Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu hal yang diperhatikan dalam pembangunan nasional di Indonesia

adalah di bidang ekonomi. Pada era otonomi daerah saat ini, mewujudkan pembangunan

nasional pada bidang ekonomi tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat

tetapi juga pemerintah daerah. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan yang luas dalam

membangun potensi daerahnya. Diperlukan berbagai upaya yang lebih inovatif dan

kreatif oleh pemerintah daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat

daerahnya.

Konsep pemberdayaan masyarakat sendiri mendapatkan penekanan yang lebih

khusus. Terutama pada model intervensi pengembangan masyarakat. Sebagai suatu

konsep pemberdayaan masyarakat mempunyai berbagai definisi. suatu pemberdayaan

(empowerment), pada intinya, ditujukan guna membantu klien memperoleh daya untuk

mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait

dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan social dalam

melakukan tindakan (Adi, 2013). Hal ini yangmenjadi kunci untuk membantu

meningkatkan pendapatan masyarakat dalam mengelola usaha kecil yakni melalui

pemberdayaan.

Pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat dikatakan berhasil apabila telah

mencapai tujuan dan focus yang menjadi perhatian utamanya. Untuk mengetahui fokus

dan tujuan pemberdayaan ekonomi masyarakat secara operasional, maka perlu diketahui
2

indikator-indikator keberhasilannya. Sehingga ketika sebuah program pemberdayaan

ekonomi masyarakat dijalankan, segenap upaya dapat dikonsentrasikan pada aspek-

aspek apa saja dari sasaran perubahan (misalnya keluarga miskin) yang perlu

dioptimalkan. Keberhasilan suatu pemberdayaan bukan hanya dilihat dari segi fisik

maupun ekonomi, melainkan dari segi psikologis dan sosial seperti:

a. Memiliki sumber pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan dirinya sendiri serta

keluarga, misalnya mampu membeli beras, minyak goreng, gas memasak, bumbu,

shampoo, sabun, dan lain sebagainnya.

b. Mampu mengemukan pendapat di dalam keluarga maupun masyarakat umum,

misalnya mengemukakan pendapat terkait renovasi rumah, pembelian hewan ternak,

dan lain sebagainya.

c. Memiliki mbilitas yang cukup luas dengan pergi ke luar rumah atau luar wilayah

tempat tinggalnya seperti itu di bioskop, pasar, fasilitas medis, rumah ibadah, dan

lainnya.

d. Mampu berpastisipasi dalam kehidupan sosial, misal kampanye atau aksi-aksi sosial

lainnya.

e. Mampu membuat keputusan dan menentukan pilihan-pilihan hidupnya.

Menurut Widayati (2012) menyatakan bahwa salah satu alasan dilakukan oleh

UKM dalam pemberdayaan masyarakat adalah menjadi concern publik dan dinilai

sebagai salah satu pendekatan yang sesuai dalam mengatasi masalah social terutama

kemiskinan yang dilaksanakan berbagai elemen mulai dari pemerintah dunia usaha dan

msayarakat melalui masyarakat sipil.


3

Desa Bangkali terletak diperbatasan Kota Raha sehingga strategis bagi

masyarakatnya untuk melakukan kegiatan usaha mandiri. Jumlah usaha yang ada di

Desa Bangkali berdasarkan data yang ada dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan

adalah sebanyak 34 Badan Usaha. Jenis usaha yang ada diantarannya adalah industri

mebel dan furniture dari kayu, bengkel, penjahit dan tenuna. Banyak masyarakat di

Desa Bangkali melakukan kegiatan perkebunan, hasil perkebunan yang sering diolah

adalah pohon Nira yang hasil pokoknya berupa Aren yang kemudian secara tradisional

adalah menjadi Alkohol. Alkohol ini dijual sebagai obat dikalangan mesyarakat Desa

Bangkali. Seiring berjalannya waktu, industry pengolahan Nira semakin berkembang

sehingga pemerintah Kabupaten Muna membangun pabrik Alkohol di Desa Bangkali

pada Tahun 2007 oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Muna. Hingga

sekarang pabrik dimanfaatkan untuk memproduksi Alkohol sebagai bahan pembuatan

Handsanitizer.

Faktor pendukung dalam pelaksanaan pemberdayaan UKM adalah pertama,

adanya struktur yang terintegrasi. Hal tersebut sesuai yang dikemukakan oleh

Tambunan (2012) yang menyatakan peranan pemerintah daerah pada tingkat provinsi

maupun distrik salah satunya adalah implementasi, elaborasi, dan koordinasi dari

kebijaksanaa KUKM pemerintah pusat. Kedua, pemanfaatan teknologi e-business.

