RABIES
OLEH :
I KOMANG TARIMBAWA
NIM. 0602105011
RABIES
A. Pengertian
Penyakit Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit hewan yang
menular yang disebakan oleh virus dan dapat menyerang hewan berdarah
panas dan manusia.
Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit infeksi akut pada susunan
saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies, dan ditularkan melalui
gigitan hewan penular rabies terutama anjing, kucing, dan kera.
Rabies adalah penyakit infeksius akut yang disebabkan oleh virus RNA
dengan peluru yang mempengaruhi system saraf hewan, yang dapat
dipndahkan lewat manusia lewat gigitan atau terpaparnya pada kullit luka
atau lecet oleh saliva dari hewan yang terinfeksi.
B. Penyebab
Virus rabies terdapat dalam air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini
memularkan infeksi kepada hewan lainnya atu manusia melalui gigitan dan
kadang melalui jilatan. Virus akan berpindah dari tempatnya masuk melalui
saraf-saraf menuju ke medulla spinalis dan otak, dimana mereka
berkembangbiak. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf menuju
ke kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.
Banyak hewan yang bisa menularkan rabies kepada manusia. Yang
paling sering menjadi sumber dari rabies adalah anjing; hewan lainnya yang
juga bisa menjadi sumber penularan rabies adalah kucing, kelelawar, rakun,
rubah.
Rabies pada anjing masih sering ditemukan di Amerika Latin, Afrika
dan Asia, karena tidak semua hewan peliharaan mendapatkan vaksinasi untuk
penyakit ini. Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas atau rabies
jinak.
Pada rabies buas, hewan yang terkena tampak gelisah dan ganas,
kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak, sejak awal telah
terjadi kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total. Meskipun sangat-sangat
jarang, rabies bisa ditularkan melalui penghirupan udara yang tercemar.
D. CARA PENGOBATAN
Jika segera dilakukan tindakan pencegahan yang tepat, maka seseorang yang
digigit hewan yang menderita rabies kemungkian tidak akan menderita rabies.
Orang yang digigit kelinci dan hewan pengerat (termasuk bajing, tikus) tidak
memerlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut jarang
terinfeksi rabies. Tetapi bila digigit binatang buas (sigung, rakun, rubah dan
kelelawar) diperlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut
mungkin saja terinfeksi rabies.
Tindakan pencegahan yang paling penting adalah penanganan luka gigitan
sesegera mungkin. Daerah yang digigit dibersihkan dengan sabun, tusukan
yang dalam disemprot dengan air sabun. Jika luka telah dibersihkan, kepada
penderita yang belum pernah mendapatkan imunisasi dengan vaksin rabies
diberikan suntikan immunoglobulin rabies, dimana separuh dari dosisnya
disuntikkan di tempat gigitan.
Jika belum pernah mendapatkan imunisasi, maka suntikan vaksin rabies
diberikan pada saat digigit hewan rabies dan pada hari ke 3, 7, 14 dan 28.
Nyeri dan pembengkakan di tempat suntikan biasanya bersifat ringan. Jarang
terjadi reaksi alergi yang serius, kurang dari 1% yang mengalami demam
setelah menjalani vaksinasi.Jika penderita pernah mendapatkan vaksinasi,
maka resiko menderita rabies akan berkurang, tetapi luka gigitan harus tetap
dibersihkan dan diberikan 2 dosis vaksin (pada hari 0 dan 2).
Sebelum ditemukannya pengobatan, kematian biasanya terjadi dalam 3-10
hari. Kebanyakan penderita meninggal karena sumbatan jalan nafas (asfiksia),
kejang, kelelahan atau kelumpuhan total. Meskipun kematian karena rabies
diduga tidak dapat dihindarkan, tetapi beberapa orang penderita selamat.
Mereka dipindahkan ke ruang perawatan intensif untuk diawasi terhadap
gejala-gejala pada paru-paru, jantung dan otak. Pemberian vaksin maupun
imunoglobulin rabies tampaknya efektif jika suatu saat penderita
menunjukkan gejala-gejala rabies.