi

7. Pembinaan jabatan fungsional

B. Pemberdayaan

1. Pengertian

Istilah pemberdayaan berasal dari kata daya yang berarti kekuatan

atau kemampuan.Pemberdayaan adalah suatu upaya meningkatkan

kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh suatu masyarakat sehingga

mereka dapat mengaktualisasikan jati diri, hasrat, dan martabatnya secara


8

maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara mandiri.

(Direktorat Jendral Pendidikan Islam :2009).

Menurut (Ginanjar Kartasasmita :1997) pemberdayaan itu suatu

upaya untuk membangun daya dengan cara mendorong, memotivasi, dan

membangkitkan kesadaran akan potensi yang akan dimilikinya serta

berupaya untuk mengembangkan dengan memperkuat potensi yang

dimiliki oleh masyarakat.

Menurut Mc. Ardle sebagaimana yang dikutip Harry Hikmat

(2010) mengartikan pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputusan

oleh orang yang secara konsekuen melaksanakan keputusan tersebut.

Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakn melalui

kemandiriannya, bahkan merupakan “keharusan” untuk lebih

diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan,

keterampilan dan sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan mereka

tanpa bergantung pada pertolongan eksternal. Namun demikian, Mc Ardle

mengimplikasikan hal tersebut bukan untuk mencapai tujuan, melainkan

makna pentingnya proses dalam pengambilan keputusan.

2. Proses Peberdayaan

Upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari sisi

keberadaanya sebagai suatu program ataupun sebagai suatu proses.

Pemberdayaan sebagai suatu proses dapat dilihat dari tahapan-tahapan

kegiatan guna mencapai suatu tujuan yang biasanya telah ditentukan


9

jangka waktunya. Namun, ada pula yang melihat peberdayaan sebagai

suatu proses. Sebagai suatu proses pemberdayaan merupakan proses yang

berkesinambungan sepanjang hidup seseorang (on going process).

Menurut Hogan, proses pemberdayaan individu sebagai suatu proses yang

realtive terus berjalan sepanjang usia manusia yang diperoleh dari

pengalaman individu tersebut dan bukannya suatu proses yang berhenti

pada suatu masa jasa (empowering is not an end state, but a process that all

human experience).

Hogan menggambarkan proses pemberdayaan yang

berkesinambungan sebagai suatu sikluas yang terdiri dari lima tahapan

utama yaitu:

1. Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan (recall

depowering/empowering experience)

2. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan

penidakberdayaaan (discuss reasons for depowerment/empowerment)

3. Mengidentifikasikan suatu masalah ataupun proyek (identify one

problem or project)

4. Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna untuk melakukan

perubahan (identify useful power bases)

5. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplementaiskannya

(develop and implement action plans)

Dalam melaksanakan pemberdayaan terhadap masyarakat ini,

tentunyya tidak terlepas dari pelan pelaku pemberdayaan, baik oleh


10

pemerintah maupun nonpemerintah. Pelaku pemberdayaan ini nantinya

yang akan bekerja sebagai community worker ataupun enabler.

Jadi dalam hal ini, proses pemberdayaan di tujukan guna

memperoleh daya untuk menumbuhkan kemandirian melalui sumberdaya

yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhannya dengan

merumuskan suatu proram yang di dahulukan pelaksanaannya untuk

membangun dan membentuk masyarakat yang mandiri.

3. Strategi Pemberdayaan

Dalam melakukan pemberdayaan terhadap. UKM khususnya

pengrajin perak maka diperlukanya adanya strategi dalam pemberdayaan.

Menurut Tambunan (2000, h.81) strategi yang konsisten terhadap

pemberdayaan usaha industri kecil, antara lain :

a. Menciptakan iklam investasi dan usaha yang kondusif melalui

pemeliharaan stabilitas ekonomi makro

b. Peningkatan integrasi yang kuat, baik antar sesama usaha industri

kecil maupun antar usaha menenah besar melalui kebijakan

bussines alliancie

c. Penguatan isi permintaan melalui kebijakan redistribusi

pendapatan, penguatan modal, penguatan sumber daya manusia

termasuk peningkatan entepreneurship dan kemampuan

penguasaan tekhnologi.
11

4. Tahapan pemberdayaan

Pemberdayaan seabagai suatu proses, tentunya dilaksanakan

seeecara bertahap, dan tidak bisa dilaksanakan secara instan. Adapun

tahapan pemberdayaab menurut Ambar Teguh Sulistyaniyan dikutip oleh

Aziz Muslim dalam buku yang berjudul Dasar-Dasar pengembangan

masyarakat, bahwa tahap-tahap yang harus dilalui dalam pemberdayaan

diantarannya adalah.