Adanya teknologi e-business dimanfaatkan untuk mengolah data informasi terkait UKM

yang ada di Desa Bangkali. Pemanfaatan e-business tersebut sesuai dengan pendapat

Kartasasmita yang dikutip oleh Nasirin dan Alamsyah (2010) strategi pemberdayaan

dengan menciptakan suasana iklim yang memungkinkan potensi masyarakat

berkembang, setiap masyarakat memiliki potensi untuk dikembangkan. Dalam hal ini,
4

pemanfaatan teknologi e-businesss merupakan upaya dari Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Desa Bangkali dalam mengembangkan potensi dari UKM. Dalam e-

business, UKM dapat mempromosikan produk-produknya dan tentu saja hal itu peluang

bagi UKM agar produk-roduknya lebih dikenal oleh masyarakat luas yang tentu saja

akan berdampak pada meningkatnya omset penjualan. Mengembangkan jaringan

kerjasama dengan Dinas terkait seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Dinas

Perindustrian dan Perdagangan memberikan bantuan narasumber pada pelatihan-

pelatihan yang diadakan.

Faktor penghambat dari pelaksanaan pemberdayaan terhadap UKM adalah

pertama, keterbatasan sumber daya manusia. Kedua, kesulitan permodalan UKM.

Sulitnya prosedur yang harus dilalui dan persyaratan yang diajukan oleh lembaga

keuangan kepada UKM dalam meminjam modal adalah masalah yang sering dihadapi

oleh UKM koa Raha. Ketiga, Permasalahan teknis UKM. Permasalahan teknis yang

dihadapi oleh UKM adalah seputar proses produksi, teknik pemasaran, promosi produk.

Permasalahan teknis tersebut pada umumnya kurang diperhatikan oleh pelaku UKM

sehingga menjadi faktor penghambat.

Namun, keberadaan dari UKM ini bukan berarti tanpa masalah. Menurut data

yang dihimpun oleh Bidang Industri pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan pada

Desa Bangkali, permasalahan UKM berkaitan dengan permodalan, pemasaran,

pengelolaan yang kurang professional. Hal tersebut dikarenakan terbatasnya

pengetahuan yang dimiliki pelaku UKM. Olehnya, dilakukan penelitian mengenai Dinas

Perindustrian dan Perdagangan dalam Memberdayakan Usaha Kecil dan Menengah di

Desa Bangkali untuk dapat meningkatkan perkembangan usaha kecil dan menengah.
5

Peran Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) sebagai salah

satu pendorong industri kecil menengah untuk lebih maju dan berkembang. Bidang

perindustrian bertugas menjalankan kegiatan yang berkaitan dengan sektor industri,

sedangkan bidang perdagangan menjalankan kegiatan yang berkaitan dengan sektor

perdagangan baik perdagangan dalama negeri maupun perdagangan luar negeri.

Disperindag dalam kehidupan sebagaimana kita ketahui sebagai penyerap tenaga kerja,

penghasil barang dengan tingkat harga terjangkau bagi kebutuhan masyarakat dan

penghasil devisa negara yang potensial.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah penulis ungkapkan di latar belakang, maka yang

menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana Peran Dinas

Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Muna dalam meningkatkan pemberdayaan

usaha kecil dan menengah masyarakat di Desa Bangkali?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana Peran Dinas

Perindustrian dan PerdaganganKabupaten Muna dalam meningkatkan pemberdayaan

usaha kecil dan menengah masyarakat di Desa Bangkali.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapatkan dari penelitian iniyaitu :

1. Manfaat teoritis penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan

dan memperkaya teori mengenai Peran Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Muna dalam meningkatkan pemberdayaan

usaha kecil dan menengah masyarakat di Kecamatan Bangkali.


6

2. Manfaat praktis penelitian ini sebagai bahan pertimbangan pemda

Kabupaten Muna terhadap pelaku usaha kecil dan menengah.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Konsep pemberdayaan

a. Pengertian pemberdayaan

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal

dari kata “kata power” (kekuasaan atau keberdayaan). Karenannya, ide utama

pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan sering kali

dikaitkan dengan kemampuan kita membuat orang lain melakukan apa yang kita

inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial tradisional menekankan

bahwa kekuasaan sebagai sesuatu yang tidak berubah atau tidak dapat di rubah.

Kekuasaan sesungguhnya tidak terbatas pada pengertian di atas. Kekuasaan tidak

tervakum dan terisolasi. Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya

kelompok rentah dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan.

Istilah pemberdayaan berasal dari kata daya yang berarti kekuatan atau

kemampuan.Pemberdayaan adalah suatu upaya meningkatkan kemampuan dan potensi

yang dimiliki oleh suatu masyarakat sehingga mereka dapat mengaktualisasikan jati

diri, hasrat, dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri

secara mandiri. (Direktorat Jendral Pendidikan Islam :2010).

Menurut (Ginanjar Kartasasmita :2010) pemberdayaan itu suatu upaya untuk

membangun daya dengan cara mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran

akan potensi yang akan dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkan dengan

memperkuat potensi yang dimiliki oleh masyarakat.


