Anda di halaman 1dari 257

PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH BUBUT BESI,

METAKAOLIN, DAN SUPERPLASTICIZER


TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK
BETON

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan


Guna Meraih Gelar Sarjana S-1

Oleh :

AMELIA DINDORA
1041611008

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2021
ii
iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : AMELIA DINDORA
NIM : 1041611008
Judul : Pengaruh Penambahan Limbah Bubut Besi, Metakaolin, dan
Superplasticizer Terhadap Kuat Tekan Dan Kuat Tarik Beton

Menyatakan dengan ini, bahwa skripsi saya merupakan hasil karya ilmiah saya
sendiri yang didampingi tim pembimbing dan bukan hasil dari
penjiplakan/plagiat.
Apalagi nantinya ditemukan adanya unsur penjiplakan/plagiat di dalam karya
skripsi saya ini, maka saya bersedia untuk menerima sanksi akademik dari
Universitas Bangka Belitung sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaaan sehat, sadar tanpa ada tekanan
dan paksaan dari siapapun.

Balunijuk, 13 Desember 2021

AMELIA DINDORA
NIM. 1041611008

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Sebagai sivitas akademik Universitas Bangka Belitung, saya yang bertanda tangan
dibawah ini:
Nama : AMELIA DINDORA
NIM : 1041611008
Jurusan : TEKNIK SIPIL
Fakultas : TEKNIK

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Bangka Belitung Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non exclusive
Royalti-Free Right) atas skripsi saya yang berjudul:
“Pengaruh Penambahan Limbah Bubut Besi, Metakaolin, dan Superplasticizer
Terhadap Kuat Tekan Dan Kuat Tarik Beton”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung berhak menyimpan,
mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan skripsi saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Balunijuk
Pada Tanggal : 13 Desember 2021
Yang menyatakan,

AMELIA DINDORA

v
INTISARI
Perkembangan teknologi semakin maju terutama pada perancangan kuat
tekan dan kuat tarik beton. Kini, untuk membuat beton tidak hanya mengandalkan
bahan-bahan beton konvensional. Namun bisa juga dipadukan dengan serat atau
limbah yang berbentuk serat. Dengan penambahan serat kedalam campuran beton
maka sifat-sifat struktural beton akan diperbaiki. Serat limbah bubut besi dan
metakaolin mampu meningkatkan kuat tekan dan kuat tarik beton apalagi dengan
menambahkan bahan kimia berupa superplasticizer yang memiliki kandungan
yang bisa memudahkan dalam pengerjaan beton dan juga dapat menambahkan
kekuatan beton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan
limbah bubut besi, metakaolin dan superplasticizer terhadap kuat tekan dan kuat
tarik beton dan mengetahui perbandingan kuat tekan beton dengan penelitian
sebelumnya.
Persentase bahan tambah yang dipakai pada penelitian ini adalah variasi
beton normal 1,7% SP, 5% MK + 5% LBB + 1,7% SP, dan 7,5% MK + 7,5%
LBB + 1,7% SP menggunakan faktor air semen 0,27 dan 0,45 dengan umur beton
7 dan 28 hari. Hasil penelitian menunjukan nilai kuat tekan dengan variasi beton
normal 1,7% SP, 5% MK + 5% LBB + 1,7% SP dan 7,5% MK + 7,5% LBB +
1,7% SP pada FAS 0,27 berturut-turut sebesar 45,851 Mpa, 46,772 MPa, 48,894
MPa, dan pada FAS 0,45 berturut-turut sebesar 44,150 Mpa, 45,660 MPa, 46,983
MPa, sedangkan nilai kuat tarik belah beton pada FAS 0,27 berturut-turut sebesar
3,180 Mpa, 4,098 MPa, 4,206 MPa dan pada FAS 0,45 berturut-turut sebesar
3,400 Mpa, 4,127 MPa, 4,220 MPa. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa dengan adanya penambahan Limbah Bubut Besi, Metakaolin dan
Superplasticizer dapat meningkatkan kuat tekan dan kuat tarik belah beton, dan
untuk perbandingan nilai kuat tekan dengan penelitian sebelumnya mengalami
peningkatan dari hasil penelitian terdahulu.

Kata kunci: Serat limbah bubut besi, metakaolin, superplasticizer, faktor air
semen, kuat tekan, kuat tarik belah beton.

vi
ABSTRACT
The development of technology is increasingly advanced, especially in the
design of strong press and strong concrete pull. Now, to make concrete does not
only rely on conventional concrete materials. But it can also be combined with
fiber or waste in the form of fiber. With the addition of fiber to the concrete
mixture then the structural properties of concrete will be improved. Iron lathe
waste fibers and metakaolin are able to increase the strong press and strong pull of
concrete, especially by adding chemicals in the form of superplasticizers that have
content that can facilitate in concrete workmanship and can also add concrete
strength. This study aims to find out the effect of the addition of iron lathe waste,
metakaolin and superplasticizer on the strong press and strong pull of concrete
and find out the strong ratio of concrete press with previous research.
The percentage of added materials used in this study was a variation of
normal concrete 1.7% SP, 5% MK + 5% LBB + 1.7% SP, and 7.5% MK + 7.5%
LBB + 1.7% SP using cement water factor 0.27 and 0.45 with concrete life of 7
and 28 days. The results showed a strong compressed value with normal concrete
variations of 1.7% SP, 5% MK + 5% LBB + 1.7% SP and 7.5% MK + 7.5% LBB
+ 1.7% SP at FAS 0.27 consecutively of 45,851 Mpa, 46,772 MPa, 48,894 MPa,
and at FAS 0.45 consecutively amounted to 44,150 Mpa, 45,660 MPa, 46,983
MPa, while the strong value of concrete pull on FAS 0.27 consecutively amounted
to 3,180 Mpa, 4,098 MPa, 4,206 MPa and at FAS 0.45 consecutively amounted
to 3,400 Mpa, 4,127 MPa, 4,220 MPa. From the results of the study it can be
concluded that with the addition of Iron Lathe Waste, Metakaolin and
Superplasticizer can increase the strength of the press and strong pull of concrete,
and for the comparison of the strong value of the press with previous research
experienced a from the results of previous studies.

Key words: Fiber waste lathe iron, metakaolin, superplasticizer, cement water
factor, strong press, strong pull concrete.

vii
HALAMAN PERSEMBAHAN

“If Allah is making you wait, then be prepared to riceive more than what you
asked for”
(Jika Allah membuatmu menunggu, percayalah dan bersiaplah untuk menerima
lebih dari apa yang kamu minta)

“Innallaha ma’ashobirin”
“Sesungguhnya Allah bersama dengan orang-orang yang sabar”
(QS. Al-Baqarah 2: 153)

Assalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih
sayang-Mu telah memberikan kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta
memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan dan kesabaran
yang engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan
pada waktu yang tepat. Shalawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan
Rasulullah Muhammad SAW. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta


senantiasa mendengar doa-doa hamba-Nya sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan tepat waktu dan pada waktu yang tepat.
2. Rasulullah SAW. yang telah menuntun jalan dari gelap gemerlap dunia
menuju jalan terang benderang dalam setiap kehidupan ini.
3. Kedua orang tuaku tercinta “Darmana & Saparudin”, kakakku “Devi
Novita” dan adikku tersayang “Delta Chantika”. Terima kasih sudah selalu
mendoakan dan menunjang dari berbagai segi dalam mendukung selesainya
perkuliahan. Terima kasih pula telah berkerja keras siang dan malam demi
membiayai dan mewujudkan impian saya. Ketika dunia menutup pintu pada
saya, ibu dan ayah membuka lengan untuk saya, dan ketika orang-orang
menutup telinga mereka untuk saya, ibu dan ayah membuka hati untuk saya.

viii
Terima kasih karna selalu ada untuk saya.
4. Bapak Indra Gunawan, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Akademik
dan sekaligus Dosen Pembimbing Utama Skripsi saya yang telah
membimbing, mengarahkan, memberi nasehat, dan saran serta motivasi
yang sangat berarti dari awal saya masuk kuliah sampai terselesainya
penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Adriyansyah, S.T., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Pendamping
yang telah membimbing, mengarahkan, memberi nasehat, dan saran serta
motivasi yang sangat berarti selama penyusunan skripsi.
6. Ibu Endang S. Hisyam, S.T., M.Eng., selaku Dosen Penguji I skripsi yang
telah memberi masukan, bimbingan dan arahan dalam atas penyusunan
skripsi ini.
7. Ibu Revy Safitri, S.T., M.T., selaku Dosen Penguji II skripsi yang telah
membantu mengarahkan, memberi masukan serta mengevaluasi selama
pengerjaan skripsi ini.
8. Ibu Yayuk Apriyanti, S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil.
9. Ibu Ferra Fahriani, S.T., M.T., selaku Sekretaris Jurusan Teknik Sipil
10. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung
yang tidak saya sebutkan. Tanpa mereka saya tidak bisa seperti sekarang ini.
11. Dinas PUPR yang telah meminjamkan Laboratorium berserta alatnya.
12. Sahabatku Eka Mulyani, Riska, Elisabeth Agustiya R yang telah
memberikanku semangat, motivasi dan inspirasi dalam menyelesaikan
skripsi ini. Semoga doa dan semua hal terbaik yang engkau berikan
menjadikanku orang yang baik pula. Terimakasih karna selalu ada untukku.
13. Eka, Riska, Lingga, Azuan, Daris, Bang Marbun, Atiqoh, Anugrah, David,
Dinda, Bang Roby, Diah, Indah, Saska, Zirita, Devin, Habiburrahman,
Habib Husni, Fikri, Devan, Nadif yang telah membantu dalam penyelesaian
pembuatan beton.
14. Yuk Irena, Bang Rhozi, Kak Masfufah yang telah memberikan masukan dan
saran dalam menyelesaikan Skripsi ini
15. Seluruh teman seperjuanganku Angkatan 2016 yang telah memberi
dukungan, bantuan dan kerjasamanya dalam menyelesaikan Skripsi ini.

ix
16. Seluruh Sivitas Akademika UBB dan Almamater kebanggaanku.
17. Serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan pada
waktu pelaksanaan maupun penyusunan Skripsi ini

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak terdapat


kekurangan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan pada masa
yang akan datang.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak,
khususnya bagi mahasiswa Universitas Bangka Belitung Jurusan Teknik Sipil.

Terima kasih.

Wassalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh

x
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh
Alhamdulillahhirobbil Alamin, puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT.
karena atas hidayah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul “Pengaruh Penambahan Limbah Bubut Besi, Metakaolin, Dan
Superplasticizer Terhadap Kuat Tekan Dan Kuat Tarik Beton”.
Penyusunan Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
guna meraih gelar Sarjana Strata (S-1) pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bangka Belitung.
Di dalam skripsi ini disajikan pokok-pokok pembahasan yang meliputi
pengujian syarat agregat halus dan agregat kasar sebagai bahan campuran beton,
perhitungan rancangan proporsi beton, pembuatan beton, perawatan beton dan
pengujian kuat tekan beton.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini banyak terdapat
kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan pada masa yang
akan datang.
Akhir kata penulis berharap Skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak,
khususnya bagi mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung.

Terima kasih.

Wassalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh.

Balunijuk, 13 Desember 2021


Penulis,

Amelia Dindora

xi
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Toboali, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi


Kepulauan Bangka Belitung pada tanggal 10 Juli 1998. Penulis merupakan anak
kedua dari tiga bersaudara, anak pertama Devi Novita dan anak ketiga Delta
Chantika dari pasangan Saparudin dan Darmana. Pendidikan penulis diawali di
SD Negeri 5 Toboali pada tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang
sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Toboali pada tahun 2010. Selepas
sekolah menengah pertama, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah
menengah kejuruan di SMK Negeri 1 Toboali pada tahun 2013. Penulis di terima
menjadi mhasiswa Jurusan teknik Sipil, Universitas Bangka Belitung pada bulan
Juli tahun 2016 melalui jalur SNMPTN dan juga menerima Beasiswa
BIDIKMISI. Selama masa perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan akademis dan
non akademis. Pada organisasi intra kampus, pada tahun 2018 penulis menjadi
anggota kesekretariatan (HMTS FT-UBB).

xii
DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN SAMPUL DEPAN ................................................................. i


HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN........................ iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................... v
ABSTRAK................................................................................................... vi
ABSTRACT................................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. viii
KATA PENGANTAR................................................................................. xi
DAFTAR ISI ............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xvii
DAFTAR TABEL........................................................................................ xix

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 3
1.3 Batasan Masalah............................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian............................................................................. 4
1.5 Manfaat Penelitian............................................................................ 4
1.6 Keaslian Penelitian........................................................................... 4
1.7 Sistematika Penelitian...................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKAN................................................................ 6


2.1 Tinjauan Pustaka.............................................................................. 6
2.2 Landasan Teori................................................................................. 8
2.2.1 Beton Normal.......................................................................... 8
2.2.2 Beton Serat.............................................................................. 9
2.2.3 Semen Portland....................................................................... 10
2.2.4 Agregat.................................................................................... 11

xiii
2.2.5 Air........................................................................................... 14
2.2.6 Limbah Serat Bubut Besi........................................................ 14
2.2.7 Kaolin...................................................................................... 16
2.2.8 Metakaolin............................................................................... 17
2.2.9 Superplasticizer....................................................................... 19
2.2.10 Faktor Air Semen (FAS)....................................................... 20
2.2.11 Pengujian Bahan.................................................................... 21
2.2.12 Perancangan Campuran Adukan Beton................................. 25
2.2.13 Slump..................................................................................... 31
2.2.14 Umur Beton........................................................................... 32
2.2.15 Kuat Tekan............................................................................ 32
2.2.16 Kuat Tarik............................................................................. 34

BAB III METODELOGI PENELITIAN......................................................... 35


3.1 Tempat /Lokasi dan Waktu Penelitian................................................ 35
3.2 Bahan dan Alat Penelitian…………………...................................... 35
3.2.1 Bahan…………………............................................................ 38
3.2.2 Alat .......................................................................................... 38
3.3 Langkah Penelitian ............................................................................ 48
3.3.1 Bagan Alir Penelitian................................................................. 48
3.3.2 Pengujian Material Beton.......................................................... 49
3.3.3 Pelaksanaan Pengujian.............................................................. 52
3.3.3.1 Pengujian Analisis Saringan Agregat Kasar dan Halus 52
3.3.3.2 Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat
Kasar............................................................................. 53
3.3.3.3 Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat
Halus............................................................................. 55
3.3.3.4 Pengujian Berat Isi Agregat Kasar dan Agregat Halus. 57
3.3.3.5 Pengujian Kadar Air Agregat Kasar dan Agregat Halus60
3.3.3.6 Pengujian Keausan Agregat Kasar dengan Mesin Los
Angeles...................................................................................... 62

xiv
3.3.3.7 Pengujian Kadar Lumpur Agregat Kasar dan Agregat
Halus......................................................................................... 64
3.3.4 Pengujian pH Air....................................................................... 65
3.3.5 Pengujian Slump........................................................................ 66
3.3.6 Pembuatan Benda Uji................................................................ 67
3.3.7 Jumlah Benda Uji...................................................................... 70
3.3.8 Perawatan Benda Uji................................................................. 70
3.3.9 Pengujian Kuat Tekan............................................................... 71
3.3.10 Pengujian Kuat Tarik............................................................... 72

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 73


4.1 Data dan Analisis Hasil Pengujian..................................................... 73
4.1.1 Hasil Pengujian Analisis Saringan Agregat Halus.................... 73
4.1.2 Hasil Pengujian Analisis Saringan Agregat Kasar.................... 75
4.1.3 Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat
Halus.......................................................................................... 77
4.1.4 Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat
Kasar.......................................................................................... 78
4.1.5 Hasil Pengujian Berat Isi Agregat Halus................................... 79
4.1.6 Hasil Pengujian Berat Isi Agregat Kasar................................... 79
4.1.7 Hasil Pengujian Kadar Air Agregat Halus................................ 80
4.1.8 Hasil Pengujian Kadar Air Agregat Kasar................................ 80
4.1.9 Hasil Pengujian Keausan Agregat Kasar dengan Mesin Los
Angeles ............................................................................................... 81
4.1.10 Hasil Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus....................... 82
4.1.11 Hasil Pengujian Kadar Lumpur Agregat Kasar....................... 82
4.2 Data dan Analisis Hasil Pengujian Air............................................... 83
4.3 Proporsi Campuran Beton................................................................... 83
4.4 Hasil Pengujian Slump Beton............................................................. 85
4.5 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton..................................................... 86
4.6 Hasil Pengujian Kuat Tarik Belah Beton............................................ 92

xv
4.7 Pengaruh Penambahan Limbah Bubut Besi, Metakaolin, dan
Superplasticizer Terhadap Kuat Tekan Beton........................................... 98
4.8 Pengaruh Penambahan Limbah Bubut Besi, Metakaolin, dan
Superplasticizer Terhadap Kuat Tarik Belah Beton.................................. 102

BAB V SIMPULAN DAN SARAN................................................................ 105


5.1 Simpulan............................................................................................. 105
5.2 Saran................................................................................................... 106

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 107


DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
LAMPIRAN 6

xvi
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 2.1 Tipe serat baja................................................................................. 16
Gambar 2.2 Hubungan faktor air semen dan kuat tekan silinder beton.............. 27
Gambar 2.3 Proporsi agregat halus pada agregat maksimum 20 mm................. 29
Gambar 2.4 Hubungan kandungan air, berat jenis agregat campuran, dan berat
beton ................................................................................................................... 30
Gambar 2.5 Pembebanan pada pengujian kuat tekan beton................................ 33
Gambar 2.6 Pengujian kuat tarik belah............................................................... 35
Gambar 3.1 Semen.............................................................................................. 36
Gambar 3.2 Air.................................................................................................... 37
Gambar 3.3 Agregat Kasar.................................................................................. 37
Gambar 3.4 Agregat Halus.................................................................................. 38
Gambar 3.5 Serat Limbah Bubut Besi................................................................ 38
Gambar 3.6 Proses Pemanasan Material Kaolin Menjadi Metakaolin .............. 39
Gambar 3.7 Satu Set Saringan............................................................................ 40
Gambar 3.8 Timbangan Elektrikdan Timbangan Non Elektrik ......................... 40
Gambar 3.9 Oven................................................................................................ 41
Gambar 3.10 Cawan............................................................................................ 41
Gambar 3.11 Sendok........................................................................................... 42
Gambar 3.12 Piknometer.................................................................................... 42
Gambar 3.13 Gelas Ukur..................................................................................... 43
Gambar 3.14 Kerucut Terpancung dan Batang Baja ......................................... 43
Gambar 3.15 Alat Uji Slump............................................................................... 44
Gambar 3.16 Batang Baja................................................................................... 44
Gambar 3.17 Cetakan Beton............................................................................... 45
Gambar 3.18 Mesin Pengguncang Saringan....................................................... 45
Gambar 3.19 Timbangan Berat Jenis.................................................................. 46
Gambar 3.20 Mesin Molen................................................................................. 46
Gambar 3.21 Bak Perendam............................................................................... 46
Gambar 3.22 Mesin Los Angeles........................................................................ 47
Gambar 3.23 pH Digital...................................................................................... 47

xvii
Gambar 3.24 Universal Testing Machine........................................................... 48
Gambar 3.25 Gambar Diagram Alir Penelitian................................................... 50
Gambar 4.1 Hasil gradasi agregat halus zona III (agak halus)........................... 76
Gambar 4.2 Hasil gradasi agregat kasar.............................................................. 78
Gambar 4.3 Hasil pengujian kuat tekan beton 7 hari dan FAS 0,27................... 90
Gambar 4.4 Hasil pengujian kuat tekan beton 7 hari dan FAS 0,45................... 92
Gambar 4.5 Hasil pengujian kuat tekan beton 28 hari dan FAS 0,27................. 93
Gambar 4.6 Hasil pengujian kuat tekan beton 28 hari dan FAS 0,45................. 95
Gambar 4.7 Hasil pengujian kuat tarik belah beton 7 hari dan FAS 0,27........... 96
Gambar 4.8 Hasil pengujian kuat tarik belah beton 7 hari dan FAS 0,45........... 98
Gambar 4.9 Hasil pengujian kuat tarik belah beton 28 hari dan FAS 0,27......... 99
Gambar 4.10 Hasil pengujian kuat tarik belah beton 28 hari dan FAS 0,45....... 101
Gambar 4.11 Perbandingan kuat tekan beton variasi normal dan variasi campuran
dengan FAS 0,27................................................................................... 103
Gambar 4.12 Perbandingan kuat tekan beton variasi normal dan variasi campuran
dengan FAS 0,45................................................................................... 103
Gambar 4.13 Perbandingan kuat tarik belah beton dengan FAS 0,27................ 105
Gambar 4.14 Perbandingan kuat tarik belah beton dengan FAS 0,45................ 106

xviii
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 2.1 Susunan Unsur Semen Portland ......................................................... 10
Tabel 2.2 Batas-batas Gradasi Agregat Halus..................................................... 11
Tabel 2.3 Batas-batas Gradasi Agregat Halus..................................................... 12
Tabel 2.4 Jenis serat baja.................................................................................... 15
Tabel 2.5 Susunan unsur kimia kaolin................................................................ 17
Tabel 2.6 Komposisi Senyawa Kimia Metakaolin.............................................. 18
Tabel 2.7 Komposisi Fisik Metakaolin............................................................... 18
Tabel 2.8 Nilai Tambah m Jika Pelaksana Tidak Mempunyai Pengalaman....... 26
Tabel 2.9 Perkiraan Kebutuhan Air Per meter Kubik Beton ............................. 28
Tabel 2.10 Penetapan Nilai Slump Adukan Beton.............................................. 32
Tabel 2.11 Rasio Kuat Tekan Beton Pada Berbagai Umur ................................ 32
Tabel 2.12 Beberapa Jenis Beton Menurut Kuat Tekannya................................ 33
Tabel 2.13 Formulir Pengujian Kuat Tekan Beton Dengan Benda Uji Slinder.. 34
Tabel 3.1 Kebutuhan Bahan Tambah Untuk Pengujian Kuat Tekan dan Kuat Tarik
Beton .................................................................................................................. 39
Tabel 3.2 Kapasitas Wadah Ukur........................................................................ 60
Tabel 3.3 Massa Minimum Benda Uji................................................................ 64
Tabel 3.4 Jumlah benda uji yang direncanakan.................................................. 72
Tabel 4.1 Hasil pengujian analisis saringan agregat halus.................................. 75
Tabel 4.2 Hasil gradasi agregat halus pada zona III (agak halus)....................... 76
Tabel 4.3 Hasil pengujian analisis saringan agregat kasar.................................. 77
Tabel 4.4 Hasil gradasi agregat kasar 20 mm..................................................... 78
Tabel 4.5 Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus..................... 79
Tabel 4.6 Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar..................... 80
Tabel 4.7 Pengujian berat isi agregat halus......................................................... 81
Tabel 4.8 Pengujian berat isi agregat kasar......................................................... 81
Tabel 4.9 Pengujian kadar air agregat halus....................................................... 82
Tabel 4.10 Pengujian kadar air agregat kasar..................................................... 83
Tabel 4.11 Pengujian keausan agregat kasar dengan mesin los angeles............. 83
Tabel 4.12 Pengujian kadar lumpur agregat halus.............................................. 84

xix
Tabel 4.13 Pengujian kadar lumpur agregat kasar.............................................. 85
Tabel 4.14 Pengujian pH air................................................................................ 86
Tabel 4.15 Proporsi campuran beton variasi I.................................................... 86
Tabel 4.16 Proporsi campuran beton variasi II................................................... 87
Tabel 4.17 Hasil pengujian slump....................................................................... 89
Tabel 4.18 Hasil pengujian kuat tekan beton 7 hari dan FAS 0,27..................... 90
Tabel 4.19 Hasil pengujian kuat tekan beton 7 hari dan FAS 0,45..................... 91
Tabel 4.20 Hasil pengujian kuat tekan beton 28 hari dan FAS 0,27................... 93
Tabel 4.21 Hasil pengujian kuat tekan beton 28 hari dan FAS 0,45................... 94
Tabel 4.22 Hasil pengujian kuat tarik belah beton 7 hari dan FAS 0,27............ 96
Tabel 4.23 Hasil pengujian kuat tarik belah beton 7 hari dan FAS 0,45............ 97
Tabel 4.24 Hasil pengujian kuat tarik belah beton 28 hari dan FAS 0,27.......... 98
Tabel 4.25 Hasil pengujian kuat tarik belah beton 28 hari dan FAS 0,45.......... 100
Tabel 4.26 Hasil kuat tekan beton normal.......................................................... 102
Tabel 4.27 Perbandingan kuat tekan beton pada variasi campuran.................... 102
Tabel 4.28 Perbandingan nilai kuat tekan beton pada penelitian saya dan
penelitian sebelumnya......................................................................................... 104
Tabel 4.29 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tarik belah beton.......................... 105

xx
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang memiliki banyak
kelebihan. Salah satu kelebihan beton mempunyai kuat tekan yang sangat tinggi
dan dapat dibentuk sesuai kebutuhan. Beton juga memiliki kekurangan yang
terletak pada kuat lentur dan kuat tarik yang sangat rendah.
Perkembangan teknologi semakin maju terutama pada perancangan kuat
tekan dan kuat tarik beton. Kini, untuk membuat beton tidak hanya mengandalkan
bahan-bahan beton konvensional yaitu kerikil, pasir, semen, dan air. Namun bisa
juga dipadukan dengan serat atau limbah yang berbentuk serat. Pada bidang
konstruksi salah satu alternatif untuk mengatasi retak lebih cepat akibat beban
lentur yang diterima pada beton yaitu menggunakan beton serat. Beton serat yang
dimaksudkan bukan inovasi semata, tetapi juga untuk meningkatkan mutu beton.
Dengan penambahan serat kedalam beton normal maka sifat-sifat struktural beton
akan diperbaiki. Serat-serat di dalam beton bersifat mekanis, sehingga tidak akan
bereaksi secara kimiawi dengan bahan beton lainnya.
Serat yang bisa digunakan yaitu potongan dari serat bubut besi. Serat
tersebut bisa ditambahkan atau disubtitusikan kedalam proporsi campuran beton.
Bubut besi yang didapatkan dari proses pembubutan benda uji menggunakan jenis
baja ST37 yang diproses mesin bubut manual dan mesin bubut otomatis CNC
yang dilakukan di bengkel Ahab yang berada di Kota Pangkalpinang. Proses
tersebut menghasilkan serat besi yang berbentuk spiral dengan ukuran yang
panjang dan tebal yang berbeda. Serat tersebut termasuk limbah karena tidak
memiliki fungsi.
Kota Pangkalpinang merupakan pusat pemerintahan dan juga pusat aktivitas
bisnis/perdagangan dan indusrti yang ada di Bangka Belitung. Salah satu industri
yang ada di Kota Pangkalpinang adalah industri pembubutan logam. Terdapat
beberapa lokasi indusrti pembubutan logam yang berada di Kota Pangkalpinang
yaitu Bengkel Ahab, Bengkel Amen, CV. Mustika Logam, dan Bengkel Abe
Bubut Las Hidrolik. Dari survey yang dilakukan jumlah limbah bubut besi pada

1
2

Bengkel Ahab sekitar 10 ton/tahun, Bengkel Amen sekitar 5 ton/tahun, CV.


Mustika Logam sekitar 6 ton/tahun, dan Bengkel Abe Bubut Las Hidrolik sekitar
9 ton/tahun. Limbah bubut besi biasanya tidak digunakan lagi, sehingga
menyebabkan pencemaran lingkungan.
Berdasarkan keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indonesia Nomor 231/MPP/Kep/7/1997 pasal 1 tentang prosedur impor limbah,
menyatakan bahwa limbah adalah bahan/barang sisa atau bekas dari suatu
kegiatan atau proses produksi yang fungsinya sudah berubah dari aslinya, kecuali
yang dapat dimakan oleh manusia dan hewan. Bahan kimia dan serat biasanya
digunakan dalam penelitian untuk campuran beton.
Metakaolin merupakan salah satu bahan tambah yang dapat meningkatkan
kuat tekan beton karena metakaolin memiliki kandungan pozzolan yang terbentuk
dari pembakaran mineral kaolin pada kisaran suhu 450-900°C, dan metakaolin
akan terbentuk secara sempurna pada kisaran suhu 700-800°C (Sabir dkk dalam
Safitri, 2011). Kaolin yang digunakan pada penelitian ini berada di Kecamatan
Parittiga Kabupaten Bangka Barat. Kecamatan Parittiga merupakan salah satu
lokasi penambangan kaolin yang berada di Pulau Bangka. Hasil dari
penambangan kaolin ini biasanya di ekspor keluar.
Penggunaan metakolin yang berlebihan menyebabkan beton sulit dalam
pengerjaannya dikarenakan luas permukaan metakaolin lebih besar dibandingkan
dengan semen. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan cara
menambahkan bahan kimia berupa superplasticizer dikarenakan superplasticizer
memiliki kandungan yang bisa memudahkan dalam pengerjaan beton.
Superplasticizer yang digunakan pada penelitian adalah jenis concrete adiditive.
Concrete adiditive merupakan material superplasticizer yang dapat mengurangi
penggunaan air di beton ± 15%, menambah kekuatan beton, mengurangi keropos
pada beton dan memudahkan dalam pengerjaan beton.
Pada penelitian yang dilakukan Pratama (2020) penambahan limbah bubut
besi 10% dapat meningkatkan kuat tarik beton melebihi beton normal hingga
10,495% dan Dharmawan dkk. (2017) penambahan metakaolin dan
superplasticizer 12,5% dapat meningkatkan kuat tekan beton melebihi beton
normal hingga 47,028%.
3

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka peneliti ingin


mengkombinasikan dan membandingkan hasil penelitian sebelumnya dengan
penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Penambahan Limbah bubut besi,
Metakaolin dan Superplasticizer Terhadap Kuat Tekan Dan Kuat Tarik Beton”,
sehingga diharapkan dapat meningkatkan kekuatan yang lebih baik dari penelitian
sebelumnya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana pengaruh penambahan limbah bubut besi, metakaolin dan
superplasticizer terhadap kuat tekan beton dan perbandingan kuat tekan
dengan penelitian sebelumnya?
2. Bagaimana pengaruh penambahan limbah bubut besi, metakaolin dan
superplasticizer terhadap kuat tarik beton?

1.3 Batasan Masalah


Untuk membatasi permasalahan agar penelitian ini lebih terarah dan tidak
meluas maka perlu adanya pembatasan sebagai berikut:
1. Agregat halus yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasir yang berada di
Universitas Bangka Belitung.
2. Metakaolin yang digunakan berasal dari hasil pembakaran kaolin yang berada
di Kecamatan Parittiga.
3. Limbah bubut yang digunakan berasal dari Kota Pangkalpinang.
4. Semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen portland tipe 1
merek Tiga Roda.
5. Perencanaan variasi komposisi campuran yaitu 0%, 5%, 7,5%, metakaolin dan
limbah bubut besi, 1,7% superplasticizer dari berat semen.
6. Faktor air semen yang digunakan 0,27 (Dharmawan dkk. 2017) dan 0,45
(Pratama, 2020).
7. Superplasticizer jenis concrete adiditive.
8. Benda uji berupa silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm
9. Pengujian kuat tekan dan kuat tarik dilakukan pada umur 7 hari dan 28 hari.
4

10. Mutu beton yang direncanakan adalah ƒ’c 32 MPa dan 40 MPa yang dapat
digunakan untuk struktur beton bertulang, bagian-bagian struktur penahan
beban, misalnya kolom, balok dinding yang menahan beban dan sebagainya.
11. Jumlah benda uji masing-masing 3 buah untuk setiap variasi pemakaian
limbah bubut besi dan metakaolin.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan limbah bubut besi, metakaolin
dan superplasticizer terhadap kuat tekan beton dan perbandingan kuat tekan
dengan penelitian sebelumnya.
2. Untuk mengetahui pengaruh penambahan limbah bubut besi, metakaolin
dan superplasticizer terhadap kuat tarik beton.

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manafaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan yang baru bagi penulis
dan bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.
2. Mengurangi jumlah limbah dari pembubutan logam terhadap pencemaran
lingkungan yang terjadi di Indonesia.
3. Dapat dijadikan referensi penelitian selanjutnya.

1.6 Keaslian Penelitian


Penelitian ini dibuat untuk melengkapi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Strata Satu pada Program Studi Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, penelitian tentang Pengaruh Penambahan
Limbah Bubut Besi dan Metakaolin Terhadap Kuat Tekan dan Kuat Tarik Beton
dengan variasi 5%, 10%, dan fas 0,27, 0,45 belum pernah dilakukan, kecuali ada
beberapa bagian yang merupakan sumber informasi yang perlu dicantumkan
sebagaimana mestinya.
5

1.7 Sistematika Penulisan


Untuk mempermudah penulisan skripsi, penulis uraikan dalam sistematika
penulisan yang di bagi dalam 5 (lima) pokok bahasan.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan tentang gambaran umum tentang latar
belakang mengenai judul dalam skripsi, rumusan masalah dalam
penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan dan
sistematika penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menyajikan penelitian terdahulu yang mengenai judul
penelitian, dan menyajikan teori secara singkat dan gambaran umum
mengenai karakteristik beton serta material pembuatnya, dan
karakteristik limbah bubut besi, metakaolin dan superplasticizer.
BAB III METODELOGI PENELITIAN
Bab ini menyajikan bahasan mengenai tahapan penelitian,
pengumpulan data, bahan dan alat penelitian, lokasi penelitian dan
pengujian yang dilakukan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menyajikan hasil analisis perhitungan data-data yang
diperoleh dari hasil pengujian serta pembahasan dari hasil pengujian
yang diperoleh.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Merupakan bab penutup yang berisikan simpulan dari hasil analisis
masalah dan disertai dengan saran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


Rusdiyadi (2018) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Penggunaan Abu Terbang (Fly Ash) Kelas F Dan Metakaolin Belitung Pada Beton
Normal Dengan Fas 0,5”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan
kuat tekan beton untuk variasi campuran beton normal yang menggunakan
material substitusi semen dengan abu terbang (Fly Ash) dan metakaolin dengan
nilai fas (faktor air semen) 0,5. Komposisi substitusi abu terbang (Fly Ash)
sebanyak 20% dari berat semen, komposisi metakaolin sebanyak 5% dari berat
semen dan komposisi abu terbang (Fly Ash) 15% dikombinasi dengan metakaolin
sebanyak 5% dari berat semen. Dari hasil penelitian didapatkan untuk umur beton
14 hari nilai kuat tekan tertinggi pada campuran abu terbang 20% sebesar 24,04
MPa, dan untuk kuat tekan terendah pada campuran metakaolin 5% sebesar 22,54.
Untuk umur beton 28 hari nilai kuat tekan tertinggi pada campuran abu terbang
20% sebesar 27,60 MPa, dan untuk kuat tekan terendah pada campuran
metakaolin 5% sebesar 22,69 MPa.
Wibowo (2018) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh
Penggunaan Fly Ash Dan Metakaolin Pada Beton Normal Dengan Fas=0,6”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kuat tekan beton dan variasi
optimum material bahan tambah abu terbang (Fly Ash) dan metakaolin yang
digunakan pada campuran beton normal dengan factor air semen (f.a.s)=0,6.
Variasi proporsi campuran yaitu 0%, 30% FA, 5% MK, dan 25% FA + 5% MK.
Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai kuat tekan rat-rata beton tertinggi pada
umur 28 hari yaitu berupa campuran beton dengan variasi abu terbang (Fly Ash)
30% yaitu sebesar 28,93 MPa. Untuk campuran beton normal memiliki kuat tekan
beton sebesar 26,42 MPa, campuran beton dengan variasi Fly Ash 25% dan
metakaolin 5% memiliki kuat tekan beton sebesar 24,64 MPa, sedangkan nilai
kuat tekan rata-ratat rendah beton pada umur 28 hari yaitu berupa campuran beton
dengan variasi metakaolin 5% yaitu sebesar 23,29 MPa.

6
7

Dharmawan dkk. (2017) melakukan penelitian yang berjudul “Kajian


Pengaruh Variasi Komposisi Metakaolin Terhadap Parameter Beton Memadat
Mandiri Dan Kuat Tekan Beton Mutu Tinggi”. Benda uji yaitu beton HSSCC
dengan kadar bahan tambah metakaolin digunakan sebesar 0%, 5%, 7,5%,
10%,dan 12,5%. Pengujian dilakukan pada umur 14 dan 28 hari. Berdasarkan
hasil penelitian, Penambahan variasi metakaolin pada campuran beton mutu tinggi
memadat mandiri meningkatkan kuat tekan beton secara linier. Peningkatan kuat
tekan beton tertinggi terjadi pada penambahan 12,5% metakaolin pada umur 14
hari (32,18%) dan 28 hari (45,87%). Metakaolin memperlambat waktu ikat semen
dan menurunkan kuat tekan awal beton umur 14 hari. Semakin banyak MK yang
digunakan, workabilitas semakin menurun. Hanya penambahan metakaolin
dengan kadar 5%, 7,5%, dan 10% yang memenuhi parameter fillingability dan
passingability berdasarkan EFNARC 2002.
Safitri (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Penggunaan Serat
Alumunium Dan Metakaolin Terhadap MOR Dan MOE Beton”. Beton dilakukan
pengujian setelah umur 28 hari dengan variasi penambahan serat alumunium 0%,
0,33%, 0,66%, dan 1% dari volume adukan beton. Kadar metakaolin 7,5% dari
berat semen. Dari variasi penambahan serat alumunium 0%, 0,33%, 0,66%, dan
1% didapatkan mutu beton paling baik pada kadar serat alumunium 0,33%. Kuat
tekan, MOE dan MOR beton pada penambahan serat 0,33% dari volume adukan
beton dan metakaolin 7,5% dari berat semen masing-masing adalah 20,0047 MPa,
13,92667 MPa, dan 4,6629 MPa.
Pratama dkk. (2020) melakukan penelitian yang berjudul “Penambahan
Serat Limbah Bubut Besi Terhadap Kuat Tarik dan Kuat Lentur Beton Normal”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kuat tekan, kuat tarik,
kuat lentur dan modulus elastisitas antara beton normal dengan beton yang
menggunkan bahan tambah limbah bubut besi. Pengujian pada penelitian ini
dilakukan pada umur 28 hari. Hasil yang d iperoleh pada penelitian ini adalah
pengujian kuat tekan, dan kuat tarik meningkat secara linier sedangkan kuat lentur
didapat nilai terbesar pada variasi 10% yaitu sebesar 5,12 MPa.
8

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Beton Normal
Berdasarkan SNI 7656-2012, beton merupakan campuran antara semen
portland atau semen hidrolis yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan
atau tanpa bahan tambah, membentuk massa yang padat, kuat dan stabil.
Menurut ASTM C125 (American Society for Testing and Material), beton
adalah suatu komposisi bahan yang terdiri terutama dari media pengikat yang
didalamnya tertanam partikel atau pigmen agregat.
Menurut Tjokrodimuljo (2007), beton dibandingkan dengan bahan
bangunan lain mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:
1. Harganya relatif murah karena menggunakan bahan-bahan yang umumnya
tersedia didekat lokasi pembangunan.
2. Termasuk bahan yang awet, tahan aus, tahan kebakaran, tahan terhadap
pengkaratan atau pembusukan oleh kondisi lingkungan, sehingga biaya
perawatan murah.
3. Kuat tekan cukup tinggi sehingga dikombinasikan dengan baja tulangan
(yang kuat tariknya tinggi).
4. Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk
dan ukuran sesuai keinginan.
Walaupun mempunyai kelebihan, namun beton juga mempunyai
kekurangan, di antaranya.
1. Bahan dasar penyusun beton (agregat halus maupun agregat kasar)
bermacam-macam sesuai dengan lokasi pengambilannya, sehingga cara
perencanaan dan cara pembuatannya bermacam-macam pula.
2. Beton keras mempunyai beberapa kelas kekuatan sehingga harus
disesuaikan dengan bagian bangunan yang dibuat, cara perencanaan dan
pelaksanaannya bermacam-macam pula.
3. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga getas/rapuh dan mudah
retak.
Dalam pembuatan beton normal, langkah-langkah pekerjaannya meliputi.
1. Pemeriksaan sifat dan bahan dasar,
2. Penentuan kekuatan beton yang diinginkan,
9

3. Pemeriksaan mutu pekerjaan pembetonan sebelumnya,


4. Perencanaan campuran adukan beton,
5. Percobaan campuran adukan beton,
6. Percobaan pendahuluan,
7. Pengendalian (pemantauan dan evaluasi) selama pekerjaan pembetonan.
Mutu beton normal yang memiliki berat volume ±2400 kg/m³ dan paling
banyak dipakai sebagai tujuan struktural dibagi dalam 3 kategori berdasarkan
kekuatan tekan yaitu.
1. Beton mutu rendah: kekuatan kurang dari 20 MPa
2. Beton mutu normal: kekuatan 20 MPa – 40 MPa
3. Beton mutu tinggi: kekuatan lebih dari 40 MPa.
Berdasarkan SNI-03-2834-1993, proporsi campuran beton harus
menghasilkan beton yang memenuhi persyaratan sebagai berikut.
1. Kekentalan yang memungkinkan pengerjaan beton (penuangan, pemadatan,
dan perataan) dengan mudah dapat mengisi acuan dan menutup permukaan
secara serba sama (homogen)
2. Keawetan
3. Kuat tekan
4. Ekonomis

2.2.2 Beton Serat


Menurut Tjokrodimuldjo (2007), beton serat (fibre concret) sebagai bahan
komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat. Serat
pada umumnya berupa batang-batang dengan diameter antara 5 dan 500 μm
(mikrometer), dan panjang sekitar 10-50 mm. Bahan serat berupa asbestos, serat
tumbuh-tumbuhan (rami, bamboo, ijuk) serat plastic (polypropylene) atau
potongan kawat baja. Penambahan serat yang dimaksud untuk memperbaiki
kelemahan yang dimiliki oleh beton yaitu kuat tarik yang rendah.
Menurut Tjokrodimuldjo (2007), keuntungan penambahan serat dalam
adukan beton yaitu:
1. Menambah kuat tarik, karena memiliki kuat tarik yang rendah.
2. Menambah daktilitas, karena beton adalah bahan yang getas.
3. Menambah ketahanan terhadap retak.
10

2.2.3 Semen Portland


Menurut Tjokrodimuldjo (2007), semen Portland ialah semen hidrolis yang
dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker, yang terutama terdiri dari silikat-
silikat yang bersifat hidrolis, dan gips sebagai bahan pembantu.
Sesuai dengan tujuan pemakaiannya, semen Portland di Indonesia
[Spesipikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan Bukan Logam), SK-
SNI-S-04-1989- F] dibagi menjadi 5 (lima) jenis, yaitu:
1. Jenis I: Semen portland untuk konstruksi umum, yang tidak memerlukan
persyaratan khusus seperti disyaratkan pada jenis-jenis lain.
2. Jenis II: Semen Portland untuk konstruksi yang agak tahan terhadap sulfat
dan panas hidrasi sedang.
3. Jenis III: Semen Portland untuk konstruksi dengan syarat ketentuan awal
yang tinggi.
4. Jenis IV: Semen Portland untuk konstruksi dengan syarat panas hidrasi yang
rendah.
5. Jenis V: Semen Portland untuk konstruksi dengan syarat sangat tahan
terhadap sulfat.
Bahan dasar semen Portland terdiri dari bahan-bahan yang mengandung
kapur, silika, dan oksida besi, yang berintraksi satu sama lain membentuk
serangkaian produk yang lebih komplek selama proses peleburan. Bahan dasar
semen Portland dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Susunan unsur semen Portland


Oksida Persen
Kapur, CaO 60-65
Silika, SiO2 17-25
Alumina, Al₂O₃ 3-8
Besi, Fe₂O₃ 0,5-6
Magnesium, MgO 0,5-4
Sulfur, SO₃ 1-2
Soda/potash, Na₂O + K₂O 0,5-1
Sumber: Tjokrodimuljo, 2007
11

2.2.4 Agregat
Menurut Tjokrodimuldjo (2007), agregat ialah butiran mineral alami yang
berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar atau beton. Walaupun
namanya hanya sebagai bahan pengisi tetapi agregat kasar sangat berpengaruh
terhadap sifat-sifat mortar/beton.
1. Agregat berdasarkan ukuran butiran
Berdasarkan SNI-03-2834-1993, agregat dibedakan menjadi dua bagian
yaitu:
1) Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batu
atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir terbesar 5,00 mm.
2) Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi dari batu atau
berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir 5,00-40,00 mm.
2. Gradasi Agregat
Menurut Tjokrodimuldjo (2007), gradasi agregat ialah distribusi ukuran
butiran dari agregat. Sebagai pernyataan gradasi dipakai nilai persentase dari
berat butiran yang tertinggal atau lewat didalam suatu susunan ayakan.
Gradasi agregat dibedakan atas.
1) Gradasi agregat halus
Gradasi agregat halus dapat dilihat padat Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Batas-batas gradasi agregat halus
Ukuran Persentase lolos saringan
saringan (mm) Kasar Agak Kasar Agak Halus Halus
10 100 100 100 100
4,8 90-100 90-100 90-100 95-100
2,4 60-95 75-100 85-100 95-100
1,2 30-70 55-90 75-100 90-100
0,3 5-20 8-30 12-40 15-50
0,15 0-10 0-10 0-10 0-15
Sumber: Tjokrodimuljo, 2007
12

2) Gradasi agregat kasar


Gradasi agregat kasar dapat dilihat padat Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Batas-batas gradasi agregat kasar
Persentase lolos saringan
Ukuran saringan (mm)
40 mm 20 mm
40 95-100 100
20 30-70 95-100
10 10-35 22-55
4,8 0-5 0-10
Sumber: Tjokrodimuljo, 2007
3) Gradasi agregat khusus
a) Gradasi sela
Gradasi sela didefinisikan sebagai suatu agregat dengan salah satu
fraksi atau lebih yang berukuran tertentu tidak ada. Agregat dengan
gradasi sela tidak tampak berpengaruh terhadap kuat tekan maupun
kuat tarik beton.
b) Gradasi seragam
Agregat dengan gradasi seragam adalah agregat yag terdiri dari
butiran-butiran yang sama besar. Agregat seragam dengan ukuran 20
mm adalah agregat yang butir-butirnya lolos pada ayakan 20 mm dan
tertahan pada ayakan 10 mm.
3. Persyaratan Agregat
Berdasarkan SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A),
agregat untuk bahan bangunan sebaiknya dipilih yang memenuhi
persyaratan sebagai berikut (Tjokrodimuldjo, 2007).
1) Agregat halus
a) Butir-butirnya tajam dan keras dengan indeks kekerasan < 2,2
b) Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca (terik matahari
dan hujan). Jika diuji dengan larutan garam natrium sulfat bagian yang
hancur maksimal 12 %, jika dengan garam magnesium sulfat
maksimum 18 %.
c) Tidak mengandung lumpur (butir halus yang lewat ayakan 0,06 mm)
lebih dari 5 %.
13

d) Tidak mengandung zat organis terlalu banyak, yang dibuktikan


dengan percobaan warna cairan diatas endapan agregat halus tidak
boleh lebih gelap daripada warna standar/pembanding.
e) Modulus halus butir antara 1,50-3,80 dan dengan variasi butir sesuai
standar gradasi.
f) Khusus untuk beton dengan keawatan tingkat tinggi, agregat halus
harus tidak reaktif terhadap alkali.
g) Agregat halus dari laut/pantai, boleh dipakai asalkan dengan petunjuk
dari Lembaga pemeriksa bahan-bahan yang diakui.
2) Agregat kasar
a) Butir-butir kasar dan tidak berpori. Indeks kekerasan < 5% (diuji
dengan goresan batang tembaga). Bila diuji dengan bejana Rudeloff
atau Los Angeles.
b) Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca (terik matahari
dan hujan). Jika diuji dengan larutan garam natrium sulfat bagian yang
hancur maksimal 12%, jika dengan garam magnesium sulfat
maksimum 18%.
c) Tidak mengandung lumpur (butir halus yang lewat ayakan 0,06 mm)
lebih dari 11%.
d) Tidak boleh mengandung zat-zat reaktif terhadap alkali.
e) Butiran agragat yang pipih dan Panjang tidak boleh lebih dari 20%
f) Modulus halus butir antara 6-7,10 dan dengan variasi butir sesuai
standar gradasi.
g) Ukuran butir maksimum tidak boleh melebihi dari 1/5 jarak terkecil
antara bidang-bidang samping cetakan, 1/3 tebal pelat beton, ¾ jarak
bersih antar tulangan atau berkas tulangan.
2.2.5 Air
Menurut Tjokrodimuldjo (2007), air merupakan bahan dasar pembuatan
beton yang paling penting, air diperlukan untuk bereaksi dengan semen portland
dan menjadi pelumas antara butir-butir agregat, agar mudah dikerjakan (diaduk,
dituang, dan dipadatkan).
14

Air sebagai bahan bagunan sebaiknya memenuhi syarat sebagai berikut


(Standar SK SNI S-04-1989-F, Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A):
1. Air harus bersih.
2. Tidak mengandung lumpur, minyak, dan benda melayang lainnya, yang
dapat dilihat secara visual. Benda tersuspensi ini tidak boleh lebih dari 2
gram per liter.
3. Tidak mengandung garam-garam yang larut dan dapat merusak beton
(asam, zat organic) lebih dari 15 gram per liter.
4. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram per liter.
5. Tidak mengandung senyawa sulfat (sebagai SO3) lebih dari 1 gram per liter.

Untuk air perawatan dapat dipakai juga air untuk pengadukan, tetapi harus
yang tidak menimbulkan noda atau endepan yeng merusak warna permukaan.
Karena kualitas beton akan berkurang jika mengandung air kotoran.

2.2.6 Limbah Serat Bubut Besi


Limbah serat bubut besi didapat dari proses pembuatan benda uji dengan
bahan uji yang menggunakan baja dengan kode ST37 yaitu baja memiliki batas
tarik sebesar 370 N/mm2. Baja tersebut dibentuk sesuai gambar kerja
menggunakan mesin bubut (Machine Turning) dan CNC yang dilakukan
dibengkel Ahab. Serat dihasilkan dari proses pembubutan besi yang biasa disebut
gram besi. Gram besi berbentuk ulir memanjang dengan kondisi menggumpal dan
dikatagorikan dalam serat baja dengan tipe deform lurus.

Jenis serat baja yang dimaksudkan untuk beton bertulang didefinisikan


pendek. Panjang diskrit baja yang memiliki rasio aspek (rasio panjang terhadap
diameter) dari sekitar 20 hingga 100 mm, dengan beberapa bagian melintang dan
itu cukup kecil untuk menjadi dispersikan secara acak dengan campuran beton
yang tidak dikeraskan menggunakan prosedur pencampuran biasa. ASTM A820
memberikan klasifikasi untuk jenis serat baja berdasarkan produk yang digunakan
didalamnya dapat dilihat pada Tabel 2.4.
15

Tabel 2.4 Jenis serat baja


Tipe Jenis serat baja
I Pawat yang ditarik dingin
II Potong lembaran
III Lelehan ekstrasi
IV Serat lainnya
Sumber: ASTM A820

Serat baja memiliki bentuk bulat, lurus dihasilkan oleh pemotongan kawat.
Kawat biasanya memiliki diameter antara 0,010 dan 0,039 inci (0,25-1,00 mm).
Serat baja lurus dan datar memiliki penampang melintang tipikal berkisar antara
0,006 hingga ketebalan 0,025 inci (0,150-0,64 mm). Lebar 0,010-0,080 inci (0,25-
2,03 mm) dihasilkan oleh lembar geser atau perataan kawat. Beberapa serat telah
dideformasi dengan menekuk atau meratakan untuk meningkatkan ikatan
mekanis. Serat juga diproduksi dari kawat yang ditarik dingin dicukur membentuk
serat baja. Ada juga tersedia baja serat yang dibuat oleh proses pemesinan yang
menghasilkan potongan panjang. Serat ini memiliki permukaan yang kasar dan
tidak beraturan serta penampang berbentuk bulat. Bentuk serat baja bisa dilihat
pada Gambar 2.1.

Sumber: ACI 544-96, 2002:8


Gambar 2.1 Tipe serat baja
2.2.7 Kaolin
Nama kaolin berasal dari Bahasa Cina “Kau-Ling” yang berarti pegunungan
tinggi. Kaolin merupakan massa batuan yang tersusun dari material lempung
dengan kandungan besi yang rendah, dan umumnya berwarna putih atau agak
keputihan. Kaolin mempunyai komposisi hidraulis aluminium silikat
16

(2H2O.Al2O3.2SiO2) dengan disertai mineral penyerta. Proses pembentukan kaolin


(kaolinisasi) dapat terjadi melalui proses pelapukan dan proses hidroternal alterasi
pada batuan beku felspartik. Endapan kaolin ada dua macam, yaitu endapan
residual dan sedimentasi. Mineral yang termasuk dalam kelompok kaolin adalah
kaolinit, nakrit, dikrit, dan halloysite (Al2(OH)4 SiO5.2H2O), yang mempunyai
kandungan air lebih besar pada umumnya membentuk endapan tersendiri. Sifat-
sifat mineral kaolin antara lain, yaitu 2-2,5, berat jenis 2,6-2,63, plastis
mempunyai daya hantar panas dan listrik yang rendah, serta pH bervariasi
(Sukandarrumidi, 2004).
Hasil pemeriksaan kandungan unsur kimia pada kaolin yang diambil dari
Pangkalpinang, Bangka (Batu Belubang dan Air Mesu) susunan kimia
sebagaimana dapat terlihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Susunan unsur kimia kaolin
No Keterangan Kandungan unsur(%)
1 SiO2 64,28-52,34
2 AhO3 24,00-31,80
3 Fe2O3 1,35-1,70
4 TiO2 0,003-0,02
Sumber: Sukandarrumidi, 2004

2.2.8 Metakaolin
Dalam Safitri (2011), Sabir (2001) menyatakan bahawa metakaolin adalah
pozzolan yang terbentuk dari pembakaran mineral kaolin pada kisaran suhu 450-
900°C, dan metakaolin akan terbentuk secara sempurna pada kisaran suhu 700-
800°C. Metakaolin menekan reaksi alkali silika, seperti yang terjadi pada dam di
Brasil. Metakaolin mengurangi penetrasi klorida sehingga resiko terjadi korosi
pada beton yang bersentuhan langsung dengan klorida berkurang. Karena efek
keuntungan pada kualitas pasta semen, Metakaolin meningkatkan kuat tekan pada
umur 28 hari. Daya tahan terhadap abrasi juga meningkat dengan penggunaan
metakaolin.
Material bahan baku dalam pembuatan metakaolin adalah kaolin tanah liat.
Kaolin bersifat halus, putih, dan merupakan mineral utama dalam pembuatan
porselen. Metakaolin mengandung SiO2 sebanyak 54,64% dari Al2O3 sebanyak
17

42,87% yang merupakan unsur utama semen, sehingga dapat digunakan sebagai
bahan tambah semen (Justice, 2005). Proses kalnisasi menjadi metakaolin
menurut reaksi kimia adalah sebagai berikut:
Panas
Al2SiO5(OH)4 Al2O3 SiO5 + 2H2O
Dalam penelitian ini digunakan metakaolin dengan suhu pembakaran 800ºC.
Dari hasil pengujian Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi
Kegunungapian, Yogyakarta didapat komposisi unsur kimiawi dan persentasenya.
Adapun komposisi senyawa kimia dapat dilihat pada Tabel 2.6 dan untuk
komposisi fisik metakaolin dapat dilihat pada Tabel 2.7.
Tabel 2.6 Komposisi senyawa kimia metakaolin
Komposisi kimia Persentase (%)
SiO2 73,35
Al2O3 15,74
Fe2O3 4,28
CaO 1,94
H2O 0,11
MnO 0,03
MgO 0,48
K2O 1,35
Na2O 1,6
TiO2 0,00
HD 1,00
Sumber: Mediyanto dkk. 2010
Tabel 2.7 Komposisi fisik metakaolin

Bentuk fisik
Bubuk

Warna
Putih
Berat jenis (Specifik Gravity)

2,6
18

Berat isi (Bulk Density)


400 kg/m3

Persentase maksimum tertinggal ayakan 44 micron


0,05 %

Persentase maksimum tertinggal ayakan 16 micron


2%
Sumber: Mediyanto dkk. 2010
Partikel metakaolin yang lolos ayakan 44 micron hampir 100%, sedangkan
pada semen jumlah persentase yang lolos ayakan 44 micron 80%. Secara umum
keuntungan penggunaan metakaolin antara lain:
1. Sebagai pengisi pori-pori beton (filler effect)
Ukuran partikel yang lebih kecil dari semen tetapi lebih besar dari silica
fume memungkinkan metakaolin untuk mengisi pori-pori yang tidak terisi
oleh semen, sehingga meningkatkan kepadatan dan kekuatan beton,
memperkecil permeabilitas dan mengurangi porositas beton.
2. Sebagai pozzolan
Metakaolin sebagai pozzolan yang mengandung silika (SiO2) akan bereaksi
dengan kapur (Ca(OH)2) hasil reaksi hidrasi semen akan menghasilkan
kalsium silikat hidrat (C-S-H) yang memiliki sifat perekat.

2.2.9 Superplasticizer
Superplasticizer merupakan bahan tambah yang dimasukan kedalam beton
segar yang berfungsi dapat meningkatkan nilai slump untuk memudahkan
workability. Superplasticizer juga dapat meningkatkan mutu beton akibat
pengurangan pemakain air sehingga faktor air semen menjadi lebih rendah dengan
slump yang meningkat (Harti, 2019).
Secara sederhana superplasticizer berfungsi membuat adukan lebih encer
dengan udara yang sedikit. Superplasticizer didalam klasifikasi ASTM masuk
19

dalam katagori admixture tipe F. Klasifikasi ASTM C494-82, tedapat 7 jenis


admixture sebagai berikut:
1. Tipe A: Water Reducer atau plasticizer
Bahan kimia tamabahan untuk mengurangi jumlah air yang digunakan.
Dengan pemakaian bahan ini diperoleh adukan dengan faktor air semen
lebih rendah pada nilai kekentalan adukan yang sama, atau diperoleh
kekentalan adukan lebih encer pada faktor air semen yang sama.
2. Tipe B: Retarder
Bahan kimia untuk memperlambat proses ikatan semen. Bahan ini
digunakan apabila dibutuhkan waktu yang cukup lama antara
pencampuran/pengadukan beton dengan penuangan adukan atau dimana
jarak tempat pengadukan beton dan tempat penuangan adukan cukup jauh.
3. Tipe C: Accelerator
Bahan kimia untuk mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton.
Bahan ini digunakan jika penuangan adukan dilakukan dibawah permukaan
air, atau pada struktur beton yang memerlukan pengerasan segera.
4. Tipe D: Water Reducer Retarder
Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan
memperlambat proses ikatan.
5. Tipe E: Water Reducer Accelerator
Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan
mempercepat proses ikatan.
6. Tipe F: High Range Water Reducer (Superplasticizer)
Bahan kimia yang berfungsi mengurangi air sampai 12% atau bahkan lebih.
7. Tipe G: High Range Water Reducer
Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan
mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton.
Bahan kimia tambahan biasanya dimasukkan dalam campuran beton dalam
jumlah yang relatif kecil dibandingkan dengan bahan-bahan utama, maka
tingkatan kontrolnya harus lebih besar daripada pekerjaan beton biasa. Hal ini
untuk menjamin agar tidak terjadi kelebihan dosis, karena dosis yang berlebihan
20

akan mengakibatkan menurunnya kinerja beton bahkan lebih ekstrem lagi bisa
menimbulkan kerusakan pada beton.

2.2.10 Faktor Air Semen (FAS)


Faktor air semen (FAS) atau water cement ratio (wcr) adalah indikator yang
penting dalam perancangan campuran beton karena FAS merupakan perbandingan
jumlah air terhadap jumlah semen dalam suatu campuran beton.
Peningkatan jumlah air akan meningkatkan kemudahan pengerjaan dan
pemadatan, tetapi akan mereduksi kekuatan beton, menimbulkan segregasi dan
bleeding. Pada umumnya tiap partikel membutuhkan air supaya plastis sehingga
dapat dengan mudah dikerjakan. Harus ada cukup air terserap pada permukaan
partikel, yang kemudian air tersebut akan mengisi ruang antar partikel. Partikel
halus memiliki luas permukaan yang besar sehingga butuh air yang banyak. Dilain
pihak tanpa partikel halus beton tidak akan mencapai plastisitas. Jadi faktor air
semen (FAS) tidak dapat dipisahkan dengan grading agregat.
Faktor Air Semen juga sangat berhubungan dengan kuat tekan beton.
Menurut Murdock dan Brook (1986) dalam Sari dkk. (2015), bahwa pada bahan
beton dalam pengujian tertentu, jumlah air semen yang dipakai akan menentukan
kuat tekan beton, asalkan campuran beton tersebut cukup plastis dan mudah untuk
dikerjakan. Semakin tinggi nilai FAS, mengakibatkan penurunan mutu kekuatan
beton. Namun nilai FAS yang semakin rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan
beton semakin tinggi. Jika FAS semakin rendah, maka beton akan semakin sulit
untuk dipadatkan. Dengan demikian, ada suatu nilai FAS yang optimal yang dapat
menghasilkan kuat tekan beton yang maksimal. Menurut Tjokrodimulyo (2007)
umumnya nilai FAS yang diberikan dalam praktek pembuatan beton min. 0,4 dan
max. 0,65.
Menurut Mindess dkk. (2003) dalam Sari dkk. (2015), bila faktor air semen
terlalu rendah, maka adukan beton sulit untuk dipadatkan. Dengan demikian ada
suatu nilai faktor air semen optimum yang menghasilkan kuat tekan beton
maksimum. Kepadatan adukan beton sangat mempengaruhi kuat tekan beton
setelah mengeras. Adanya udara sebanyak 5% dapat mengurangi kuat tekan beton
sampai 35% dan pori-pori sebanyak 10% dapat mengurangi kuat tekan beton
sampai 60%.
21

2.2.11 Pengujian Bahan


Material-material yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan pengujian
terlebih dahulu sebelum digunakan pada campuran beton.
1. Analisa saringan agregat kasar dan halus (SNI 03-1968-1990)
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi)
agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan saringan. Analisa
saringan adalah penentuan persentase berat butiran agragat yang lolos dari satu
set saringan kemudian angka-angka persentase digambarkan pada grafik
pembagian butir.
Rumus yang digunakan sebagai berikut:

1) Persentase tertahan pada masing-masing saringan


Berat tertahan
(%) tertahan = x 100% ......................................................2.1
Berat total
2) Persentase lolos pada masing-masing saringan
(%) lolos = 100 % - persentase tertahan...................................................2.2
3) Persentase berat tertahan komulatif
(%) berat tertahan komulatif = 100 % - persentase lolos.........................2.3
4) Modulus kehalusan butir
Jumlah berat tertahan komulatif
Modulus kehalusan butir = ...................2.4
100 %
2. Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar (SNI 03-1969-2008)
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis (Bulk), berat jenis
kering permukaan jenuh (Saturated Surface Dry = SSD), berat jenis semu
(apparent), serta penyerapan agregat kasar. Hasil dari pengujian ini nantinya
akan digunakan untuk menentukan berat jenis campuran.
1) Berat jenis (Bulk) adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat
air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada
suhu tertentu.
2) Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) adalah perbandingan antara berat
agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama
dengan isi agregat dalam keaadan jenuh pada suhu tertentu.
22

3) Berat jenis semu (Apparent) adalah perbandingan antara berat agregat


kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam
keadaan kering pada suhu tertentu.
4) Penyerapan (Absorption) adalah perbandingan berat air yang dapat diserap
quarry terhadap berat agregat kering, dinyatakan dalam persen.
Rumus yang digunakan sebagai berikut:
Bk
a) Berat jenis curah (Bulk) = ........................................................2.5
Bj - Ba
Bj
b) Berat jenis kering permukan jenuh (SSD) = ............................2.6
Bj - Ba
Bk
c) Berat jenis semu (Apparent) = ................................................2.7
Bk - Ba
Bj - Bk
d) Penyerapan (Absorption) = x 100%........................................2.8
Bk
Dengan:
Bj = Berat benda uji kering permukaan jenuh (SSD) (gram).
Bk = Berat benda uji kering oven (gram)
Ba = Berat benda uji kering permukaan (gram)
Bt = Berat piknometer + benda uji + air (gram)
3. Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus (SNI 03-1970-2008)
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis (Bulk), berat jenis
kering permukaan jenuh (Saturated Surface Dry = SSD), berat jenis semu
(apparent), serta penyerapan agregat halus. Hasil dari pengujian ini nantinya
akan digunakan untuk menentukan berat jenis campuran.
1) Berat jenis curah (Bulk) adalah perbandingan antara berat agregat kering dan
berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keaadaan jenuh
pada suhu tertentu.
2) Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) adalah perbandingan antara berat
agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama
dengan isi agregat dalam keaadan jenuh pada suhu tertentu.
3) Berat jenis semu (Apparent) adalah perbandingan antara berat agregat
kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam
keadaan kering pada suhu tertentu.
23

4) Penyerapan (Absorption) adalah perbandingan berat air yang dapat diserap


quarry terhadap berat agregat kering, dinyatakan dalam persen.
Rumus yang digunakan sebagai berikut:
Bk
a) Berat jenis curah (Bulk) = ................................................2.9
Ba + Bj - Bt
Bj
b) Berat jenis kering permukan jenuh (SSD) = ...................2.10
Ba + Bj – Bt
Bk
c) Berat jenis semu (Apparent) = .......................................2.11
Ba + Bk – Bt
Bj - Bk
d) Penyerapan (Absorption) = x 100%.......................................2.12
Bk

Dengan:
Bj = Berat benda uji kering permukaan jenuh (SSD) (gram).
Bk = Berat benda uji kering oven (gram)
Ba = Berat benda uji kering permukaan (gram)
Bt = Berat piknometer + benda uji + air (gram)
4. Pengujian berat isi agregat kasar dan halus (SNI 03-1973-2008)
Berat isi adalah perbandingan antara berat dan isi. Pengujian berat isi agregat
bertujuan untuk mengetahui berat isi dari agregat tersebut.
Rumus yang digunakan yaitu:
Mc - Mm
Berat isi (D) = ...............................................................................2.13
Vm
Dengan:
D = Berat isi beton (kg/m3)
Mc = Berat wadah ukur yang diisi beton (kg)
Mm = Berat waduh ukur (kg)
Vm = Volume wadah ukur (m3)
5. Pengujian kadar air agregat (SNI 03-1971-2011)
Pengujian ini diksudkan untuk menetukan kadar air agregat dengan cara
pengeringan. Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air
yang dikandung agregat dengan agregat dalam keadaan kering, dinyatakan
dalam persen.
Rumus yang digunakan yaitu:
24

W3 - W5
Kadar air agregat = x 100%......................................................2.14
W5
Dengan:
W3 = Berat benda uji awal (gram)
W5 = Berat benda uji kering (gram)
6. Pengujian keausan agregat kasar dengan mesin Los Angeles (SNI 03-2417-
2008)
Pengujian ini diksudkan untuk menetukan ketahanan agregat kasar terhadap
keausan dengn menggunkan mesin Los Angeles. Keausan tersebut dinyatakan
dengan perbandingan antara berat tahan aus lewat saringan no.12 terhadap
berat semula dalam persen.
Rumus yang digunakan yaitu:
a - b
Keausan agregat = x 100%.................................................................2.15
a
Dengan:
a = Berat benda uji semula (gram)
b = Berat benda uji tertahan saringan No.12 (gram)
7. Pengujian kadar lumpur agregat kasar dan agregat halus (SNI 03-4142-1996)
Pengujian dimaksudkan untuk menghitung nilai kadar lumpur yang ada dalam
agregat yang akan dipakai dalam pembuatan campuran beton. Adapun rumus
yang dipakai dalam pengujian ini adalah:
W1 - W2
Kadar Lumpur = x 100 %...............................................................2.16
W2
Dengan:
W1 = Berat benda uji semula (gram)
W2 = Berat benda uji setelah kering oven (gram)

2.2.12 Perancangan Campuran Adukan Beton


Dalam bidang pembuatan bangunan banyak digunakan beton normal dengan
kuat tekan bervariasi dari 20 MPa sampai 30 MPa. Akibat variasi kuat tekan serta
variasi sifat bahan dasarnya, maka pelaksanaan pembuatan beton dituntut untuk
dapat merancang perbandingan adukan beton agar diperoleh mutu beton yang
sesuai harapan.
25

Menurut Tjokrodimuldjo (2007), perancangan adukan beton (beton normal)


dimaksud untuk mendapatkan beton sebaik-baiknya yang sesuai dengan bahan
dasar yang tersedia, serta keinginan pembuatan yang sesuai disyaratkan antara
lain:
1. Kuat tekannya sesuai yang disyaratkan,
2. Mudah dikerjakan,
26

3. Awet, dan
4. Murah
Menurut (SNI 03-2834-2000), langkah-langkah pokok cara perancangan
campuran adukan beton normal adalah sebagai berikut:
1. Perhitungan nilai deviasi standar
Deviasi standar S ialah alat ukur tingkat mutu pelaksanaan pembuatan
pembetonan. Nilai S ini digunakan sebagai salah satu data masukan pada
perencanaan campuran beton.
1) Jika pelaksana tidak mempunyai data pengalaman hasil pengujian contoh
beton pada masa lalu, maka nilai deviasi standar S tidak dapat dihitung.
2) Jika pelaksana produsen beton (pembuat beton) mempunyai data
pengalaman, maka nilai deviasi standar S ditetapkan.
Nilai deviasi standar dihitung menggunkan rumus:

S= Σ
√ ( fc−fc ,r ) ²
N−1
.....................................................................................2.17

Dengan:
S = deviasi standar
fc = kuat tekan masing-masing slinder beton (MPa)
fc,r = kuat tekan rata-rata (MPa)
N = banyaknya nilai kuat tekan beton
2. Perhitungan nilai tambah m (margin)
Perhitungan nilai margin (m) dihitung dengan 2 cara:
1) Jika pelaksanaan mempunyai pengalaman lapang, maka nilai tambah
dihitung berdasarkan nilai deviasi standar S dari rumus sebelumnya, dan
dengan 2 rumus berikut (diambil yang terbesar):
m = 1,34 . S................................................................................................2.18
atau
m = 2,33 S – 3,5.........................................................................................2.19
2) Jika pelaksana tidak mempunyai pengalaman lapang, maka nilai tambah m
diambil dari Tabel 2.8:
27

Tabel 2.8 Nilai tambah m jika pelaksana tidak mempunyai pengalaman


Kuat tekan yang disyaratkan, f’c (MPa) Nilai tambah (MPa)
f’c < 21 f’cr = f’c + 7,0
21 ≤ f’c ≤ 35 f’cr = f’c +8,3
f’c > 35 f’cr = 1,10 f’c + 5,0
Sumber: SNI 03-2847-2013
3. Penetapan kuat tekan beton yang disyaratkan (f’c) pada umur tertentu.
a) Kuat tekan beton yang disyaratkan (f’c) ditetapkan sesuai dengan
persyaratan perancangan
b) Kuat tekan minimum
c) Diambil yang terbesar dari a dan b
4. Kuat tekan rata-rata perlu (f’cr)
Kuat tekan rata-rata perlu diperoleh dengan rumus:
f’cr = f’c + m..................................................................................................2.20
Dengan:
f’cr = kuat tekan rata-rata perlu (MPa)
f’c = kuat tekan yang disyaratkan (MPa)
m = nilai tambah (MPa)
5. Penetapan jenis semen
6. Penetapan jenis agregat
Jenis agregat kasar dan halus berupa agregat alami (kerikil alami dan pasir
alami)
7. Penetapan nilai faktor air semen
Penetapan nilai faktor air semen dapat dilihat pada Gambar 2.1:

Sumber: SNI 03-2834-2000


Gambar 2.1 Hubungan faktor air semen dan kuat tekan silinder beton
28

8. Penetapan nilai slump


Penetapan nilai slump dilakukan dengan mempertimbangkan faktor:
a) Cara pengankutan adukan beton
b) Cara penuangan adukan beton
c) Cara pemadatan beton segar
d) Jenis struktur yang dibuat
9. Penetapan besar butir agregat maksimum
Penetapan besar butir agregat maksimum pada beton normal ada 3 pilihan,
yaitu 40 mm, 20 mm, dan 10 mm.
10. Jumlah air yang diperlukan per meter kubik beton
Jumlah air yang diperlukan per meter kubik beton, diperkirakan berdasarkan
ukuran maksimum agregat, jenis agregat, dan slump yang diinginkan, dapat
dilihat pada Tabel 2.9:
Tabel 2.9 Perkiraan kebutuhan air per meter kubik beton
Kebutuhan air per meter kubik
Besar ukuran beton (liter)
Jenis
maks. agregat
agregat Slump (liter)
(mm)
0-10 10-30 30-60 60-180
Alami 150 180 205 225
10
Batu pecah 180 205 230 250
Alami 135 160 180 195
20
Batu pecah 170 190 210 225
Alami 115 140 160 175
40
Batu pecah 155 175 190 205
Sumber: SNI 03-2834-2000
Keterangan: Dalam tabel apabila agregat halus dan agregat kasar yang dipakai
dari jenis yang berbeda (alami dan pecah), maka jumlah air yang diperkirakan
dapat dihitung dengan rumus:
A = 0,67 Ah + 0,33 Ak...................................................................................2.21
Dengan:
A = jumlah air yang dibutuhkan, jenis/m3
Ah = jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat halus
Ak = jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat kasar
29

11. Berat semen yang diperlukan:


1
Wsmn =
fas
. Wair........................................................................................2.22
Dengan:
fas = nilai faktor air semen
Wair = berat jenis per meter kubik
12. Penetapan jenis agregat halus
Agregat halus diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu pasir kasar, pasir agak
kasar, pasir agak halus, dan pasir halus, penentuan jenis agregat halus itu
didasarkan pada tabel 2.2.
13. Proporsi berat agregat halus terhadap agregat campuran
Perbandingan nilai antara berat agregat halus dan agregat kasar diperlukan
untuk memperoleh gradasi agregat campuran yang yang baik. Penetapan
perbandingan ini dilakukan dengan memperhatikan besar butir
maksimumagregat kasar, nilai slump, factor air semen, dan daerah gradasi
agregat halus. Berdasarkan data tersebut dan gambar 2.2 maka akan diperoleh
persentase berat agregat halus terhadap berat agregat campuran.

Sumber: Tjokrodimuljo, 2007


Gambar 2.2 proporsi agregat halus pada agregat maksimum 20 mm
14. Berat jenis agregat campuran
Berat jenis agregat campuran dihitung dengan rumus:
kh kk
bj camp =
100
. bjh + 100 . bjk................................................................2.23
30

Dengan:
bj camp = berat jenis agregat campuran
bj h = berat jenis agregat halus
bj k = berat jenis agregat kasar
kh = persentase agregat halus terhadap agregat campuran
kk = persentase agregat kasar terhadap agregat campuran
Berat jenis agregat halus dan agregat kasar diperoleh dari hasil pemeriksaan
uji laboraturium, namun jika belum ada maka dapat diambil nilai sebesar:
bj = 2,60 untuk agregat dipecah/alami
bj = 2,70 untuk agregat pecahan
15. Perkiraan berat beton
Dengan data berat jenis agregat campuran dan kebutuhan air tiap meter kubik
betonnya maka berat beton dapat diperkirakan dengan gambar 2.3.

Sumber: SNI 03-2834-2000


Gambar 2.3 Hubungan kandungan air, berat jenis agregat campuran, dan
berat beton
16. Kebutuhan berat agregat campuran
Kebutuhan berat agregat campuran dihitung dengan rumus:
Wagr.camp = Wbtn – Wair – Wsmn..................................................................2.24
Dengan:
Wagr.camp = Kebutuhan berat agregat campuran per meter kubik beton (kg)
Wbtn = berat beton per meter kubik beton (kg)
Wair = berat air per meter kubik beton (kg)
31

Wsmn = berat semen per meter kubik beton (kg)


17. Hitung berat agregat halus yang diperlukan
Kebutuhan agregat halus dihitung dengan rumus:
Wagr.h = kh . Wagr.camp................................................................................2.25
Dengan:
kh = persentase agregat halus terhadap agregat campuran
Wagr.camp = Kebutuhan berat agregat campuran per meter kubik beton (kg)
18. Hitung berat agregat kasar yang diperlukan
Kebutuhan agregat kasar dihitung dengan rumus:
Wagr.k = kk . Wagr.camp................................................................................2.26
Dengan:
kk = persentase agregat kasar terhadap agregat campuran
Wagr.camp = Kebutuhan berat agregat campuran per meter kubik beton (kg)

2.2.13 Slump
Menurut Tjokrodimuljo (2007), menjelaskan kelecekan (sifat plastis, yaitu
sifat kekentalan beton segar, antara cair dan padat) merupakan ukuran kemudahan
beton segar untuk diaduk dengan bejana pengaduk, diangkut dari tempat
pengaduk ke lokasi penulangan, dituang dari bejana pengaduk ke cetakan beton
dan dipadatkan setelah beton segar berada dalam cetakan. Secara umum dapat
dikatakan bahwa biasanya semakin encer beton segar maka semakin mudah beton
segar tersebut dikerjakan.
Berdasarkan SNI 03-1972-1990, slump beton ialah besaran kekentalan
(viscocity) atau plastisitas dan kohesif dari beton. Slump ditetapkan sesuai dengan
kondisi pelaksanaan pekerjaan agar diperoleh beton yang mudah dikerjakan,
mudah dituangkan, dipadatkan, dan diratakan. Adapun penetapan nilai slump
adukan beton dapat dilihat pada Tabel 2.10.
32

Tabel 2.10 Penetapan nilai slump adukan beton


Pemakaian beton Maksimum Minimum
(berdasarkan jenis struktur yang dibuat) (cm) (cm)
Dinding, plat pondasi dan pondasi telapak 12,5 5,0
bertulang
Pondasi telapak tidak bertulang, kaison dan 9,0 2,5
struktur dibawah tanah
Pelat, balok, kolom, dinding 15,0 7,5
Pengerasan jalan 7,5 5,0
Pembetonan massal (beton massal) 7,5 2,5
Sumber: Tjokordimuljo, 2007

2.2.14 Umur Beton


Menurut Tjokrodimuljo (2007), kuat tekan beton akan bertambah tinggi
dengan bertambahnya umur. Yang dimaksud umur disini adalah dihitung sejak
dicetak. Laju kenaikan kuat tekan beton mula-mula cepat, lama-lama laju
kenaikan itu akan semakin lambat dan laju kenaikan itu akan menjadi relative
sangat kecil setelah umur 28 hari. Hubungan antara umur dengan kuat tekan beton
dapat dilihat pada Tabel 2.11.
Tabel 2.11 Rasio kuat tekan beton pada berbagai umur
Umur beton (hari) 3 7 14 21 28 90
Kuat tekan beton (suhu sekitar 28°C) 0,49 0,68 0,84 0,93 1 1,27
Sumber: Tjokrodimuljo, 2007

2.2.15 Kuat Tekan


Menurut Dipohusodo (1993), nilai kuat tekan beton dipadatkan melalui
tatacara pengujian standar, menggunakan mesin uji dengan cara memberikan
beban tekan bertingkat dengan kecepatan peningkatan beban tertentu atas benda
uji slinder beton (diameter 150 mm, tinggi 300 mm), sampai benda uji
hancur/telah runtuh.
Berdasarkan SNI 03-1974-1990, kuat tekan beton adalah besarnya beban
per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan
gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesen tekan.
33

Besaran kuat tekan beton didapatkan dengan rumus:


P
f’c = (kg/cm2).......................................................................................2.27
A
Dengan:
f’c = kuat tekan beton (kg/cm2)
P = beban maksimum (kg)
A = luas penampang (cm2)
Menurut Tjokordimuljo (2007), kuat tekan dipengaruhi oleh faktor berikut:
1. Umur beton
2. Faktor air semen
3. Kepadatan
4. Jumlah pasta semen
5. Sifat semen
Adapun jenis beton menurut kuat tekannya dapat dilihat pada Tabel 2.12.
Tabel 2.12 Beberapa jenis beton menurut kuat tekannya
Jenis beton Kuat tekan (MPa)
Beton sederhana Sampai 10 MPa
Beton normal 15-30 MPa
Beton prategang 30-40 MPa
Beton kuat tekan tinggi 40-80 MPa
Beton kuat tekan sangat tinggi > 80 MPa
Sumber: Tjokrodimuljo, 2007
Adapun pola pembebanan pada pengujian kuat tekan beton dapat dilihat
pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Pembebanan pada pengujian kuat tekan beton


34

Keterangan gambar,
Dengan:
P = Beban
T = tinggi silinder
d = diameter silinder
Adapun contoh Formulir pengujian kuat tekan beton dengan benda uji
silinder dapat dilihat pada Tabel 2.13.
Tabel 2.13 Formulir pengujian kuat tekan beton dengan benda uji silinder

Nomor Massa Dimensi Luas Gaya Kuat


Tanggal Tanggal Umur
benda benda bidang tekan tekan Ket.
pembuatan pengujian (hari) L D
uji uji (mm2) (kN) (N/mm2)
(mm) (mm)

Sumber: SNI 1974:2011

2.2.16 Kuat Tarik


Berdasarkan SNI-03-2491-2002, kuat tarik belah beton adalah kuat tarik
tidak langsung dari benda uji beton yang berbentuk silinder yang diperoleh dari
pembebanan benda uji tersebut yang diletakkan mendatar sejajar dengan
permukaan meja penekan mesin uji tekan.
Berdasarkan SNI-03-2491-2002, rumus yang digunakan untuk perhitungan
kuat tarik beton adalah:
2P
T= .............................................................................................................2.28
π LD
Dengan: T= Kuat tarik beton (MPa)
P= Beban hancur (N)
L= Panjang spesiman (mm)
D= Diameter spesiman (mm)
Pengujian kuat tarik belah akan dilakukan berdasakan metode ASTM C
496-90, dengan menggunakan Universal Testing Machine. Benda uji silinder
(diameter 15 cm dan tinggi 30 cm) diletakkan secara horizontal pada mesin uji
pembebanan dengan sumbu silinder tegak lurus sumbu pembebanan. Posisi beban
yang diberikan dapat dilihat pada Gambar 2.6.
35

Sumber: SNI 03-2491-2002


Gambar 2.6 Pengujian kuat tarik belah
Sebelum beban sesungguhnya diberikan, terlebih dahulu diberikan beban
awal yang sangat kecil agar bidang kontak benda uji dengan plat pembebanan
tepat pada posisi yang telah ditentukan. Setelah bidang kontak benda uji dengan
plat pembebanan sudah tepat, maka pembebanan dihentikan atau dikembalikan ke
posisi nol. Selanjutkan pembebanan sesungguhnya dilakukan kembali secara
perlahan-lahan sampai benda uji terbelah.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Tempat/Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di:
Tempat : Laboratorium Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung
Waktu : Lama penelitian terhitung sejak ujian proposal sampai dengan
ujian pendadaran/sidang akhir.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian


3.2.1 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: semen, air,
agregat (kasar dan halus), serat limbah bubut besi, metakaolin, dan
superplaticizer.
1. Semen
Semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen Portland komposit
dengan merk Tiga Roda dengan kemasan 50 kg. Semen yang digunakan pada
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Semen


2. Air
Air yang digunakan pada penelitian ini adalah air yang berasal dari
Laboratorium Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung. Air yang digunakan
pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.2.

35
36

Gambar 3.2 Air


3. Agregat kasar
Agregat kasar yang digunakan pada penelitian ini adalah agregat kasar yang
berasal dari PT. ABI (Aditya Buana Inter) bertempat di Desa Jurung,
Kabupaten Bangka. Batu pecah yang digunakan yaitu batu pecah berdiameter
seragam ukuran maksimal 20 mm. Batu pecah yang digunakan pada penelitian
ini dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Agregat kasar


4. Agregat halus
Agregat halus yang digunakan pada penelitian ini adalah agregat halus berupa
pasir yang diperoleh dari penambangan pasir di Kecamatan Merawang,
Bangka. Pasir yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar
3.4.
37

Gambar 3.4 Agregat halus


5. Serat limbah bubut besi
Serat limbah bubut besi yang digunakan pada penelitian ini adalah serat limbah
bubut besi yang berasal dari limbah sisa potongan serat di Bengkel Ahab Kota
Pangkalpinang. Serat limbah bubut besi yang digunakan peneliti dengan
ukuran panjang 25 mm dan diameter (0,25-1,00) mm. Serat limbah bubut besi
yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.5.

Gambar 3.5 Serat limbah bubut besi


6. Metakaolin
Metakaolin yang digunakan dalam penelitian ini adalah metakaolin hasil
pemanasan material kaolin yang berasal dari Belinyu. Adapun proses
pemanasan material kaolin menjadi metakaolin dapat dilihat pada Gambar 3.6.
38

Gambar 3.6 Proses pemanasan material kaolin menjadi metakaolin


Adapun kebutuhan bahan tambah dalam benda uji pada penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Kebutuhan bahan tambah untuk pengujian kuat tekan dan kuat tarik
beton
Kuat
Kuat tekan
tarik beton Jumlah
Variasi (%) FAS beton (hari)
(hari) Benda Uji
7 28 7 28
0 6 6 6 6 24
5 MK + 5 LBB + 1,7 SP 0,27 0,45 6 6 6 6 24
7,5 MK + 7,5 LBB + 1,7
6 6 6 6 24
SP
Jumlah: 72
Ket: LBB = Limbah Bubut Besi
MK = Metakaolin
SP = Superplasticizer
7. Superplasticizer yang digunakan dalam penelitian ini adalah superplasticizer
jenis concrete adiditive sebanyak 1,7 % dari berat semen.

3.2.2 Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Saringan
Saringan adalah alat yang digunakan mengetahui distribusi ukuran dari agregat
kasar dan agregat halus dengan menggunakan ukuran saringan yang telah
ditentukan. Saringan yang dipakai pada penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 3.7.
39

Gambar 3.7 Satu set saringan


2. Timbangan
Timbangan adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran berat
suatu benda. Berfungsi untuk mengetahui berat suatu benda uji atau bahan-
bahan yang akan dipakai. Timbangan yang dipakai pada penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8 (a) Timbngan elektrik, (b) Timbangan non elektrik


3. Oven
Oven adalah alat yang berfungsi untuk mengeringkan bahan-bahan yang akan
dipakai dengan pengaturan suhu yang telah ditentukan. Oven yang digunakan
pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.9.
40

Gambar 3.9 Oven


4. Cawan
Cawan adalah alat yang berfungsi sebagai tempat atau wadah bahan-bahan
yang akan dipakai dalam penelitian. Cawan yang dipakai pada penelitian dapat
dilihat pada Gambar 3.10.

Gambar 3.10 Cawan


5. Sendok
Sendok berfungsi sebagai alat pengankutan bahan-bahan dari suatu wadah lain
dalam skala kecil, dapat dilihat pada Gambar 3.11.
41

Gambar 3.11 Sendok


6. Piknometer
Piknometer adalah alat yang digunakan untuk pengujian berat jenis dan
penyerapan air pada agregat halus. Piknometer yang digunakan pada penelitian
ini dapat dilihat pada Gambar 3.12.

Gambar 3.12 Piknometer


7. Gelas Ukur
Gelas Ukur adalah alat yang digunakan untuk mengatur seberapa banyak air
yang akan digunakan/dibutuhkan dalam penelitian, adapun gelas ukur yang
digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.13.
42

Gambar 3.13 Gelas ukur


8. Kerucut Terpancung dan Batang Baja
Kerucut terpancung adalah alat yang berfungsi untuk pengujian berat jenis dan
penyerapan air agregat halus. Dalam kerucut terpancung juga terdapat batang
baja yang digunakan untuk menumbuk agregat halus. Kerucut terpancung yang
digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.14.

Gambar 3.14 Kerucut terpancung dan batang baja


9. Alat uji slump
Alat uji slump adalah alat yang berfungsi untuk mengukur slump, yang mana
suatu uji metode yang digunakan untuk menentukan tingkat kemudahan
pengadukan (workability). Alat yang digunakan pada penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 3.15.
43

Gambar 3.15 Alat uji slump


10. Batang Baja
Batang baja berfungsi sebagai alat penumbuk dan pemadat adukan beton
yang ada dalam cetakan beton maupun uji slump. Batang baja yang
digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.16.

Gambar 3.16 Batang baja


11. Cetakan Beton
Cetakan beton adalah alat yang khusus untuk menjadikan beton mempunyai
bentuk sesuai yang diinginkan, dimana setelah adukan dimasukkan kedalam
cetakan maka setelah mengeras akan berbentuk sesuai dengan cetakan beton,
dalam penelitian ini cetakan beton berbentuk silinder. Cetakan beton yang
digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.17.
44

Gambar 3.17 Cetakan beton


12. Mesin Penguncang Saringan
Mesin penguncang saringan adalah alat yang berfungsi menggerakkan
saringan agar dapat menyaring bahan-bahan secara merata. Adapun mesin
penguncang saringan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.18.

Gambar 3.18 Mesin penguncang saringan


13. Timbangan Berat Jenis
Timbangan berat jenis adalah timbangan yang digunakan untuk mengetahui
berat jenis dan penyerapan air agregat kasar yang dilengkapi dengan
keranjang kawat dan bak untuk menampung air. Timbangan berat jenis yang
digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.19.
45

Gambar 3.19 Timbangan berat jenis


14. Concerete mixer
Concerete mixer adalah mesin yang digunkan untuk mengaduk campuran
adukan beton. Mesin molen yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 3.20.

Gambar 3.20 Mesin molen


15. Bak Perendam
Bak perendam berfungsi sebagai tempat untuk merendam benda uji pada saat
pemeliharaan. Bak perendam yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 3.21.

Gambar 3.21 Bak perendam


46

16. Mesin Los Angeles


Mesin Los Angeles adalah alat simulasi keausan dengan bentuk dan ukuran
tertentu terbuat dari pelat baja yang berputar dengan kecepatan tertentu.
Benda uji dimasukkan kedalam mesin Los Angeles bersamaan dengan bola-
bola besi yang berbentuk bulat. Mesin Los Angeles yang digunakan pada
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.22.

Gambar 3.22 Mesin los angeles


17. pH Digital
pH digital adalah alat yang berfungsi untuk menguji air. pH digital yang
digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.23.

Gambar 3.23 pH digital


47

18. Alat Uji Tekan Beton dan Uji Tarik Belah Beton
Mesin uji tekan adalah salah satu alat uji mekanik untuk mengetahui kekuatan
bahan/benda uji terhadap gaya tekan. Caranya adalah dengan memberikan
gaya tekan kepada benda uji dalam posisibenda uji tegak lurus.
Mesin uji tarik belah beton adalah alat yang digunakan dalam uji kuat tekan
beton yang dilengkapi dengan pelat. Pelat atau penekanan batang tambahan
diperlukan bila diameter atau panjang benda uji lebih besar dari ukuran
permukaan tekan dari mesin uji yang digunakan, pelat atau batang penekan
tambahan tersebut harus dipasangkan pada bagian bawah dan bagian atas dari
mesin uji tekan dan harus terbuat dari pelat baja yang memiliki tingkat
kerataan ± 0,025 mm bila diukur tegak lurus terhadap setiap titik pada garis
singgung bidang tekan. Pelat atau batang penekan tambhan tersebut harus
berukuran lebar minimal 50 mm dan lebar minimal sama dengan jarak antar
tepi bidang tekan bagian bawah dari mesin uji hingga digunakan sedemikian
rupa hingga beban tekan diberikan pada seluruh panjang dari benda uji pada
kuat tekan tarik belah benda uji diletakan secara simetris. Alat uji kuat tekan
beton dan tarik belah beton yang digunakan pada penelitian ini dapat di lihat
pada Gambar 3.24.

Gambar 3.24 Universal testing machine


48

3.3 Langkah Penelitian


3.3.1 Bagan Alir Penelitian
Mulai

Latar Belakang dan Tujuan Penelitian

Studi Literatur

Persiapan dan Pengujian Bahan

Air Agregat kasar Agregat halus Bahan


Semen
tambah
Pengujian Pengujian
Penguji agregat kasar: agregat halus: Semen Metakaolin
an air: Analisis Analisis Portland , Limbah
1.Uji Saringan (SNI Saringan (SNI Tipe I Bubut Besi
pH 03-1968-1990). 03-1968- dan
Berat jenis dan 1990). Superplasti
penyerapan air. Berat jenis dan cizer
(SNI 03-1973- penyerapan air.
2008). (SNI 03-1973-
Berat isi (SNI 2008).
03-1973-2008). Berat isi (SNI
Kadar air (SNI 03-1973-
03-1971-2011). 2008).
Keausan agregat Kadar air (SNI
dengan mesin 03-1971-
Los Angeles 2011).
(SNI 03-2417- Kadar Lumpur
2008). (SNI 03-4142-
Kadar Lumpur 1996)
(SNI 03-4142-
1996)  

 
Tidak
Memenuhi

Ya
A
49

Perhitungan Proporsi Campuran Beton

Uji Slump

Pembuatan Benda Uji

Beton Variasi
Beton Beton Variasi
(5 MK + 5 LBB + 1,7 SP)
Normal %
(7,5 MK + 7,5 LBB + 1,7 SP)%

FAS:
0,27 dan 0,45

Perawatan Selama 7 dan 28 Hari

Uji Kuat Tekan dan Uji Kuat Tarik

Analisis Data dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.25 Diagram Alir Penelitian

3.3.2 Pengujian Material


3.3.2.1 Pengujian Material Beton
Material-material yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan pengujian
terlebih dahulu sebelum digunakan pada campuran beton.
1. Analisis saringan agregat kasar dan halus (SNI 03-1968-1990)
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi)
agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan saringan. Analisis
50

saringan adalah penentuan persentase berat butiran agragat yang lolos dari satu
set saringan kemudian angka-angka persentase digambarkan pada grafik
pembagian butir.
Rumus yang digunakan sebagai berikut:
1) Persentase tertahan pada masing-masing saringan dihitung menggunakan
persamaan 2.1
2) Persentase lolos pada masing-masing saringan dihitung menggunakan
persamaan 2.2
3) Persentase berat tertahan komulatif dihitung menggunakan persamaan 2.3
4) Modulus kehalusan butir dihitung menggunakan persamaan 2.4
2. Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar (SNI 03-1969-2008)
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis (Bulk), berat jenis
kering permukaan jenuh (Saturated Surface Dry = SSD), berat jenis semu
(apparent), serta penyerapan agregat kasar. Hasil dari pengujian ini nantinya
akan digunakan untuk menentukan berat jenis campuran.
1) Berat jenis (Bulk) adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat
air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada
suhu tertentu.
2) Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) adalah perbandingan antara berat
agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama
dengan isi agregat dalam keaadan jenuh pada suhu tertentu.
3) Berat jenis semu (Apparent) adalah perbandingan antara berat agregat
kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam
keadaan kering pada suhu tertentu.
4) Penyerapan (Absorption) adalah perbandingan berat air yang dapat diserap
quarry terhadap berat agregat kering, dinyatakan dalam persen.
Rumus yang digunakan sebagai berikut:
a) Berat jenis (Bulk) dihitung menggunakan persamaan 2.5
b) Berat jenis kering permukan jenuh (SSD) dihitung menggunakan
persamaan 2.6
c) Berat jenis semu (Apparent) dihitung menggunakan persamaan 2.7
d) Penyerapan (Absorption) dihitung menggunakan persamaan 2.8
51

3. Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus (SNI 03-1970-2008)
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis (Bulk), berat jenis
kering permukaan jenuh (Saturated Surface Dry = SSD), berat jenis semu
(apparent), serta penyerapan agregat halus. Hasil dari pengujian ini nantinya
akan digunakan untuk menentukan berat jenis campuran.
1) Berat jenis (Bulk) adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat
air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keaadaan jenuh pada
suhu tertentu.
2) Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) adalah perbandingan antara berat
agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama
dengan isi agregat dalam keaadan jenuh pada suhu tertentu.
3) Berat jenis semu (Apparent) adalah perbandingan antara berat agregat
kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam
keadaan kering pada suhu tertentu.
4) Penyerapan (Absorption) adalah perbandingan berat air yang dapat diserap
quarry terhadap berat agregat kering, dinyatakan dalam persen.
Rumus yang digunakan sebagai berikut:
a) Berat jenis (Bulk) dihitung menggunakan persamaan 2.9
b) Berat jenis kering permukan jenuh dihitung menggunakan persamaan
2.10
c) Berat jenis semu (Apparent) dihitung menggunakan persamaan 2.11
d) Penyerapan (Absorption) dihitung menggunakan persamaan 2.12
4. Pengujian berat isi agregat kasar dan halus (SNI 03-1973-2008)
Berat isi adalah perbandingan antara berat dan isi. Pengujian berat isi agregat
bertujuan untuk mengetahui berat isi dari agregat tersebut. Pengujian berat isi
(D) dihitung menggunakan persamaan 2.13
5. Pengujian kadar air agregat (SNI 03-1971-2011)
Pengujian ini diksudkan untuk menetukan kadar air agregat dengan cara
pengeringan. Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air
yang dikandung agregat dengan agregat dalam keadaan kering, dinyatakan
dalam persen. Pengujian kadar air agregat dihitung menggunakan persamaan
2.14
52

6. Pengujian keausan agregat kasar dengan mesin Los Angeles (SNI 03-2417-
2008)
Pengujian ini diksudkan untuk menetukan ketahanan agregat kasar terhadap
keausan dengn menggunkan mesin Los Angeles. Keausan tersebut dinyatakan
dengan perbandingan antara berat tahan aus lewat saringan no.12 terhadap
berat semula dalam persen. Pengujian Keausan agregat dihitung menggunakan
persamaan 2.15
7. Pengujian kadar lumpur agregat kasar dan agregat halus (SNI 03-4142-1996)
Pengujian dimaksudkan untuk menghitung nilai kadar lumpur yang ada dalam
agregat yang akan dipakai dalam pembuatan campuran beton. Pengujian kadar
lumpur dihitung menggunakan persamaan 2.16

3.3.3 Pelaksanaan Pengujian


3.3.3.1 Pengujian Analisis Saringan Agregat Kasar dan Halus
Adapun pelaksaan pengujian analisis saringan agregat kasar dan agregat
halus dalam penelitian ini berdasarkan SNI 03-1968-1990:
1. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut:
a) Timbangan dan neraca dengan ketelitiann 0,1% dari berat benda uji.
b) Satu set saringan:No.1,5 (37,5 mm); No.3/4 (19,1 mm); No.3/8 (9,5
mm); No.4 (4,75 mm); No.8 (2,36 mm); No.16 (1,18 mm); No.30 (0,6
mm); No.50 (0,3 mm); No.100 (0,15 mm); No.200 (0,075 mm).
c) Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110+5)° C.
d) Alat pemisah contoh.
e) Mesin penguncang saringan.
f) Talam-talam.
g) Kuas, sikat kuningan, sendok, dan alat-alat lainnya
2. Benda Uji
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat banyak
benda uji disiapkan berdasarkan standart yang berlaku dan terkait kecuali
apabila butiran yang melalui saringan No. 200 tidak perlu diketahui
jumlahnya dan bila syarat- syarat ketelitian tidak menghendaki pencucian.
53

a. Agregat halus terdiri dari:


a) Ukuran maksimum 4,76 mm; berat minimum 500 gram.
b) Ukuran maksimum 2,38 mm; berat minimum 500 gram.

b. Agregat kasar terdiri dari:


a) Ukuran maksimum 3,5”; berat minimum 35,0 kg.
b) Ukuran maksimum 3”; berat minimum 30,0 kg.
c) Ukuran maksimum 2,5”; berat minimum 25 kg.
d) Ukuran maksimum 2”; berat minimum 20,0 kg.
e) Ukuran maksimum 2,5”; berat minimum 15,0 kg.
f) Ukuran maksimum 1”; berat minimum 10,0 kg.
g) Ukuran maksimum ¾”; berat minimum 5 kg.
h) Ukuran maksimum ½” ; berat minimum 2,5 kg.
i) Ukuran maksimum 3/8”; berat minimum 1,0 kg.
c. Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agegat kasar,
agregat tersebut dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan No. 4.
Selanjutnya agregat halus dan agregat disediakan sebanyak sejumlah
seperti tercantum diatas.
3. Pelaksanaan
Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:
a) Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (110+5)°C, sampai
berat tetap.
b) Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan
paling besar ditempatkan paling atas.
c) Saringan diguncang dengan tangan atau mesin penguncang selama 15
menit.
d) Agregat yang tertahan ditimbang pada masing-masing saringan.

3.3.3.2 Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar


Adapun pelaksanaan pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar
dalam penelitian ini berdasarkan SNI 1969-2008:

1. Peralatan
Peralatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
54

a. Timbangan dengan kapasitas 5 kg den ketelitian 0,1% dari berat contoh


yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.
b. Keranjang kawat ukuran 3,35 mm (No.6) atau yang lebih halus, atau
ember dengan tinggi dan lebar yang sama dengan kapasitas 4 sampai 7
liter untuk agregat dengan ukuran nominal 37,5 mm (saringan No. 1½ inci)
atau lebih kecil, dan wadah lebih besar jika dibutuhkan untuk menguji
ukuran maksimum agregat yang lebih besar.
c. Sebuah tangki air yang kedap dimana contoh uji dan wadahnya akan
ditempatkan dengan benar-benar terndam ketika digantung di bawah
timbangan, dilengkapi dengan suatu saluran pengeluaran untuk agar
ketinggian air tetap.
d. Alat penggantung (kawat), kawat untuk menggantung wadah haruslah
kawat dengan ukuran praktis terkecil untuk memperkecil seluruh
kemungkinan pengaruh akibat perbedaan panjang kawat yang terendam.
e. Saringan No.4 (4,75 mm).

2. Benda Uji
Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan No. 4 (4,75 mm) diperoleh
dari alat pemisah contoh atau cara perempat sebanyak kira-kira 5 kg.
3. Pelaksanaan
Urutan pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut:
a. Keringkan contoh uji tersebut sampai berat tetap dengan temperatur
(110±5)0C, dinginkan pada temperatur kamar selama satu sampai tiga jam
untuk contoh uji dengan ukuran maksimum nominal 37,5 mm (Saringan
No. 1 ½ in.) atau lebih untuk ukuran yang lebih besar sampai agregat
cukup dingin pada temperatur yang dapat dikerjakan pada temperatur
(kira-kira 500C). Sesudah itu rendam agregat tersebut di dalam air pada
temperatur kamar selama (24+4) jam.
b. Apabila nilai-nilai penyerapan dan berat jenis akan dipergunakan dalam
menentukan proporsi campuran beton yang agregatnya akan berada
pada kondisi alaminya, maka persyaratan untuk pengeringan awal sampai
berat tetap dapat dihilangkan, dan jika permukaan partikel butir contoh
terjaga secara terus-menerus dalam kondisi basah, perendaman sampai
55

(24+4) jam juga dapat dihilangkan. Hal ini jelas, khususnya untuk partikel
butiran yang lebih besar dari 75 mm (3 inci) karena air tidak mungkin
mampu masuk sampai pusat butiran dalam waktu perendaman seperti
yang disyaratkan.
c. Pindahkan contoh uji dari dalam air dan guling-gulingkan pada suatu
lembaran penyerap air sampai semua lapisan air yang terlihat hilang.
Keringkan air dari butiran yang besar secara tersendiri. Aliran udara yang
bergerak dapat digunakan untuk membantu pekerjaan pengeringan.
Kerjakan secara hati-hati untuk menghindari penguapan air dari pori-pori
agregat dalam mencapai kondisi jenuh kering permukaan. Tentukan berat
benda uji pada kondisi jenuh kering permukaan. Catat beratnya dan semua
berat yang sampai nilai 1,0 gram terdekat atau 0,1 persen yang terdekat
dari berat contoh, pilihlah nilai yang lebih besar.
d. Pindahkan contoh uji dari dalam air dan guling-gulingkan pada suatu
lembaran penyerap air sampai semua lapisan air yang terlihat hilang.
Keringkan air dari butiran yang besar secara tersendiri. Aliran udara yang
bergerak dapat digunakan untuk membantu pekerjaan pengeringan.
Kerjakan secara hati-hati untuk menghindari penguapan air dari pori-pori
agregat dalam mencapai kondisi jenuh kering permukaan. Tentukan berat
benda uji pada kondisi jenuh kering permukaan. Catat beratnya dan semua
berat yang sampai nilai 1,0 gram terdekat atau 0,1 persen yang terdekat
dari berat contoh, pilihlah nilai yang lebih besar.

e. Keringkan contoh uji tersebut sampai berat tetap pada temperatur


(110±5)0C, dinginkan pada temperatur-kamar selama satu sampai tiga
jam, atau sampai agregat telah dingin pada suatu temperatur yang dapat
dikerjakan pada temperatur (kira-kira 50°C), kemudian tentukan beratnya.

3.3.3.3 Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus


Adapun pelaksanaan pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus
dalam penelitian ini berdasarkan SNI 03-1970-2008 :
1. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut:
56

a. Timbangan, kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 gram.


b. Piknometer dengan kapasitas 500 ml.
c. Kerucut terpancung, diameter bagian atas (40+3) mm, diameter bagian
bawah (90+3) mm dan tinggi (75+3) mm dibuat dari logam tebal
minimum 0,8 mm.
d. 4 batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat
(340+15) gram, diameter permukaan penumbuk (25+3) mm.
e. Saringan No.4 (4,75 mm).
f. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110+5)°C.
g. Pengukur suhu dengan ketelitian pembacaan 1°C.
h. Talam.
i. Bejana tempat air.
j. Pompa hampa udara atau tungku.
2. Benda Uji
Benda uji adalah agregat yang lewat saringan No.4 (4,75 mm) diperoleh dari
alat pemisah contoh atau cara perempat (quatering) sebanyak 100 gram.
3. Pelaksanaan
Urutan pelaksanaan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:
a. Perhatikan bahwa penentuan berat harus sampai ketelitian 0,1 gram.
b. Isi piknometer dengan air sebagian saja. Segera setelah itu masukkan ke
dalam piknometer (500+10) gram agregat halus dalam kondisi jenuh
kering permukaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tambahkan
kembali air sampai kira-kira 90 % kapasitas piknometer. Putar dan
guncangkan piknometer dengan tangan untuk menghilangkan
gelembung udara yang terdapat di dalam air. Cara uji lain yang dapat
digunakan untuk mempercepat pengeluaran gelembung udara dari dalam
air diperbolehkan asalkan tidak menimbulkan pemisahan dan merusak
butiran agregat. Sesuaikan temperatur piknometer, air dan agregat pada
(23+2)oC , apabila diperlukan rendam dalam air yang bersirkulasi.
Penuhkan piknometer sampai batas pembacaan pengukuran. Timbang
berat total dari piknometer, benda uji dan air. Pada umumnya dibutuhkan
57

waktu 15 sampai 20 menit untuk menghilangkan gelembung udara dari


dalam air bila menggunakan cara manual. Menyentuhkan ujung dari
handuk kertas ke dalam piknometer cukup efektif untuk menghilangkan
buih yang timbul saat menggetarkan atau memutar untuk menghilangkan
gelembung, atau dengan cara menambahkan beberapa tetes isopropyl
alcohol segera setelah gelembung udara dihilangkan dan memambahkan
air sampai batas pengukuran juga cukup efektif untuk menghilangkan
buih yang terbentuk.
c. Keluarkan agregat halus dari dalam piknometer, keringkan sampai berat
tetap pada temperatur (110+5)oC, dinginkan pada temperatur ruang
selama (1,0+0,5) jam dan timbang beratnya. Pada saat mengeringkan
dan menimbang berat benda uji dari dalam piknometer, sisa dari contoh
uji dalam kondisi jenuh kering permukaan boleh digunakan untuk
menimbang berat kering ovennya. Benda uji ini harus diambil pada saat
yang bersamaan dan selisih beratnya hanya 0,2 gram. Jika labu Le
Chatelier digunakan, akan diperlukan benda uji yang terpisah untuk
menetukan penyerapan air. Timbanglah (500+10) gram benda uji dalam
kondisi jenuh kering permukaan yang terpisah, keringkan sampai berat
tetap kemudian timbanglah kembali Benda uji ini harus diambil pada
saat yang bersamaan dengan dimasukkan ke dalam labu Le Chatelier.
d. Timbanglah berat piknometer pada saat terisi air saja sampai batas
pembacaan yang ditentukan pada (23+2)o C.

3.3.3.4 Pengujian Berat Isi Agregat Kasar dan Agregat Halus


Adapun pelaksanaan pengujian berat isi agregat kasar dan agregat halus
dalam penelitian ini berdasarkan SNI 03-1973-2008:
1. Peralatan
Untuk melakukan pengujian berat isi agregat kasar dan agregat halus
diperlukan peralatan sebagai berikut:
a) Timbangan dengan ketelitian 0,1% dari berat benda uji.
b) Tongkat pemadat, dengan diameter 16 mm, panjang 600 mm, ujung
dibultkan dibuat dari baja yang bersih dan bebas dari karat.
58

c) Penggetar internal harus memiliki permukaan yang halus dan rapat pada
bagian penggetarnya serta digerakkan dengan motor listrik. Frekuensi
getaran harus 7000 getaran per menit atau lebih. Diameter terluar dari
bagian penggetar tidak kurang dari 19 mm dan tidak lebih dari 38 mm.
Panjang bagian penggetar tidak kurang dari 600 mm.
d) Alat perata.
e) Palu karet.
f) Wadah ukur berbentuk silinder dengan kapasitas dan penggunaan dapat
dilihat pada Tabel 3.2 sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kapasitas wadah ukur
Ukuran maksimum agregat Kapasitas wadah
kasar ukur

Inci Mm Liter
1 25,0 6
1,5 37,5 11
2 50 14
3 75 28
4,5 112 70
6 150 100
Sumber: SNI-03-1973-2008

2. Benda Uji
Pengambilan benda uji harus dari contoh beton segar yang mewakili
campuran beton.
3. Pelaksanaan
Untuk mengadakan pengujian berat isi agregat kasar dan agregat halus harus
diikuti tahapan sebagai berikut:

a) Pemilihan metode pemadatan


Pemilihan metode pemadatan berdasarkan nilai slump dilakukan jika tidak
ditentukan dalam spesifikasi. Metode pemadatan dilakukan degan cara
penusukan dan getaran internal. Untuk nilai slump yang lebih besar dari 75
mm pemadatan dilakukan dengan cara penusukan. Untuk nilai slump yang
59

terletak di antara 25 mm sampai 75 mm pemadatan dapat dilakukan


dengan cara penusukan atau penggetaran internal. Apabila nilai slump
lebih kecil dari 25 mm maka pemadatan hanya boleh dilakukan dengan
cara penggetaran. Beton nonplastis, seperti yang biasa digunakan pada
pabrik pembuatan pipa dan pekerjaan menembok, tidak termasuk dalam
cara uji ini.
b) Pemadatan
Beton ditempatkan dalam tiga lapis dengan volume yang sama pada setiap
lapis. Untuk wadah ukur yang digunakan dengan volume 14 liter atau lebih
kecil, tusuk-tusuk setiap lapis dengan 25 tusukan batang penusuk, 50
tusukan bila volume wadah ukur yang digunakan 28 liter, dan satu tusukan
untuk setiap 20 cm2 dari permukaan untuk wadah ukur yang lebih besar.
Tusukan lapisan bawah tidak menyentuh wadah ukur bagian bawah.
Penusukan dilakukan secara merata di atas penampang melintang wadah
ukur dan untuk dua lapis di atasnya, tusukan menembus lapisan di
bawahnya sedalam 25 mm. Setelah setiap lapis ditusuk, pukul-pukul setiap
sisi sebanyak 10 sampai 15 kali dengan menggunakan palu untuk
mengurangi jumlah pori dalam beton. Tambahkan lapis terakhir dan
hindari pengisian yang terlalu penuh.
c) Penggetaran internal
Isi dan getarkan wadah ukur dalam dua lapis yang sama. Tempatkan
semua beton dalam setiap lapis dalam wadah ukur sebelum penggetaran
dimulai pada lapis tersebut. Masukkan alat penggetar pada tiga tempat
yang berbeda di setiap lapis. Untuk pemadatan lapis bawah, alat penggetar
diusahakan tidak mengenai bagian bawah wadah ukur. Dalam pemadatan
lapis terakhir, alat penggetar harus menembus setiap lapis yang di
bawahnya kira-kira 25 mm. Alat penggetar harus ditarik secara hati-hati
agar tidak ada udara yang terperangkap dalam beton. Waktu penggetaran
yang diperlukan akan tergantung dari tingkat kemudahan pekerjaan beton
dan efektifitas penggetar (Vibrator). Penggetaran menerus hanya boleh
dilakukan untuk mendapatkan beton yang padat. Amati lamanya waktu
60

penggetaran yang diperlukan untuk berbagai jenis beton, penggetar dan


alat ukur yang digunakan.
d) Penyelesaian pemadatan
Pada penyelesaian pemadatan, wadah ukur tidak boleh dalam keadaan
kekurangan atau kelebihan beton. Jumlah maksimum kelebihan beton kira-
kira 3 mm di atas wadah ukur. Beton dapat ditambahkan dalam jumlah
yang sedikit untuk menutupi kekurangan. Jika dalam wadah ukur terdapat
kelebihan beton pada saat penyelesaian pemadatan, maka pindahkan
kelebihan beton tersebut dengan menggunakan sendok semen atau sekop
secepatnya seiring penyelesaian pemadatan dan sebelum wadah ukur
diratakan.
e) Perataan
Setelah pemadatan, ratakan permukaan atas beton sampai batas atas wadah
ukur dengan alat perata hingga permukaan beton benar- benar rata.
Perataan sebaiknya dilakukan dengan menekan alat perata pada permukaan
atas wadah ukur untuk menutupi sekitar 2/3 dari permukaan dan gerakkan
pelat perata dengan gerakan menyapu sampai benar-benar tertutup.
Kemudian letakkan pelat perata pada permukaan atas wadah ukur untuk
menutupi 2/3 permukaan lainnya dan lakukan dengan tekanan vertikal dan
gerakan menyapu untuk menutupi semua permukaan wadah ukur dan
lanjutkan sampai permukaan wadah ukur benar-benar rata. Lakukan
tusukan akhir dengan menggunakan pelat perata sampai permukaan mulus.
f) Pembersihan dan penimbangan
Setelah diratakan, bersihkan semua kelebihan beton yang terdapat pada
bagian luar wadah ukur, lalu tentukan berat beton dan wadah ukur dengan
timbangan sesuai dengan persyaratan untuk hasil yang akurat.

3.3.3.5 Pengujian Kadar Air Agregat Kasar dan Agregat Halus


Adapun pelaksanaan pengujian kadar air agregat kasar dan agregat halus
dalam penelitian ini berdasarkan SNI 03-1971-2011:
1. Peralatan
Peralatan yang dipakai dalam pengujian kadar air agregat kasar dan agregat
halus adalah sebagai berikut:
61

a. Timbangan
Memiliki kapasitas yang memadai dan dapat menimbang dengan ketelitian
0,1% dari berat contoh.
b. Pemanas
Oven yang memiliki ventilasi dan dapat mempertahankan temperatur
contoh 110°C ± 5°C. Apabila pengaturan temperatur tidak disyaratkan,
boleh digunakan pemanas lain yang memadai seperti pelat pemanas
dengan listrik atau gas, lampu pemanas listrik, atau oven microwave
berventilasi.
c. Wadah benda uji
Wadah benda uji harus tahan panas dengan volume yang memadai
sehingga dapat menampung benda uji agar tidak sampai jatuh/tumpah.
Wadah benda uji juga harus memiliki bentuk yang sedemikian rupa
sehingga kedalaman benda uji tidak lebih seperlima dari lebar wadah
benda uji.
d. Pengaduk.
Pengaduk yang terbuat dari logam atau spatula dengan ukuran yang
memadai sesuai ukuran benda uji.
2. Benda uji
Benda uji untuk pemeriksaan agregat minimum tergantung pada ukuran butir
minimum sesuai daftar Tabel 3.3.
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut :
a. Timbang benda uji sampai 0,1% massa terdekat (W 1); (Massa benda uji
adalah massa wadah dan benda uji dikurangi massa wadah).
b. Keringkan benda uji langsung dalam wadah dengan menggunakan
pemanas yang diinginkan dan jaga jangan sampai ada partikel yang
hilang. Pemanasan yang terlalu cepat dapat menyebabkan partikel pecah
dan keluar dari wadah sehingga mengurangi massa benda uji. Apabila
pemanasan dapat merubah sifat benda uji agregat atau apabila disyaratkan
pengujian yang lebih teliti maka gunakan oven yang memiliki pengatur
temperatur. Apabila pemanas tidak menggunakan oven yang memiliki
62

pengatur temperatur, aduk benda uji selama proses pengeringan untuk


mempercepat proses dan menghindari pemanasan setempat.

c. Setelah dingin, sehingga tidak akan merusak atau mempengaruhi


timbangan, timbang benda uji kering sampai 0,1% massa terdekat (W2).
Benda uji dianggap kering apabila pemanasan berikutnya hanya
menyebabkan penurunan massa kurang dari 0,1% atau dapat dilihat pada
Tabel 3.3 sebagai berikut.
Tabel 3.3 Massa minimum benda uji

Ukuran nominal maksimum


agregat Massa minimum benda
uji agregat normal (kg)
Mm inci
4,75 0,187(No.4) 0,5
9,5 3/8 1,5
12,5 ½ 2
19,0 ¾ 3
25,0 1 4
37,5 1½ 6
50 2 8
63 2½ 10
75 3 13
90 3½ 16
100 4 25
150 6 50

Untuk menentukan massa benda uji minimum agregat


ringan kalikan nilai pada Tabel 3.2 tersebut dengan berat isi
lepas dalam satuan kg/m³ dan dibagi 1600 (dirujuk kembali ke
ASTM)

Sumber: SNI-03-1971-2011

3.3.3.6 Pengujian Keausan Agregat Kasar Dengan Mesin Los Angeles


63

Adapun pelaksanaan pengujian keausan agregat kasar dengan mesin los


angeles dalam penelitian ini berdasarkan SNI 03-2417-2008:
1. Peralatan
Peralatan untuk pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut:
a. Mesin Abrasi Los Angeles: mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada
kedua sisinya dengan diameter 711 mm (28”) panjang dalam 508 mm
(20”), silinder bertumpu pada dua poros pendek yang tak menerus dan
berputar pada poros mendatar, silinder berselubang untuk memasukkan
benda uji, penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan dalam
silinder tidak terganggu, di bagian dalam silinder terdapat bilah baja
melintang penuh setinggi 89 mm(3,5”).
b. Saringan No. 12 (1,7 mm) dan saringan-saringan lainnya.
c. Timbangan dengan ketelitian 5 gram.
d. Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm (7/8”) dan berat masing-
masing antara 400-440 gram.
e. Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai (110+5)°C.
2. Benda Uji
Benda uji dipersiapkan dengan cara sebagai berikut:
a. Berat dan gradasi benda uji sesuai daftar.
b. Bersihkan benda uji dan keringkan dalam oven pada suhu (110+5)°C.
3. Pelaksanaan
Pengujian dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
1) Pengujian ketahanan agregat kasar terhadap keausan dapat dilakukan
dengan salah satu dari 7 (tujuh) cara berikut:
a) Cara A :Gradasi A, bahan lolos 37,5 mm sampai tertahan 9,5 mm.
Jumlah bola 12 buah dengan 500 putaran.
b) Cara B :Gradasi B, bahan lolos 19 mm sampai tertahan 9,5 mm.
Jumlah bola 11 buah dengan 500 putaran.
c) Cara C :Gradasi C, bahan lolos 9,5 mm sampai tertahan 4,75 mm.
Jumlah bola 8 buah dengan 500 putaran.
d) Cara D :Gradasi D, bahan lolos 4,75 mm sampai tertahan 2,36 mm.
Jumlah bola 6 buah dengan 500 putaran.
64

e) Cara E :Gradasi E, bahan lolos 75 mm sampai tertahan 37,5 mm.


Jumlah bola 12 buah dengan 1000 putaran.
f) Cara F :Gradasi F, bahan lolos 50 mm sampai tertahan 25 mm. Jumlah
bola 12 buah dengan 1000 putaran.
g) Cara G :Gradasi G, bahan lolos 37,5 mm sampai tertahan 19 mm.
Jumlah bola 12 buah dengan 1000 putaran.
Bila tidak ditentukan cara yang harus dilakukan, maka pemilihan gradasi
disesuaikan dengan contoh material yang merupakan wakil dari material
yang akan digunakan.

2) Benda uji dan bola baja dimasukkan ke dalamm mesin Los Angeles.
3) Putar mesin dengan kecepatan 30 sampai dengan 33 rpm. Jumlah putaran
gradasi A, B, C, dan D 500 putaran dan untuk gradasi E, F,dan G 1000
putaran.
4) Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian
saring dengan saringan No. 12 (1,7 mm), butiran yang tertahan di atasnya
dicuci bersih, selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu (110+5)°C.

3.3.3.7 Pengujian Kadar Lumpur Agregat Kasar dan Agregat Halus


Adapun pelaksanaan pengujian Kadar Lumpur Agregat Kasar dan Halus
dalam penelitian ini berdasarkan SNI 03-4142-1996:
1. Peralatan
Adapun peralatan yang dipakai pada pengujian kadar lumpur agregat kasar
dan halus ini sebagai berikut:
a) Timbangan
b) Ember
c) Saringan No.16 dan No.200
d) Cawan
e) Oven
2. Benda uji
Benda Uji yang digunakan adalah agregat kasar dan halus dengan berat
masing-masing 1000 gram.
3. Pelaksanaan
65

Adapun pelaksanaan pengujian kadar lumpur agregat kasar dan halus sebagai
berikut:
a) Oven agregat yang akan diuji lalu di timbang, hasil berat = (W1)
b) Masukkan agregat kedalam ember dan tuangkan air bersih hingga
agregat terendam.
c) Aduklah agregat agar terpisah dari bagian-bagian yang halus (lumpur),
lalu tuangkan suspensi yang kelihatan keruh tersebut dengan perlahan-
lahan ke dalam ayakan No.16 dan No.200
d) Ulangi langkah b dan c diatas beberapa kali hingga air cucian (bilasan)
nampak jernih.
e) butiran-butiran agregat yang tertinggal diatas susunan ayakan hingga air
bilasan nampak jernih.
f) Masukkan agregat yang susah dicuci tersebut kedalam oven dengan suhu
110 derajat Celcius kurang lebih 24 jam sampai berat tetap.
g) Timbanglah agregat yang sudah di oven dan di catat beratnya = (W2).
h) Bilaslah.

3.3.4 Pengujian pH air


Pengujian air untuk campuran untuk beton selain dapat dilakukan dengan
cara pengujian pH meter, juga dilakukan secara visual atau dilihat langsung
dengan mata, dari itu kita dapat menentukan layak atau tidak nya air tersebut.
Dalam pengujian dengan pH meter, pH air yang diijinkan untuk campuran beton
adalah minimal 4,5 sampai 8,5 berdasarkan SNI 03-2834-2002. Adapun peralatan
dan langkah-langkah dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Peralatan
Untuk melakukan pengujian pH air diperlukan peralatan sebagai berikut:
1) Larutan buffer
2) pH meter digital
2. Benda Uji
Air yang memenuhi spesifikasi secara visual.
3. Percobaan
1) Alat pH meter dicelupkan kedalam larutan buffer.
2) Alat pH meter dicelupkan kedalam air yang akan diuji.
66
67

3.3.5 Pengujian Slump


Adapun pelaksanaan pengujian slump beton dalam penelitian ini
berdasarkan SNI 03-1972-2008:
1. Peralatan untuk melaksanakan pengujian slump beton diperlukan peralatan
sebagai berikut:
1) Cetakan dari logam tebal minimal 1,5 mm berupa kerucut terpancung
(cone) dengan diameter bagian bawah 203 mm, bagian atas 102 mm,
dan tinggi 305 mm, bagian bawah dan atas cetakan terbuka.
2) Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 600 mm, ujung
dibulatkan dibuat dari baja yang bersih dan bebas dari kawat.
3) Pelat logam dengan permukaan yang kokoh, rata, dan kedap air.
4) Sendok cekung tidak menyerap air.
5) Mistar ukur.
2. Benda Uji
Pengambilan benda uji harus dari contoh beton segar yang mewakili
campuran beton.
3. Cara Pengujian Untuk melaksanakan pengujian beton harus diikuti
beberapa tahapan sebagai berikut:
1) Basahi cetakan dan letakkan di atas permukaan datar, lembab, tidak
menyerap air dan kaku. Cetakan harus ditahan secara kokoh di tempat
selama pengisian, oleh operator yang berdiri di atas bagian injakan.
Dari contoh beton yang diperoleh, segera isi cetakan dalam tiga lapis,
setiap lapis sekira sepertiga dari volume cetakan. Letakkan cetakan
diatas pelat dengan kokoh.
2) Padatkan setiap lapisan dengan 25 tusukan menggunakan batang
pemadat. Sebarkan penusukan secara merata di atas permukaan setiap
lapisan. Untuk lapisan bawah akan ini akan membutuhkan penusukan
secara miring dan membuat sekira setengah dari jumlah tusukan dekat
ke batas pinggir cetakan, dan kemudian lanjutkan penusukan vertikal
secar spiral pada seputar pusat permukaan. Padatkan lapisan bawah
seluruhnya hingga kedalamannya. Hindari batang penusuk mengenai
pelat dasar cetakan. Padatkan lapisan kedua dan lapisan atas seluruhnya
68

hingga kedalamannya, sehingga penusukan menembus batas lapisan di


bawahnya.
3) Dalam pengisian dan pemadatan lapisan atas, lebihkan adukan beton di
atas cetakan sebelum pemadatan dimulai. Bila pemadatan menghasilkan
beton turun dibawah ujung atas cetakan, tambahkan adukan beton untuk
tetap menjaga adanya kelebihan beton pada bagian atas dari cetakan.
Setelah lapisan atas selesai dipadatkan, ratakan permukaan beton pada
bagian atas cetakan dengan cara menggelindingkan batang penusuk di
atasnya. Lepaskan segera cetakan dari beton dengan cara mengangkat
dalam arah vertikal secara-hati-hati. Angkat cetakan dengan jarak 300
mm dalam waktu 5 ± 2 detik tanpa gerakan lateral atau torsional.
Selesaikan seluruh pekerjaan pengujian dari awal pengisian hingga
pelepasan cetakan tanpa gangguan, dalam waktu tidak lebih dari 2 ½
menit.
4) Setelah beton menunjukkan penurunan pada permukaan, ukur segera
slump dengan menentukan perbedaan vertikal antara bagian atas
cetakan dan bagian pusat permukaan atas beton. Bila terjadi
keruntuhan atau keruntuhan geser beton pada satu sisi atau sebagian
massa beton, abaikan pengujian tersebut dan buat pengujian baru
dengan porsi lain dari contoh.

3.3.6 Pembuatan Benda Uji


Pembuatan benda uji dilakukan setelah perhitungan proporsi campuran
selesai dan material yang diperlukan sudah ada dan sudah ditimbang sesuai
dengan hasil rancangan campuran beton (concrete mix design)
Berikut ini tahapan perancangan campuran adukan beton normal menurut
(SNI 03-2834-2000) sebagai berikut:
1. Perhitungan nilai deviasi standar
Deviasi standar S ialah alat ukur tingkat mutu pelaksanaan pembuatan
pembetonan. Nilai S ini digunakan sebagai salah satu data masukan pada
perencanaan campuran beton.
1) Jika pelaksana tidak mempunyai data pengalaman hasil pengujian contoh
beton pada masa lalu, maka nilai deviasi standar S tidak dapat dihitung.
69

2) Jika pelaksana produsen beton (pembuat beton) mempunyai data


pengalaman, maka nilai deviasi standar S ditetapkan. Nilai deviasi standar
dihitung menggunakan persamaan 2.17
2. Perhitungan nilai tambah m (margin)
Perhitungan nilai margin (m) dihitung dengan 2 cara:
1) Jika pelaksanaan mempunyai pengalaman lapang, maka nilai tambah
dihitung berdasarkan nilai deviasi standar S dari rumus sebelumnya, dan
dengan 2 rumus berikut (diambil yang terbesar): m dihitung menggunkan
persamaan 2.18 dan 2.19
2) Jika pelaksana tidak mempunyai pengalaman lapang, maka nilai tambah m
diambil dari Tabel 2.8.
3. Penetapan kuat tekan beton yang disyaratkan (f’c) pada umur tertentu.
a) Kuat tekan beton yang disyaratkan (f’c) ditetapkan sesuai dengan
persyaratan perancangan
b) Kuat tekan minimum
c) Diambil yang terbesar dari a dan b
4. Kuat tekan rata-rata perlu (f’cr)
Kuat tekan rata-rata perlu dihitung menggunakan persamaan 2.20
5. Penetapan jenis semen
6. Penetapan jenis agregat
Jenis agregat kasar dan halus berupa agregat alami (kerikil alami dan pasir
alami)
7. Penetapan nilai faktor air semen dapat dihihat pada Gambar 2.1 hubungan
faktor air semen dan kuat tekan silinder beton
8. Penetapan nilai slump
Penetapan nilai slump dilakukan dengan mempertimbangkan faktor:
e) Cara pengankutan adukan beton
f) Cara penuangan adukan beton
g) Cara pemadatan beton segar
h) Jenis struktur yang dibuat
70

9. Penetapan besar butir agregat maksimum


Penetapan besar butir agregat maksimum pada beton normal ada 3 pilihan,
yaitu 40 mm, 20 mm, dan 10 mm.
10. Jumlah air yang diperlukan per meter kubik beton
Jumlah air yang diperlukan per meter kubik beton, diperkirakan berdasarkan
ukuran maksimum agregat, jenis agregat, dan slump yang diinginkan, dapat
dilihat pada Tabel 2.9 dan jumlah air yang diperkirakan dapat dihitung
menggunakan persamaaan 2.21
11. Berat semen yang diperlukan dapat dihitung menggunakan persamaan 2.22
12. Penetapan jenis agregat halus
Agregat halus diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu pasir kasar, pasir agak
kasar, pasir agak halus, dan pasir halus, penentuan jenis agregat halus itu
didasarkan pada tabel 2.2.
13. Proporsi berat agregat halus terhadap agregat campuran
Perbandingan nilai antara berat agregat halus dan agregat kasar diperlukan
untuk memperoleh gradasi agregat campuran yang yang baik. Penetapan
perbandingan ini dilakukan dengan memperhatikan besar butir
maksimumagregat kasar, nilai slump, factor air semen, dan daerah gradasi
agregat halus. Berdasarkan data tersebut dan gambar 2.2 maka akan diperoleh
persentase berat agregat halus terhadap berat agregat campuran.
14. Berat jenis agregat campuran
Berat jenis agregat campuran dapat dihitung menggunakan persamaan 2.23
15. Perkiraan berat beton
Dengan data berat jenis agregat campuran dan kebutuhan air tiap meter kubik
betonnya maka berat beton dapat diperkirakan dengan gambar 2.3.
16. Kebutuhan berat agregat campuran
Kebutuhan berat agregat campuran dapat dihitung menggunakan persamaan
2.24
17. Hitung berat agregat halus dan agregat yang diperlukan
Kebutuhan agregat halus dapat dihitung menggunakan persamaan 2.25 dan
kebutuhan agregat kasar dapat dihitung menggunakan persamaan 2.26
71

3.3.7 Jumlah Benda Uji


Tabel 3.4 Jumlah benda uji yang direncanakan
Kuat
Kuat tekan
tarik beton Jumlah
Variasi (%) FAS beton (hari)
(hari) Benda Uji
7 28 7 28
0 6 6 6 6 24
5 MK + 5 LBB + 1,7 SP 0,27 0,45 6 6 6 6 24
7,5 MK + 7,5 LBB + 1,7
6 6 6 6 24
SP
Jumlah: 72

Rekapitulasi jumlah benda uji dapat dilihat pada Tabel 3.6. Umur beton
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 7 dan 28 hari dengan variasi
komposisi campuran 5% metakaolin (MK) + 5% limbah bubut besi (LBB) + 1,7%
superplaticizer (SP) dan 7,5% metakaolin (MK) +7, 5% limbah bubut besi (LBB)
+ 1,7% superplaticizer (SP) terhadap berat agregat kasar dan semen yang dipakai,
menggunakan FAS 0,27 dan 0,45. Dari masing-masing campuran beton dibuat
tiga benda uji, jadi benda uji yang direncanakan sebanyak 72 buah benda uji.

3.3.8 Perawatan Benda Uji


Perawatan benda uji dilakukan setelah beton yang dicetak berubah menjadi
keras. Perawatan benda uji dilakukan agar proses hidrasi selanjutnya tidak
mengalami gangguan. Jika hal tersebut terjadi, beton mengalami keretakan karena
kehilangan air yang begitu cepat. Perawatan benda tidak hanya dimaksud untuk
mendapatkan kekuatan tekan beton yang tinggi tetapi juga dimaksud untuk
memperbaiki mutu dari keawetan beton, kekedapan terhadap air, ketahanan
terhadap aus, sertas stabilitas dari dimensi struktur (Tjokrodimuljo, 1992).
Adapun cara perendaman yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Setelah 24 jam cetakan beton silinder dibuka, lalu dilakukan perendaman
terhadap sampel beton tersebut
2. Perendaman dilakukan sesuai umur beton (7 dan 28 hari). Perendaman
dilakukan secara bervariasi untuk mengetahu nilai kuat tekan dan kuat tarik
beton dengan bertambahnya umur.
72

3.3.9 Pengujian Kuat Tekan


Pada pengujian ini, beton dilakukan terhadap jenis campuran beton pada
umur 7 hari dan 28 hari dengan benda uji masing-masing 3 buah. Pengujian ini
menggunakan mesin uji tekan Universal Testing Machine. Cara pengujian kuat
tekan beton berdasarkan SNI 03-1974-1990:
1. Peralatan
Untuk melaksanakan pengujian kuat tekan beton diperlukan peralatan sebagai
berikut:
1) Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh
2) Mesin tekan, kapasitas sesuai kebutuhan
2. Persiapan pengujian.
Benda uji yang akan ditentukan kekuatan tekannya diambil dari bak
perendam/pematangan (curing), kemudian dibersihkan dari kotoran yang
menempel dengan kain lembab.
1) Berat dan ukuran benda uji ditentukan
2) Benda uji siap untuk diperiksa
3. Cara pengujian
Untuk melaksanakan pengujian kuat tekan beton harus diikuti beberapa
tahapan sebagai berikut:
1) Benda uji diletakkan pada mesin tekan secara centris
2) Mesin tekan dijalankan dengan penambahan beban yang konstan berkisar
antara 2 sampai 4 kg/cm² per detik
3) Pembebanan dilakukan sampai uji menjadi hancur dan beban maksimum
yang terjadi selama pemeriksaan benda uji dicatat
4) Bentuk pecah digambar dan keadaan benda uji dicatat

3.3.10 Pengujian Kuat Tarik


Pada pengujian ini, beton dilakukan terhadap jenis campuran beton pada
umur 28 hari dengan benda uji masing-masing 3 buah. Pengujian ini
menggunakan mesin uji tarik belah yaitu Universal Testing Machine. Cara
pengujian kuat tarik belah beton berdasarkan SNI 03-2491-2002:
73

1. Peralatan
Untuk melaksanakan pengujian kuat tekan beton diperlukan peralatan sebagai
berikut:
a. Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh.
b. Mesin tarik belah, kapasitas sesuai kebutuhan.
2. Persiapan pengujian.
Benda uji beton berbentuk silinder yang akan ditentukan kekuatan tariknya
diambil dari bak perendam/pematangan (curing), kemudian dibersihkan dari
kotoran yang menempel dengan kain lembab.
a. Berat dan ukuran benda uji ditentukan.
b. Benda uji siap untuk diperiksa.
3. Pelaksanaan
Untuk melaksanakan pengujian kuat tarik belah beton harus diikuti beberapa
tahapan sebagai berikut:
a. Benda uji diletakkan mendatar sejajar dengan permukaan meja penekan
mesin uji tekan.
b. Mesin tekan dijalankan dengan penambahan beban yang konstan berkisar
antara 0,7 hingga 1,4 MPa per menit.
c. Pembebanan dilakukan sampai uji menjadi hancur dan beban maksimum
yang terjadi selama pemeriksaan benda uji dicatat.
d. Bentuk pecah digambar dan keadaan benda uji dicatat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data dan Analisis Hasil Pengujian Agregat


Data dan analisis hasil pengujian agregat dapat dilihat pada uraian-uraian
sebagai berikut.
4.1.1 Hasil Pengujian Analisis Saringan Agregat Halus
Hasil dari pengujian analisis saringan agregat halus diperoleh data
gradasi agregat halus dan modulus halus butir. Data hasil pengujian
analisis saringan agregat halus dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai
berikut.
Tabel 4.1 Hasil pengujian analisis saringan agregat halus
Persen
Ukura Jumla Perse
Berat Persen tertaha
No. n h berat n
tertaha tertaha n
saringan saringa tertaha lolos
n (gr) n (%) komulat
n (mm) n (gr) (%)
if (%)
No. 4 4,75 0 0 0 100 0
96,54
No. 8 2,36 17,25 17,25 3,452 3,452
8
84,31
No. 16 1,18 61,15 78,4 12,236 15,688
2
67,87
No. 30 0,60 82,15 160,55 16,438 32,126
4
39,27
No. 50 0,30 142,95 303,5 28,604 60,730
0
No. 100 0,15 150,15 453,65 30,045 9,225 90,775
Pan 46,1 499,75 9,225
100,00
Jumlah 499,75 202,771
0
Modulus halus 2,028
Sumber: Hasil Pengujian, 2021

Berdasarkan Tabel 4.1 hasil pengujian analisis saringan agregat


halus didapatkan nilai modulus kehalusan butir agregat halus sebesar
2,028. Nilai modulus kehalusan butir dapat dikategorikan sebagai agregat
halus apabila memenuhi nilai antara 1,50 sampai 3,80 (Tjokrodimuljo,
2007). Agregat halus pada pengujian ini memenuhi spesifikasi sebagai
agregat dalam bahan campuran beton.

73
74

Adapun hasil gradasi agregat halus dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan
Gambar 4.1 sebagai berikut.
Tabel 4.2 Hasil gradasi agregat halus pada zona III (agak halus)
Persen berat
Ukuran Lolos butir yang lolos
No. ayakan jenis
saringan saringan
saringan agregat halus
(mm) (%)
Agak halus (III)
3/8 9,50 100 100
4 4,75 100 90 100
8 2,36 96,548 85 100
16 1,18 84,312 75 100
30 0,60 67,874 60 79
50 0,30 39,270 12 40
100 0,15 9,225 0 10
Sumber: Hasil Pengujian, 2021

100
90
Persen lolos saringan (%)

80
70
60
50 Batas Bawah
40 Data Pengujian
30
Batas Atas
20
10
0
0.1 1 10 100
Ukuran saringan (mm)

Sumber: Hasil Pengujian, 2021


Gambar 4.1 Hasil gradasi agregat halus zona III (agak halus)
Berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 4.1 diketahui bahwa data
persentase lolos saringan agregat halus yang diperoleh tidak melewati data
garis batas atas dan batas bawah gradasi agregat halus zona III (agak
halus). Data persentase lolos agregat halus yang diperoleh jika semakin
dekat dengan batas atas agregat halus zona III berarti butir agregat
halusnya semakin halus terlihat pada ukuran saringan 0,15, 0,30 dan 0,60,
75

sedangkan jika semakin dekat dengan batas bawah agregat halus zona III
berarti butir agregat halusnya semakin kasar terlihat pada ukuran saringan
2,36, 4,75 dan 9,50. Dengan demikian, agregat halus yang akan digunakan
dalam pembuatan beton adalah agregat halus zona III yaitu pasir agak
halus.
4.1.2 Hasil Pengujian Analisis Saringan Agregat Kasar
Hasil dari pengujian analisis saringan agregat kasar diperoleh data
gradasi agregat kasar dan modulus halus butir. Data hasil pengujian
analisis saringan agregat kasar dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai
berikut.
Tabel 4.3 Hasil pengujian analisis saringan agregat kasar
Ukuran Berat Jumlah Persen
Persen
No. saringan tertahan berat Persen tertahan
lolos
saringan tertahan tertahan kumulatif
(%)
(mm) (gr) (gr) (%) (%)
1½ 37,5 0 0 0 100 0
¾ 19,1 0 0 0 100 0
⅜ 9,5 271,5 271,5 54,34 45,66 54,34
No. 4 4,75 224,9 496,4 45,02 0,64 99,36
No. 8 2,36 0,1 496,5 0,02 0,62 99,38
No. 16 1,18 0,2 496,7 0,04 0,58 99,42
No. 30 0,06 0,2 496,9 0,04 0,54 99,46
No. 50 0,3 0,3 497,2 0,06 0,48 99,52
No. 100 0,15 0,25 497,45 0,05 0,43 99,57
Pan 2,3 499,75 0,43
Jumlah 499,75 100,0 651,05
Modulus kehalusan butir 6,510
Sumber: Hasil Pengujian, 2021
Berdasarkan Tabel 4.3 hasil pengujian analisis saringan agregat
kasar yang telah dilakukan didapatkan nilai modulus kehalusan butir
agregat kasar sebesar 6,510. Nilai modulus kehalusan butir dapat
dikategorikan sebagai agregat kasar apabila memenuhi nilai antara 6
sampai 7,10 (Tjokrodimuljo, 2007). Agregat kasar pada pengujian ini
memenuhi spesifikasi sebagai agregat dalam bahan campuran beton.
76

Adapun hasil gradasi agregat kasar dapat dilihat pada Tabel 4.4
dan Gambar 4.2 sebagai berikut.
Tabel 4.4 Hasil gradasi agregat kasar 20 mm
Persen berat butir
No. Ukuran yang lewat ayakan
besar butir Persentase
Saringa saringa
maksimum (%) lolos (%)
n n (mm)
20 mm
1,5 37,50 100 100
¾ 19,10 95 100 100
3/8 9,50 25 55 45,66
4 4,75 0 10 0,64
Sumber: Hasil Pengujian, 2021

Batas Bawah Data Pengujian Batas Atas


100
Persentase Lolos (%)

80
60
40
20
0
1 10 100
Ukuran Saringan (mm)

Sumber: Hasil Pengujian, 2021


Gambar 4.2 Hasil gradasi agregat kasar 20 mm
Berdasarkan Tabel 4.4 dan Gambar 4.2 diketahui bahwa data
persentase lolos saringan agregat kasar yang diperoleh tidak melewati data
garis batas atas dan batas bawah gradasi agregat kasar 20 mm. Data
persentase lolos agregat kasar yang diperoleh jika semakin dekat dengan
batas atas agregat kasar 20 mm berarti butir agregat kasarnya semakin
halus terlihat pada ukuran saringan 4,75, 9,50, 19,10 dan 37,50, sedangkan
jika semakin dekat dengan batas bawah agregat kasar 20 mm berarti butir
agregat kasarnya semakin kasar. Dengan demikian, agregat kasar yang
77

akan digunakan dalam pembuatan beton adalah agregat kasar dengan


ukuran maksimum 20 mm.
4.1.3 Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus
Hasil dari pengujian berat jenis dan penyerapan air adalah untuk mengetahui
berat jenis agregat dalam beberapa kondisi dan penyerapan air agregat. Adapun
data hasil pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus dapat dilihat
pada Tabel 4.5 sebagai berikut.
Tabel 4.5 Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus
Pengujian Rata-rata
Pengujian Simbol/Rumus
I II (gr)
Berat benda uji kering
Bj 500 500 500
permukaan jenuh (SSD)
Berat benda uji kering oven Bk 493,7 495,5 494,6
Berat piknometer disisi air
Ba 665,8 675,7 670,8
(25°C)
Berat piknometer + benda
Bt 979,3 976,1 977,7
uji (SSD)+ air (25°C)
Bk
Berat jenis (Bulk) 2,647 2,482 2,565
Ba+ Bj−Bt
Berat jenis jenuh kering Bj
2,681 2,505 2,593
permukaan (SSD) Ba+ Bj−Bt
Bk
Berat jenis semu (Apparent) 2,740 2,540 2,640
Ba+ Bk−Bt
Bj−Bk
Penyerapan (Absorption), % x 100 % 1,276 0,908 1,092
Bk
Sumber: Hasil Pengujian, 2021
Berdasarkan Tabel 4.5 hasil pengujian berat jenis dan penyerapan air
agregat halus didapat nilai berat jenis curah (Bulk), berat jenis jenuh kering
permukaan (SSD), berat jenis semu (Apparent) pada agregat halus
berturut-turut sebesar 2,565, 2,593, 2,640 nilai ini memenuhi spesifikasi
menurut Tjokrodimuljo (2007) yakni untuk berat jenis berkisar antara 2,50
sampai 2,70. Nilai penyerapan air (Absorption) agregat halus sebesar
1,092 % nilai ini memenuhi spesifikasi menurut SNI 03-1969-2008 adalah
3%, sehingga agregat halus yang digunakan pada pengujian ini memenuhi
syarat berat jenis dan penyerapan air untuk dijadikan sebagai bahan
campuran beton.
78
79

4.1.4 Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar
Hasil dari pengujian berat jenis dan penyerapan air adalah untuk mengetahui
berat jenis agregat dalam beberapa kondisi dan penyerapan air agregat. Adapun
data hasil pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar dapat dilihat
pada Tabel 4.6 sebagai berikut.
Tabel 4.6 Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar
Simbol/ Pengujian Rata-rata
Pengujian
Rumus I II (gr)
Berat benda uji kering
Bj 500,0 500,0 500,0
permukaan jenuh (SSD)
Berat benda uji kering oven Bk 493,2 494,5 493,9
Berat benda uji didalam air Ba 307,7 308,7 308,2
Bk
Berat jenis (Bulk) 2,564 2,585 2,575
(Bj−Ba)
Berat jenis jenuh kering Bj
2,600 2,614 2,607
permukaan (Bj−Ba)
Bk
Berat jenis semu (Apparent) 2,659 2,661 2,660
Bk−Ba
(Bj−Bk )
Penyerapan (Absorption), % X 100 % 1,378 1,112 1,245
Bk
Sumber: Hasil Pengujian, 2021
Berdasarkan Tabel 4.6 hasil pengujian berat jenis dan penyerapan air
agregat kasar didapat nilai berat jenis curah (Bulk), berat jenis jenuh kering
permukaan (SSD), berat jenis semu (Apparent) agregat kasar berturut-turut
sebesar 2,575, 2,607, 2,660 nilai ini memenuhi spesifikasi menurut
Tjokrodimuljo (2007) yakni untuk berat jenis berkisar antara 2,50 sampai
2,70. Nilai penyerapan air (Absorption) agregat kasar sebesar 1,245 %
nilai ini memenuhi spesifikasi menurut SNI 03-1969-2008 adalah 3%,
sehingga agregat kasar yang digunakan pada pengujian ini memenuhi
syarat berat jenis dan penyerapan air untuk dijadikan sebagai bahan
campuran beton.

4.1.5 Hasil Pengujian Berat Isi Agregat Halus


Hasil dari pengujian berat isi agregat halus adalah untuk mengetahui berat
isi dalam sebuah silinder beton pada keadaan lepas/gembur dan padat. Adapun
80

data hasil pengujian berat isi agregat halus dapat dilihat pada Tabel 4.7 sebagai
berikut.
Tabel 4.7 Pengujian berat isi agregat halus
Pengujian
Uraian Lepas/Gembur Padat
I II I II
Berat tempat + Benda uji (gr) 18393 18494 19230 19535
Berat tempat (gr) 10463 11086 10463 11086
Berat benda uji A - B (gr) 7930 7408 8767 8449
Volume tempat (cm3) 5052,69 5052,69 5052,69 5052,69
Berat isi benda uji C : D (gr/cm3) 1,569 1,466 1,735 1,672
Berat isi benda uji rata-rata(gr/cm3) 1,518 1,704
Sumber: Hasil Pengujian, 2021
Berdasarkan Tabel 4.7 hasil pengujian berat isi agregat halus didapat
nilai berat isi untuk kondisi lepas/gembur adalah 1,518 kg/liter dan untuk
kondisi padat adalah 1,704 kg/liter. Menurut Tjokrodimuljo (2007), berat
satuan atau berat volume agregat berkisar antara 1,50 sampai 1,80 kg/liter.
Agregat halus dalam pengujian ini memenuhi syarat berat isi sebagai
bahan campuran beton.

4.1.6 Hasil Pengujian Berat Isi Agregat Kasar


Hasil dari pengujian berat isi agregat kasar adalah untuk mengetahui berat
isi dalam sebuah silinder beton pada keadaan lepas/gembur dan padat. Adapun
data hasil pengujian berat isi agregat kasar dapat dilihat pada Tabel 4.8 sebagai
berikut.
Tabel 4.8 Pengujian berat isi agregat kasar
Pengujian
Uraian Lepas/Gembur Padat
I II I II
Berat tempat + Benda uji (gr) 19936 19867 20280 20320
Berat tempat (gr) 10562 11032 10562 11032
Berat benda uji A - B (gr) 9374 8835 9718 9288
5531,61 5531,61
Volume tempat (cm3) 5531,615 5531,615
5 5
Berat isi benda uji C: D (gr/cm3) 1,695 1,597 1,757 1,679
81

Berat isi benda uji rata-rata(gr/cm3) 1,646 1,718


Sumber: Hasil Pengujian, 2021

Berdasarkan Tabel 4.8 hasil pengujian berat isi agregat kasar didapat nilai
berat isi untuk kondisi lepas/gembur adalah 1,646 kg/liter dan untuk kondisi padat
adalah 1,718 kg/liter. Menurut Tjokrodimuljo (2007), berat satuan atau berat
volume agregat berkisar antara 1,50 sampai 1,80 kg/liter. Agregat kasar dalam
pengujian ini memenuhi syarat berat isi sebagai bahan campuran beton.
Hasil dari pengujian kadar air agregat adalah untuk memperoleh persentase
besarnya kandungan air yang terkandung dalam agregat. Adapun data hasil
pengujian kadar air agregat halus dapat dilihat pada Tabel 4.9 sebagai berikut.
Tabel 4.9 Pengujian kadar air agregat halus
Jenis pengujian dan simbol I II Satuan
Berat talam (WI) 152 147 gr
Berat talam + contoh awal (W2) 652 647 gr
Berat talam + contoh kering (W4) 637,4 635,2 gr
Berat benda uji awal (W3=W2-W1) 500 500 gr
Berat benda uji kering (W5=W4-W1) 485,4 488,2 gr
Kadar air (%) = ((W3-W5)/W5))x100 3,008 2,564 %
Kadar air rata-rata 2,712 %
Sumber: Hasil Pengujian, 2021
Berdasarkan Tabel 4.9 nilai kadar air agregat halus rata-rata yang diperoleh
adalah 2,712 %. Menurut SNI 03-1971-2011, tidak ada ketentuan untuk nilai
kadar air pada sebuah agregat.
4.1.7 Hasil Pengujian Kadar Air Agregat Kasar
Hasil dari pengujian kadar air agregat adalah untuk memperoleh persentase
besarnya kandungan air yang terkandung dalam agregat. Adapun data hasil
pengujian kadar air agregat kasar dapat dilihat pada Tabel 4.10 sebagai berikut.
Tabel 4.10 Pengujian kadar air agregat kasar
Jenis pengujian dan simbol I II Satuan
Berat talam (WI) 212 210 gr
Berat talam + contoh awal (W2) 712 710 gr
Berat talam + contoh kering (W4) 700,5 702,1 gr
Berat benda uji awal (W3=W2-W1) 500 500 gr
Berat benda uji kering (W5=W4-W1) 488,5 4492,1 gr
Kadar air (%) = ((W3-W5)/W5))x100 2,354 1,605 %
82

Kadar air rata-rata 1,980 %


Sumber: Hasil Pengujian, 2021

Berdasarkan Tabel 4.10 nilai kadar air agregat kasar rata-rata yang diperoleh
adalah 1,980 %. Menurut SNI 03-1971-2011, tidak ada ketentuan untuk nilai
kadar air pada sebuah agregat.

4.1.8 Hasil Pengujian Keausan Agregat Kasar dengan Mesin Los Angeles
Hasil dari pengujian keausan agregat kasar dengan mesin Los Angeles
adalah untuk memperoleh nilai keausan agregat kasar dalam persen. Adapun data
hasil pengujian keausan agregat kasar dengan mesin Los Angeles dapat dilihat
pada Tabel 4.11 sebagai berikut.
Tabel 4.11 Pengujian keausan agregat kasar dengan mesin Los Angeles
Saringan Pengujian
Lewat Tertahan I II
19,00 mm (3/4) 12,50 mm (1/2) 2500 2500
12,50 mm (1/2) 9,50 mm (3/8) 2500 2500
Jumlah berat benda uji semula (A) 5000 5000
Berat tertahan saringan no.12 (B) 3224 3522
Berat contoh uji semula – berat contoh uji tertahan ( A–B) 1776 1478
Keausan = (C / A) x 100 % 35,520 29,560
Keausan rata-rata 32,540
Sumber: Hasil Pengujian, 2021
Berdasarkan Tabel 4.11 hasil pengujian keausan agregat kasar
didapat nilai keausan agregat kasar sebesar 32,540 %. Menurut spesifikasi
ASTM C.33-1993, nilai keausan/abrasi agregat kasar adalah maksimal
50%. Agregat kasar pada pengujian ini memenuhi syarat keausan agregat
sebagai bahan campuran beton.

4.1.9 Hasil Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus


Hasil dari pengujian kadar lumpur agregat halus adalah untuk memperoleh
nilai persentase kandungan lumpur yang terdapat pada agregat halus. Adapun data
hasil pengujian kadar lumpur agregat halus dapat dilihat pada Tabel 4.12 sebagai
berikut.
83

Tabel 4.12 Pengujian kadar lumpur agregat halus


Pengujian
Sampel benda uji
I II
Berat benda uji kering oven sebelum di
W1 1000 1000
cuci (gr)
Berat benda uji kering oven sesudah di
W2 975,2 982,7
cuci (gr)
(W 1−W 2)
Kadar butir lolos saringan no.200 X 100 % 2,48 1,73
W1
Rata –rata 2,11
Sumber: Hasil Pengujian, 2021
Berdasarkan Tabel 4.12 hasil pengujian kadar lumpur agregat halus didapat
nilai kadar lumpur pada agregat halus sebesar 0,440 %. Menurut standar SK SNI
S-04-1989-F (Spesifikasi bahan bangunan bagian A) dalam Tjokrodimuljo (2007),
nilai kadar lumpur maksimal pada agregat halus adalah 5%. Persentase kadar
lumpur ini tidak boleh melewati spesifikasi yang di tentukan karena semakin
banyak kandungan lumpur maka semakin banyak pula luas permukaan agregat
halus yang tertutupi lumpur sehingga mengurangi bereaksinya pasta semen
dengan agregat halus yang berakibat memperkecil daya ikat dan mengurangi kuat
tekan beton. Agregat halus pada pengujian ini memenuhi syarat kadar lumpur
agregat sebagai bahan campuran beton.
4.1.10 Hasil Pengujian Kadar Lumpur Agregat Kasar
Hasil dari pengujian kadar lumpur agregat kasar adalah untuk memperoleh
nilai persentase kandungan lumpur yang terdapat pada agregat kasar. Adapun data
hasil pengujian kadar lumpur agregat kasar dapat dilihat pada Tabel 4.13 sebagai
berikut.
Tabel 4.13 Pengujian kadar lumpur agregat kasar
Pengujian
Sampel benda uji
I II
Berat benda uji kering oven sebelum di cuci (gr) W1 1000 1000
Berat benda uji kering oven sesudah di cuci (gr) W2 996,3 994,7
( W 1−W 2)
Kadar butir lolos saringan no.200 X 100 %0,37 0,53
W1
84

Rata –rata 0,45


Sumber: Hasil Pengujian, 2021
Berdasarkan Tabel 4.13 hasil pengujian kadar lumpur agregat kasar didapat
nilai kadar lumpur pada agregat kasar sebesar 0,540 %. Menurut Standar SK SNI
S-04-1989-F (Spesifikasi bahan bangunan bagian A) dalam Tjokrodimuljo (2007),
nilai kadar lumpur maksimal pada agregat kasar adalah 1 %. Persentase kadar
lumpur ini tidak boleh melewati spesifikasi yang di tentukan karena semakin
banyak kandungan lumpur maka semakin banyak pula luas permukaan agregat
kasar yang tertutupi lumpur sehingga mengurangi bereaksinya pasta semen
dengan agregat kasar yang berakibat memperkecil daya ikat dan mengurangi kuat
tekan beton. Agregat kasar pada pengujian ini memenuhi syarat kadar lumpur
agregat sebagai bahan campuran beton.
4.2 Data dan Analisis Hasil Pengujian Air
Hasil dari pengujian pH atau parameter hidrogren diperoleh nilai tingkat
keasaman air yang akan digunakan untuk bahan pereaksi semen campuran beton
dan air perawatan beton. Adapun data hasil pengujian air dapat dilihat pada Tabel
4.15 sebagai berikut.
Tabel 4.15 Pengujian pH air
Sampel Nilai
Air 5,75
Sumber: Hasil Pengujian, 2021
Dari Tabel 4.15 diperoleh nilai pH air 5,75. Menurut SNI 03-6817-
2002, pH air yang dizinkan untuk campuran beton adalah minimal 4,5
sampai dengan 8,5. Air pada penelitian ini memenuhi spesifikasi nilai pH
air yang digunakan dalam campuran beton.
4.3 Proporsi Campuran Beton
Perencanaan proporsi campuran beton berdasarkan SNI 03-2834-2000
tentang tata cara pembuatan rencana campuran beton normal. Perhitungan
proporsi campuran beton yang dilakukan dapat dilihat pada Lampiran 5. Hasil
perhitungan proporsi campuran beton dapat dilihat sebagai berikut.
1. Proporsi campuran beton f’c= 32 MPa dan FAS= 0,45 (variasi I)
85

Adapun proporsi campuran beton untuk variasi I dapat dilihat pada Tabel
4.16 sebagai berikut.
Tabel 4.16 Proporsi campuran beton variasi I
No Uraian Tabel/grafik/rumus Nilai Satuan
1 Kuat Tekan yang Ditetapkan 32 N/mm²
diisyaratkan (28
hari)
2 Deviasi standar Tidak ada - -
pengalaman
3 Nilai tambah (margin) f'cr = f'c +8,3 8,3 -
(Tabel 2.4)
4 Kuat tekan rata-rata f'cr = f'c +8,3 40,3 N/mm²
yang ditargetkan (Tabel 2.4)
5 Jenis semen Ditetapkan Semen PCC -
(Jenis I)
6 Jenis agregat
Kasar : Ditetapkan Batu Pecah -
Halus : Ditetapkan Pasir Alami -
7 Faktor air semen Ditetapkan 0,45 -
8 Nilai slump Ditetapkan 75-150 Mm
9 Ukuran agregat Ditetapkan 20 Mm
maksimum
10 Kebutuhan air Rumus 2.21 205 lt/m³
11 Berat semen Rumus 2.22 455,556 kg/m³
12 Susunan butir agregat Tabel 2.2 Agak Halus -
13 Persen agregat halus Gambar 2.2 31,5 %
14 Persen agregat kasar Gambar 2.2 68,5 %
15 Berat jenis agregat Rumus 2.23 2,294 g/cm³
campuran
16 Berat isi beton Gambar 2.3 2145 kg/m³
17 Kadar agregat Rumus 2.24 1484,444 kg/m³
campuran
18 Kadar agregat halus Rumus 2.25 467,600 kg/m³
19 Kadar agregat kasar Rumus 2.26 1016,844 kg/m³
20. Proporsi campuran: Tiap (/m3) Tiap 1 silinder
Semen 455,556 2,416 kg
Air 205 1,087 lt
Agregat halus 467,6 2,480 kg
Agregat kasar 1016,844 5,393 kg
Proporsi campuran: Tiap (/m3) Tiap 3 silinder
Semen 7,248 kg
Air 3,262 lt
86

Agregat halus 7,440 kg


Agregat kasar 16,179 kg
Sumber: Hasil Perhitungan, 2021

2. Proporsi campuran beton f’c= 40 MPa dan FAS= 0,27 (variasi II)
Adapun proporsi campuran beton untuk variasi II dapat dilihat pada Tabel
4.17 sebagai berikut.
Tabel 4.17 Proporsi campuran beton variasi II
No Uraian Tabel/grafik/rumus Nilai Satuan
1 Kuat Tekan yang Ditetapkan 40 N/mm²
diisyaratkan (28 hari)
2 Deviasi standar Tidak ada - -
pengalaman
3 Nilai tambah (margin) f'cr = 1,1 f'c + 5,0 9 -
(Tabel 2.4)
4 Kuat tekan rata-rata yang f'cr = 1,1 f'c + 5,0 49 N/mm²
ditargetkan (Tabel 2.4)
5 Jenis semen Ditetapkan Semen PCC -
(Jenis I)
6 Jenis agregat
Kasar : Ditetapkan Batu Pecah -
Halus : Ditetapkan Pasir Alami -
Faktor air semen Ditetapkan 027 -
7 Nilai slump Ditetapkan 75-150 mm
8 Ukuran agregat maksimum Ditetapkan 20 mm
9 Kebutuhan air Rumus 2.21 205 lt/m³
10 Berat semen Rumus 2.22 759,259 kg/m³
11 Susunan butir agregat Tabel 2.2 Agak Halus -
12 Persen agregat halus Gambar 2.2 30,5 %
13 Persen agregat kasar Gambar 2.2 69,5 %
14 Berat jenis agregat Rumus 2.23 2,291 g/cm³
campuran
15 Berat isi beton Gambar 2.3 2140 kg/m³
16 Kadar agregat campuran Rumus 2.24 1175,741 kg/m³
17 Kadar agregat halus Rumus 2.25 358,601 kg/m³
18 Kadar agregat kasar Rumus 2.26 817,140 kg/m³
19 Proporsi campuran: Tiap (/m )3
Tiap 1 silinder
20 Semen 759,259 4,027 kg
Air 205 1,087 lt
Agregat halus 358,601 1,902 kg
Agregat kasar 817,140 4,334 kg
87

Sumber: Hasil Perhitungan, 2021


88

4.4 Hasil Pengujian Slump Beton


Data dari hasil pengujian slump beton yang dilakukan dapat dilihat pada
Tabel 4.18 sebagai berikut.
Tabel 4.18 Hasil pengujian slump
Nilai slump (mm)
Jenis beton
FAS 0,27 FAS 0,45
Normal 89 95
Variasi 5% LBB + 5% MK + 1,7% SP 87 92
Variasi 7,5% LBB + 7,5% MK + 1,7% SP 80 85
Sumber: Hasil Pengujian, 2021

Berdasarkan Tabel 4.18 hasil pengujian slump pada saat pembuatan


campuran beton. Nilai slump terbesar terdapat pada beton normal dengan
FAS 0,45 sebesar 95 mm dan nilai slump terkecil terdapat pada beton
variasi 7,5% LBB + 7,5% MK + 1,7% SP dengan FAS 0,27 sebesar 80
mm. Nilai slump pada penelitian ini merujuk pada Tabel 2.6 yakni untuk
nilai slump 75-150 mm beton dapat digunakan sebagai pelat, balok, kolom
dan dinding.

4.5 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton


Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur 7 hari dan 28 hari untuk
mendapatkan gambaran kekuatan beton dengan menggunakan limbah bubut besi,
metakaolin dan superplasticizer sebagai bahan tambah campuran beton berbagai
variasi campuran yang hasilnya akan dibandingkan dengan beton normal sebagai
kontrol data. Adapun hasil pengujian kuat tekan beton pada penelitian ini dapat
diuraikan sebagai berikut.
1. Pengujian kuat tekan beton umur 7 hari dengan FAS = 0,27
Adapun hasil pengujian beton umur 7 hari dengan faktor air semen 0,27 dapat
dilihat pada Tabel 4.19 dan Gambar 4.3 sebagai berikut.
89

Tabel 4.19 Hasil pengujian kuat tekan beton 7 hari dan FAS = 0,27
Kuat
Gaya Kuat tekan
Kode Tanggal Luas (A) Berat tekan tekan rata-
Jenis
benda (P) (fc') rata
beton
uji (fc')
Pem- Peng-
mm² gr kN MPa MPa
buatan ujian
BN 17436,625 11950 770 44,160
Normal FAS 16/03/21 23/03/21 17671,459 11773 750 43,573 43,200
0,27 17436,625 11755 755 41,866
MK 5% + 17436,625 12338 800 45,880
B5%
5 LBB % 17907,864 12252 830 46,348
FAS 17/03/21 24/03/21 45,645
+ 1,7%
0,27 17671,459 12150 790 44,705
SP
MK 7,5% 17436,625 12479 800 45,880
B7,5%
+ 7,5 17436,625 12318 790 45,307
FAS 18/03/21 25/03/21 46,218
LBB % +
0,27 17907,864 12287 850 47,465
1,7% SP
Sumber: Hasil Pengujian, 2021

47.0 45.6445495564 46.2175184301


547 013
46.0
Kuat Tekan (Mpa)

45.0
43.1996368578
44.0 419
43.0
42.0
41.0
Normal 5% MK + 5% 7,5% MK + 7,5%
LBB+ 1,7% SP LBB+ 1,7% SP
Variasi Campuran Beton
Keterangan:
MK = Metakaolin
LBB = Limbah Bubut Besi
SP = Superplasticizer
Sumber: Hasil Pengujian, 2021
Gambar 4.3 Hasil pengujian kuat tekan beton 7 hari dan FAS = 0,27
Berdasarkan Tabel 4.19 dan Gambar 4.3 dapat dilihat perbandingan hasil
pengujian kuat tekan variasi beton normal dan variasi campuran umur 7 hari
dengan faktor air semen 0,27. Dari variasi beton normal dan variasi campuran
yang diuji, diperoleh hasil kuat tekan pada variasi beton normal dan variasi
campuran, beton normal, 5% MK + 5% LBB + 1,7% SP dan 7,5% MK +
90

7,5% LBB + 1,7% SP, berturut-turut sebesar 43,200 MPa, 45,645 MPa dan
46,218 MPa. Hasil ini menunjukan untuk variasi beton normal, variasi
campuran 5% MK + 5% LBB+ 1,7% SP dan 7,5% MK + 7,5% LBB + 1,7%
SP mengalami peningkatan kuat tekan terhadap beton normal. Peningkatan
kuat tekan beton dipengaruhi adanya penambahan superplasticizer dan unsur
kimia pada metakaolin seperti SiO2 dan Al2O3 yang merupakan unsur utama
semen.
2. Pengujian kuat tekan beton umur 7 hari dengan FAS = 0,45
Adapun hasil pengujian beton umur 7 hari dengan faktor air semen 0,45 dapat
dilihat pada Tabel 4.20 dan Gambar 4.4 sebagai berikut.
Tabel 4.20 Hasil pengujian kuat tekan beton 7 hari dan FAS = 0,45
K
u
a
t
t
e
k
a
n
Gaya Kuat r
Kode Tanggal Luas (A) Berat tekan tekan a
Jenis
benda (P) (fc') t
beton
uji a
-
r
a
t
a
(f
c'
)
Pem- Peng-
mm² gr kN MPa MPa
buatan ujian
17436,625 12555 750 43,013 4
17907,864 12201 770 42,998 2
BN
,
Normal FAS 16/03/21 23/03/21
4
0,45 17671,459 12247 730 41,310 4
0
MK 5% 17671,459 12500 780 44,139
B5%
+ 5 17436,625 12259 790 45,307
FAS 17/03/21 24/03/21 43,962
LBB %+
0,45 17671,459 12479 750 42,441
1,7% SP
91

MK 17436,625 12638 790 45,307


7,5%+ B7,5% 17671,459 12359 770 43,573
7,5 LBB FAS 18/03/21 25/03/21 44,347
%+ 0,45 17436,625 12493 770 44,160
1,7% SP
Sumber: Hasil Pengujian, 2021
44.3466478435
95

45.0
43.9624076597
Kuat Tekan (Mpa)

44.5 454
44.0
43.542.4401107741
43.0 667
42.5
42.0
41.5
41.0 Normal
5% MK + 5% 7,5% MK + 7,5%
LBB+ 1,7% SP LBB+ 1,7% SP
Variasi Campuran Beton
Keterangan:
MK = Metakaolin
LBB = Limbah Bubut Besi
SP = Superplasticizer
Sumber: Hasil Pengujian, 2021
Gambar 4.4 Hasil pengujian kuat tekan beton 7 hari dan FAS = 0,45
Berdasarkan Tabel 4.20 dan Gambar 4.4 dapat dilihat perbandingan hasil
pengujian kuat tekan variasi beton normal dan variasi campuran umur 7 hari
dengan faktor air semen 0,45. Dari variasi beton normal dan variasi campuran
yang diuji, diperoleh hasil kuat tekan pada variasi beton normal dan variasi
campuran, beton normal, 5% MK + 5% LBB + 1,7% SP dan 7,5% MK +
7,5% LBB + 1,7% SP, berturut-turut sebesar 42,440 MPa, 43,962 MPa dan
44,347 MPa. Hasil ini menunjukan untuk variasi beton normal, variasi
campuran 5% MK + 5% LBB+ 1,7% SP dan 7,5% MK + 7,5% LBB+ 1,7%
SP mengalami peningkatan kuat tekan terhadap beton normal. Peningkatan
kuat tekan beton dipengaruhi adanya penambahan superplasticizer dan unsur
kimia pada metakaolin seperti SiO2 dan Al2O3 yang merupakan unsur utama
semen.
3. Pengujian kuat tekan beton umur 28 hari dengan FAS = 0,27
Adapun hasil pengujian beton umur 28 hari dengan faktor air semen 0,27
dapat dilihat pada Tabel 4.21 dan Gambar 4.5 sebagai berikut.
92

Tabel 4.21 Hasil pengujian kuat tekan beton 28 hari dan FAS = 0,27
Kuat
Gaya Kuat tekan
Kode Tanggal Luas (A) Berat teka tekan rata-
Jenis
benda n (P) (fc') rata
beton
uji (fc')
Pem- Peng-
mm² gr kN MPa MPa
buatan ujian
BN 17671,459 12205 770 43,573
13/04/2
Normal FAS 16/03/21 17671,459 12214 850 48,100 45,851
1
0,27 17436,625 12123 800 45,880
MK 5%+ B5% 17671,459 12338 900 50,930
14/04/2
5 LBB %+ FAS 17/03/21 17907,864 12252 790 44,115 46,772
1
1,7% SP 0,27 17671,459 12150 800 45,271
MK 7,5%+ B7,5% 17436,625 12479 830 47,601
15/04/2
7,5 LBB % FAS 18/03/21 17436,625 12318 900 51,615 48,894
1
+ 1,7% SP 0,27 17907,864 12287 850 47,465
Sumber: Hasil Pengujian, 2021

50.0 48.8938773968
Kuat Tekan (Mpa)

49.0 584
48.0 46.7716732169
45.8512288836
47.0 502
46.0 845
45.0
44.0
Normal 5% MK + 5% 7,5% MK + 7,5%
LBB+ 1,7% SP LBB+ 1,7% SP

Variasi Campuran Beton


Keterangan:
MK = Metakaolin
LBB = Limbah Bubut Besi
SP = Superplasticizer
Sumber: Hasil Pengujian, 2021
Gambar 4.5 Hasil pengujian kuat tekan beton 28 hari dan FAS = 0,27
Berdasarkan Tabel 4.21 dan Gambar 4.5 dapat dilihat perbandingan hasil
pengujian kuat tekan variasi beton normal dan variasi campuran umur 28 hari
93

dengan faktor air semen 0,27. Dari variasi beton normal dan variasi campuran
yang diuji, diperoleh hasil kuat tekan pada variasi beton normal dan variasi
campuran, beton normal, 5% MK + 5% LBB+ 1,7% SP dan 7,5% MK +
7,5% LBB+ 1,7% SP, berturut-turut sebesar 45,851 MPa, 46,772 MPa dan
48,894 MPa. Hasil ini menunjukan untuk variasi beton normal, variasi
campuran 5% MK + 5% LBB + 1,7% SP dan 7,5% MK + 7,5% LBB+ 1,7%
SP mengalami peningkatan kuat tekan terhadap beton normal. Peningkatan
kuat tekan beton dipengaruhi adanya penambahan superplasticizer dan unsur
kimia pada metakaolin seperti SiO2 dan Al2O3 yang merupakan unsur utama
semen.
4. Pengujian kuat tekan beton umur 28 hari dengan FAS = 0,45
Adapun hasil pengujian beton umur 28 hari dengan faktor air semen 0,45

dapat dilihat pada Tabel 4.22 dan Gambar 4.6 sebagai berikut.

Tabel 4.22 Hasil pengujian kuat tekan beton 28 hari dan FAS = 0,45
Kuat
Gaya Kuat tekan
Kode Tanggal Luas (A) Berat tekan tekan rata-
Jenis
benda (P) (fc') rata
beton
uji (fc')
Pem- Peng-
mm² gr kN MPa MPa
buatan ujian
1255
17436,625 800 45,880
5
BN
13/04/2 1220 44,15
Normal FAS 16/03/21 17907,864 770 42,998
1 1 0
0,45
1224
17671,459 770 43,573
7
1250
17907,864 800 44,673
MK 5% 0
B5%
+ 5 14/04/2 1225 45,66
FAS 17/03/21 17436,625 830 47,601
LBB %+ 1 9 0
0,45
1,7% SP 1247
17671,459 790 44,705
9
1263
MK 17671,459 850 48,100
B7,5 8
7,5%+
% 15/04/2 1235 46,98
7,5 LBB 18/03/21 17671,459 830 46,968
FAS 1 9 3
%+
0,45 1249
1,7% SP 17436,625 800 45,880
3
Sumber: Hasil Pengujian, 2021
94

46.9829973678
48.0 935
45.6596411443
Kuat Tekan (Mpa)
47.0 555
46.0
44.1504655851
45.0 002
44.0
43.0
42.0
Normal 5% MK + 5% 7,5% MK + 7,5%
LBB+ 1,7% SP LBB+ 1,7% SP

Variasi Campuran Beton Keterangan:


MK = Metakaolin
LBB = Limbah Bubut Besi
SP = Superplasticizer
Sumber: Hasil Pengujian, 2021
Gambar 4.6 Hasil pengujian kuat tekan beton 28 hari dan FAS = 0,45
Berdasarkan Tabel 4.22 dan Gambar 4.6 dapat dilihat perbandingan hasil
pengujian kuat tekan variasi beton normal dan variasi campuran umur 28 hari
dengan faktor air semen 0,45. Dari variasi beton normal dan variasi campuran
yang diuji, diperoleh hasil kuat tekan pada variasi beton normal dan variasi
campuran, beton normal, 5% MK + 5% LBB + 1,7% SP dan 7,5% MK +
7,5% LBB+ 1,7% SP, berturut-turut sebesar 44,150 MPa, 45,660 MPa dan
46,983 MPa. Hasil ini menunjukan untuk variasi beton normal, variasi
campuran 5% MK + 5% LBB+ 1,7% SP dan 7,5% MK + 7,5% LBB+ 1,7%
SP mengalami peningkatan kuat tekan terhadap beton normal. Peningkatan
kuat tekan beton dipengaruhi adanya penambahan superplasticizer dan unsur
kimia pada metakaolin seperti SiO2 dan Al2O3 yang merupakan unsur utama
semen.

4.6 Hasil Pengujian Kuat Tarik Belah Beton


Pengujian kuat tarik belah beton dilakukan pada umur 7 hari dan 28 hari
untuk mendapatkan gambaran kekuatan beton dengan menggunakan limbah bubut
besi, metakaolin dan superplasticizer sebagai bahan tambah campuran beton
berbagai variasi campuran yang hasilnya akan dibandingkan dengan beton normal
sebagai kontrol data. Adapun hasil pengujian kuat tekan beton pada penelitian ini
dapat diuraikan sebagai berikut.
95

1. Pengujian kuat tarik belah beton umur 7 hari dengan FAS = 0,27
Adapun hasil pengujian beton umur 7 hari dengan faktor air semen 0,27 dapat
dilihat pada Tabel 4.23 dan Gambar 4.7 sebagai berikut.
Tabel 4.23 Hasil pengujian kuat tarik belah beton 7 hari dan FAS = 0,27
Kuat
Gaya Kuat tarik
π.L.D
Kode Tanggal Berat teka tarik rata-
Jenis (A)
benda n (P) (fc') rata
beton
uji (fc')
Pem- Peng-
mm² gr kN MPa MPa
buatan ujian
1195
1408,973 180 2,555
0
BN
23/03/2 1177 2,60
Normal FAS 30/03/21 1413,717 180 2,546
1 3 9
0,27
1175
1394,930 190 2,724
5
1233
1418,429 300 4,230
MK 5%+ 8
B5%
5 LBB % 24/03/2 1225 3,99
FAS 31/03/21 1418,398 280 3,948
+ 1,7% 1 2 9
0,27
SP 1215
1413,717 270 3,820
0
1247
1394,930 280 4,015
MK 7,5% B7,5 9
+ 7,5 % 25/03/2 1231 4,04
01/04/21 1394,930 300 4,301
LBB %+ FAS 1 8 1
1,7% SP 0,27 1228
1418,398 270 3,807
7
Sumber: Hasil Pengujian, 2021
96

5.0 4.0409808357404
3.9992891282732
8 5
4.0
Kuat Tarik (Mpa)
2.6085609638075
3.0 2

2.0

1.0

0.0
Normal 5% MK + 5% 7,5% MK + 7,5%
LBB+ 1,7% SP LBB+ 1,7% SP

Variasi Campuran Beton


Keterangan:
MK = Metakaolin
LBB = Limbah Bubut Besi
SP = Superplasticizer
Sumber: Hasil Pengujian, 2021
Gambar 4.7 Hasil pengujian kuat tarik belah beton 7 hari dan FAS = 0,27
Berdasarkan Tabel 4.23 dan Gambar 4.7 dapat dilihat perbandingan hasil
pengujian kuat tarik belah variasi beton normal dan variasi campuran umur 7
hari dengan faktor air semen 0,27. Dari variasi beton normal dan variasi
campuran yang diuji, diperoleh hasil kuat tekan pada variasi beton normal
dan variasi campuran, beton normal, 5% MK + 5% LBB+ 1,7% SP dan 7,5%
MK + 7,5% LBB+ 1,7% SP, berturut-turut sebesar 2,609 MPa, 3,999 MPa
dan 4,041 MPa. Persentase variasi 5% MK + 5% LBB+ 1,7% SP mengalami
kenaikan dari hasil hitungan (3,999-2,609) = 1,390/2,609 = 53,277%
dibandingkan variasi beton normal yaitu 2,609 MPa, begitu juga dengan
perhitungan pada variasi persentase yang lainnya; Persentase variasi 7,5%
MK + 7,5% LBB + 1,7% SP mengalami kenaikan 69,212 %. Hal ini
dipengaruhi adanya penambahan serat limbah bubut besi.
2. Pengujian kuat tarik belah beton umur 7 hari dengan FAS = 0,45
Adapun hasil pengujian beton umur 7 hari dengan faktor air semen 0,45 dapat
dilihat pada Tabel 4.24 dan Gambar 4.8 sebagai berikut.
Tabel 4.24 Hasil pengujian kuat tarik belah beton 7 hari dan FAS = 0,45
Jenis Kode Tanggal π.L.D (A) Berat Gaya Kuat Kuat
beton benda tekan tarik tarik
uji (P) (fc') rata-
97

rata
(fc')
Pem- Peng-
mm² gr kN MPa MPa
buatan ujian
BN 1404,292 11950 190 2,706
Normal FAS 23/03/21 30/03/21 1418,398 11773 200 2,820 2,785
0,45 1413,717 11755 200 2,829
MK 5%+ 1413,717 12338 200 2,829
B5%
5 LBB % 1394,930 12252 280 4,015
FAS 24/03/21 31/03/21 3,413
+ 1,7%
0,45 1413,717 12150 240 3,395
SP
MK 7,5% 1404,292 12479 290 4,130
B7,5%
+ 7,5 1413,717 12318 300 4,244
FAS 25/03/21 01/04/21 4,121
LBB %+
0,45 1404,292 12287 280 3,988
1,7% SP
Sumber: Hasil Pengujian, 2021

5.0 4.120700689150
3.413088371095 34
4.0
2.785164964930 11
Kuat Tarik (Mpa)

25
3.0

2.0

1.0

0.0
5% MK + 5% 7,5% MK + 7,5%
Normal
LBB+ 1,7% SP LBB+ 1,7% SP

Variasi Campuran Beton


Keterangan:
MK = Metakaolin
LBB = Limbah Bubut Besi
SP = Superplasticizer
Sumber: Hasil Pengujian, 2021
Gambar 4.8 Hasil pengujian kuat tarik belah beton 7 hari dan FAS = 0,45
Berdasarkan Tabel 4.24 dan Gambar 4.8 dapat dilihat perbandingan hasil
pengujian kuat tarik belah variasi beton normal dan variasi campuran umur 7
hari dengan faktor air semen 0,45. Dari variasi beton normal dan variasi
campuran yang diuji, diperoleh hasil kuat tekan pada variasi beton normal
dan variasi campuran, beton normal, 5% MK + 5% LBB+ 1,7% SP dan 7,5%
MK + 7,5% LBB+ 1,7% SP, berturut-turut sebesar 2,875 MPa, 3,413 MPa
dan 4,121 MPa. Persentase variasi 5% MK + 5% LBB+ 1,7% SP mengalami
kenaikan dari hasil hitungan (3,413-2,875) = 0,538/2,875 = 18,713 %
98

dibandingkan variasi beton normal yaitu 2,875 MPa, begitu juga dengan
perhitungan pada variasi persentase yang lainnya; Persentase variasi 7,5%
MK + 7,5% LBB+ 1,7% SP mengalami kenaikan 43,339 %. Hal ini
dipengaruhi adanya penambahan serat limbah bubut besi.
3. Pengujian kuat tarik belah beton umur 28 hari dengan FAS = 0,27
Adapun hasil pengujian beton umur 28 hari dengan faktor air semen 0,27
dapat dilihat pada Tabel 4.25 dan Gambar 4.9 sebagai berikut.

Tabel 4.25 Hasil pengujian kuat tarik belah beton 28 hari dan FAS = 0,27
Kuat
Gaya Kuat tarik
Tanggal π.L.D (A) Berat tekan tarik rata-
(P) (fc') rata
Kode (fc')
Jenis
benda Peng-
beton
uji u
Pem- j
mm² gr kN MPa MPa
buatan i
a
n
BN 1413,717 11950 240 3,395
Normal FAS 30/03/21 27/04/21 1404,292 11773 230 3,276 3,180
0,27 1394,930 11755 200 2,868
MK 5%+ B5% 1413,717 12338 300 4,244
5 LBB %+ FAS 31/03/21 28/04/21 1418,398 12252 300 4,230 4,098
1,7% SP 0,27 1413,717 12150 270 3,820
MK 7,5% 1394,930 12479 290 4,158
B7,5%
+ 7,5 LBB 1394,930 12318 295 4,230
FAS 01/04/21 29/04/21 4,206
%+ 1,7%
0,27 1418,398 12287 300 4,230
SP
Sumber: Hasil Pengujian, 2021
99

5.0 4.097991950186 4.205881077962


Kuat Tarik (Mpa) 01 59
4.0
3.179501707940
92
3.0
2.0
1.0
0.0
Normal 5% MK + 5% 7,5% MK + 7,5%
LBB+ 1,7% SP LBB+ 1,7% SP
Variasi Campuran Beton
Keterangan :
MK = Metakaolin
LBB = Limbah Bubut
Besi
SP = Superplasticizer
Sumber: Hasil Pengujian, 2021

Gambar 4.9 Hasil pengujian kuat tarik belah beton 28 hari dan FAS = 0,27
Berdasarkan Tabel 4.25 dan Gambar 4.9 dapat dilihat perbandingan hasil
pengujian kuat tarik belah variasi beton normal dan variasi campuran umur
28 hari dengan faktor air semen 0,27. Dari variasi beton normal dan variasi
campuran yang diuji, diperoleh hasil kuat tekan pada variasi beton normal
dan variasi campuran, beton normal, 5% MK + 5% LBB+ 1,7% SP dan 7,5%
MK + 7,5% LBB+ 1,7% SP, berturut-turut sebesar 3,180 MPa, 4,098 MPa
dan 4,206 MPa. Persentase variasi 5% MK + 5% LBB+ 1,7% SP mengalami
kenaikan dari hasil hitungan (4,098-3,180) = 0,918/3,180 = 28,868%
dibandingkan variasi beton normal yaitu 3,180 MPa, begitu juga dengan
perhitungan pada variasi persentase yang lainnya; Persentase variasi 7,5%
MK + 7,5% LBB+ 1,7% SP mengalami kenaikan 32,264%. Hal ini
dipengaruhi adanya penambahan serat limbah bubut besi.
4. Pengujian kuat tarik belah beton umur 28 hari dengan FAS = 0,45
Adapun hasil pengujian beton umur 28 hari dengan faktor air semen 0,45
dapat dilihat pada Tabel 4.26 dan Gambar 4.10 sebagai berikut.
Tabel 4.26 Hasil pengujian kuat tarik belah beton 28 hari dan FAS = 0,45
Jenis Kode Tanggal π.L.D (A) Berat Gaya Kuat Kuat
beton benda tekan tarik tarik
uji (P) (fc') rata-
rata
100

(fc')
Pem- Peng-
mm² gr kN MPa MPa
buatan ujian
BN 1404,292 11950 250 3,561
Normal FAS 30/03/21 27/04/21 1418,398 11773 230 3,243 3,400
0,27 1413,717 11755 240 3,395
MK 5%+ 1418,398 12338 295 4,160
B5%
5 LBB % 1404,292 12252 300 4,273
FAS 31/03/21 28/04/21 4,127
+ 1,7%
0,27 1418,429 12150 280 3,948
SP
MK 7,5% 1409,004 12479 300 4,258
B7,5%
+ 7,5 1404,292 12318 290 4,130
FAS 01/04/21 29/04/21 4,220
LBB %+
0,27 1404,292 12287 300 4,273
1,7% SP
Sumber: Hasil Pengujian, 2021

5.0 4.126756276189 4.220379183233


09 87
3.399638287112
Kuat Tarik (Mpa)

4.0
71
3.0

2.0

1.0

0.0
Normal 5% MK + 5% 7,5% MK + 7,5%
LBB+ 1,7% SP LBB+ 1,7% SP

Variasi Campuran Beton


Keterangan:
MK = Metakaolin
LBB = Limbah Bubut Besi
SP = Superplasticizer
Sumber: Hasil Pengujian, 2021
Gambar 4.10 Hasil pengujian kuat tarik belah beton 28 hari dan FAS = 0,45
Berdasarkan Tabel 4.26 dan Gambar 4.10 dapat dilihat perbandingan
hasil pengujian kuat tarik belah variasi beton normal dan variasi campuran
umur 28 hari dengan faktor air semen 0,45. Dari variasi beton normal dan
variasi campuran yang diuji, diperoleh hasil kuat tekan pada variasi beton
normal dan variasi campuran, beton normal, 5% MK + 5% LBB+ 1,7% SP
dan 7,5% MK + 7,5% LBB+ 1,7% SP, berturut-turut sebesar 3,400 MPa,
4,127 MPa dan 4,220 MPa. Persentase variasi 5% MK + 5% LBB+ 1,7% SP
mengalami kenaikan dari hasil hitungan (4,127-3,400) = 0,727/3,400 =
21,328% dibandingkan variasi beton normal yaitu 3,400 MPa, begitu juga
101

dengan perhitungan pada variasi persentase yang lainnya; Persentase variasi


7,5% MK + 7,5% LBB+ 1,7% SP mengalami kenaikan 24,118%. Hal ini
dipengaruhi adanya penambahan serat limbah bubut besi.

4.7 Pengaruh Penambahan Limbah Bubut Besi, Metakaolin dan


Superplaticizer Terhadap Kuat Tekan Beton dan Perbandingan Kuat
Tekan dengan Penelitian Sebelumnya
Adapun rekapitulasi hasil pengujian kuat tekan beton umur 7 hari dan
28 hari dapat dilihat pada Tabel 4.27 sebagai berikut.
Tabel 4.27 Hasil dari pengujian kuat tekan beton umur 7 hari dan 28 hari

Faktor
Kuat tekan, MPa
air Variasi campuran
semen 7 hari 28 hari
Normal 43,200 45,851

0,27 5% MK + 5% LBB+ 1,7% SP 45,645 46,772

7,5% MK + 7,5% LBB+ 1,7% SP 46,218 48,894

Normal 42,440 44,150

0,45 5% MK + 5% LBB+ 1,7% SP 43,962 45,660

7,5% MK + 7,5% LBB+ 1,7% SP 44,347 46,983


Sumber: Hasil Pengujian, 2021
Berdasarkan Tabel 4.27 dapat dilihat bahwa pembuatan beton dengan
menggunakan bahan tambah limbah bubut besi, metakaolin dan
superplasticizer sebagai bahan tambah pada campuran beton memberikan
pengaruh pada kualitas beton yang dihasilkan. Penggunaan beton dengan
bahan tambah limbah bubut besi, metakaolin dan superplasticizer
mengalami peningkatan kuat tekan terhadap beton normal sebagai kontrol
datanya, baik itu pada umur 7 hari maupun 28 hari. Dari data tersebut
dapat diketahui bahwa beton dengan bahan limbah bubut besi, metakaolin
dan superplasticizer sebagai bahan tambah pada campuran beton memiliki
102

kuat tekan tertinggi untuk FAS 0,27 pada variasi campuran 7,5% MK +
7,5% LBB+ 1,7% SP pada umur 28 hari sebesar 48,894 MPa dari 45,851
MPa kuat tekan beton normal rencana dan untuk FAS 0,45 kuat tekan
tertinggi juga pada variasi campuran 7,5% MK + 7,5% LBB + 1,7% SP
pada umur 28 hari sebesar 46,986 MPa dari 44,150 MPa kuat tekan beton
normal rencana.
103

Hasil perbandingan kuat tekan juga dapat dilihat pada Gambar 4.11
dan Gambar 4.12 sebagai berikut.
Keterangan :
48,894 I = Beton normal
49
46,772
Kuat tekan, MPa

II = 5% Metakaolin
45,851 + 5% Limbah
46,218 bubut besi+ 1,7%
45 45,645 Superplasticizer

III = 7,5%
42 43,200 Metakaolin + 7,5%
Limbah bubut besi
+ 1,7%
Superplasticizer
38
I II III Umur 7 Hari

Variasi beton Umur 28 hari

Sumber: Hasil Pengujian, 2021


Gambar 4.11 Perbandingan kuat tekan beton variasi normal dan variasi campuran
dengan FAS = 0,27

50 Keterangan :
46.98299736 I = Beton normal
47 45.65964114 78935
Kuat tekan, MPa

44.15046558 43555 II = 5% Metakaolin


51002 + 5% Limbah
44
43.96240765 44.34664784 bubut besi+ 1,7%
42.44011077 97454 3595 Superplasticizer
41 41667 III = 7,5%
Metakaolin + 7,5%
38 Limbah bubut besi
+ 1,7%
35 Superplasticizer
I II III Umur 7 Hari
Variasi beton Umur 28 hari

Sumber: Hasil Pengujian, 2021


Gambar 4.12 Perbandingan kuat tekan beton variasi normal dan variasi campuran
dengan FAS = 0,45

Berdasarkan Gambar 4.11 dan Gambar 4.12 dapat dilihat bahwa nilai
kuat tekan rata-rata beton tertinggi umur 28 hari adalah campuran beton
dengan variasi 7,5% MK + 7,5% LBB+ 1,7% SP sebesar 48,894 MPa pada
FAS 0,27 dan 46,983 MPa pada FAS 0,45. Untuk kuat tekan terendah
104

terjadi pada beton normal dengan FAS 0,27 sebesar 45,851 MPa dan FAS
0,45 sebesar 44,150 MPa. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan dengan
adanya penambahan limbah bubut besi, metekaolin sebesar 5-7,5% dan
superplasticizer sebesar 1,7% dapat meningkatkan nilai kuat tekan beton.

Peningkatan kuat tekan beton salah satunya dipengaruhi oleh


penambahan superplasticizer dikarenakan superplasticizer memiliki
kandungan asam sulfonat yang berfungsi menghilangkan gaya permukaan
pada partikel semen sehingga lebih menyebar, melepaskan air yang terikat
pada kelompok partikel semen, untuk menghasilkan viskositas/kekentalan
adukan pada pasta semen atau beton segar yang lebih rendah dan juga
dipengaruhi oleh penambahan metakaolin yang disebabkan oleh reaksi
pozzolanik metakaolin dan filler effect. Filler effect adalah proses
pengisisan rongga kosong yang terdapat pada campuran beton. Metakaolin
yang merupakan bahan tambah pada penelitian ini berperan dalam mengisi
rongga kosong pada campuran beton. Porositas beton adalah salah satu
aspek yang mendapatkan keuntungan dengan adanya filler effect ini.
Dengan adanya penambahan metakaolin terjadi peningkatan kepadatan
campuran beton dikarenakan butiran metakaolin yang sangat kecil
daripada semen. Metakaolin juga berperan sebagai penutup pori-pori saat
terjadi pozzolanik yang menyebabkan bertambahnya senyawa C-S-H
disekitar partikel metakaloin sesuai penelitian Barbhuiya tahun 2015.

Peningkatan kuat tekan beton juga dipengaruhi adanya penambahan


serat limbah bubut besi dan metakaloin yang menghasilkan pengaruh
terhadap aksi komposit yang lebih baik, yaitu tegangan lekat yang lebih
besar. Serat limbah bubut besi bersama pasta beton akan membentuk
matrik komposit, dimana serat limbah bubut besi akan menahan beban
yang sesuai dengan modulus elastisitasnya. Dengan modulus elastisitas
yang lebih tinggi daripada modulus elastisitas beton, maka jelas bahwa
serat limbah bubut besi dapat meningkatkan kuat tekan beton. Akan tetapi
dengan penambahan kadar serat yang lebih tinggi dapat menurunkan kuat
105

tekan beton. Hal ini dikarenakan kadar serat yang terlalu banyak akan
menggumpal dan tidak bercampur dengan baik dengan beton sehingga
menurunkan workabilitas beton dan mempersulit saat pemedatan beton
(Safitri, 2011). Adapun hasil perbandingan kuat tekan dengan penelitian
sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 4.28 sebagai berikut.

Tabel 4.28 Perbandingan kuat tekan dengan penelitian sebelumnya


Penelitian
Penelitian
penambahan Penelitian dengan
penambahan
metakaolin dan penambahan limbah
limbah bubut
Variasi superplasticizer bubut besi, metakaolin
besi (Pratama
campuran (Dharmawan dan superplasticizer,
dkk. 2020),
dkk. 2017), MPa
MPa
MPa
Fas 0,27 Fas 0,45 Fas 0,27 Fas 0,45
Normal 41,550 30,500 45,851 44,150
5% MK + 5%
41,690 32,000 46,772 45,660
LBB+ 1,7% SP
7,5% MK +
7,5% LBB+ 46,300 32,300 48,894 46,983
1,7% SP

Berdasarkan Tabel 4.28 dapat dilihat bahwa hasil penelitian dengan


mengkombinasikan dua penelitian terdahulu didapatkan nilai kuat tekan
beton normal dengan FAS 0,27 mengalami peningkatan kuat tekan beton
sebesar 10,351% dari penelitian Dharmawan dkk. (2017), sedangkan
untuk FAS 0,45 mengalami peningkatan kuat tekan beton sebesar
48,033% dari penelitian Pratama dkk. (2020). Untuk variasi campuran 5%
MK + 5% LBB + 1,7% SP dengan FAS 0,27 mengalami peningkatan kuat
tekan beton sebesar 12,190% dari penelitian Dharmawan dkk. (2017),
sedangkan untuk FAS 0,45 mengalami peningkatan kuat tekan beton
sebesar 42,688% dari penelitian Pratama dkk. (2020). Untuk variasi
campuran 7,5% MK + 7,5% LBB+ 1,7% SP dengan FAS 0,27 mengalami
peningkatan kuat tekan beton sebesar 5,603% dari penelitian Dharmawan
dkk. (2017), sedangkan untuk FAS 0,45 mengalami peningkatan kuat
tekan beton sebesar 45,458% dari penelitian Pratama dkk. (2020). Dari
hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian dengan
106

mengkombinasikan dua penelitian terdahulu dengan bahan tambah limbah


bubut besi, metakaolin dan superplasticizer dapat meningkatkan kuat
tekan beton.
107

4.8 Pengaruh Penambahan Limbah Bubut Besi, Metakaolin dan


Superplaticizer Terhadap Kuat Tarik Belah Beton
Adapun hasil kuat tarik belah beton dapat dilihat pada Tabel 4.28
sebagai berikut.
Tabel 4.29 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tarik belah beton
Kuat tarik belah
Faktor air (MPa)
Variasi campuran
semen
7 hari 28 hari
Normal 2,609 3,180
0,27 5% MK + 5% LBB+ 1,7% SP 3,999 4,098
7,5% MK + 7,5% LBB+ 1,7% SP 4,041 4,206
Normal 2,785 3,400
0,45 5% MK + 5% LBB+ 1,7% SP 3,413 4,127
7,5% MK + 7,5% LBB+ 1,7% SP 4,121 4,220
Sumber: Hasil Pengujian, 2021
5 4.098 4.041 4.206
Kuat Tarik Belah (MPa)

3.999
4
3.180
3 2.609
2
1 umur 7 hari
0 Umur 28 hari
Normal 5% MK + 5% LBB 7,5% MK + 7,5%
+ 1,7 % SP LBB+ 1,7 % SP
Keterangan :
Variasi Campuran MK = Metakaolin
LBB = Limbah Bubut Besi
SP = Superplasticizer
Sumber: Hasil Pengujian, 2021
Gambar 4.13 Perbandingan kuat tarik belah beton dengan FAS = 0,27
5
Kuat Tarik Belah (MPa)

4.127 4.121 4.220


4 3.400 3.413
3 2.785
2
1
umur 7 hari
0 Umur 28 hari
Normal 5% MK + 5% LBB 7,5% MK + 7,5%
+ 1,7 % SP LBB+ 1,7 % SP
Keterangan :
Variasi Campuran MK = Metakaolin
LBB = Limbah Bubut Besi
SP = Superplasticizer
Sumber: Hasil Pengujian, 2021
Gambar 4.14 Perbandingan kuat tarik belah beton dengan FAS = 0,45
108

Berdasarkan Tabel 4.29, Gambar 4.13 dan Gambar 4.14 dapat dilihat
bahwa pembuatan beton dengan menggunakan bahan tambah limbah
bubut besi, metakaolin dan superplasticizer sebagai bahan tambah pada
campuran beton memberikan pengaruh pada kualitas beton yang
dihasilkan. Penggunaan beton dengan bahan tambah limbah bubut besi,
metakaolin dan superplasticizer mengalami peningkatan kuat tarik
terhadap beton normal sebagai kontrol datanya, baik itu pada umur 7 hari
maupun 28 hari. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa beton dengan
bahan limbah bubut besi, metakaolin dan superplasticizer sebagai bahan
tambah pada campuran beton memiliki kuat tarik belah beton tertinggi
untuk FAS 0,27 pada variasi campuran 7,5% MK + 7,5% LBB+ 1,7% SP
pada umur 28 hari sebesar 4,206 MPa dan untuk FAS 0,45 kuat tekan
tertinggi juga pada variasi campuran 7,5% MK + 7,5% LBB + 1,7% SP
pada umur 28 hari sebesar 4,220 MPa. Untuk kuat tekan terendah terjadi
pada beton normal umur 28 hari dengan FAS 0,27 sebesar 3,180 MPa dan
FAS 0,45 sebesar 3,400 MPa. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
dengan adanya penambahan serat limbah bubut besi sebesar 5-7,5% dapat
meningkatkan nilai tarik belah beton. Peningkatan kuat tarik belah beton
dipengaruhi adanya penambahan serat limbah bubut besi, karena limbah
bubut besi merupakan bahan yang memiliki nilai kuat tarik dan lentur
yang relatif tinggi sehingga dengan penambahan serat limbah bubut besi
dapat meningkatkan kuat tarik belah beton dan memperbaiki sifat-sifat
struktural pada beton normal.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh penambahan limbah bubut besi
dan metakaolin terhadap kuat tekan dan kuat tarik beton, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Berdasarkan uji tekan beton dengan penambahan limbah bubut besi,
metakaolin dan superplasticizer dapat meningkatkan nilai kuat tekan beton
pada umur 7 hari dan 28 hari. Nilai kuat tekan dengan variasi campuran beton
normal, 5% metakaolin + 5% limbah bubut besi + 1,7% superplasticizer dan
7,5% metakaolin + 7,5% limbah bubut besi + 1,7% superplasticizer dengan
FAS 0,27 (umur 28 hari) berturut-turut sebesar 45,851 MPa, 46,772 MPa,
48,894 MPa dan FAS 0,45 (umur 28 hari) berturut-turut sebesar 44,150 MPa,
45,660 MPa, 46,983 MPa. Perbandingan kuat tekan dengan penelitian
sebelumnya mengalami peningkatan dari hasil penelitian terdahulu dan
diperoleh nilai kuat tekan beton normal, variasi campuran 5% MK + 5% LBB
+ 1,7% SP dan variasi campuran 7,5% MK + 7,5% LBB+ 1,7% SP dengan
FAS 0,27 mengalami peningkatan sebesar 10,351%, 12,190% dan 5,603%
dari penelitian Dharmawan dkk. (2017), sedangkan untuk FAS 0,45
mengalami peningkatan kuat tekan beton sebesar 48,033%, 42,688% dan
45,458% dari penelitian Pratama dkk. (2020).
2. Berdasarkan uji tarik belah beton dengan penambahan limbah bubut besi,
metakaolin dan superplasticizer dapat meningkatkan nilai kuat tarik belah
beton umur 7 hari dan 28 hari. Nilai kuat tarik belah dengan variasi campuran
beton normal, 5% metakaolin + 5% limbah bubut besi + 1,7%
superplasticizer dan 7,5% metakaolin + 7,5% limbah bubut besi + 1,7%
superplasticizer dengan FAS 0,27 (umur 28 hari) berturut-turut sebesar 3,180
MPa, 4,098 MPa, 4,206 MPa dan FAS 0,45 (umur 28 hari) berturut-turut
sebesar 3,400 MPa, 4,127 MPa, 4,220 MPa.

109
110

5.2 Saran
Pada penelitian ini, peneliti menyarankan sebagai berikut:
1. Untuk penelitian lebih lanjut, penggunaan serat limbah bubut besi bisa
dengan menggunakan ukuran panjang serat yang tidak seragam atau tidak
sama panjang.
2. Untuk penelitian lebih lanjut, nilai variasi limbah bubut besi dan metakaolin
dapat mengacu pada hasil yang didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
ACI Commite 544. (2002). ACI 544.1R-96 Stateof-the-Art Report on Fiber
Reinforced Concrete. Detroit: American Concrete Institute.
Badan Standarisasi Nasional. 1990. SNI 03-1968-1990 Metode Pengujian Tentang
Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar, Bandung.
Badan Standarisasi Nasional. 1990. SNI 03-1974-1990 Metode Pengujian Kuat
Tekan Beton, Bandung.
Badan Standarisasi Nasional. 1993. SNI-03-2834-1993 Tata Cara Pembuatan
Rencana Campuran Beton Normal, Bandung.
Badan Standarisasi Nasional. 2000. SNI 03-2834-2000 Tata Cara Pembuatan
Rencana Campuran Beton Normal, Bandung.
Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI 03-1969-2008 Cara Uji Berat Jenis dan
Penyerapan Air Agregat Kasar, Bandung.
Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI 03-1970-2008 Cara Uji Berat Jenis dan
Penyerapan Air Agregat Halus, Bandung.
Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI 03-1972-2008 Cara Uji Slump Beton,
Bandung.
Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI 03-1973-2008 Cara Uji Berat Isi, Volume
Produksi Campuran dan Kadar Udara Beton, Bandung.
Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI 03-2417-2008 Cara Uji Keausan Agregat
Kasar dengan Mesin Los Angeles, Bandung.
Badan Standarisasi Nasional. 2011. SNI 03-1971-2011 Cara Uji Kadar Air Total
Agregat Dengan Pengeringan, Bandung.
Badan Standarisasi Nasional. 2011. SNI 1974:2011 Cara Uji Kuat Tekan Beton
Dengan Benda Uji Silinder, Bandung.
Badan Standarisasi Nasional. 2012. SNI 7656-2012 Tata Cara Pemilihan
Campuran Untuk Beton Normal, Beton Berat dan Beton Massa, Bandung.
Badan Standarisasi Nasional. 2013. SNI 2847:2013 Persyaratan Beton Struktural
Untuk Bangunan Gedung, Bandung.
Dharmawan dkk., 2017. Kajian Pengaruh Variasi Komposisi Metakaolin
Terhadap Parameter Beton Memadat Mandiri Dan Kuat Tekan Beton Mutu
Tinggi. Jurnal Penelitian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Dipohusodo, I., 1993. Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SK SNI T-15-1991-
03 Dapartemen Pekerjaan Umum RI, Penerbit Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.

111
Dipohusodo, I., 1996. Struktur Beton Bertulang. Penerbit Gramedia, Jakarta.
Hartady, R., 2019. Kuat Tekan Mortar Semen Dengan Campuran Serat Limbah
Bubut Besi dan Zat Aditif Bestittel Sebagai bahan Tambah. Tugas Akhir,
Fakultas Teknik, Universitas Bangka Belitung.
Harti, N., 2019. Pengaruh penambahan Superplasticizer Terhadap Kuat Tekan
Beton. Jurnal Penelitian Universitas Andalas Padang, Sumatra Barat.
Justice, J.M., 2005. Evaluation Of Metakaolins For Use As Supplementary
Cementitious Materials. Thesis, Seorgia Institute of Technology.
M, Kumaran dkk., 2015. Effect of Lathe Waste in Concrate as Reinforcement,
International Journal of Research in Advent Technology, Special Issue, pp.
78-83.
Mediyanto dkk., 2010. Kajian Kuat Tekan Beton Ringan Metakaolin Aluminium
Pasca Bakar. Jurnal Penelitian Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Media
Teknik Sipil 10(2): 71-74.
Pratama, B., 2020. Penambahan Serat Limbah Bubut Besi Terhadap Kuat Tarik
dan Kuat Lentur Beton Normal. Jurnal Penelitian Politeknik Negeri Malang,
Malang.
Rusdiyadi., 2018. Pengaruh Penggunaan Abu Terbang (Fly Ash) Kelas F dan
Metakaolin Belitung pada Beton Normal Fas 0,5. Jurnal Penelitian
Universitas Bangka Belitung, Bangka Belitung.
Sabir dkk., 2001. Metakaolin and Calcined Clays as Pozzolans for Concrate: A
Riview. Cement and Concrate Composite, 23(6), 441-454.
Safitri, E., 2011. Pengaruh Penggunaan Serat Alumunium Dan Metakaolin
Terhadap MOR Dan MOE Beton. Jurnal Penelitian Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.
Sari dkk., 2015. Pengaruh Jumlah Semen dan FAS Terhadap Kuat Tekan Beton
Dengan Agregat Yang Berasal Dari Sungai. Jurnal Penelitian Universitas
Sam Ratulangi, Manado.
Sukandarrumidi., 2004. Bahan Galian Industri, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Tjokrodimuljo, K., 2007. Teknologi Beton. Teknik Sipil Dan Lingkungan
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Wibowo, A., 2018. Analisis Pengaruh Penggunaan Fly Ash dan Metakaolin pada
Beton Normal dengan Fas=0,6. Jurnal Penelitian Universitas Bangka
Belitung, Bangka Belitung.

108
LAMPIRAN 1
SURAT DAN ADMINISTRASI
SKRIPSI
LAMPIRAN 2
LEMBAR DAN ASISTENSI
LAMPIRAN 3
PENGUJIAN BAHAN
LAMPIRAN 3. 1 Analisis Saringan Agregat Halus

1. Penyaringan pasir dengan 2. Timbangan pasir sebanyak 500 gr


menggunakan saringan no.04

3. Tuangkan pasir kedalam saringan 4. Goncangkan dengan alat electric


sieve shaker

5. Goncangkan saringan selama 3


menit dan catat hasil
LAMPIRAN 3.2 Analisis Saringan Agregat Kasar

1. Penyaringan krikil dengan 2. Penimbangan krikil sebanyak 500gr


menggunakan saringan no. 3/4,
no. 3/8 dan 4

3. Tuangkan krikil kedalam saringan 4. Goncangkan dengan alat electric


sieve shaker

5. Mencatat hasil agregat sesuai


nomor saringan
LAMPIRAN 3.3 Pengujian pH air

1. Masukkan alat pengujian pH 2. Catat pH air


kedalam air
LAMPIRAN 3.4 Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus

1. Timbang pasir sebanyak 500 gr 2. Semprotkan air pada pasir

1. Timbang pasir sebanyak 500gr

3. Masukkan pasir kedalam 4. Keruntuhan pasir ketika kerucut


kerucut terpancung diangkat

5. Timbang piknometer berisi air 6. Masukkan pasir kedalam


piknometer dan bersihkan sampai
buih menghilang
7. Timbang piknometer berisi air 8. Oven pasir dan catat hasil
dan pasir
LAMPIRAN 3.6 Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar

1. Rendam krikil sebanyak 2. Bersihkan krikil menggunakan


500 gr dan rendam selama majun
24 jam

3. Timbang krikil menggunakan 4. Oven krikil dan catat hasil


timbangan ketelitian 0,1%
LAMPIRAN 3.7 Pengujian Berat Isi Silinder Agregat Halus

1. Timbang berat silinder kosong 2. Masukkan pasir kedalam silinder


menggunakan timbangan ketelitian tanpa ditusuk menggunakan
0,1% penusuk dan dipukul menggunakan
palu karet

3. Masukkan pasir kedalam silinder 4. Timbang seilinder yang berisi pasir


sambil ditusuk menggunakan dan catat hasil
penusuk dan dipukul menggunakan
palu karet
LAMPIRAN 3.8 Pengujian Berat Isi Silinder Agregat Kasar

1. Timbang berat silinder kosong 2. Masukkan agregat kasar


menggunakan timbangan ketelitian kedalam silinder tanpa ditusuk
0,1% menggunakan penusuk dan
dipukul menggunakan palu karet

3. Masukkan agregat kasar kedalam 4. Timbang seilinder yang berisi


silinder sambil ditusuk agregat kasar dan catat
menggunakan penusuk dan hasil
dipukul menggunakan palu karet
LAMPIRAN 3.9 Pengujian Kadar Air Agregat Halus

1. Ambil sempel langsung dari 2. Timbang pasir sebanyak 500 gr


lapangan

3. Oven pasir, kemudian timbang dan


catat hasil
LAMPIRAN 3.10 Pengujian Kadar Air Agregat Kasar

1. Ambil sempel langsung dari 2. Timbang krikil sebanyak 500 gr


lapangan

3. Oven krikil, kemudian timbang dan


catat hasil
LAMPIRAN 3.11 Pengujian Keausan Agregat Kasar dengan Mesin Abrasi Los
Angeles

1. Timbang agregat kasar sebanyak 2. Masukkan agregat kasar kedalam


5000gr mesin Los Angeles

3. Masukkan 11 bola besi kedalam 4. Putar mesin Los Angeles sebanyak


mesin Los Angeles 500 putaran

5. Keluarkan agregat kasar dari 6. Saring menggunakan saringan


mesin Los Angeles no.12, lalu timbang dan catat hasil
LAMPIRAN 3.12 Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus

1. Timbang pasir sebanyak 1000gr, 2. Cuci pasir hingga air jernih


kemudian dioven selama 24 jam dan tidak ada kotoran menempel

3. Oven kembali hingga kering,


kemudian diayak dengan
menggunakan saringan no.200
LAMPIRAN 3.13 Pengujian Kadar Lumpur Agregat Kasar

1. Timbang krikil sebanyak 1000gr, 2. Cuci krikil hingga air jernih


kemudian dioven selama 24 jam dan tidak ada kotoran menempel

3. Oven kembali hingga kering,


kemudian diayak dengan
menggunakan saringan no.200
LAMPIRAN 4
PEMBUATAN BENDA UJI
LAMPIRAN 4.1 Pemeriksaan slump beton segar

1. Masukkan beton segar kedalam 2. Tusuk kerucut slump


kerucut slump menggunakan batang penusuk

3. Angkat kerucut 4. Ukur penurunan menggunakan


penggaris
LAMPIRAN 4.2 Pembuatan silinder beton

1. Timbang bahan sesuai hasil 2. Campurkan bahan dan aduk


hitungan menggunakan molen hingga tercampur
rata

3. Masukkan beton segar kedalam 4. Pukul menggunakan palu karet


silinder dan tusuk menggunakan agar tidak ada rongga di dalam
batang penusuk silinder

5. Biarkan selama 1 hari 6. Lepaskan cetakan silinder


7. Beri tanda pada benda uji 8. Rendam benda uji selama 7 dan
28 hari
LAMPIRAN 5
HASIL PENGUJIAN
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id

Lampiran 5.1
HASIL PENGUJIAN ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS
SNI 03-1968-1990
Tanggal pengujian : 25 Januari 2021
Berat Sample : 500 Gram
Hasil pengujian analisis saringan agregat halus I.
Persen
Ukura Jumla Perse
Berat Persen tertaha
No n h berat n
tertaha tertaha n
saringan saringa tertaha lolos
n (gr) n (%) komulat
n (mm) n (gr) (%)
if (%)
No. 4 4,75 0 0 0 100 0
95,47
No. 8 2,36 22,6 22,6 4,524 4,524
6
83,72
No. 16 1,18 58,7 81,3 11,749 16,273
7
67,41
No. 30 0,60 81,5 162,8 16,313 32,586
4
42,31
No. 50 0,30 125,4 288,2 25,100 57,686
4
10,12
No. 100 0,15 160,8 449 32,186 89,872
8
Pan 50,6 499,6 10,128
100,00
Jumlah 499,6 200,941
0
Modulus Halus 2,009

Hasil pengujian analisis saringan agregat halus II.


Persen
Ukura Jumla Perse
Berat Persen tertaha
No n h berat n
tertaha tertaha n
saringan saringa tertaha lolos
n (gr) n (%) komulat
n (mm) n (gr) (%)
if (%)
No. 4 4,75 0 0 0 100 0
97,62
No. 8 2,36 11,9 11,9 2,380 2,380
0
84,89
No. 16 1,18 63,6 75,5 12,723 15,103
7
68,33
No. 30 0,60 82,8 158,3 16,563 31,666
4
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id

36,22
No. 50 0,30 160,5 318,8 32,106 63,773
7
No. 100 0,15 139,5 458,3 27,906 8,322 91,678
Pan 41,6 499,9 8,322
100,00
Jumlah 499,9 204,601
0
Modulus Halus 2,046

Hasil pengujian analisis saringan agregat halus rata-rata.


Persen
Ukura Jumla Perse
Berat Persen tertaha
No n h berat n
tertaha tertaha n
saringan saringa tertaha lolos
n (gr) n (%) komulat
n (mm) n (gr) (%)
if (%)
No. 4 4,75 0 0 0 100 0
96,54
No. 8 2,36 17,25 17,25 3,452 3,452
8
84,31
No. 16 1,18 61,15 78,4 12,236 15,688
2
67,87
No. 30 0,60 82,15 160,55 16,438 32,126
4
39,27
No. 50 0,30 142,95 303,5 28,604 60,730
0
No. 100 0,15 150,15 453,65 30,045 9,225 90,775
Pan 46,1 499,75 9,225
100,00
Jumlah 499,75 202,771
0
Modulus Halus 2,028

Persen berat butir yang lewat ayakan


Ukuran
No Zona II Zona III
saringan
saringan Zona I (agak (agak Zona IV
(mm)
(kasar) kasar) halus) (halus)
10 10
No. 3/8
9,5 100 100 100 100 100 100 0 0
10
No. 4 4,75
90 100 90 100 90 100 95 0
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id

10
No. 8 2,36
60 95 75 100 85 100 95 0
10
No. 16 1,18
30 70 55 90 75 100 90 0
10
No. 30 0,60
15 34 35 59 60 79 80 0
No. 50 0,30 5 20 8 30 12 40 15 50
No. 100 0,15 0 10 0 10 0 10 0 15

Balunijuk, 11 Februari 2021 Menyetujui,


Dikerjakan, Ka. Lab PUPR Prov. Babel
Mahasiswa

Amelia Dindora
Paryanto
NIM. 1041611008 NIP. 196404042007011041
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
Gedung Dharma Pendidikan, Kampus Universitas Bangka Belitung
Balunijuk, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepepulauan Bangka Belitung
Telepon FT (0717) 4260034, UBB (0717) 422145,
Laman www.sipil.ubb.ac.id

Perhitungan Analisis Saringan Agregat Halus:


1. Berat Tertahan Kumulatif (gram)
Saringan No. 1 ½ =0
Saringan No. ¾ =0+0 =0
Saringan No. 3/8 =0+0 =0
Saringan No.4 =0+0 =0
Saringan No.8 = 0 + 17,25 = 17,25
Saringan No.16 = 17,25 + 61,15 = 78,4
Saringan No.30 = 78,4 + 82,15 = 160,55
Saringan No.50 = 160,55 + 142,95 = 303,5
Saringan No.100 = 303,5 + 150,15 = 453,65
PAN = 453,65 + 46,1 = 499,75
2. Berat Tertahan Kumulatif (%)
0
Saringan No. 1 ½ = = 0,000
499,75
0
Saringan No. ¾ = = 0,000
499,75
0
Saringan No. 3/8 = = 0,000
499,75
0
Saringan No.4 = = 0,000
499, 75
17,25
Saringan No.8 = = 3,452
499, 75
78,4
Saringan No.16 = = 15,688
499,75
160,55
Saringan No.30 = = 32,126
499,75
303,5
Saringan No.50 = = 60,730
499,75
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
Gedung Dharma Pendidikan, Kampus Universitas Bangka Belitung
Balunijuk, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepepulauan Bangka Belitung
Telepon FT (0717) 4260034, UBB (0717) 422145,
Laman www.sipil.ubb.ac.id

453,65
Saringan No.100 = = 90,775
499,5
499,75
PAN = = 100
499,75
3. Berat Lolos Saringan (%)
Saringan No. 1 ½ = 100 – 0 = 100
Saringan No. ¾ = 100 – 0 = 100
Saringan No. 3/8 = 100 – 0 = 100
Saringan No.4 = 100 – 0 = 100
Saringan No.8 = 100 – 3,452 = 96,548
Saringan No.16 = 100 – 15,688 = 84,312
Saringan No.30 = 100 – 32,126 = 67,874
Saringan No.50 = 100 – 60,730 = 39,270
Saringan No.100 = 100 – 90,775 = 9,225
PAN = 100 – 100 = 0,000
4. Modulus Halus Butir (MHB)
202,771
MHB = = 2,028
100
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id

Lampiran 5.2
HASIL PENGUJIAN ANALISIS SARINGAN AGREGAT KASAR
SNI 03-1968-1990
Tanggal pengujian : 25 Januari 2021
Berat Sample : 500 Gram
Hasil pengujian analisis saringan agregat kasar I.
Ukuran Berat Jumlah Perse Persen
No. saringa tertaha berat Persen n tertahan
saringan n n tertaha tertaha lolos kumulati
(mm) (gr) n (gr) n (%) (%) f (%)
1½ 37,5 0 0 0 100 0
¾ 19,1 0 0 0 100 0
⅜ 9,5 264,8 264,8 53,00 47,00 53,00
No. 4 4,75 231,3 496,1 46,30 0,70 99,30
No. 8 2,36 0,1 496,2 0,02 0,68 99,32
No. 16 1,18 0,2 496,4 0,04 0,64 99,36
No. 30 0,06 0,3 496,7 0,06 0,58 99,42
No. 50 0,3 0,4 497,1 0,08 0,50 99,50
No. 100 0,15 0,2 497,3 0,04 0,46 99,54
Pan 2,3 499,6 0,46
Jumlah 499,6 100 649,44
Modulus Kehalusan Butir 6,49
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id

Hasil pengujian analisis saringan agregat kasar II.


Ukuran Berat Jumlah Perse Persen
No. saringa tertaha berat Persen n tertahan
saringan n n tertaha tertahan lolos kumulati
(mm) (gr) n (gr) (%) (%) f (%)
1½ 37,5 0 0 0 100 0
¾ 19,1 0 0 0 100 0
⅜ 9,5 278,2 278,2 55,68 44,32 55,68
No. 4 4,75 218,5 496,7 43,73 0,58 99,42
No. 8 2,36 0,1 496,8 0,02 0,56 99,44
No. 16 1,18 0,2 497 0,04 0,52 99,48
No. 30 0,06 0,1 497,1 0,02 0,50 99,50
No. 50 0,3 0,2 497,3 0,04 0,46 99,54
No. 100 0,15 0,3 497,6 0,06 0,40 99,60
Pan 2,3 499,9 0,46
Jumlah 499,9 100,060 652,66
Modulus Kehalusan Butir 6,52

Hasil pengujian analisis saringan agregat kasar rata-rata.


Ukura Persen
Perse
No. n Berat Jumla tertaha
n
saring saring tertah h berat Persen n
lolos
an an an tertah tertaha kumula
(%)
(mm) (gr) an (gr) n (%) tif (%)
1½ 37,5 0 0 0 100 0
¾ 19,1 0 0 0 100 0
⅜ 9,5 271,5 271,5 54,34 45,66 54,34
No. 4 4,75 224,9 496,4 45,02 0,64 99,36
No. 8 2,36 0,1 496,5 0,02 0,62 99,38
No. 16 1,18 0,2 496,7 0,04 0,58 99,42
No. 30 0,06 0,2 496,9 0,04 0,54 99,46
No. 50 0,3 0,3 497,2 0,06 0,48 99,52
No.
0,15 0,25 497,45 0,05 0,43 99,57
100
Pan 2,3 499,75 0,46
100,030
Jumlah 499,75 651,05
02
Modulus Kehalusan Butir 6,51
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id

Ukuran
No. Berat lolos Persentas
Saringa
Saringa (besar butir maksimum %) e lolos
n
n (%)
(mm) 40 mm 20 mm
1½ 37,5 95 100 100 100 100
¾ 19,1 30 70 95 100 100
⅜ 9,5 10 35 25 55 45,66
No. 4 4,75 0 5 0 10 0,64

Batas Bawah Data Pengujian Batas Atas


100

80
Persentase Lolos (%)

60

40

20

0
1 10 100
Ukuran Saringan (mm)

Balunijuk, 11 Februari 2021 Menyetujui,


Dikerjakan, Ka. Lab PUPR Prov. Babel
Mahasiswa

Amelia Dindora
Paryanto
NIM. 1041611008 NIP. 196404042007011041
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
Gedung Dharma Pendidikan, Kampus Universitas Bangka Belitung
Balunijuk, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepepulauan Bangka Belitung
Telepon FT (0717) 4260034, UBB (0717) 422145,
Laman www.sipil.ubb.ac.id

Perhitungan Analisis Saringan Agregat Kasar:

1. Berat Tertahan Kumulatif (gram)


Saringan No. 1 ½ =0
Saringan No. ¾ =0+0 = 0,000
Saringan No. 3/8 = 0 + 271,5 = 271,5
Saringan No.4 = 271,5 + 224,9 = 496,4
Saringan No.8 = 496,4 + 0,1 = 496,5
Saringan No.16 = 496,5 + 0,2 = 496,7
Saringan No.30 = 496,7 + 0,2 = 497,9
Saringan No.50 = 497,9 + 0,3 = 497,2
Saringan No.100 = 497,2 + 0,25 = 497,45
PAN = 497,45 + 2,3 = 499,75
2. Berat Tertahan Kumulatif (%)
0
Saringan No. 1 ½ = = 0,000
499,750
0
Saringan No. ¾ = = 0,000
499,750
271,5
Saringan No. 3/8 = = 54,34
499,750
496,4
Saringan No.4 = = 92,36
499,750
496,5
Saringan No.8 = = 99,38
499,750
496,7
Saringan No.16 = = 99,42
499,750
496,9
Saringan No.30 = = 99,46
499,750
497,2
Saringan No.50 = = 99,52
499,750
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
Gedung Dharma Pendidikan, Kampus Universitas Bangka Belitung
Balunijuk, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepepulauan Bangka Belitung
Telepon FT (0717) 4260034, UBB (0717) 422145,
Laman www.sipil.ubb.ac.id

497,45
Saringan No.100 = = 99,57
499,750
499,750
PAN = = 100
499,750
3. Berat Lolos Saringan (%)
Saringan No. 1 ½ = 100 – 0 = 100
Saringan No. ¾ = 100 – 0 = 100
Saringan No. 3/8 = 100 – 54,34 = 45,66
Saringan No.4 = 100 – 99,36 = 0,64
Saringan No.8 = 100 – 99,38 = 0,62
Saringan No.16 = 100 – 99,42 = 0,58
Saringan No.30 = 100 – 99,46 = 0,54
Saringan No.50 = 100 – 99,52 = 0,48
Saringan No.100 = 100 – 99,57 = 0,43
PAN = 100 – 100 =0
4. Modulus Halus Butir (MHB)
651,05
MHB = = 6,51
100
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id

Lampiran 5.3
HASIL PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR AGREGAT
HALUS
SNI 03-1970-2008
Tanggal pengujian : 26 Januari 2021
Berat Sample : 500 Gram
Hasil pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus.
Pengujian Rata-
Pengujian Simbol/Rumus
I II rata
Berat benda uji kering
Bj 500 500 500
permukaan jenuh (SSD), gr
Berat benda uji kering oven,
Bk 489,2 490,3 489,8
gr
Berat piknometer disisi air
Ba 665,8 675,7 670,8
(25°C), gr
Berat piknometer + benda
Bt 962,5 977,3 969,9
uji (SSD)+ air (25°C), gr
Berat jenis (Bulk) 2,406 2,471 2,439
Berat jenis jenuh kering
2,459 2,520 2,490
permukaan (SSD)
Berat jenis semu (Apparent) 2,541 2,598 2,570
Penyerapan (Absorption), % 2,208 1,978 2,093
Keterangan:
 Berat benda uji kering oven dalam gram (Bk)
 Berat benda uji kering permukaan jenuh dalam gram (Bj)
 Berat benda uji kering permukaan jenuh di dalam air dalam gram (B)

Balunijuk, 11 Februari 2021 Menyetujui,


Dikerjakan, Ka. Lab PUPR Prov. Babel
Mahasiswa

Amelia Dindora
Paryanto
NIM. 1041611008 NIP. 196404042007011041
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
Gedung Dharma Pendidikan, Kampus Universitas Bangka Belitung
Balunijuk, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepepulauan Bangka Belitung
Telepon FT (0717) 4260034, UBB (0717) 422145,
Laman www.sipil.ubb.ac.id

Perhitungan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus :

1. Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan (Saturated Surface Dry)


Bj 500
= = 2,439
B+Bj-Bt 670,8+500−969,9
2. Berat Jenis Curah (Bulk Specific Gravity)
Bk 489,8
= = 2,490
B+Bj-Bt 670,8+500−969,9
3. Berat Jenis Semu (Apperent Specific Gravity)
Bk 489,8
= = 2,570
B+Bk-Bt 670,8+489,8−969,9
4. Penyerapan Air
Bj-Bk 500−489,8
x 100% x 100% = 2,093 %
Bk 489,8
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id

Lampiran 5.4
HASIL PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR AGREGAT
KASAR
SNI 03-1970-2008
Tanggal pengujian : 26 Januari 2021
Berat Sample : 500 Gram
Hasil pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar.
Pengujian Rata-
Pengujian Simbol/Rumus
I II Rata
Berat benda uji kering
Bj 500,0 500 500,0
permukaan jenuh (SSD), gr
Berat benda uji kering oven, gr Bk 493,2 494,5 493,9
Berat benda uji didalam air, gr Ba 272,7 273,7 273,2
Berat jenis (Bulk) 2,169 2,185 2,177
Berat jenis jenuh kering
2,199 2,209 2,204
permukaan (ssd)
Berat jenis semu (Apparent) 2,236 2,240 2,238

Penyerapan (Absorption), % 1,379 1,112 1,245


Keterangan:
 Berat benda uji kering oven dalam gram (Bk)
 Berat benda uji kering permukaan jenuh dalam gram (Bj)
 Berat benda uji kering permukaan jenuh di dalam air dalam gram (Bk)

Balunijuk, 11 Februari 2021 Menyetujui,


Dikerjakan, Ka. Lab PUPR Prov. Babel
Mahasiswa

Amelia Dindora
Paryanto
NIM. 1041611008 NIP. 196404042007011041
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
Gedung Dharma Pendidikan, Kampus Universitas Bangka Belitung
Balunijuk, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepepulauan Bangka Belitung
Telepon FT (0717) 4260034, UBB (0717) 422145,
Laman www.sipil.ubb.ac.id

Perhitungan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar :

1. Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan (Saturated Surface Dry)


Bj 500
= = 2,204
Bj-Ba 500−273,2
2. Berat Jenis Curah (Bulk Specific Gravity)
Bk 493,9
= = 2,177
Bj-Ba 500−273,2
3. Berat Jenis Semu (Apperent Specific Gravity)
Bk 493,9
= = 2,238
Bk-Ba 493,9−273,2
4. Penyerapan Air
Bj-Bk 500−493,9
x 100% x 100% = 1,245 %
Bk 493,9
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id

Lampiran 5.5
HASIL PENGUJIAN BERAT ISI AGREGAT HALUS
SNI 03-1973-2008
Tanggal pengujian : 27 Januari 2021
Berat Sample :-
Pengujian berat isi agregat halus.
Pengujian
Uraian Lepas/Gembur Padat
I II I II
Berat bejana + Benda uji (gr) 18393 18494 19230 19535
Berat bejana (gr) 10463 11086 10463 11086
Berat benda uji A - B (gr) 7930 7408 8767 8449
5105,88 5105,88 5105,88 5105,88
Volume bejana (cm3)
3 3 3 3
Berat isi benda uji C : D (gr/cm3) 1,553 1,451 1,717 1,655
Berat isi benda uji
1,502 1,686
rata-rata(gr/cm3)
Keterangan:
 Diameter bejana = 14,7 cm
 Tinggi bejana = 30,1 cm

Balunijuk, 11 Februari 2021 Menyetujui,


Dikerjakan, Ka. Lab PUPR Prov. Babel
Mahasiswa

Amelia Dindora
Paryanto
NIM. 1041611008 NIP. 196404042007011041
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
Gedung Dharma Pendidikan, Kampus Universitas Bangka Belitung
Balunijuk, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepepulauan Bangka Belitung
Telepon FT (0717) 4260034, UBB (0717) 422145,
Laman www.sipil.ubb.ac.id

Perhitungan Berat Isi Agregat Halus I :

1. Berat Benda Uji Lepas I


(W2-W1) = (18393 - 10463) = 7930 gr
2. Berat Benda Uji Padat I
(W2-W1) = (19230 - 10463) = 8767 gr
3. Berat Volume Lepas I
(W2-W1)/V = 7930/5052,69 = 1,569 gr/ cm3
4. Berat Volume Padat I
(W2-W1)/V = 8767/5052,69 = 1,735 gr/ cm3

Perhitungan Berat Isi Agregat Halus II :

1. Berat Benda Uji Lepas II


(W2-W1) = (18494 - 11086) = 7408 gr
2. Berat Benda Uji Padat II
(W2-W1) = (19535 - 11086) = 8449 gr
3. Berat Volume Lepas II
(W2-W1)/V = 7408/5052,69 = 1,466 gr/ cm3
4. Berat Volume Padat II
(W2-W1)/V = 8449/5052,69 = 1,672 gr/ cm3

Berat isi rata-rata lepas agregat halus :

(1,569+1,466)/2 = 1,518 gr/ cm3

Berat isi rata-rata padat agregat halus :

(1,735+1,672)/2 = 1,704 gr/ cm3


DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id

Lampiran 5.6
HASIL PENGUJIAN BERAT ISI AGREGAT KASAR
SNI 03-1973-2008
Tanggal pengujian : 27 Januari 2021
Berat Sample :-
Pengujian berat isi agregat kasar.
Pengujian
Uraian Lepas/Gembur Padat
I II I II
Berat tempat + Benda uji (gr) 19936 19867 20280 20320
Berat tempat (gr) 10562 11032 10562 11032
Berat benda uji A - B (gr) 9374 8835 9718 9288
5531,61
Volume tempat (cm3) 5531,615 5531,615 5531,615
5
Berat isi benda uji C : D (gr/cm )
3
1,695 1,597 1,757 1,679
Berat isi benda uji
1,646 1,718
rata-rata(gr/cm3)
Keterangan:
 Diameter bejana = 15,25 cm
 Tinggi bejana = 30,3 cm

Balunijuk, 11 Februari 2021 Menyetujui,


Dikerjakan, Ka. Lab PUPR Prov. Babel
Mahasiswa

Amelia Dindora
Paryanto
NIM. 1041611008 NIP. 196404042007011041
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
Gedung Dharma Pendidikan, Kampus Universitas Bangka Belitung
Balunijuk, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepepulauan Bangka Belitung
Telepon FT (0717) 4260034, UBB (0717) 422145,
Laman www.sipil.ubb.ac.id

Perhitungan Berat Isi Agregat Kasar I :

1. Berat Benda Uji Lepas I


(W2-W1) = (19936 - 10562) = 9374 gr
2. Berat Benda Uji Padat I
(W2-W1) = (20280 - 10562) = 9718 gr
3. Berat Volume Lepas I
(W2-W1)/V = 9374/5531,615 = 1,695 gr/ cm3
4. Berat Volume Padat I
(W2-W1)/V = 9718/5531,615 = 1,757 gr/ cm3

Perhitungan Berat Isi Agregat Kasar II :

1. Berat Benda Uji Lepas II


(W2-W1) = (19867 - 11032) = 8835 gr
2. Berat Benda Uji Padat II
(W2-W1) = (20320 - 11032) = 9288 gr
3. Berat Volume Lepas II
4. (W2-W1)/V = 8835/5531,615 = 1,597 gr/ cm3
5. Berat Volume Padat II
(W2-W1)/V = 9288/5531,615 = 1,679 gr/ cm3

Berat isi rata-rata lepas agregat kasar :

(1,695+1,597)/2 = 1,646 Kg/Liter

Berat isi rata-rata padat agregat kasar :

(1,757+1,679)/2 = 1,718 Kg/Liter


DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id

Lampiran 5.7
HASIL PENGUJIAN KADAR AIR AGREGAT HALUS
SNI 03-1971-2011
Tanggal pengujian : 28 Januari 2021
Berat Sample : 500 Gram
Hasil pengujian kadar air agregat halus.
Pengujian
Jenis Pengujian
I II
Berat tempat (W1) (gr) 152 147
Berat tempat + contoh awal (W₂) (gr) 652,0 647,0
Berat tempat + contoh kering (W4) (gr) 637,4 635,2
Berat benda uji awal (W3 = W₂-W₁) (gr) 500 500
Berat benda uji kering (W5 = W4-W₁) (gr) 485,4 488,2

Kadar air (%) = x 100 3,008 2,417

Kadar air rata-rata 2,712

Balunijuk, 11 Februari 2021 Menyetujui,


Dikerjakan, Ka. Lab PUPR Prov. Babel
Mahasiswa

Amelia Dindora
Paryanto
NIM. 1041611008 NIP. 196404042007011041
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
Gedung Dharma Pendidikan, Kampus Universitas Bangka Belitung
Balunijuk, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepepulauan Bangka Belitung
Telepon FT (0717) 4260034, UBB (0717) 422145,
Laman www.sipil.ubb.ac.id

Perhitungan Kadar Air Agregat Halus I:

1. Berat benda uji awal


W3 = W2-W1 = 652 – 152 = 500 gram
2. Berat Benda Uji kering
W5 = W4-W1 = 637,4 – 152 = 485,4 gram
3. Kadar air
((W3-W5)/W5) x 100% = ((500-485,4)/485,4) x 100%
= 3,008 %

Perhitungan Kadar Air Agregat Halus II:

1. Berat benda uji awal


W3 = W2-W1 = 647 – 147 = 500 gram
2. Berat Benda Uji kering
W5 = W4-W1 = 635,2 – 147 = 488,2 gram
3. Kadar air
((W3-W5)/W5) x 100% = ((500-488,2)/488,2) x 100%
= 2,417 %

Kadar air rata-rata agregat halus:

(3,008 + 2,417)/2 = 2,712 %


DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id

Lampiran 5.8
HASIL PENGUJIAN KADAR AIR AGREGAT KASAR
SNI 03-1971-2011
Tanggal pengujian : 28 Januari 2021
Berat Sample : 500 Gram
Hasil pengujian kadar air agregat kasar.
Pengujian
Jenis Pengujian
I II
Berat tempat (W1) (gr) 212 210
Berat tempat + contoh awal (W₂) (gr) 712,0 710,0
Berat tempat + contoh kering (W4) (gr) 700,5 702,1
Berat benda uji awal (W3 = W₂-W₁) (gr) 500 500
Berat benda uji kering (W5 = W4-W₁) (gr) 488,5 492,1

Kadar air (%) = x 100 2,354 1,605

Kadar air rata-rata 1,980

Balunijuk, 11 Februari 2021 Menyetujui,


Dikerjakan, Ka. Lab PUPR Prov. Babel
Mahasiswa

Amelia Dindora
Paryanto
NIM. 1041611008 NIP. 196404042007011041
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
Gedung Dharma Pendidikan, Kampus Universitas Bangka Belitung
Balunijuk, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepepulauan Bangka Belitung
Telepon FT (0717) 4260034, UBB (0717) 422145,
Laman www.sipil.ubb.ac.id

Perhitungan Kadar Air Agregat Kasar I :

1. Berat benda uji awal


W3 = W2-W1 = 712 – 212 = 500 gram
2. Berat Benda Uji kering
W5 = W4-W1 = 700,5 – 212 = 488,5 gram
3. Kadar air
((W3-W5)/W5) x 100% = ((500-488,5)/488,5) x 100%
= 2,354 %

Perhitungan Kadar Air Agregat Kasar II :

1. Berat benda uji awal


W3 = W2-W1 = 710 – 210 = 500 gram
2. Berat Benda Uji kering
W5 = W4-W1 = 702,1 – 210 = 492,1 gram
3. Kadar air
((W3-W5)/W5) x 100% = ((500-492,1)/492,1) x 100%
= 1,605 %

Kadar air rata-rata agregat kasar :

(2,354 + 1,605)/2 = 1,980 %


DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id

Lampiran 5.9
HASIL PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAR DENGAN MESIN ABRASI
LOS ANGELES
SNI 03-2417-2008
Tanggal pengujian : 28 Januari 2021
Berat Sample : 5000 Gram
Hasil pengujian keausan agregat kasar.
Saringan Pengujian
Lewat Tertahan I II
19.00 mm (¾”) 12.5 mm (½”) 2500 2500

12.50 mm (½”) 9.50 mm (⅜”) 2500 2500

Jumlah berat benda uji semula (a) 5000 5000

Jumlah berat tertahan No.12 sesudah percobaan


3224,0 3522,0
(b)
a–b 1776,00 1478,00
Keausan = (a-b)/a x 100 % 35,520% 29,560%

Keausan rata-rata 32,540%

Balunijuk, 11 Februari 2021 Menyetujui,


Dikerjakan, Ka. Lab PUPR Prov. Babel
Mahasiswa

Amelia Dindora
Paryanto
NIM. 1041611008 NIP. 196404042007011041
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
Gedung Dharma Pendidikan, Kampus Universitas Bangka Belitung
Balunijuk, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepepulauan Bangka Belitung
Telepon FT (0717) 4260034, UBB (0717) 422145,
Laman www.sipil.ubb.ac.id

Perhitungan Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los Angeles :

Nilai Keausan Pengujian I :


C 1776
x 100% = x 100% = 35,520 %
A 5000
Nilai Keausan Pengujian II :
C 1478
x 100% = x 100% = 29,560 %
A 5000
Nilai Kausan rata-rata :
(35,520 + 29,560)/2 = 32,540 %
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id

Lampiran 5.10
HASIL PENGUJIAN KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS
SNI 03-4142-1996
Tanggal pengujian : 29 Januari 2021
Berat Sample : 1000 Gram
Hasil pengujian kadar lumpur agregat halus.
Pengujian Rata-
Uraian Satuan
I II rata
Pasir jenuh kering permukaan (W1) 1000 1000 1000 gr
Pasir setelah keluar oven (W2)
(setelah pencucian tertahan No. 975,2 982,7 978,95 gr
200)
Kadar Lumpur =(w1-w2)/w1x100 2,48 1,73 2,11 %

Balunijuk, 11 Februari 2021 Menyetujui,


Dikerjakan, Ka. Lab PUPR Prov. Babel
Mahasiswa

Amelia Dindora
Paryanto
NIM. 1041611008 NIP. 196404042007011041
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
Gedung Dharma Pendidikan, Kampus Universitas Bangka Belitung
Balunijuk, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepepulauan Bangka Belitung
Telepon FT (0717) 4260034, UBB (0717) 422145,
Laman www.sipil.ubb.ac.id

Perhitungan Kadar Lumpur Agregat Halus :

Kadar lumpur pengujian I :


(W1-W2) 1000-975,2
x 100% = x 100% = 2,48 %
W1 1000
Kadar lumpur pengujian II :
(W1-W2) 1000-982,7
x 100% = x 100% = 1,73%
W1 1000
Nilai kadar lumpur rata-rata :
(2,48 + 1,73)/2 = 2,11 %
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id

Lampiran 5.10
HASIL PENGUJIAN KADAR LUMPUR AGREGAT KASAR
SNI 03-4142-1996
Tanggal pengujian : 29 Januari 2021
Berat Sample : 1000 Gram
Hasil pengujian kadar lumpur agregat kasar.
Pengujian Rata-
Uraian Satuan
I II rata
Pasir jenuh kering permukaan (W1) 1000 1000 1000 gr
Pasir setelah keluar oven (W2)
(setelah pencucian tertahan No. 996,3 994,7 995,5 gr
200)
Kadar Lumpur =(wi-w2)/w1x100 0,37 0,53 0,45 %

Balunijuk, 11 Februari 2021 Menyetujui,


Dikerjakan, Ka. Lab PUPR Prov. Babel
Mahasiswa

Amelia Dindora
Paryanto
NIM. 1041611008 NIP. 196404042007011041
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
Gedung Dharma Pendidikan, Kampus Universitas Bangka Belitung
Balunijuk, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepepulauan Bangka Belitung
Telepon FT (0717) 4260034, UBB (0717) 422145,
Laman www.sipil.ubb.ac.id

Perhitungan Kadar Lumpur Agregat Kasar :

Kadar lumpur pengujian I :


(W1-W2) 1000-996,3
x 100% = x 100% = 0,37 %
W1 1000
Kadar lumpur pengujian II :
(W1-W2) 1000-994,7
x 100% = x 100% = 0,53%
W1 1000
Nilai kadar lumpur rata-rata :
(0,37 + 0,53)/2 = 0,45 %
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id

Lampiran 5.11
HASIL PENGUJIAN SALINITAS AIR
Tanggal pengujian : 29 Januari 2021

Hasil pengujian salinitas air.


Pengujian pH
Uraian Air Rata-Rata
I II
Air berasal dari sumur bor Dinas PU Provinsi 5,75 5,75 5,75

Balunijuk, 11 Februari 2021 Menyetujui,


Dikerjakan, Ka. Lab PUPR Prov. Babel
Mahasiswa

Amelia Dindora
Paryanto
NIM. 1041611008 NIP. 196404042007011041
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id

Lampiran 5.12
PERHITUNGAN PERANCANGAN CAMPURAN BETON
SNI 03-2834-2000
Tanggal Perhitungan : 01 Februari 2021
Berat Sample :-
Hasil perhitungan proporsi beton normal untuk 7 dan 28 hari fas 0,45.
No Uraian Tabel/grafik/rumus Nilai Satuan
1 Kuat Tekan yang Ditetapkan 40 N/mm²
diisyaratkan
2 Deviasi standar Tidak ada - -
pengalaman
3 Nilai tambah (margin) f'cr = 1,1 f'c + 5,0 9 -
(Tabel 2.4)
4 Kuat tekan rata-rata f'cr = 1,1 f'c + 5,0 49 N/mm²
yang ditargetkan (Tabel 2.4)
5 Jenis semen Ditetapkan Semen PCC -
(Jenis I)
6 Jenis agregat
Kasar : Ditetapkan Batu Pecah -
Halus : Ditetapkan Pasir Alami -
7 Faktor air semen Ditetapkan 0,45 -
8 Nilai slump Ditetapkan 75-150 mm
9 Ukuran agregat Ditetapkan 20 mm
maksimum
10 Kebutuhan air Rumus 2.21 205 lt/m³
11 Berat semen Rumus 2.22 455,556 kg/m³
12 Susunan butir agregat Tabel 2.2 Agak Halus -
13 Persen agregat halus Gambar 2.2 33 %
14 Persen agregat kasar Gambar 2.2 67 %
15 Berat jenis agregat Rumus 2.23 2,298 g/cm³
campuran
16 Berat isi beton Gambar 2.3 2145 kg/m³
17 Kadar agregat Rumus 2.24 1484,444 kg/m³
campuran
18 Kadar agregat halus Rumus 2.25 489,867 kg/m³
19 Kadar agregat kasar Rumus 2.26 994,578 kg/m³

No Uraian Tabel/grafik/rumus Nilai Satuan


DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id

Proporsi campuran: Tiap ( /m3) Tiap 1 silinder


Semen 455,556 2,416 Kg
Air 205 1,087 Lt
Agregat halus 467,6 2,598 Kg
Agregat kasar 1016,844 5,275 Kg
20.
Proporsi campuran: Tiap ( /m3) Tiap 3 silinder
Semen 7,248 Kg
Air 3,262 Lt
Agregat halus 7,794 Kg
Agregat kasar 15,989 Kg

Balunijuk, 11 Februari 2021 Menyetujui,


Dikerjakan, Ka. Lab PUPR Prov. Babel
Mahasiswa

Amelia Dindora
Paryanto
NIM. 1041611008 NIP. 196404042007011041
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
Gedung Dharma Pendidikan, Kampus Universitas Bangka Belitung
Balunijuk, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepepulauan Bangka Belitung
Telepon FT (0717) 4260034, UBB (0717) 422145,
Laman www.sipil.ubb.ac.id

Langkah perhitungan perencanaan campuran adukan beton variasi I sebagai


berikut:
1. Penetapan Kuat tekan yang disyaratkan
Pada penelitian ini, peneliti menetapkan kekuatan beton sebesar 32 MPa untuk
umur beton 28 hari dengan cetakan silinder ukuran 15 x 30 cm untuk uji kuat
tekan.
2. Perhitungan nilai deviasi standar (S)
Nilai deviasi standar tidak dapat dihitung dikarenakan peneliti tidak
mempunyai data pengalaman hasil pengujian contoh beton sebelumnya dan
dapat ditentukan dengan cara lain menurut SNI 03-2834-2000.
3. Perhitungan nilai tambah margin (m)
Berdasarkan pada tabel 2.8, untuk nilai kuat tekan yang disyaratkan kurang
dari 35 MPa maka nilai tambah margin (m) sebesar 8,3 MPa.
Kekuatan tekan Kekuatan rata-rata
disyaratkan perlu
(MPa) (MPa)
f'c < 21 f'cr = f'c + 7,0
21 ≤ f'c ≤ 35 f'cr = f'c +8,3
f'c > 35 f'cr = 1,10 f'c + 5,0
4. Kuat tekan rata-rata perlu (f’cr)
Kuat tekan rata-rata perlu diperoleh dari persamaan (2.20).
f'cr = f’c + 8,3
= 32 + 8,3
= 40,3 MPa
5. Penetapan jenis semen portland
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan semen PCC (Portland Composite
Cement) yang memiliki sifat mirip dengan semen tipe I.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
Gedung Dharma Pendidikan, Kampus Universitas Bangka Belitung
Balunijuk, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepepulauan Bangka Belitung
Telepon FT (0717) 4260034, UBB (0717) 422145,
Laman www.sipil.ubb.ac.id

6. Penetapan jenis agregat


Pada penelitin ini menggunakan agregat kasar berupa batu pecah dan agregat
halus berupa pasir alami.
7. Penetapan faktor air semen
Pada penelitian ini, peneliti menetapkan faktor air semen sebesar 0,45
berdasarkan pada penelitian terdahulu.
8. Penetapan nilai slump
Berdasarkan tabel 2.10, pemakaian beton untuk balok ditetapkan nilai
minimum slump sebesar 7,5 cm dan nilai maksimum slump sebesar 15 cm.
Pemakaian beton (berdasarkan jenis Maksimum Minimum
struktur yang dibuat) (cm) (cm)
Dinding, plat pondasi dan pondasi telapak 12,5 5,0
bertulang
Pondasi telapak tidak bertulang, kaison dan
9,0 2,5
struktur dibawah tanah
Pelat, balok, kolom, dinding 15,0 7,5
Pengerasan jalan 7,5 5,0
Pembetonan massal (beton massa) 7,5 2,5
Karena penguji tidak memiliki pengalaman atau deviasi standar sama dengan
nol, maka nilai slump yang digunakan 75-150 mm.
9. Penetapan ukuran agregat maksimum
Besar butir agregat maksimum yang digunakan yaitu 20 mm.
10. Perhitungan kadar air bebas
Dengan ukuran maksimum agregat 20 mm dan nilai slump yang ditetapkan
60-180 mm (untuk agregat gabungan yang berupa campuran anatara pasir
alami dan batu pecah) maka berdasarkan tabel 2.5 didapatkan kebutuhan air
permeter kubik beton untuk jenis agregat alami 195 liter dan jenis agregat batu
pecah sebesar 225 liter.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
Gedung Dharma Pendidikan, Kampus Universitas Bangka Belitung
Balunijuk, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepepulauan Bangka Belitung
Telepon FT (0717) 4260034, UBB (0717) 422145,
Laman www.sipil.ubb.ac.id

Besar Kebutuhan air per meter kubik


ukuran beton (liter)
maks. Slump (mm)
Agregat Jenis agregat
0-10 10-30 30-60 60-180
(mm)
Alami 150 180 205 225
10
Batu pecah 180 205 230 250
Alami 135 160 180 195
20
Batu pecah 170 190 210 225
Alami 115 140 160 175
40
Batu pecah 155 175 190 205
Maka jumlah air yang diperkirakan didapatkan dari persamaan (2.21).
A = 0,67 Ah + 0,33 Ak
= 0,67 . 195 + 0,33 . 225
= 204,9 l/m3 dibulatkan 205 l/m3
11. Berat semen yang dibutuhkan
Berat semen per meter kubik beton dihitung dengan persamaan (2.22).
1
Wsmn = x Wair
fas
1
Wsmn = x 205
0,45
= 455,556 kg/m3
12. Berat semen maksimum dan minimum
Berdasarkan SNI 03-2834-2000, kadar semen minimum ditetapkan 275 kg/m3
seandainya kadar semen yang diperoleh dari perhitungan point 11 belum
mencapai syarat minimum ditetapkan, maka harga minimum ini harus dipakai
dan nilai faktor air semen baru harus disesuaikan.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
Gedung Dharma Pendidikan, Kampus Universitas Bangka Belitung
Balunijuk, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepepulauan Bangka Belitung
Telepon FT (0717) 4260034, UBB (0717) 422145,
Laman www.sipil.ubb.ac.id

13. Jumlah semen yang digunakan


Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan dipoint 11 sehingga jumlah
semen yang digunakan sebesar 455,556 kg/m3
14. Faktor air semen yang disesuaikan
Dalam hal ini dapat diabaikan oleh karena syarat minimum kadar semen sudah
terpenuhi.
15. Penetapan jenis agregat halus
Pada pengujian bahan dilaboratorium dengan pengujian analisa saringan
agregat halus, didapatkan gradasi agregat halus masuk pada zona 3 (agak
halus) berdasarkan pada tabel 2.2.

100
90
Persen lolos saringan (%)

80
70
60
50 Batas Bawah
40 Data Pengujian
30
Batas Atas
20
10
0
0.1 1 10 100
Ukuran saringan (mm)

16. Persen agregat kasar


Denngan ukuran maksimum agregat 20 mm, nilai slump yang ditetapkan
sebesar 60-180 mm dan nilai fas sebesar 0,45 serta gradasi agregat halus
termasuk pada zona 3, Berdasarkan gambar 2.2 persen berat agregat halus
dapat ditentukan dengan batas atas sebesar 36% dan batas bawah sebesar 30%.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
Gedung Dharma Pendidikan, Kampus Universitas Bangka Belitung
Balunijuk, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepepulauan Bangka Belitung
Telepon FT (0717) 4260034, UBB (0717) 422145,
Laman www.sipil.ubb.ac.id

36

0,45

36 %+30 %
Persen berat agregat halus = = 33 %
2
17. Persen agregat kasar
Persen agregat kasar dapat dihitung langsung dengan cara total keseluruhan
agregat dikurang persen berat agregat halus.
Persen berat agregat kasar = 100% - 33% = 67 %
18. Berat jenis agregat campuran
Berat jenis agregat campuran dapat dihitung dengan persamaan (2.23)

kh kk
Bj camp = x bjh + x bjk
100 100

33 67
= x 2, 49 + x 2,204 = 2,298 g/cm³
100 100

20. Perkiraan berat beton


Perkiraan berat beton diperoleh dari gambar 2.3 sebesar 2145 kg/m3.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
Gedung Dharma Pendidikan, Kampus Universitas Bangka Belitung
Balunijuk, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepepulauan Bangka Belitung
Telepon FT (0717) 4260034, UBB (0717) 422145,
Laman www.sipil.ubb.ac.id

2145
2,298
205

21. Kadar agregat campuran


Kebutuhan agregat campuran dapat dihitung menggunakan persamaan (2.24).
Wagr.cap = Wbtn – Wair – Wsmn
= 2145 – 205 – 455,556
= 1484,444 kg/m3
22. Kadar agregat halus
Kebutuhan agregat campuran dapat dihitung menggunakan persamaan (2.25).
Wagr.h = kh. Wagr.cap
= 33% . 1484,444
= 489,867 kg/m3
23. Kadar agregat kasar
Kebutuhan agregat campuran dapat dihitung menggunakan persamaan (2.26).
Wagr.k = kk. Wagr.cap
= 67 % . 1484,444
= 994,578 kg/m3
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
Gedung Dharma Pendidikan, Kampus Universitas Bangka Belitung
Balunijuk, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepepulauan Bangka Belitung
Telepon FT (0717) 4260034, UBB (0717) 422145,
Laman www.sipil.ubb.ac.id

24. Proporsi campuran beton normal umur 28 hari


Benda uji pada penelitian ini berbentuk silinder berukuran diameter 150 mm
dan tinggi 300 mm.
Berikut hitungan volume dan proporsi campuran beton yang dibutuhkan:
a. Volume 1 silinder
1
V silinder = . π . d2. t
4

1
= . π . 0,152. 0,30
4

= 0,0053 m3

b. Penggunaan proporsi campuran untuk 3 silinder


- Berat semen = 0,0053 x 455,556 x 3 = 7,248 kg
- Berat air = 0,0053 x 205,000 x 3 = 3,262 lt
- Berat agregat halus = 0,0053 x 489,867 x 3 = 7,794 kg
- Berat agregat kasar = 0,0053 x 994,578 x 3 = 15,824 kg
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id

Lampiran 5.13
PERHITUNGAN PERANCANGAN CAMPURAN BETON
SNI 03-2834-2000
Tanggal Perhitungan : 01 Februari 2021
Berat Sample :-
Hasil perhitungan proporsi beton normal untuk 7 dan 28 hari fas 0,27.
No Uraian Tabel/grafik/rumus Nilai Satuan
1 Kuat Tekan yang Ditetapkan 40 N/mm²
diisyaratkan
2 Deviasi standar Tidak ada pengalaman - -
3 Nilai tambah f'cr = 1,1 f'c + 5,0 9 -
(margin) (Tabel 2.4)
4 Kuat tekan rata- f'cr = 1,1 f'c + 5,0 49 N/mm²
rata yang (Tabel 2.4)
ditargetkan
5 Jenis semen Ditetapkan Semen PCC -
(Jenis I)
6 Jenis agregat
Kasar : Ditetapkan Batu Pecah -
Halus : Ditetapkan Pasir Alami -
7 Faktor air semen Ditetapkan 0,27 -
8 Nilai slump Ditetapkan 75-150 mm
9 Ukuran agregat Ditetapkan 20 mm
maksimum
10 Kebutuhan air Rumus 2.21 205 lt/m³
11 Berat semen Rumus 2.22 759,259 kg/m³
12 Susunan butir Tabel 2.2 Agak Halus -
agregat
13 Persen agregat Gambar 2.2 30,5 %
halus
14 Persen agregat Gambar 2.2 69,5 %
kasar
15 Berat jenis agregat Rumus 2.23 2,291 g/cm³
campuran
16 Berat isi beton Gambar 2.3 2140 kg/m³
17 Kadar agregat Rumus 2.24 1175,741 kg/m³
campuran
18 Kadar agregat halus Rumus 2.25 358,601 kg/m³

No Uraian Tabel/grafik/rumus Nilai Satuan


DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id

18 Kadar agregat halus Rumus 2.25 358,601 kg/m³


19 Kadar agregat kasar Rumus 2.26 817,140 kg/m³
20. Proporsi campuran: Tiap ( /m3) Tiap 1 silinder
Semen 759,259 4,027 kg
Air 205 1,087 lt
Agregat halus 358,601 1,902 kg
Agregat kasar 817,140 4,334 kg
Proporsi campuran: Tiap ( /m3) Tiap 3 silinder
Semen 12,080 kg
Air 3,262 lt
Agregat halus 5,706 kg
Agregat kasar 13,001 kg

Balunijuk, 11 Februari 2021 Menyetujui,


Dikerjakan, Ka. Lab PUPR Prov. Babel
Mahasiswa

Amelia Dindora
Paryanto
NIM. 1041611008 NIP. 196404042007011041
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
Gedung Dharma Pendidikan, Kampus Universitas Bangka Belitung
Balunijuk, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepepulauan Bangka Belitung
Telepon FT (0717) 4260034, UBB (0717) 422145,
Laman www.sipil.ubb.ac.id

Langkah perhitungan perencanaan campuran adukan beton variasi II sebagai


berikut:
1. Penetapan Kuat tekan yang disyaratkan
Pada penelitian ini, peneliti menetapkan kekuatan beton sebesar 40 MPa untuk
umur beton 28 hari dengan cetakan silinder ukuran 15 x 30 cm untuk uji kuat
tekan.
2. Perhitungan nilai deviasi standar (S)
Nilai deviasi standar tidak dapat dihitung dikarenakan peneliti tidak
mempunyai data pengalaman hasil pengujian contoh beton sebelumnya dan
dapat ditentukan dengan cara lain menurut SNI 03-2834-2000.
3. Perhitungan nilai tambah margin (m)
Berdasarkan pada tabel 2.6, untuk nilai kuat tekan yang disyaratkan lebih dari
35 MPa maka nilai tambah margin (m) sebesar 9 MPa.

Kekuatan tekan Kekuatan rata-rata


disyaratkan perlu
(MPa) (MPa)
f'c < 21 f'cr = f'c + 7,0
21 ≤ f'c ≤ 35 f'cr = f'c +8,3
f'c > 35 f'cr = 1,10 f'c + 5,0

4. Kuat tekan rata-rata perlu (f’cr)


Kuat tekan rata-rata perlu diperoleh dari persamaan (2.20).
f'cr = 1,10 f’c + 5,0
= 1,10 (40) + 5,0
= 49 MPa

5. Penetapan jenis semen portland


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
Gedung Dharma Pendidikan, Kampus Universitas Bangka Belitung
Balunijuk, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepepulauan Bangka Belitung
Telepon FT (0717) 4260034, UBB (0717) 422145,
Laman www.sipil.ubb.ac.id

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan semen PCC (Portland Composite


Cement) yang memiliki sifat mirip dengan semen tipe I.6. Penetapan jenis
agregat
Pada penelitin ini menggunakan agregat kasar berupa batu pecah dan agregat
halus berupa pasir alami.
7. Penetapan faktor air semen
Pada penelitian ini, peneliti menetapkan faktor air semen sebesar 0,27
berdasarkan penelitian terdahulu.
8. Penetapan nilai slump
Berdasarkan tabel 2.10, pemakaian beton untuk balok ditetapkan nilai
minimum slump sebesar 7,5 cm dan nilai maksimum slump sebesar 15 cm.

Pemakaian beton (berdasarkan jenis Maksimum Minimum


struktur yang dibuat) (cm) (cm)
Dinding, plat pondasi dan pondasi telapak 12,5 5,0
bertulang
Pondasi telapak tidak bertulang, kaison dan
9,0 2,5
struktur dibawah tanah
Pelat, balok, kolom, dinding 15,0 7,5
Pengerasan jalan 7,5 5,0
Pembetonan massal (beton massa) 7,5 2,5
Karena penguji tidak memiliki pengalaman atau deviasi standar sama dengan
nol, maka nilai slump yang digunakan 75-150 mm.
9. Penetapan ukuran agregat maksimum
Besar butir agregat maksimum yang digunakan yaitu 20 mm.
10. Perhitungan kadar air bebas
Dengan uukuran maksimum agregat 20 mm dan nilai slump yang ditetapkan
60-180 mm (untuk agregat gabungan yang berupa campuran anatara pasir
alami dan batu pecah) maka berdasarkan tabel 2.5 didapatkan kebutuhan air
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
Gedung Dharma Pendidikan, Kampus Universitas Bangka Belitung
Balunijuk, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepepulauan Bangka Belitung
Telepon FT (0717) 4260034, UBB (0717) 422145,
Laman www.sipil.ubb.ac.id

permeter kubik beton untuk jenis agregat alami 195 liter dan jenis agregat batu
pecah sebesar 225 liter.

Besar Kebutuhan air per meter kubik


ukuran beton (liter)
maks. Slump (mm)
Agregat Jenis agregat
0-10 10-30 30-60 60-180
(mm)
Alami 150 180 205 225
10
Batu pecah 180 205 23 0 250
Alami 135 160 180 195
20
Batu pecah 170 190 210 225
Alami 115 140 160 175
40
Batu pecah 155 175 190 205
Maka jumlah air yang diperkirakan didapatkan dari persamaan (2.21).
A = 0,67 Ah + 0,33 Ak
= 0,67 . 195 + 0,33 . 225
= 204,9 l/m3 dibulatkan 205 l/m3
11. Berat semen yang dibutuhkan
Berat semen per meter kubik beton dihitung dengan persamaan (2.22).
1
Wsmn = x Wair
fas
1
Wsmn = x 205
0,27
= 759,259 kg/m3
12. Berat semen maksimum dan minimum
Berdasarkan SNI 03-2834-2000, kadar semen minimum ditetapkan 275 kg/m3
seandainya kadar semen yang diperoleh dari perhitungan point 11 belum
mencapai syarat minimum ditetapkan, maka harga minimum ini harus dipakai
dan nilai faktor air semen baru harus disesuaikan.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
Gedung Dharma Pendidikan, Kampus Universitas Bangka Belitung
Balunijuk, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepepulauan Bangka Belitung
Telepon FT (0717) 4260034, UBB (0717) 422145,
Laman www.sipil.ubb.ac.id

13. Jumlah semen yang digunakan


Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan dipoint 11 sehingga jumlah
semen yang digunakan sebesar 759,259 kg/m3
14. Faktor air semen yang disesuaikan
Dalam hal ini dapat diabaikan oleh karena syarat minimum kadar semen sudah
terpenuhi.
15. Penetapan jenis agregat halus
Pada pengujian bahan dilaboratorium dengan pengujian analisa saringan
agregat halus, didapatkan gradasi agregat halus masuk pada zona 3 (agak
halus) berdasarkan pada tabel 2.2.

100
90
Persen lolos saringan (%)

80
70
60
50 Batas Bawah
40 Data Pengujian
30
Batas Atas
20
10
0
0.1 1 10 100
Ukuran saringan (mm)

16. Persen agregat kasar


Denngan ukuran maksimum agregat 20 mm, nilai slump yang ditetapkan
sebesar 60-180 mm dan nilai fas sebesar 0,27 serta gradasi agregat halus
termasuk pada zona 3, Berdasarkan gambar 2.2 persen berat agregat halus
dapat ditentukan dengan batas atas sebesar 33% dan batas bawah sebesar 28%.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
Gedung Dharma Pendidikan, Kampus Universitas Bangka Belitung
Balunijuk, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepepulauan Bangka Belitung
Telepon FT (0717) 4260034, UBB (0717) 422145,
Laman www.sipil.ubb.ac.id

33

28

0,27

33 %+28 %
Persen berat agregat halus = = 30,5 %
2

17. Persen agregat kasar


Persen agregat kasar dapat dihitung langsung dengan cara total keseluruhan
agregat dikurang persen berat agregat halus.
Persen berat agregat kasar = 100% - 30,5% = 69,5 %
18. Berat jenis agregat campuran
Berat jenis agregat campuran dapat dihitung dengan persamaan (2.23)

kh kk
Bj camp = x bjh p + x bjk
100 100

36 64
= x 2, 49 + x 2,204
100 100

= 2,291 g/cm³
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
Gedung Dharma Pendidikan, Kampus Universitas Bangka Belitung
Balunijuk, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepepulauan Bangka Belitung
Telepon FT (0717) 4260034, UBB (0717) 422145,
Laman www.sipil.ubb.ac.id

20. Perkiraan berat beton


Perkiraan berat beton diperoleh dari gambar 2.3 sebesar 2140 kg/m3.

2140
2,291
205

21. Kadar agregat campuran


Kebutuhan agregat campuran dapat dihitung menggunakan persamaan (2.24).
Wagr.cap = Wbtn – Wair – Wsmn
= 2140– 205 – 759,259
= 1175,741 kg/m3
22. Kadar agregat halus
Kebutuhan agregat campuran dapat dihitung menggunakan persamaan (2.25).
Wagr.h = kh. Wagr.cap
= 30,5% . 1175,741
= 358,601 kg/m3
23. Kadar agregat kasar
Kebutuhan agregat campuran dapat dihitung menggunakan persamaan (2.26).
Wagr.k = kk. Wagr.cap
= 69,5 % . 1175,741
= 817,140 kg/m3
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL
Gedung Dharma Pendidikan, Kampus Universitas Bangka Belitung
Balunijuk, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepepulauan Bangka Belitung
Telepon FT (0717) 4260034, UBB (0717) 422145,
Laman www.sipil.ubb.ac.id

24. Proporsi campuran beton normal umur 28 hari


Benda uji pada penelitian ini berbentuk silinder berukuran diameter 150 mm
dan tinggi 300 mm.
Berikut hitungan volume dan proporsi campuran beton yang dibutuhkan:
a. Volume 1 silinder
1
V silinder = . π . d2. t
4

1
= . π . 0,152. 0,30
4

= 0,0053 m3

b. Penggunaan proporsi campuran untuk 3 silinder


- Berat semen = 0,0053 x 759,259 x 3 = 12,080 kg
- Berat air = 0,0053 x 205,000 x 3 = 3,262 lt
- Berat agregat halus = 0,0053 x 358,601 x 3 = 5,706 kg
- Berat agregat kasar = 0,0053 x 817,140 x 3 = 13,001 kg
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id

Lampiran 5.14
PERHITUNGAN KEBUTUHAN BAHAN TAMBAH BETON
Tanggal Perhitungan : 01 Februari 2021
Berat Sample :-
1. Bahan tambah serat limbah bubut besi (LBB) fas 0,45
Kebutuhan Serat/
0% Serat 5% Serat 7,5% Serat
1 silinder
Semen (kg) 2,416 2,416 2,416
Agregat kasar (kg) 5,275 5,275 5,275
Agregat halus (kg) 2,598 2,598 2,598
Air (lt) 1,087 1,087 1,087
Serat LBB (kg) 0,000 0,121 0,181

2. Bahan tambah serat limbah bubut besi (LBB) fas 0,27


Kebutuhan Serat/
0% Serat 5% Serat 7,5% Serat
1 silinder
Semen (kg) 4,027 4,027 4,027
Agregat kasar (kg) 4,334 4,334 4,334
Agregat halus (kg) 1,902 1,902 1,902
Air (lt) 1,087 1,087 1,087
Serat LBB (kg) 0,000 0,201 0,302

3. Bahan tambah metakaolin (MK) fas 0,45


Kebutuhan MK/
0% MK 5% MK 7,5% MK
1 silinder
Semen (kg) 2,416 2,416 2,416
Agregat kasar (kg) 5,275 5,275 5,275
Agregat halus (kg) 2,598 2,598 2,598
Air (lt) 1,087 1,087 1,087
Metakaolin (kg) 0,000 0,121 0,181
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id

4. Bahan tambah metakaolin (MK) fas 0,27


Kebutuhan MK/
0% MK 5% MK 7,5% MK
1 silinder
Semen (kg) 4,027 4,027 4,027
Agregat kasar (kg) 4,334 4,334 4,334
Agregat halus (kg) 1,902 1,902 1,902
Air (lt) 1,087 1,087 1,087
Serat LBB (kg) 0,000 0,201 0,302

5. Bahan tambah superplasticizer (SP) fas 0,45 dan 0,27


Kebutuhan SP 1,7%/
fas 0,45 fas 0,27
1 silinder
Semen (kg) 2,416 4,027
Agregat kasar (kg) 5,275 4,334
Agregat halus (kg) 2,598 1,902
Air (lt) 1,087 1,087
Superplasticizer (lt) 0,041 0,068
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id

Lampiran 5.15A
HASIL PENGUJIAN TEKAN BETON UMUR 7 HARI
SNI 03-1974-1990
Tinggi = 300 mm
Diameter = 150 mm
Luas = ¼ . π . d2
Fc’ = P/A

Hasil pengujian kuat tekan beton FAS 0,45


Gaya Kuat Kuat tekan
Kode Tanggal Tinggi Diameter Luas (A) Berat tekan tekan rata-rata
Jenis beton Umur
benda uji (P) (fc') (fc')
Pembuatan Pengujian mm mm mm² gram N MPa Mpa
298 149 17436,625 12555 750000 43,013
BN FAS
Normal 16/03/2021 23/03/2021 7 299 151 17907,864 12201 770000 42,998 42,440
0,45
300 150 17671,459 12247 730000 41,310
300 150 17671,459 12500 780000 44,139
MK 5%+ B5% FAS
17/03/2021 24/03/2021 7 298 149 17436,625 12259 790000 45,307 43,962
5 LBB % 0,45
300 150 17671,459 12479 750000 42,441
298 149 17436,625 12638 790000 45,307
MK 7,5%+ B7,5%
18/03/2021 25/03/2021 7 300 150 17671,459 12359 770000 43,573 44,347
7,5 LBB % FAS 0,45
298 149 17436,625 12493 770000 44,160
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id

Lampiran 5.15B
HASIL PENGUJIAN TEKAN BETON UMUR 7 HARI
SNI 03-1974-1990
Tinggi = 300 mm
Diameter = 150 mm
Luas = ¼ . π . d2
Fc’ = P/A

Hasil pengujian kuat tekan beton FAS 0,27


Gaya Kuat
Kuat tekan
Kode Tanggal Tinggi Diameter Luas (A) Berat tekan tekan
Jenis beton Umur rata-rata (fc')
benda uji (P) (fc')
Pembuatan Pengujian Mm Mm mm² gram N MPa MPa
298 149 17436,625 11950 770000 44,160
BN FAS
Normal 16/03/2021 23/03/2021 7 300 150 17671,459 11773 750000 43,573 43,200
0,27
298 149 17436,625 11755 755000 41,866
298 149 17436,625 12338 800000 45,880
MK 5% + 5 B5% FAS
17/03/2021 24/03/2021 7 299 151 17907,864 12252 830000 46,348 45,645
LBB % 0,27
300 150 17671,459 12150 790000 44,705
298 149 17436,625 12479 800000 45,880
MK 7,5% + 7,5 B7,5%
18/03/2021 25/03/2021 7 298 149 17436,625 12318 790000 45,307 46,218
LBB % FAS 0,27
299 151 17907,864 12287 850000 47,465
Lampiran 5.16A
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id

HASIL PENGUJIAN TEKAN BETON UMUR 28 HARI


SNI 03-1974-1990
Tinggi = 300 mm
Diameter = 150 mm
Luas = ¼ . π . d2
Fc’ = P/A

Hasil pengujian kuat tekan beton FAS 0,45


Gaya Kuat Kuat tekan
Tingg Diamete
Kode Tanggal Umu Luas (A) Berat tekan tekan rata-rata
Jenis beton i r
benda uji r (P) (fc') (fc')
Pembuatan Pengujian mm mm mm² gram N MPa Mpa
17436,62 1255 80000
298 149 45,880
5 5 0
BN FAS 13/04/202 17907,86 1220 77000
Normal 16/03/2021 28 299 151 42,998 44,150
0,45 1 4 1 0
17671,45 1224 77000
300 150 43,573
9 7 0
MK 5%+ B5% 17/03/2021 14/04/202 28 17907,86 1250 80000 45,660
299 151 44,673
5 LBB % FAS 1 4 0 0
0,45 17436,62 1225 83000
300 149 47,601
5 9 0
301 150 17671,45 1247 79000 44,705
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id

9 9 0
17671,45 1263 85000
299 150 48,100
9 8 0
B7,5%
MK 7,5%+ 15/04/202 17671,45 1235 83000
FAS 18/03/2021 28 301 150 46,968 46,983
7,5 LBB % 1 9 9 0
0,45
17436,62 1249 80000
298 149 45,880
5 3 0
Lampiran 5.16B
HASIL PENGUJIAN TEKAN BETON UMUR 28 HARI
SNI 03-1974-1990
Tinggi = 300 mm
Diameter = 150 mm
Luas = ¼ . π . d2
Fc’ = P/A

Hasil pengujian kuat tekan beton FAS 0,27


Gaya Kuat Kuat tekan
Kode Tanggal Tinggi Diameter Luas (A) Berat tekan tekan rata-rata
Jenis beton Umur
benda uji (P) (fc') (fc')
Pembuatan Pengujian mm mm mm² gram N MPa Mpa
Normal BN FAS 16/03/2021 13/04/2021 28 300 150 17671,459 12205 770000 43,573 45,851
0,27 298 150 17671,459 12214 850000 48,100
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id

298 149 17436,625 12123 800000 45,880


MK 5%+ 5 300 150 17671,459 12338 900000 50,930
B5%
LBB % + 17/03/2021 14/04/2021 28 299 151 17907,864 12252 790000 44,115 46,772
FAS 0,27
1,7% SP 300 150 17671,459 12150 800000 45,271
298 149 17436,625 12479 830000 47,601
MK 7,5%+ B7,5%
18/03/2021 15/04/2021 28 298 149 17436,625 12318 900000 51,615 48,894
7,5 LBB % FAS 0,27
299 151 17907,864 12287 850000 47,465

Lampiran 5.17A
HASIL PENGUJIAN TARIK BELAH BETON UMUR 7 HARI
SNI 03-2491-2002
Tinggi = 300 mm
Diameter = 150 mm
Luas = ¼ . π . d2
Ft = (2/ π) x (P/L.D)

Hasil pengujian kuat tekan beton FAS 0,45


Gaya Kuat Kuat tarik
Kode Tanggal Tinggi Diameter π.L.D (A) Berat tekan tarik rata-rata
Jenis beton Umur
benda uji (P) (fc') (fc')
Pembuatan Pengujian mm mm mm² gram N MPa Mpa
Normal BN FAS 23/03/2021 30/03/2021 7 300 149 1404,292 11950 190000 2,706 2,785
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id

299 151 1418,398 11773 200000 2,820


0,45
300 150 1413,717 11755 200000 2,829
300 150 1413,717 12338 200000 2,829
MK 5%+ 5 B5%
24/03/2021 31/03/2021 7 298 149 1394,930 12252 280000 4,015 3,413
LBB % FAS 0,45
300 150 1413,717 12150 240000 3,395
298 150 1404,292 12479 290000 4,130
MK 7,5%+ B7,5%
25/03/2021 01/04/2021 7 300 150 1413,717 12318 300000 4,244 4,121
7,5 LBB % FAS 0,45
300 149 1404,292 12287 280000 3,988
Lampiran 5.17B
HASIL PENGUJIAN TARIK BELAH BETON UMUR 7 HARI
SNI 03-2491-2002
Tinggi = 300 mm
Diameter = 150 mm
Luas = ¼ . π . d2
Ft = (2/ π) x (P/L.D)

Hasil pengujian kuat tekan beton FAS 0,27


Gaya Kuat Kuat tarik
Kode Tanggal Tinggi Diameter π.L.D (A) Berat tekan tarik rata-rata
Jenis beton Umur
benda uji (P) (fc') (fc')
Pembuatan Pengujian mm mm mm² gram N MPa Mpa
Normal BN FAS 23/03/2021 30/03/2021 7 301 149 1408,973 11950 180000 2,555 2,609
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id

300 150 1413,717 11773 180000 2,546


0,27
298 149 1394,930 11755 190000 2,724
301 150 1418,429 12338 300000 4,230
MK 5%+ 5 B5%
24/03/2021 31/03/2021 7 299 151 1418,398 12252 280000 3,948 3,999
LBB % FAS 0,27
300 150 1413,717 12150 270000 3,820
298 149 1394,930 12479 280000 4,015
MK 7,5%+ B7,5%
25/03/2021 01/04/2021 7 298 149 1394,930 12318 300000 4,301 4,041
7,5 LBB % FAS 0,27
299 151 1418,398 12287 270000 3,807
Lampiran 5.18A
HASIL PENGUJIAN TARIK BELAH BETON UMUR 28 HARI
SNI 03-2491-2002
Tinggi = 300 mm
Diameter = 150 mm
Luas = ¼ . π . d2
Ft = (2/ π) x (P/L.D)

Hasil pengujian kuat tekan beton FAS 0,45


Gaya Kuat Kuat tarik
Kode Tanggal Tinggi Diameter π.L.D (A) Berat tekan tarik rata-rata
Jenis beton Umur
benda uji (P) (fc') (fc')
Pembuatan Pengujian mm mm mm² gram N MPa Mpa
Normal BN FAS 30/03/2021 27/04/2021 28 298 150 1404,292 11950 250000 3,561 3,400
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id

299 151 1418,398 11773 230000 3,243


0,27
300 150 1413,717 11755 240000 3,395
299 151 1418,398 12338 295000 4,160
MK 5%+ 5 B5%
31/03/2021 28/04/2021 28 300 149 1404,292 12252 300000 4,273 4,127
LBB % FAS 0,27
301 150 1418,429 12150 280000 3,948
299 150 1409,004 12479 300000 4,258
MK 7,5%+ B7,5%
01/04/2021 29/04/2021 28 300 149 1404,292 12318 290000 4,130 4,220
7,5 LBB % FAS 0,27
300 149 1404,292 12287 300000 4,273
Lampiran 5.18B
HASIL PENGUJIAN TARIK BELAH BETON UMUR 28 HARI
SNI 03-2491-2002
Tinggi = 300 mm
Diameter = 150 mm
Luas = ¼ . π . d2
Ft = (2/ π) x (P/L.D)

Hasil pengujian kuat tekan beton FAS 0,27


Gaya Kuat Kuat tarik
Kode Tanggal Tinggi Diameter π.L.D (A) Berat tekan tarik rata-rata
Jenis beton Umur
benda uji (P) (fc') (fc')
Pembuatan Pengujian mm mm mm² gram kN MPa Mpa
Normal BN FAS 30/03/2021 27/04/2021 28 300 150 1413,717 11950 2400 3,395 3,180
DINAS PEKERJAAN UMUM & PENTAAN RUANG
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
LABORATORIUM PUPR PROV. BABEL
Komplek Perkantoran Terpadu Pemprov Kep. Bangka Belitung
Pangkalpinang, Kab. Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Telepon (0717) 4262141, Fax (0718) 4262142,
Laman pupr@babelprov.go.id

298 150 1404,292 11773 2300 3,276


0,27
298 149 1394,930 11755 2000 2,868
300 150 1413,717 12338 3000 4,244
MK 5%+ 5 B5%
31/03/2021 28/04/2021 28 299 151 1418,398 12252 3000 4,230 4,098
LBB % FAS 0,27
300 150 1413,717 12150 2700 3,820
298 149 1394,930 12479 2900 4,158
MK 7,5%+ B7,5%
01/04/2021 29/04/2021 28 298 149 1394,930 12318 2950 4,230 4,206
7,5 LBB % FAS 0,27
299 151 1418,398 12287 3000 4,230
LAMPIRAN 6
PENGUJIAN
KUAT TEKAN DAN KUAT
TARIK BELAH BETON
LAMPIRAN 6.1 Perawatan dan Pengujian Beton

1. Perendaman Benda Uji 2. Beton ditimbang serta diukur


diameter dan tinggi beton

3. Beton dipasang dialat uji tekan

4. Kondisi beton setelah di uji


LAMPIRAN 6.2 Pengujian Kuat Tekan Beton
LAMPIRAN 6.2.1 Pengujian Kuat Tekan Beton Normal Umur 7 Hari
dengan FAS 0,45
No. Kode
Benda Uji Besar Beban
(Pmkas= kN)
1. BN FAS
0,45
(I)

2. BN FAS
0,45
(II)

3. BN FAS
0,45
(III)
LAMPIRAN 6.2.2 Pengujian Kuat Tekan Beton Normal Umur 7 Hari
dengan FAS 0,27
No. Kode
Benda Uji Besar Beban
(Pmkas= kN)
1. BN FAS
0,27
(I)

2. BN FAS
0,27
(II)

3. BN FAS
0,27
(III)
LAMPIRAN 6.2.3 Pengujian Kuat Tekan Beton Normal Umur 28 Hari
dengan FAS 0,45
No. Kode Besar Beban
Benda Uji (Pmkas= kN)
1. BN FAS
0,45
(I)

2. BN FAS
0,45
(II)

3. BN FAS
0,45
(III)
LAMPIRAN 6.2.4 Pengujian Kuat Tekan Beton Normal Umur 28 Hari
dengan FAS 0,27
No. Kode Besar Beban
Benda Uji (Pmkas= kN)
1. BN FAS
0,27
(I)

2. BN FAS
0,27
(II)

3. BN FAS
0,27
(III)
LAMPIRAN 6.2.5 Pengujian Kuat Tekan Beton variasi MK 5% + LBB 5% + SP
1,7% Umur 7 hari dengan FAS 0,45
No. Kode Benda Besar Beban
Uji (Pmkas= kN)
1. B5% FAS
0,45
(I)

2. B5% FAS
0,45
(II)

3. B5% FAS
0,45
(III)
LAMPIRAN 6.2.6 Pengujian Kuat Tekan Beton variasi MK 5% + LBB 5% + SP
1,7% Umur 7 hari dengan FAS 0,27
No. Kode Besar Beban
Benda Uji (Pmkas= kN)
1. B5% FAS
0,27
(I)

2. B5% FAS
0,27
(II)

3. B5% FAS
0,27
(III)
LAMPIRAN 6.2.7 Pengujian Kuat Tekan Beton variasi MK 5% + LBB 5% + SP
1,7% Umur 28 hari dengan FAS 0,45
No. Kode Besar Beban
Benda Uji (Pmkas= kN)
1. B5% FAS
0,45
(I)

2. B5% FAS
0,45
(II)

3. B5% FAS
0,45
(III)
LAMPIRAN 6.2.8 Pengujian Kuat Tekan Beton variasi MK 5% + LBB 5% + SP
1,7% Umur 28 hari dengan FAS 0,27
No. Kode Besar Beban
Benda Uji (Pmkas= kN)
1. B5% FAS
0,27
(I)

2. B5% FAS
0,27
(II)

3. B5% FAS
0,27
(III)
LAMPIRAN 6.2.9 Pengujian Kuat Tekan Beton variasi MK 7,5% + LBB 7,5% +
SP 1,7% Umur 7 hari dengan FAS 0,45
No. Kode Besar Beban
Benda Uji (Pmkas= kN)
1. B7,5%
FAS 0,45
(I)

2. B7,5%
FAS 0,45
(II)

3. B7,5%
FAS 0,45
(III)
LAMPIRAN 6.2.10 Pengujian Kuat Tekan Beton variasi MK 7,5% + LBB 7,5%
+ SP 1,7% Umur 7 hari dengan FAS 0,27
No. Kode Besar Beban
Benda Uji (Pmkas= kN)
1. B7,5%
FAS 0,27
(I)

2. B7,5%
FAS 0,27
(II)

3. B7,5%
FAS 0,27
(III)
LAMPIRAN 6.2.11 Pengujian Kuat Tekan Beton variasi MK 7,5% + LBB 7,5%
+ SP 1,7% Umur 28 hari dengan FAS 0,45
No. Kode Besar Beban
Benda Uji (Pmkas= kN)
1. B7,5%
FAS 0,45
(I)

2. B7,5%
FAS 0,45
(II)

3. B7,5%
FAS 0,45
(III)
LAMPIRAN 6.2.12 Pengujian Kuat Tekan Beton variasi MK 7,5% + LBB 7,5%
+ SP 1,7% Umur 28 hari dengan FAS 0,27
No. Kode Besar Beban
Benda Uji (Pmkas= kN)
1. B7,5%
FAS 0,27
(I)

2. B7,5%
FAS 0,27
(II)

3. B7,5%
FAS 0,27
(III)
LAMPIRAN 6.3 Pengujian Kuat Tarik Belah Beton
LAMPIRAN 6.3.1 Pengujian kuat tarik belah beton normal umur 7 hari
dengan FAS 0,45
No. Kode Besar Beban
Benda Uji (Pmkas= kN)
1. BN FAS
0,45
(I)

2. BN FAS
0,45
(II)

3. BN FAS
0,45
(III)
LAMPIRAN 6.3.2 Pengujian kuat tarik belah beton normal umur 7 hari
dengan FAS 0,27
No. Kode Besar Beban
Benda Uji (Pmkas= kN)
1. BN FAS
0,27
(I)

2. BN FAS
0,27
(II)

3. BN FAS
0,27
(III)
LAMPIRAN 6.3.3 Pengujian kuat tarik belah beton normal umur 28 hari
dengan FAS 0,45
No. Kode Besar Beban
Benda Uji (Pmkas= kN)
1. BN FAS
0,45
(I)

2. BN FAS
0,45
(II)

3. BN FAS
0,45
(III)
LAMPIRAN 6.3.4 Pengujian kuat tarik belah beton normal umur 28 Hari
dengan FAS 0,27
No. Kode Besar Beban
Benda Uji (Pmkas= kN)
1. BN FAS
0,27
(I)

2. BN FAS
0,27
(II)

3. BN FAS
0,27
(III)
LAMPIRAN 6.3.5 Pengujian kuat tarik belah beton variasi MK 5% + LBB 5% +
SP 1,7% Umur 7 hari dengan FAS 0,45
No. Kode Besar Beban
Benda Uji (Pmkas= kN)
1. B5% FAS
0,45
(I)

2. B5%
FAS 0,45
(II)

3. B5%
FAS 0,45
(III)
LAMPIRAN 6.3.6 Pengujian kuat tarik belah beton variasi MK 5% + LBB 5% +
SP 1,7% Umur 7 hari dengan FAS 0,27
No. Kode Besar Beban
Benda Uji (Pmkas= kN)
1. B5%
FAS 0,27
(I)

2. B5%
FAS 0,27
(II)

3. B5%
FAS 0,27
(III)
LAMPIRAN 6.3.7 Pengujian kuat tarik belah beton variasi MK 5% + LBB 5% +
SP 1,7% umur 28 hari dengan FAS 0,45
No. Kode Besar Beban
Benda Uji (Pmkas= kN)
1. B5%
FAS 0,45
(I)

2. B5%
FAS 0,45
(II)

3. B5%
FAS 0,45
(III)
LAMPIRAN 6.3.8 Pengujian kuat tarik belah beton variasi MK 5% + LBB 5% +
SP 1,7% umur 28 hari dengan FAS 0,27
No. Kode Besar Beban
Benda Uji (Pmkas= kN)
1. B5%
FAS 0,27
(I)

2. B5%
FAS 0,27
(II)

3. B5%
FAS 0,27
(III)
LAMPIRAN 6.3.9 Pengujian kuat tarik belah beton variasi MK 7,5% + LBB
7,5% + SP 1,7% umur 7 hari dengan FAS 0,45
No. Kode Besar Beban
Benda Uji (Pmkas= kN)
1. B7,5%
FAS 0,45
(I)

2. B7,5%
FAS 0,45
(II)

3. B7,5%
FAS 0,45
(III)
LAMPIRAN 6.3.10 Pengujian kuat tarik belah beton variasi MK 7,5% + LBB
7,5% + SP 1,7% umur 7 hari dengan FAS 0,27
No. Kode Besar Beban
Benda Uji (Pmkas= kN)
1. B7,5%
FAS 0,27
(I)

2. B7,5%
FAS 0,27
(II)

3. B7,5%
FAS 0,27
(III)
LAMPIRAN 6.3.11 Pengujian kuat tarik belah beton variasi MK 7,5% + LBB
7,5% + SP 1,7% umur 28 hari dengan FAS 0,45
No. Kode Besar Beban
Benda Uji (Pmkas= kN)
1. B7,5%
FAS 0,45
(I)

2. B7,5%
FAS 0,45
(II)

3. B7,5%
FAS 0,45
(III)
LAMPIRAN 6.3.12 Pengujian kuat tarik belah beton variasi MK 7,5% + LBB
7,5% + SP 1,7% umur 28 hari dengan FAS 0,27
No. Kode Besar Beban
Benda Uji (Pmkas= kN)
1. B7,5%
FAS 0,27
(I)

2. B7,5%
FAS 0,27
(II)

3. B7,5%
FAS 0,27
(III)

Anda mungkin juga menyukai