Pertama, tahap penyadaran dan pembentukan perilaku. Perlu

membentuk kesadaran menuju perilaku sadr dan peduli sehingga merasa

membutuhukan peningkatan kapasitas diri. Dalam tahapan ini pihak yang

menjadi sasaran pemberdayaan harus disadarkan mengenai perlu adanya

perubahan untuk merubah keadaan agar dapat sejahtera. Sentuhan

penyadaraan akan lebih membuka keinginan dan kesadaran akan tentang

kondisinya saat itu, dan demikian akan dapat merangsang kesadaran akan

perlunya memperbaiki kondisi untuk menciptakan masa depan yan lebih

baik. Sehingga dengan adanya penyadaran ini dapat mengunggah pihak

yang menjadi sasaran pemberdayaan dalam merubah perilaku.

Kedua, tahap trasformasi pengetahuan dan kecakapan

keterampilan, dalam hal ini perlu adanya pembelajaran mengenai berbagai

pengetahuan, dan kecakapan keterampilan untuk mendukung kegiatan

pemberdayaan yang dilaksanakan. Dengan adanya pengetahuan, dan

kecakapan keterampilan maka sasaran dari pemberdayaan akan memiliki

pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan yang menjadi nilai tambahan


12

dari potensi yang dimiliki. Sehingga pada nantinya pemberdayaan dapat

berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Ketiga, tahap peningkatan kemampuan intelektual dan kecakapan

keterampilan. Dalam tahapan peningkatan kemampuan intelektual dan

kecakapan keterampilan ini sasaran pemberdayaan diarahkan untuk lebih

mengembangkan kemampuan yang dimiliki, meningkatkan kemampuan

dan kecakapan keterampilan yang pada nantinya akan mengarahkanpada

kemandirian.

Secara keseluruhan bahwa menurut Ambar Teguh Sulistyani

menyatakan tahapan pemberdayaan dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu

penyadaran, transformasi pengetahuan dan kecakapan, sedangkan yang

paling akhir adalah tahap peningkatan kemampuan intelektual dan

kecakapan keterampilan.

C. Usaha Kecil dan Menengah

a. Pengertian Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Usaha kecil menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008

tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) adalah usaha

ekonomi produktifyang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang

perorangan atau badan usaha yangbukan merupakan anak perusahaan atau

bukan cabang perusahaan yang dimiliki,dikuasai atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dari usahamenengah atau usaha besar

yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimanadimaksud dalam undang-


13

undang ini.Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah suatu bentuk usaha

yang dilihat dariskalanya usaha rumah tangga dan usaha kecil hanya

mempunyai jumlah pegawai antara 1- 19 orang. Sementara usaha

menengah mempunyai pegawai antar 20-99 orang (BPS, 2004).

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu bidang

yang memberikan kontribusi yang segnifikan dalam memacu pertumbuhan

ekonomi Indonesia.Hal ini dikarenakan daya serap UKM terhadap tenaga

kerja yang sangat besar dan dekat dengan rakyat kecil. Statistik pekerja

Indonesia menunjukan bahwa 99,5 % tenaga kerja Indonesia bekerja di

bidang UKM (Kurniawan, 2008). Hal ini sepenuhnya disadari oleh

pemerintah, sehingga UKM termasuk dalam salah satu fokus program

pembangunan yang direncanakan oleh pemerintah Indonesia.Kebijakan

pemerintah terhadap UKM dituangkan dalam sejumlah Undang-undang

dan peraturan pemerintah.