8

Menurut Mc. Ardle sebagaimana yang dikutip Harry Hikmat (2010)

mengartikan pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang yang

secara konsekuen melaksanakan keputusan tersebut. Orang-orang yang telah mencapai

tujuan kolektif diberdayakn melalui kemandiriannya, bahkan merupakan “keharusan”

untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan,

keterampilan dan sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan mereka tanpa

bergantung pada pertolongan eksternal. Namun demikian, Mc Ardle mengimplikasikan

hal tersebut bukan untuk mencapai tujuan, melainkan makna pentingnya proses dalam

pengambilan keputusan.

b. Proses Peberdayaan

Upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari sisi keberadaanya sebagai

suatu program ataupun sebagai suatu proses. Pemberdayaan sebagai suatu proses dapat

dilihat dari tahapan-tahapan kegiatan guna mencapai suatu tujuan yang biasanya telah

ditentukan jangka waktunya. Namun, ada pula yang melihat peberdayaan sebagai suatu

proses. Sebagai suatu proses pemberdayaan merupakan proses yang berkesinambungan

sepanjang hidup seseorang (on going process). Menurut Hogan, proses pemberdayaan

individu sebagai suatu proses yang realtive terus berjalan sepanjang usia manusia yang

diperoleh dari pengalaman individu tersebut dan bukannya suatu proses yang berhenti

pada suatu masa jasa (empowering is not an end state, but a process that all human

experience).

Hogan menggambarkan proses pemberdayaan yang berkesinambungan sebagai

suatu sikluas yang terdiri dari lima tahapan utama yaitu:


9

1. Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan (recall

depowering/empowering experience)

2. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan

penidakberdayaaan (discuss reasons for depowerment/empowerment)

3. Mengidentifikasikan suatu masalah ataupun proyek (identify one problem or

project)

4. Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna untuk melakukan perubahan

(identify useful power bases)

5. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplementaiskannya

(develop and implement action plans)

Dalam melaksanakan pemberdayaan terhadap masyarakat ini, tentunyya tidak

terlepas dari pelan pelaku pemberdayaan, baik oleh pemerintah maupun nonpemerintah.

Pelaku pemberdayaan ini nantinya yang akan bekerja sebagai community worker

ataupun enabler.

Jadi dalam hal ini, proses pemberdayaan di tujukan guna memperoleh daya untuk

menumbuhkan kemandirian melalui sumberdaya yang dapat digunakan untuk

memenuhi kebutuhannya dengan merumuskan suatu proram yang di dahulukan

pelaksanaannya untuk membangun dan membentuk masyarakat yang mandiri.


10

c. Tahapan pemberdayaan

Pemberdayaan seabagai suatu proses, tentunya dilaksanakan secara bertahap,

dan tidak bisa dilaksanakan secara instan. Adapun tahapan pemberdayaab menurut

Ambar Teguh Sulistyaniyan dikutip oleh Aziz Muslim dalam buku yang berjudul

Dasar-Dasar pengembangan masyarakat, bahwa tahap-tahap yang harus dilalui dalam

pemberdayaan diantarannya.

Pertama, tahap penyadaran dan pembentukan perilaku. Perlu membentuk

kesadaran menuju perilaku sadr dan peduli sehingga merasa membutuhukan

peningkatan kapasitas diri. Dalam tahapan ini pihak yang menjadi sasaran

pemberdayaan harus disadarkan mengenai perlu adanya perubahan untuk merubah

keadaan agar dapat sejahtera. Sentuhan penyadaraan akan lebih membuka keinginan

dan kesadaran akan tentang kondisinya saat itu, dan demikian akan dapat merangsang

kesadaran akan perlunya memperbaiki kondisi untuk menciptakan masa depan yan lebih

baik. Sehingga dengan adanya penyadaran ini dapat mengunggah pihak yang menjadi

sasaran pemberdayaan dalam merubah perilaku.

Kedua, tahap trasformasi pengetahuan dan kecakapan keterampilan, dalam hal

ini perlu adanya pembelajaran mengenai berbagai pengetahuan, dan kecakapan

keterampilan untuk mendukung kegiatan pemberdayaan yang dilaksanakan. Dengan

adanya pengetahuan, dan kecakapan keterampilan maka sasaran dari pemberdayaan

akan memiliki pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan yang menjadi nilai

tambahan dari potensi yang dimiliki. Sehingga pada nantinya pemberdayaan dapat

berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.


11

Ketiga, tahap peningkatan kemampuan intelektual dan kecakapan keterampilan.

Dalam tahapan peningkatan kemampuan intelektual dan kecakapan keterampilan ini

sasaran pemberdayaan diarahkan untuk lebih mengembangkan kemampuan yang

dimiliki, meningkatkan kemampuan dan kecakapan keterampilan yang pada nantinya

akan mengarahkanpada kemandirian.

Secara keseluruhan bahwa menurut Ambar Teguh Sulistyani menyatakan

tahapan pemberdayaan dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu penyadaran, transformasi

pengetahuan dan kecakapan, sedangkan yang paling akhir adalah tahap peningkatan

kemampuan intelektual dan kecakapan keterampilan.

d. Peran Lembaga Pemberdayaan

Lembaga pemberdayaan dibentuk dalam rangka menciptakan dan meningkatkan

partisispasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan,

lembaga pemerintah dan lembaga kemasyarakatan harus dapat saling bekerja sama agar

tujuan pemerintah dapat terealisasi dengan optimal. Lembaga pemberdayaan merupakan

wadah yang dibentuk atas prakasa masyarakat sebagai mitra pemerintah dalam

menampung dan mewujudkan aspirasi partisipasi masyarakat dibidang pembangunan.

Menurut Ketaren, Nurlela (2010), peran lembaga pemberdayaan adalah sebagai

berikut:

1. Menyusun rencana pembangunan yang pasrtisipatif

2. Melaksanakan dan mengendalikan pembangunan

3. Menggerakan swadaya gotong royong masyarakat


12

4. Membuat rancangan program atau kegiatan yang ditujukan untuk

meningkatkan peran lembaga pemberdayaan

e. Pendekatan Metodologi dan Mekanisme Pemberdayaan Masyarakat

( Empowering)

Pendekatan pemberdayaan masyarakat, strategi pembangunan yang bertumpu

pada pemberdayaan masyarakat dipahami sebagai proses transformasi dalam hubungan

sosial, ekonomi, budaya dan politik masyarakat, sehingga perubahan struktural yang

terjadi diharapkan merupakan proses yang berlangsung secara alami.

Pendekatan utama dari konsep pemberdayaan adalah “masyarakat tidak

dijadikan objek dari proyek pembangunan tetapi merupakan subjek dari

pembangunannya sendiri. Berdasarkan pada konsep pembedayaan masyarakat sebagai

model pembangunan hendaknya pendekatan yang dipakai adalah :

Pertama, targeted artinya upayannya harus terarah kepada yang memerlukan dengan

program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai kebutuhannya,

Kedua, mengikutsertakan bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran.

Tujuannya adalah supaya bantuan efektif karena sesuai kebutuhan mereka yang

sekaligus meningkatkan keberdayaan (empowering) masyarakat dengan pengalaman

dalam merancang, melaksanakan, mengelola dan mempertangung jawabkan upaya

peningkatan diri dan ekonominya.

Ketiga, menggunakan penekatan kelompok,karena secara individual masyarakat miskin

sulit memecahkan masalahnya sendiri. Disamping itu kemitraan usaha antar kelompok
13

dengan kelompok yang lebih baik saling menguntungkan dan memajukan kelompok.

Selanjutnya untuk kepentingan analisis pemberdayaan masyarakat (empowering)

harus dilakukan baik dengan pendekatan Komprehensif Rasional maupun Inkremental.

2. Konsep Usaha Kecil dan Menengah

a. Pengertian Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Usaha kecil menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2010 tentang Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) adalah usaha ekonomi produktifyang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yangbukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,dikuasai atau menjadi

bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usahamenengah atau usaha besar

yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimanadimaksud dalam undang-undang

ini.Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah suatu bentuk usaha yang dilihat

dariskalanya usaha rumah tangga dan usaha kecil hanya mempunyai jumlah pegawai

antara 1- 19 orang. Sementara usaha menengah mempunyai pegawai antar 20-99 orang.

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu bidang yang

memberikan kontribusi yang segnifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi

Indonesia.Hal ini dikarenakan daya serap UKM terhadap tenaga kerja yang sangat besar

dan dekat dengan rakyat kecil. Statistik pekerja Indonesia menunjukan bahwa 99,5 %

tenaga kerja Indonesia bekerja di bidang UKM (Kurniawan, 2010). Hal ini sepenuhnya

disadari oleh pemerintah, sehingga UKM termasuk dalam salah satu fokus program

pembangunan yang direncanakan oleh pemerintah Indonesia.Kebijakan pemerintah

terhadap UKM dituangkan dalam sejumlah Undang-undang dan peraturan pemerintah.


14

Pengertian industri kecil di indonesia pada umumnya memiliki banyak

pengertian. Berbagai lembaga pemerintah menggunakan definisi industri kecil yang

berbeda-beda. Definisi yang paling sering digunakan adalah definisi dari BJS (Badan

Pusat Statistik) yang menggunakan jumlah pakerja sebagai kriteria untuk membedakan

antara berbagai kategori industri. Menurut definisi BPS, suatu industri dapat diolongkan

sebagai industri kecil diukur dengan menggunakan ukuran jumlah tenaga kerja yaitu

sebanyak 5-19 orang.

Fungsi dan peran UKM saat ini dirasakan amat penting. Selain sebagai sumber

data pencaharian orang banyak, tetapi juga menyediakan secara langsung lapangan kerja

bagai sebagian besar produk. Sebagai kelompok usaha kecil, UKM selalu terjebak

dalam problem keterbatasan modal, teknik produksi, pemasaran, manajemen dan

teknologi. Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil dalam rangka

memperluas perananya didalam perekonomian nasional, diperlakukan serangkaian

pembinaan terpadu dan berkelanjutan untuk mengatasi berbagai masalah tersebut

terutama bersumber pada masalah keterbatasan pengetahuan, informasi dan permodalan

(Hafsah, 2013).

Hafsah (2013) menyatakan permasalahan internal usaha kecil dan menengah

(UKM) yaitu rendahnya profesionalisme tenaga pengelola usaha UKM, keterbatasan

permodalan dan kurangnya akses terhadap perbankan dan pasar, kemampuan

penguasaan teknologi yang rendah. Sedangkan permasalahan eksternal yaitu iklim

usaha yang kurang menguntungkan bagi pengembangan usaha kecil, kebijakan

pemerintah yang belum berjalan sebagaimana mestinya, kurangnya dukungan, masih


15

kurangnya pembinaan bimbingan manajemen dan peningkatan kualitas sumber daya

manusia. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor penyebab kegagalan

sektor usaha kecil untuk berkembang diantarannya lemahnya kemampuan dalam

mengambil keputusan, ketidakmampuan didalam manajemen, kurangnya

pengalaman,lemahnya pengawasan keuangan (Idrus 2019).

b. Ciri-Ciri Usaha Kecil Menengah (UKM)

Ada beberapa ciri dari usaha kecil menengah (UKM), sebagai berikut:

a. Bahan baku mudah diperoleh

b. Menggunakan teknoligi sederhana sehingga mudah dilakukan alih

teknologi

c. Keterampilan dasar umumnya sudah dimiliki secara turun-temurun

d. Bersifat padat karya atau menyerap tenaga kerja yang cukup banyak

e. Peluang pasar cukup luas, sebagian besar produknya terserap di pasar

local/domestic dan tidak tertutup sebagian lainnya berpotensi untuk

diekspor

f. Melibatkan masyarakat ekonomi lemah setempat, secara ekonomis

menguntungkan.

c. Peran Penting UKM

Usaha Kecil Menengah (UKM) mempunyai peran yang penting dalam

pertumbuhan ekonomi dan industri suatu negara. Usaha kecil penting untuk dikaji

karena mempunyai peran yang penting dalam pertumbuhan ekonomi pada skala

nasional. Kontribusi Ukm terhadap penyerapan tenaga kerja, baik di negara maju
16

maupun negara berkembang Mahemba 2011.

Secara umum UKM dalam perekonomian nasional memiliki peran:

a. Sebagai pameran utama dalam kegiatan ekonomi

b. Penyedia lapangan kerja terbesar

c. Pemain penting dalam pengembangan perekonomian local dan

pemberdayaan masyarakat

d. Pencipta pasar baru dan sumber inovasi

e. Kontribusinya terhadap neraca pembayaran

Oleh karena itu pemberdayaan harus dilakukan secara terstruktur dab

berkelanjutan, dengan peningkatan produktivitas dan daya saing, serta menumbuhkan

wirausahawan baru yang tangguh.

d. UKM Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Di Indonesia harapan untuk membangkitkan ekonomi rakyat sering kita

dengarkan karena pengalaman ketika krisis multidemensi usaha kecil telah terbukti

mampu mempertahankan kelangsungan usahannya, bahkan memainkan fungsi

penyelamatan di beberapa sub-sektor kegiatan. Fungsi penyelamatan ini segera terlatih

pada sektor-sektor penyedian kebutuhan pokok rakyat melalui produksi dan normalisasi

distribusi. Bukti tersebut paling tidak telah menumbuhkan optimisme baru bagi

sebagian besar orang yang menguasai sebagian kecil sumber daya akan kemampuannya

untuk menjadi motor pertumbuhan bagi pemulihan ekonomi.

Harapan ini menjadi semakin kuat ketika muncul keberanian untuk

mempercepat pemulihan dengan motor pertumbuhan UKM. Pergerasan sesaat dalam


17

kontribusi UKM terhadap PDB pada saat krisis yang belum berhasil dipertahankan

menyisakan pertanyaan tentang faktor dominan apa yang membuat harapan tersebut

tidak terwujud. Berbicara mengenai UKM di Indonesia menganut cakupan pengertian

yang luas pada seluruh sektor ekonomi termasuk pertanian, serta mengunakan kriteria

aset dan nilai penjualan sebagai ukuran pengelompokan sesuai UU nomor 20 Tahun

2010 tentang usaha kecil.

Dalam analisis makroekonomi pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai tingkat

pertambahan dari pendapatan per kapita. Pertumbuhan ekonomi ini digunakan untuk

mengambarkan bahwa suatu perekonomian telah mengalami perkembangan dan

mencapai taraf kemakmuran yang lebih tinggi. Pertumbuhan ekonmi di suatu Negara

dapat dilihat dari laju pertumbuhan PDB. Laju pertumbuhan PDb yang merupakan

tingkat output diturunkan dari fungsi produksi suatu barang dan jasa.

e. Peluang Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah

Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah beberapa keunggulan komparatif

terhadap usaha besar. Keunggulan tersebut antara lain: Dilihat dari sisi permodelan,

pengembangan usaha kecil memerlukan modal usaha yang relatif kecil dibanding

usaha besar. Disamping itu juga teknologi yang digunakan tidak perlu teknologi yang

tinggi, sehingga pendiriannya relatif mudah dibandingkan dengan usaha besar.

Motivasi usaha kecil akan lebih besar, mengingat hidup matinya tergantung

kepada usaha satu-satunya. Seseorang dengan survival motivetinggi tentu akan lebih

berhasil dibandingkan seseorang yang motivasinya tidak setinggi itu.


18

Usaha kecil memiliki kemampuan yang tinggi untuk menyesuaikan dengan

pola permintaan pasar, bahkan sanggup melayani selera perorangan. Berbeda dengan

usaha besar yang umumnya menghasilkan produk masa (produk standar), perusahaan

kecil produknya bervariasi sehingga akan mudah menyesuaikan terhadap keinginan

konsumen. Disamping itu juga mempunyai kemampuan untuk melayani permintaan

yang spesifik yang bila diproduksi oleh perusahaan skala besar tidak efesien (tidak

menguntungkan).

Dalam rangka memperkuat perekonomian nasional di masa mendatang. UKM

harus dapat melakukan antisipasi secara tepat terhadap globalisasi ekonomi, karena

dalam kondisi tersebut ekonomi Indonesia akan semakin terintegrasi kedalam system

ekonomi global yang ditandai oelh kamauan kuat untuk mengurangi berbagai bentuk

proteksi serta mendorong proses deregulasi dan debirokratisasi menuju system

ekonomi yang terbuka dan lebih berorientasi pada mekanisme pasar. Stategi

pengembangan UKM yaitu:

a. Kemitraan Usaha

Hubungan kerja sama usaha di antara berbagai pihak yangsinergis, bersifat

sukarela, dan berdasarkan prinsip saling membutuhkan, saling mendukung,

dan saling menguntungkan dengan disertai pembinaan dan pengembangan

UKM oleh usaha besar. Dalam praktek bisnis Internasional saat ini,

kemitraan usaha merupakan salah satu strategi bisnis perusahaan terutama

bagi perusahaan besar yang tidak lagi mengandalkan pada strategi

internalisasi aktivitas usaha melalu akusisi dan marger dalam rangka

integrasi vertical dan horizontal. Kemitraan usaha merupakan suatu cara


19

untuk mengurangi risiko usaha, meningkatkan efesiensi dan daya saing

usaha.

b. Permodalan UKM

Pada umumnya permodalan UKM masih lemah, hal ini turut menentukan

keberhasilan strategi pembinaan dan pengembangan di bidang permodalan,

termasuk bagaimana pemerintah dan masyarakat melaksanakan konsep

permodalan untuk membantu UKM yang dimaksud.

c. Modal Ventura

Modal ventura adalah dana yang diinvestasikan pada perusahaan atau

individu yang memiliki risiko tinggi. Menurut Keppres 11 Mei 2011

perusahaan modal venture adalah badan usaha yang melakukan usaha

pengembangan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan

yang menerima bantuan pembiayaan untuk jangka waktu tertentu.

Pengembangan untuk perusahaan modal venture berbeda dengan bank yang

memberikan pembiayaan dalam bentuk pinjaman atau kredit. Usaha modal venture

memberikan pembiayaan dengan cara iktu melakukan penyertaan modal langsung ke

dalam perusahaan yang dibiayai. Perusahaan yang dibiayai disebut perusahaan

pasangan usaha atau investee company, dan pemodal yangmembiayai disebut

investement company atau venture capitalist.

f. Permasalahan dan penghambat UKM

UKM menjadi pusat perhatian karena tingkatperekonomian dan pengetahuan

yang “kurang maju” dalam berbisnis. UKM menghadapi kendala-kendala dalam


20

mempertahankan atau mengembangkan usaha (bisni), antara lain kurang pengetahuan

pengelolaan usaha, kurang modal, dan lemah di bidan pemasaran. Kondisi pasar yang

dihadapi UKM adalah persaingan monopolistik di samping itu merupakan fakta yang

perlu diperhatikan. Untuk mengatasinya UKM harus merencanakan strategi bisnis

yang tepat.

Sebagai pelaku ekonomi UKM masih menghadapi kendala struktual

kondisional secara internal, seperti struktur permodalan yang relatif lemah dan jua

dalam menagkses ke sumber-sumber permodalan yang sering kali terbentur masalah

kegunaan sebagai salah satu syarat perolehan kredit.

Keterampilan teknis rendah dan teknologi produksi sederhana. Rendahnya

keterampilan teknis dari para pekerja berakibat pada sulitnya standarisasi produk.

Begitu juga penggunaan teknologi produksi yang sederhana mengakibatkan mutu

produk yang dihasilkan bervariasi. Kalau hal ini terjadi, maka produk yang dikirim

kemungkinan akan di klaim oleh konsumen. Hal ini akan sangat merugikan, apalagi

jika produk ditolak oleh konsumen luar negeri.

Peningkatan kemampuan kewirausahaan. Kemampuan kewirausahaan

merupakan suatu hal yang harus dimiliki oleh seorang pengusaha, dimana seorang

pengusaha harus mampu mengambil keputusan, mendelegasikan wewenang secara

jelas, mengambil risiko yang moderat, memotivasi karyawan, menjalin kerjasama

dengan bebagai pihak, dan sifat kewirausahaan lainnya.


21

B. Penelitian Terdahulu

1. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasidan UKM berperan dalam

mempromosikan produk Industri Kecil Menengah dengan cara mengadakan

pameran dan mengikutkan IKM di beberapa pameran di berbagai Daerah.

Tujuan promosi yang dilakukan oleh Disperindag& UKMdalam

mempromosikan produk IKM yaitu mengenalkan produk ke masyarakat luas,

demi meningkatkan volume penjualan produk IKM, agar banyak terjalin

kerjasama antara IKM dengan konsumen.Kegiatan yang dilakukan untuk

mengembangkan produk IKM adalah Pelatihan dan Pameran. Salah satu

Pameran yang pernah dilakukan adalah Pameran Halo Industri Sultra 2019.

2. Bauran promosi yang dilakukan oleh Disperindagk &UKM adalah berupa

Periklanan yaitu bentuk iklan itu sendiri seperti media massa, Radio, Surat

kabar, Website. Publisitas yaitu bentuk promosi ini melalui website dan

Personal Selling yang juga merupakan suatu bentuk promosi yang dilakukan

secara langsung oleh calon pembeli dan penjual dengan tujuan menimbulkan

proses pembelian bentuk personal selling yang dilakukan di Disperindag& UKM

adalah dengan pameran. Serta Promosi Penjualan yaitubentuk dari bauran

promosi ini adalah pameran karena media pameran bisa merangsang terjadinya

penjualan secara langsung oleh para pengunjung stand-stand pameran yang

bersangkutan.

3. Pradana dkk (2014) Peran Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dalam

Pemberdayaan Pengrajin Kerajinan Perak Sebagai Produk Unggulan Daerah

dapat diwujudkan melalui Peningkatan Kemampuan Finansial dilakukan dengan


22

cara memberikan bantuan lunak kepada pengrajin kerajinan perak melalui

lembaga keuangan melalui Program KUR (Kredit Usaha Rakyat).

Mengembangkan pemasaran dengan Meningkatkan Akses Usaha Kecil Kepada

Pasar dilakukan dengan mengikutsertakan pengrajin dalam even-even pameran

dan memberikan pelatihan pengembangan website agar produk tersebut dikenal

dengan bekerjasama dengan UPN. Pengembangan Sumber Daya Manusia

dilakukan dengan cara mengadakan workshop dan bimbingan manajemen usaha

dan pembukuan. Pemberian Pengaturan dan Pengendalian Usaha dilakukan

denganPeningkatan Kemudahan Dalam Layanan Perijinan dengan

memberikan kemudahan dalam pengurusan ijin mendirikan usaha sampai

merekamenerima surat izin dan legalisasiusaha. Penguatan Kelembagaan

dilakukandengan membentuk KUB Majapahit Jewelry. Keberdayaaan UKM

yang dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten

Mojokerto antara lain yaitu, Peningkatan Pendapatan Masyarakat Pengrajin,

Pemasaran Hasil Usaha Jumlah Tenaga Kerja yang Terserap. Faktor yang

menjadi pendukung dan penghambat dalam pemberdayaan pengrajin kerajinan

perak Dalam hal ini ada dua faktor yang berperan yakni, faktor pendukung

tenaga kerja yang cukup banyak masih belum banyak pesaing yang memiliki

usaha yang sama faktor penghambat mahalnya harga bahan baku rendahnya

kualitas sumber daya manusia terbatasnya modal.


23

C. Kerangka Pemikiran

DISPERINDAG

- Bina usaha

PEMBERDAYAAN

USAHA KECIL DAN


MENENGAH

Suatu bentuk usaha kecil masyarakat


yang pendiriannya berdasarkan
inisiatif seseorang. UKM berperan
dalam mengurangi tingkat
pengangguran yang ada di Indonesia
dan memanfaatkan berbagai Sumber
daya Alam yang belum diolah di
daerah tersebut.

TUJUAN PEMBERDAYAAN

- Perbaikan kelembangan
- Perbaikan usaha
- Perbaikan pendapatan
- Perbaikan lingkungan
- Perbaikan kehidupan
- Perbaikan masyarakat
24

BAB III

MOTEDE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di DesaBangkaliKabupaten Muna Provinsi Sulawesi

Tenggara. Penelitian ini adalah analisis Peran Dinas Perdagangan Dan Perindustrian

Kabupaten Muna dalam memberdayakan usaha kecil dan menegah di Desa Bangkali.

B. Informan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil informan sebanyak 5 orang terdiri dari

beberapa pemilik Usaha Kecil. Karena di Desa Bangkali tersebut terdapat 34 Tempat

yang disediakan untuk menjual, namun yang masih aktif hanya 5 tempat saja.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif yaknisuatu penelitian

yang bertujuan memberikan gambaran atau penjelasan tentang Peran

Disperindag Dalam Memberdayakan Usaha Kecil Dan Menengah Di

Kecamatan Bangkali. Metode penelitian kualitatif sebagai metode

penelitian Ilmu-Ilmu Sosial yang mengumpulkan dan menganalisa data

berupa kata-kata (lisan maupun tulisan) dan perbuatan-perbuatan manusia serta

peneliti tidakberusaha menghitung atau mengkuantifikasikan data kualitatif

yang telah diperoleh dengan demikian tidak menganalisis angka-angka.

Namun menggunakan metode ini perlu mengumpulkan dan menganalisis

angka-angka jika diperlukan tetapi, angka-angka tersebut tidaklah data utama

dalampenelitian.
25

2. Sumber Data

a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari

tempatpenelitian

b. Data sekunder adalah merupakan data penunjang yang berkaitan dengan

penelitian yang di peroleh dari berbagai sumber.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi yaitu pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung

pada objek yang diteliti tujuan adalah untuk mengetahui keadaan sesungguhnya

dilapangan.

2. Wawancara yaitu cara mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan

langsung kepada responden dalam hal ini kepada pemilik dan karyawan.

3. Dokementasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara mencari bukti-bukti

dari sumber manusia terkait dengan objek yang diteliti, berupa tulisan, gambar,

atau karya-karya dari seseorang yang berhubungan dengan Peran

DisperindagDalam Memberdayakan Usaha Kecil Dan Menengah di Desa

Bangkali.

E. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul melalui observasi dan wawancara langsung

dalam penelitian ini selanjutnya dianalisa secara kualitatif, yaitu dengan menguraikan

dan menjelaskan hasil-hasil penelitian dalam bentuk kata-kata lisan maupun tertulis,

pengolahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan cara mengklasifikasi atau

mengkategorikan data berdasarkan beberapa tema sesuai fokus penelian. Data yang

diperoleh dari proses pengumpulan data merupakan data yang mentah. Data tersebut
26

tidak akan berguna apabila tidak dianalisis untuk memberi arti atau makna pada data

tersebut guna dalam memecahkan masalah penelitian. Proses mencari dan menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan

kedalam unit-unit, melakukan sinetesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang

penting dan akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh

diri sendiri maupun oleh oranglain.


27

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, f,. Eti, F., 2010. Keanekaragaman fungsi Ektomikoriza di

Rizosfer Tanaman Meranti (shorea sp) di Sumatra Barat. Bios

pectrum.

Ambar Teguh Sulistyani 2004, kemitraan dan model-model Pemberdayaan

Yogyakarta.

Adi, Isbandi Rukminto. 2013. Intervensi Komunitas & Pengembangan

Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdaya Masyarakat. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada.

Chamber (2010) Pemberdayaan Masyarakat

Direktorat Jendral Pendidikan Islam Dapartemen Agama RI 2010, undang-

undang dan peraturan pemerintah RI tentang Pendidikan, Jakarta:

Depag RI.

Ginanjar Kartasasmita (2010) Pemberdayaan Masyarakat: konsep

pembangunan yang berakar pada masyarakat yogyakarta:

Universitas Gajah Mada.

Gorys keraf, (2013) Manfaat Dinas Perundistrian dan Perdagangan

(Disperindag)

Haeruman, H 200, “Peningkatan Daya Saing UMKM untuk mendukung

program PEL” Makalah Seminar Daya Saing, Jakarta: Graha

Sucofindo.
28

Hafsah, Muhammad jaffar. (2013) Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan

Menengah. Infokop, Nomor 25 Tahun XXX: 40 44.

Hikmat, Harry (2010) Strategi Pemberdayaan Masyarakat Bandung

Humaniora Utama Press

Idrus, Muhammad. 2019. Metode PenelitianIlmu Sosial, Pendekatan

Kualitatif dan Kuantitatif, Jakarta : Erlangga

Kateran, Nurlela 2010. Administrasi Pembangunan Lisu: Word Press.

Kasiram, Moh., ilmu jiwa perkembangan, surabaya: Usaha Nasional, 2011

Mahemba 2003. Tambunan, Tulus T.H. 2012 Usaha Kecil dan Menengah di

Indonesia: Bebrapa Isu Penting. Jakarta

Nasirin, Chairun dan Alamsyah. (2010) Pemberdayaan Masyarakat dalam

Perspektif Good Governance. Malang: Indo Press.

Pradana, Domai, Suwondo (2014) Peran Dinas Perindustrian Dan

Perdagangan Dalam Pemberdayaan Pengrajin Kerajinan Perak

Sebagai Produk Unggulan Daerah (Studi pada Dinas Perindustrian

dan Perdagangan Kabupaten Mojokerto) Malang Universitas

Brawijaya.

Siagian, Sondang. (2012) Administrasi Pembangunan Konsep, Dimensi, dan

Strateginya. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumaryadi oleh Zaili Rusli, dkk, Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui

Program Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam (UED-SP), Jurnal

Kebijakan Publik, Vol. 3 No. 2, (Pekanbaru: Universitas Riau,

2012).,
29

Tambunan, Tulus T.H. (2012) Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia:

Bebrapa Isu Penting. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai