Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pneumonia

1. Definisi Pneumonia

Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari

bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta

menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan gas setempat.(Sari &

Cahyati, 2019). Pneumonia adalah infeksi jaringanparu-paru (alveoli) yang

bersifat akut. Penyebabnya adalah bakteri, virus, jamur, pajanan bahan kimia

atau kerusakan fisik dari paru-paru, maupun pengaruh tidak langsung dari

penyakit lain. Bakteri yang biasa menyebabkan pneumonia adalah streptococcus

dan mycoplasma pneumonia, sedangkan virus yang menyebabkan pneumonia

adalah adenoviruses, rhinovirus, in- fluenza virus, respiratory syncytial virus

(RSV) dan para influenza virus. (Anwar & Dharmayanti, 2014)

Menurut (WHO, 2018) Sekitar 800.000 hingga 1 juta balita meninggal setiap

tahunya akibat pneumonia UNICEF dan WHO menyatakan pneumonia sebagai

penyebab kematian tertinggi pada balita melebihi penyakit lainya seperti, campak

, malaria dan aids, kasus pneumonia banyak terjadi di negara-negara berkembang

seperti asia tenggara sebesar 39% dan afrika sebesar 30%.

Kasus pneumonia pada tahun 2018 terdapat satu provinsi yang cakupan

penemuan pneumonia balita sudah mencapai target yaitu DKI Jakarta 95,53%,

7
sedang provinsi yang lain masih di bawah target 80%, capaian terendah di

provinsi Kalimantan Tengah 5,35%. (Kemenkes RI, 2019).

Kasus pneumonia pada balita tahun 2018 sebesar 73,9%. Kondisi ini

menunjukkan status kesehatan balita yang semakin membaik sehingga kasus

pneumonia mulai menurun, Pada tingkat kabupaten/kota dapat dilihat yang

penemuannya tertinggi adalah Kabupaten Klungkung yaitu 128,9%. Dari 128.9%

di temukan 1,9% (332 kasus) Sedangkan kabupaten dengan penemuan terendah

adalah Bangli sebesar 17,9%. (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2019).

Cakupan penemuan penderita Pneumonia pada balita di Kabupaten Buleleng

Tahun 2018 sebesar 54,5% atau sebanyak 565 kasus dari 1037 jumlah perkiraan

pneumonia balita. Dari 565 penemuan penderita peneumonia sebanyak 12 kasus

dinyatakan pneumonia berat.(Dinas Kesehatan Buleleng, 2018)

B. Etiologi

Sebagian besar penyebab pneumonia adalah microorganisme ( virus,bakteri)

dan sebagai kecil oleh penyebab lainya seperti hidrokarbon ( minyak tanah,

bensin atau sejenisnya ) dan masuknya, minuman ,susu,isi lambung ke dalam

saluran pernapasan (aspirasi). Berbagai penyebab pneumonia tersebut di

kelompokkan berdasarkan golongan umur ,berat ringannya penyakit dan penyulit

yang menyertainya (komplikasi). Mikroorganisme tersering menjadi penyebab

pneumonia adalah virus terutama respiratory synical virus (RSV) .yang mencapai

40%, sedangkan golongan bakteri yang ikut berperan terutama streptococcus

8
pneumonia dan haemophilus influenza type b (Hib). Awalnya mikroorganisme

masuk melalui percikan ludah (droplet), kemudian terjadi penyebaran

mikroorganisme dari saluran napas bagian atas ke jaringan (parenkim) paru dan

sebagian kecil karena penyebaran melalui aliran darah.(Misnadiarly, 2015)

C. Patafisiologi

Pneumonia terjadi akibat inhalansi mikroba yang ada di udara, aspirasi

organisme dari nasofaring atau penyebaran hematogen dari fokus infeksi yang

jauh. Bakteri yang masuk ke paru melalui saluran pernapasan, masuk ke

bronchiolus dan alveoli lalu menimbulkan reaksi peradangan atau inflamasi hebat

dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan

intersititial. Bakteri pneumokukus dapat meluas melalui porus kohn dari aveoli

ke aveoli di seluruh segmen/lobus. Timbulnya hepatisasi merah adalah akibat

perembesan eritrosit dan beberapa leukosit dari kapiler paru. alveoli dan septa

menjadi penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan fibrin serta relatif

sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar sehingga mengurangi

luas permukaan alveoli untuk pertukaran oksigen dengan karbondioksida.

Peradangan yang terjadi dapat menyebabkan peningkatan produksi spuntum. Jika

pasien tidak dapat batuk secara efektif, berkurangnya luas permukaan alveoli

serta peningkatan produksi spuntum akan menyebabkan terjadinya obstruksi

jalan napas sehingga akan menyebabkan bersihan jalan napas tidak

efektif.(Somantri, 2010)

9
D. Manisfestasi klinis

Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran pernapasan

atas akut selama beberapa hari. Kemudian demam, menggigil. Dan tunjukan

dengan adanya pelebaran cuping hidung , ronki ,dan retraksi dinding dada atau

sering di sebut tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam ( chest indrawing).

Penyakit yang sering terjadi pada anak-anak di tandai dengan ciri-ciri adanya

demam, batuk ,disertai nafas cepat (takipnea) atau nafas cepat.(Ardhi, 2018)

E. Penatalaksanaan

Penatalaksaan utama pneumonia adalah memberikan antibiotik tertentu

terhadap kuman tertentu infeksi pneumonia. Pemberian antibitotik bertujuan

untuk memberikan terapi kausal terhadap kuman penyebab infeksi, akan tetapi

sebelum antibiotika definitif diberikan antibiotik empiris dan terapi suportif perlu

diberikan untuk menjaga kondisi pasien.(Dahlan Z, 2013)

Terapi antibiotika empiris menggambarkan tebakan terbaik berdasarkan pada

klasifikasi pneumonia dan kemungkinan organisme, karena hasil mikrobiologis

umumnya tidak tersedia selama 12-72 jam. Maka dari itu membedakan jenis

pneumonia (CAP atau HAP) dan tingkat keparahan berdasarkan kondisi klinis

pasien dan faktor predisposisi sangatlah penting, karena akan menentukan pilihan

antibiotika empirik yang akan diberikan kepada pasien.(Jeremy, 2012)

Tindakan suportif meliputi oksigen untuk mempertahankan dan resusitasi

cairan intravena untuk memastikan stabilitas hemodinamik. Bantuan ventilasi:

ventilasi non invasif (misalnya tekanan jalan napas positif kontinu (continous

10
positive airway pressure), atau ventilasi mekanis mungkin diperlukan pada gagal

napas. Bila demam atau nyeri pleuritik dapat diberikan antipiretik analgesik serta

dapat diberika mukolitik atau ekspektoran untuk mengurangi dahak. (Dahlan Z,

2013)

Rata-rata saturasi oksigen pada anak dalam penelitian ini sebelum diberikan

kegiatan bermain tiupan berada dalam katagori di bawah normal. Hal ini

disebabkan anak sedang mengalami peradangan pada paru-paru yang berdampak

pada gangguan dalam pemenuhan oksigen. Hasil penelitian menunjukkan rata-

rata frekwensi nafas responden setelah diberikan mainan tiupan menurun

dibandingkan dengan sebelumnya. Kegiatan bermain tiupan dianalogikan dengan

PLB merupakan salah satu tehnik yang mudah untuk mengurangi sesak nafas.

Merupakan cara yang mudah dalam memperlambat frekwensi nafas, sehingga

nafas menjadi lebih efektif. Tehnik ini dapat membantu menghasilkan udara yang

banyak ke paru-paru sehingga mengurangi energi yang dikeluarkan saat bernafas.

Selain itu juga dapat meningkatkan tekanan alveolus paru sehingga dapat

meningkatkan aliran udara saat ekspirasi (Labir & Ribek, 2020)

F. Komplikasi

Pneumonia umumnya bisa diterapi dengan baik tanpa menimbulkan

komplikasi. Tetapi, beberapa pasien, khususnya kelompok pasien risiko tinggi,

mungkin mengalami beberapa komplikasi seperti bakteremia (sepsis), abses paru,

efusi pleura, dan kesulitan bernapas. (Djojodibroto, 2013)Bakteremia dapat

terjadi pada pasien jika bakteri yang menginfeksi paru masuk ke dalam aliran

11
darah dan menyebarkan infeksi ke organ lain, yang berpotensi menyebabkan

kegagalan organ. Pada 10% pneumonia pneumokokkus dengan bakteremia

dijumpai terdapat komplikasi ektrapulmoner berupa meningitis, arthritis,

endokarditis, perikarditis, peritonitis, dan empiema.(Dahlan Z, 2013). Pneumonia

juga dapat menyebabkan akumulasi cairan pada rongga pleura atau biasa disebut

dengan efusi pleura. Efusi pleura pada pneumonia umumnya bersifat eksudatif.

Pada klinis sekitar 5% kasus efusi pleura yang disebabkan oleh . pneumoniae

dengan jumlah cairan yang sedikit dan sifatnya sesaat (efusi parapneumonik).

Efusi pleura eksudatif yang mengandung mikroorganisme dalam jumlah banyak

beserta dengan nanah disebut empiema. Jika sudah terjadi empiema maka cairan

perlu di drainage menggunakan chest tube atau dengan pembedahan

(Djojodibroto, 2013)

B. Pengetahuan

1) Definisi pengetahuan

pengetahuan ( knowledge ) adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indra manusia yakni pengelihatan , penciuman rasa dan raba.

Sebagian besar manusia memperoleh dari mata dan telinga.(Notoatmodjo, 2012).

Definisi lain menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu yang di

ketahui melalui pengelihatan, pendengaran, penciuman melalui panca indra

(Hamidulloh, 2018)

12
2) Tingkat Pengetahuan

Adapun beberapa tingkatan pengetahuan menurut (Notoatmodjo, 2012)

sebagai berikut:

a) Tahu (Know)
Merupakan suatu hal yang di dapatkan dari mengingat suatu materi yang

telah di pelajari sebelumnya, recall atau mengingat kembali kejadian yang

telah di amati terhadap suatu objek tertentu.

b) Memahami (Comprehension)

Merupakan kemampuan yang di miliki seseorang untuk menjelaskan

secara benar tentang materi atau objek yang di ketahuinya dan mampu

menjelaskan materi/objek tersebut secara baik serta luas.

c) Aplikasi (Aplication)

Di artikan sebagai suatu tindakan nyata yang di lakukan berdasarkan

materi yang di telah di ketahui.

d) Analisa (Analysis)

Merupakan kemampuan yang di miliki untuk menjabarkan materi yang

telah di dapat kedalam bentuk data, dan tetap memiliki keterkaitan antara satu

sama lain.

e) Sintesis (Synthesis)

Di artikan sebagai kemampuan untuk menghubungkan materi yang telah

di ketahui ke dalam bagian-bagian yang baru secara keseluruhan.

f) Evaluasi (Evaluation)

13
Kemampuan dalam memberikan justifikasi atau penilaian terhadap materi

atau objek yang di dapat.

3) Kriterian Pengetahuan

Penilaian pengetahuan dapat dilihat dari setiap pertanyaan yang akan

diberikan peneliti. Menurut.(Notoatmodjo, 2012) bahwa untuk mengetahui suatu

kualitas tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat dilihat dari 3

tingkat :

a. Baik : jika pertanyaan dijawab dengan benar 76-100 %

b. Cukup : jika pertanyaan dijawab dengan benar 56-75%

c. Kurang : jika pertanyaan dijawab dengan benar < 56%

4) Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut (Notoatmodjo, 2012)

sebagai berikut :

a) Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan suatu cara penunjang program-program

kesehatan yang dapat menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan

dalam waktu yang pendek. Konsep pendidikan kesehatan merupakan proses

belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-

nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan

menjadi mampuSuatu bimbingan yang dapat di berikan kepada seseorang

tentang suatu materi (Ribek et al., 2017). Suatu bimbingan yang dapat di

14
berikan kepada seseorang tentang suatu materi atau hal baru agar mereka

dapat mengetahui serta memahaminya. Semakin tinggi pendidikan akan

mempermudah seseorang dalam mendapatkan informasi baru, yang nantinya

akan menambah pengalaman dan wawasan yang di miliki orang tersebut.

Segala respon yang di berikan oleh seorang individu terhadap objek yang di

amati sangat di pengaruhi oleh tingkat pendidikan, respon yang di berikan

tersebut nantinya dapat berupa pengetahuan baru yang di miliki oleh seorang

individu.

b) Pekerjaan

Pengalaman dan pengetahuan yang baik dapat juga di peroleh dari

lingkungan pekerjaan seorang individu, misalnya : seseorang yang bekerja di

lingkungan kesehatan, mereka secara langsung maupun tidak langsung akan

mendapatkan informasi maupun pengetahuan terkait dengan bidang

kesehatan.

c) Umur

Pengetahuan sangat di pengaruhi oleh umur, bertambahnya umur akan

mempengaruhi aspek fisik maupun psikologi seorang individu. Perubahan

fisik yang mengarah ke perubahan ukuran, munculnya ciri-ciri baru,

perubahan proporsi, sedangkan perubahan psikologi akan mempengaruhi cara

seorang individu dalam bertindak dan semakin dewasa dalam berpikir.

Semakin muda umur seseorang akan lebih cepat dalam menerima informasi

atau pengetahuan dan mengingatnya, di bandingkan orang yang sudah lanjut

usia. Namun semakin tua umur seseorang, maka pengalaman yang di

15
milikinya semakin bertambah serta memiliki pengetahuan terhadap suatu

materi atau objek yang telah di amatinya.

d) Minat keinginan terhadap sesuatu

Semakin sering seseorang dalam mencoba dan menekuni sesuatu, akan

berpengaruh terhadap pengetahuan yang lebih mendalam terhadap objek atau

sesuatu yang di amatinya.

e) Pengalaman kejadian yang pernah di alami

Pengalaman buruk atau baik selalu ada dalam diri seorang individu,

pengalaman kurang baik biasanya akan di lupakan oleh seorang individu,

namun pengalaman baik akan membekas dalam dirinya sehingga nantinya

pengalaman tersebut akan membentuk suatu sikap positif yang di milikinya.

f) Lingkungan sekitar

Lingkungan sangat penting dalam pembentukan pribadi seorang individu,

budaya atau kebiasaan salah satu hal yang ada dalam lingkungan, seperti

halnya dalam suatu lingkungan yang sering mendapatkan edukasi terkait

pemeriksaan kesehatan secara rutin dari tenaga kesehatan, akan mungkin bisa

mempengaruhi baiknya pengetahuan masyarakat tersebut dalam upaya

pencegahan suatu penyakit ataupun masalah kesehatan.

g) Informasi
Semakin banyak informasi yang di dapat seorang individu, maka akan

berpengaruh dengan pengetahuan baru yang akan di dapat dari informasi

tersebut.

16
C. Tingkat pengetahuan ibu tentang pencegahan pneumonia pada balita

Balita yang sedang mengalami pneumonia perlu adanya pencegahan yang

tepat dari orang tua. Salah satu cara pencegahan pneumonia pada anak yaitu

dengan cara melakukan aktivitas meniup permainan untuk meningkatkan

oksigenasi pada balita yang terkena pneumonia. (Labir & Ribek, 2020)

Sebagian besar pengetahuan ibu baik disebabkan karena ibu pernah

mendapatkan informasi tentang pneumonia. Pneumonia adalah peradangan dari

parenkim paru dimana asinus terisi dengan cairan radang dengan tanpa disertai

infiltrasi dari sel radang ke dalam dinding - dinding alveoli dan rongga interstisium

yang ditandai dengan batuk disertai nafas cepat dan atau nafas sesak pada anak

usia balita.(Ridha, 2014).Pencegahan pneumonia selain menghindarkan atau

mengurangi faktor resiko, dapat juga dengan pendekatan di komunitas dengan

meningkatkan pendidikan kesehatan, perbaikan gizi, pelatihan petugas kesehatan

dalam diagnosis dan penatalaksanaan yang benar dan efektif. Upaya pencegahan

merupakan komponen strategis pemberantasan pneumonia pada anak terdiri dari

pencegahan melalui imunisasi dan nonimunisasi. Imunisasi terhadap patogen yang

bertanggung jawab terhadap pneumonia merupakan strategi pencegahan

spesifik.(Kartasasmita, 2011).Vaksin pneumokokus konjungasi dapat mencegah

penyakit dan kematian kasus pneumonia pneumokokus 20-35% dan vaksin Hib

mencegah penyakit dan kematian kasus pneumonia Hib 15-30%. Sekarang ini di

negara berkembang direkomendasikan vaksin Hib untuk diintegrasikan ke dalam

program imunisasi rutin dan vaksin pneumokokus konjugasi direkomendasikan

17
sebagai vaksin yang dianjurkan.(Said, 2012).Pemberian zink dapat mencegah

terjadinya pneumonia pada anak, meskipun apabila digunakan untuk terapi zink

kurang bermanfaat. Pemberian zink 20 mg/hari pada anak pneumonia efektif

terhadap pemulihan demam, sesak nafas dan laju pernafasa.(Marni,

2014).Pencegahan non imunisasi sebagai upaya pencegahan nonspesifik

merupakan komponen yang masih sangat strategis. Banyak kegiatan yang dapat

dilakukan misalnya pendidikan kesehatan kepada berbagai komponen masyarakat,

terutama pada ibu anak balita tentang besarnya masalah pneumonia dan

pengaruhnya terhadap kematian anak, perilaku preventif sederhana misalnya

kebiasaan mencuci tangan dan hidup bersih, perbaikan gizi dengan pola makanan

sehat; penurunan faktor risiko lain seperti mencegah berat badan lahir rendah,

menerapkan ASI eksklusif, mencegah polusi udara dalam ruang yang berasal dari

bahan bakar rumah tangga dan perokok pasif di lingkungan rumah.Pemberian

antibiotika segera pada anak yang terinfeksi pneumonia dapat mencegah kematian.

Antibiotik yang dianjurkan untuk pneumonia adalah antibiotik sederhana, tidak

mahal seperti kotrimoksazol atau amoksisilin yang diberikan secara oral. Dosis

amoksisilin 25 mg/kg BB dan kotrimoksazol (4 mg trimetoprim: 20 mg

sulfometoksazol) /kgBB.(Said, 2012)

18

Anda mungkin juga menyukai