Pengertian industri kecil di indonesia pada umumnya

memilikibanyakpengertian. Berbagai lembaga pemerintah menggunakan

definisi industri kecil yang berbeda-beda. Definisi yang paling sering

digunakan adalah definisi dari BJS (Badan Pusat Statistik) yang

menggunakan jumlah pakerja sebagai kriteria untuk membedakan antara

berbagai kategori industri. Menurut definisi BPS, suatu industri dapat

diolongkan sebagai industri kecil diukur dengan menggunakan ukuran

jumlah tenaga kerja yaitu sebanyak 5-19 orang.


14

Ukuran ini sama dengan kriteria dari John Naibitt yang dikutip oleh

Jusuf irianto (1996), menyebutkan bahwa suatu industri dikatakan kecil

apabila karyawannya berjumlah dibawah 20 orang. Sedangkan untuk

industri rumah tangga, BPS menetapkan jumlah pekerjanya tidak lebih dari

5 orang.

Menurut UU No.9/1995 tentang usaha kecil adalah pertama,

memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta, tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha. Kedua, memiliki hasil penjualan tahunan

paling banyak Rp 1 Milyar. Ketiga, milik Warga Negara Indonesia.

Keempat, berdiri sendiri bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berfiliasi baik langsung maupun

tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar. Kelima,

berbentuk badan usaha orang perseorangan, tidak berbadan hukum, atau

berbadan hukum, termasuk koperasi.

Industri kecil adalah badan usaha yang menjalankan proses

produksi untuk menghasilkan barang dan jasa dalam skala kecil. Apabila

dilihat dari sifat dan bentuknya, maka industri kecil bercirikan:

a. Berbasis pada sumber daya lokal sehingga dapat memanfaatkan potensi

secara meksimal dan memperkuat kemandirian.

b. Dimiliki dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal sehingga mampu

mengembangakan sumber daya manusia.


15

c. Menerapkan teknologi lokal (indiVenous technology) sehingga dapat

dilaksanakan dan dikembangakan oleh tenaga local.

d. Tersebar dalam jumlah yang banyak sehingga merupakan alat pemerataan

pembangunan yan efektif (Haeruman, 2000).

b. Peluang Pengembangan Usaha Kecil Menengah

Penegembangan Usaha Kecil dan Menengah beberapa keunggulan

komparatif terhadap usaha besar. Keunggulan tersebut antara lain: Dilihat

dari sisi permodelan, pengembangan usaha kecil memerlukan modal usaha

yang relatif kecil dibanding usaha besar. Disamping itu juga teknologi

yang digunakan tidak perlu teknologi yang tinggi, sehingga pendiriannya

relatif mudah dibandingkan dengan usaha besar.

Motivasi usaha kecil akan lebih besar, mengingat hidup matinya

tergantung kepada usaha satu-satunya. Seseorang dengan survival

motivetinggi tentu akan lebih berhasil dibandingkan seseorang yang

motivasinya tidak setinggi itu.

Usaha kecil memiliki kemampuan yang tinggi untuk menyesuaikan

dengan pola permintaan pasar, bahkan sanggup melayani selera

perorangan. Berbeda dengan usaha besar yang umumnya menghasilkan

produk masa (produk standar), perusahaan kecil produknya bervariasi

sehingga akan mudah menyesuaikan terhadap keinginan konsumen.

Disamping itu juga mempunyai kemampuan untuk melayani permintaan


16

yang spesifik yang bila diproduksi oleh perusahaan skala besar tidak

efesien (tidak menguntungkan).

Dalam rangka memperkuat perekonomian nasional di masa

mendatang. UKM harus dapat melakukan antisipasi secara tepat terhadap

globalisasi ekonomi, karena dalam kondisi tersebut ekonomi Indonesia

akan semakin terintegrasi kedalam system ekonomi global yang ditandai

oelh kamauan kuat untuk mengurangi berbagai bentuk proteksi serta

mendorong proses deregulasi dan debirokratisasi menuju system ekonomi

yang terbuka dan lebih berorientasi pada mekanisme pasar. Stategi

pengembangan UKM adalah

a. Kemitraan Usaha

Hubungan kerja sama usaha di antara berbagai pihak yangsinergis, bersifat

sukarela, dan berdasarkan prinsip saling membutuhkan, saling

mendukung, dan saling menguntungkan dengan disertai pembinaan dan

pengembangan UKM oleh usaha besar.

Dalam praktek bisnis Internasional saat ini, kemitraan usaha merupakan

salah satu strategi bisnis perusahaan terutama bagi perusahaan besar yang

tidak lagi mengandalkan pada strategi internalisasi aktivitas usaha melalu

akusisi dan marger dalam rangka integrasi vertical dan horizontal.

Kemitraan usaha merupakan suatu cara untuk mengurangi risiko usaha,

meningkatkan efesiensi dan daya saing usaha.

b. Permodalan UKM
17

Pada umumnya permodalan UKM masih lemah, hal ini turut menentukan

keberhasilan strategi pembinaan dan pengembangan di bidang

permodalan, termasuk bagaimana pemerintah dan masyarakat

melaksanakan konsep permodalan untuk membantu UKM yang dimaksud.

c. Modal Ventura

Modal ventura adalah dana yang diinvestasikan pada perusahaan atau

individu yang memiliki risiko tinggi. Menurut Keppres No. 61 Tahun

1998, perusahaan modal venture adalah badan usaha yang melakukan

usaha pengembangan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu

perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan untuk jangka waktu

tertentu.

Pengembangan untuk perusahaan modal venture berbeda dengan bank

yang memberikan pembiayaan dalam bentuk pinjaman atau kredit. Usaha

modal venture memberikan pembiayaan dengan cara iktu melakukan

penyertaan modal langsung ke dalam perusahaan yang dibiayai.

Perusahaan yang dibiayai disebut perusahaan pasangan usaha atau investee

company, dan pemodal yangmembiayai disebut investement company atau

venture capitalist.

c. Permasalahan dan Penghambat UKM

UKM menjadi pusat perhatian karena tingkatperekonomian dan

pengetahuan yang “kurang maju” dalam berbisnis. UKM menghadapi

kendala-kendala dalam mempertahankan atau mengembangkan usaha

(bisni), antara lain kurang pengetahuan pengelolaan usaha, kurang modal,


18

dan lemah di bidan pemasaran. Kondisi pasar yang dihadapi UKM adalah

persaingan monopolistik di samping itu merupakan fakta yang perlu

diperhatikan. Untuk mengatasinya UKM harus merencanakan strategi

bisnis yang tepat.

Sebagai pelaku ekonomi UKM masih menghadapi kendala

struktual kondisional secara internal, seperti struktur permodalan yang

relatif lemah dan jua dalam menagkses ke sumber-sumber permodalan

yang sering kali terbentur masalah kegunaan sebagai salah satu syarat

perolehan kredit.

Keterampilan teknis rendah dan teknologi produksi sederhana.

Rendahnya keterampilan teknis dari para pekerja berakibat pada sulitnya

standarisasi produk. Begitu juga penggunaan teknologi produksi yang

sederhana mengakibatkan mutu produk yang dihasilkan bervariasi. Kalau

hal ini terjadi, maka produk yang dikirim kemungkinan akan di klaim oleh

konsumen. Hal ini akan sangat merugikan, apalagi jika produk ditolak oleh

konsumen luar negeri.

Peningkatan kemampuan kewirausahaan. Kemampuan

kewirausahaan merupakan suatu hal yang harus dimiliki oleh seorang

pengusaha, dimana seorang pengusaha harus mampu mengambil

keputusan, mendelegasikan wewenang secara jelas, mengambil risiko yang

moderat, memotivasi karyawan, menjalin kerjasama dengan bebagai pihak,

dan sifat kewirausahaan lainnya.


19

D. Penelitian Terdahulu

1. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasidan UKM berperan dalam

mempromosikan produk Industri Kecil Menengah dengan cara

mengadakan pameran dan mengikutkan IKM di beberapa pameran di

berbagai Daerah. Tujuan promosi yang dilakukan oleh Disperindag&

UKMdalam mempromosikan produk IKM yaitu mengenalkan produk

ke masyarakat luas, demi meningkatkan volume penjualan produk

IKM, agar banyak terjalin kerjasama antara IKM dengan

konsumen.Kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan produk

IKM adalah Pelatihan dan Pameran. Salah satu Pameran yang pernah

dilakukan adalah Pameran Halo Industri Sultra 2019.

2. Bauran promosi yang dilakukan oleh Disperindagk &UKM adalah

berupa Periklanan yaitu bentuk iklan itu sendiri seperti media massa,

Radio, Surat kabar, Website. Publisitas yaitu bentuk promosi ini

melalui website dan Personal Selling yang juga merupakan suatu

bentuk promosi yang dilakukan secara langsung oleh calon pembeli

dan penjual dengan tujuan menimbulkan proses pembelian bentuk

personal selling yang dilakukan di Disperindag& UKM adalah dengan

pameran. Serta Promosi Penjualan yaitubentuk dari bauran promosi

ini adalah pameran karena media pameran bisa merangsang

terjadinya penjualan secara langsung oleh para pengunjung stand-

stand pameran yang bersangkutan.

3. Pradana dkk (2014) Peran Dinas Perindustrian dan Perdagangan


20

Dalam Pemberdayaan Pengrajin Kerajinan Perak Sebagai Produk

Unggulan Daerah dapat diwujudkan melalui Peningkatan Kemampuan

Finansial dilakukan dengan cara memberikan bantuan lunak kepada

pengrajin kerajinan perak melalui lembaga keuangan melalui Program

KUR (Kredit Usaha Rakyat). Mengembangkan pemasaran dengan

Meningkatkan Akses Usaha Kecil Kepada Pasar dilakukan dengan

mengikutsertakan pengrajin dalam even-even pameran dan

memberikan pelatihan pengembangan website agar produk tersebut

dikenal dengan bekerjasama dengan UPN. Pengembangan Sumber

Daya Manusia dilakukan dengan cara mengadakan workshop dan

bimbingan manajemen usaha dan pembukuan. Pemberian Pengaturan

dan Pengendalian Usaha dilakukan denganPeningkatan Kemudahan

Dalam Layanan Perijinan dengan memberikan kemudahan dalam

pengurusan ijin mendirikan usaha sampai merekamenerima surat

izin dan legalisasiusaha. Penguatan Kelembagaan dilakukandengan

membentuk KUB Majapahit Jewelry. Keberdayaaan UKM yang

dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten

Mojokerto antara lain yaitu, Peningkatan Pendapatan Masyarakat

Pengrajin, Pemasaran Hasil Usaha Jumlah Tenaga Kerja yang

Terserap. Faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam

pemberdayaan pengrajin kerajinan perak Dalam hal ini ada dua faktor

yang berperan yakni, faktor pendukung tenaga kerja yang cukup

banyak masih belum banyak pesaing yang memiliki usaha yang sama
21

faktor penghambat mahalnya harga bahan baku rendahnya kualitas

sumber daya manusia terbatasnya modal.

E. Kerangka Pimikiran

DISPERINDAG
- Bina manusia
- Bina lingkungan
- Bina usaha

PEMBERDAYAAN

Usaha Kecil Usaha Menengah

Mengetahui Peran
Disperindag dalam
menangani dan
mengembangkan Usaha
Kecil dan Menengah di Desa
22

BAB III

MOTEDE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di DesaBangkaliKabupaten Muna Provinsi

Sulawesi Tenggara. Penelitian ini adalah analisis Peran Dinas

Perdagangan Dan Perindustrian Kabupaten Muna dalam memberdayakan

usaha kecil dan menegah di Desa Bangkali.

B. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil informan sebanyak 5 orang

terdiri dari beberapa pemilik Usaha Kecil. Karena di Desa Bangkali

tersebut terdapat 34 Tempat yang disediakan untuk menjual, namun yang

masih aktif hanya 5 tempat saja.

C. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif yaknisuatu

penelitian yang bertujuan memberikan gambaran atau penjelasan tentang

Peran Disperindag Dalam Memberdayakan Usaha Kecil Dan Menengah

Di Kecamatan Bangkali. Metode penelitian kualitatif sebagai metode

penelitian Ilmu-Ilmu Sosial yang mengumpulkan dan menganalisa data

berupa kata-kata (lisan maupun tulisan) dan perbuatan-perbuatan

manusia serta peneliti tidakberusaha menghitung atau

mengkuantifikasikan data kualitatif yang telah diperoleh dengan

demikian tidak menganalisis angka-angka. Namun menggunakan


23

metode ini perlu mengumpulkan dan menganalisis angka-angka jika

diperlukan tetapi, angka-angka tersebut tidaklah data utama

dalampenelitian.

b. Sumber Data

1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh

peneliti dari tempatpenelitian.

2. Data sekunder adalah merupakan data penunjang yang

berkaitan dengan penelitian yang di peroleh dari

berbagaisumber.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi yaitu pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan

langsung pada objek yang diteliti tujuan adalah untuk mengetahui

keadaan sesungguhnya dilapangan.

2. Wawancara yaitu cara mengumpulkan data dengan mengajukan

pertanyaan langsung kepada responden dalam hal ini kepada pemilik

dan karyawan.

3. Dokementasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara mencari

bukti-bukti dari sumber manusia terkait dengan objek yang diteliti,

berupa tulisan, gambar, atau karya-karya dari seseorang yang

berhubungan dengan Peran DisperindagDalam Memberdayakan

Usaha Kecil Dan Menengah di Desa Bangkali.


24

E. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul melalui observasi dan

wawancara langsung dalam penelitian ini selanjutnya dianalisa

secara kualitatif, yaitu dengan menguraikan dan menjelaskan

hasil-hasil penelitian dalam bentuk kata-kata lisan maupun

tertulis, pengolahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan

dengan cara mengklasifikasi atau mengkategorikan data

berdasarkan beberapa tema sesuai fokus penelian. Data yang

diperoleh dari proses pengumpulan data merupakan data yang

mentah. Data tersebut tidak akan berguna apabila tidak

dianalisis untuk memberi arti atau makna pada data tersebut

guna dalam memecahkan masalah penelitian. Proses mencari

dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dokumentasi dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan

kedalam unit-unit, melakukan sinetesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari dan

membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri

maupun oleh oranglain.


25

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, f,. Eti, F., 2010. Keanekaragaman fungsi Ektomikoriza di Rizosfer

Tanaman Meranti (shorea sp) di Sumatra Barat. Bios pectrum.

Ambar Teguh Sulistyani 2004, kemitraan dan model-model Pemberdayaan

Yogyakarta.

Direktorat Jendral Pendidikan Islam Dapartemen Agama RI 2006, undang-undang

dan peraturan pemerintah RI tentang Pendidikan, Jakarta: Depag RI.

Ginanjar Kartasasmita (1997) Pemberdayaan Masyarakat: konsep pemnagunan

yang berakar pada masyarakat yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Gorys keraf, (1997:213) Manfaat Dinas Perundistrian dan Perdagangan

(Disperindag)

Haeruman, H 200, “Peningkatan Daya Saing UMKM untuk mendukung program

PEL” Makalah Seminar Daya Saing, Jakarta: Graha Sucofindo.

Hafsah, Muhammad jaffar. (2013) Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan

Menengah. Infokop, Nomor 25 Tahun XXX: 40 44.

Hikmat, Harry (2010) Strategi Pemberdayaan Masyarakat Bandung Humaniora

Utama Press.

Kasiram, Moh., ilmu jiwa perkembangan, surabaya: Usaha Nasional, 1983

Nasirin, Chairun dan Alamsyah. (2010) Pemberdayaan Masyarakat dalam

Perspektif Good Governance. Malang: Indo Press.

Pradana, Domai, Suwondo (2014) Peran Dinas Perindustrian Dan Perdagangan

Dalam Pemberdayaan Pengrajin Kerajinan Perak Sebagai Produk


26

Unggulan Daerah (Studi pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kabupaten Mojokerto) Malang Universitas Brawijaya.

Siagian, Sondang. (2012) Administrasi Pembangunan Konsep, Dimensi, dan

Strateginya. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumaryadi oleh Zaili Rusli, dkk, Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui

Program Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam (UED-SP), Jurnal

Kebijakan Publik, Vol. 3 No. 2, (Pekanbaru: Universitas Riau, 2012).,

Tambunan, Tulus T.H. (2002) Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia: Bebrapa

Isu Penting. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai