ASKEP HAP Bu Detta
ASKEP HAP Bu Detta
Dosen Pembimbing
Bernadetta Indah Mustikawati.,SKM.,M.Kes
Oleh :
Kelompok 4
BAB 1
PENDAHULUAN
Kasus ini dihadapi oleh perawat keperawatan kritis ketika infeksi tersebut memperberat
kondisi penyakit yang serius atau menyebabkan gawat napas (Morton dkk, 2014).
didefinisikan sebagai infeksi paru-paru yang di mulai pada pasien yang belum di
intubasi dalam kurun waktu 48 jam setelah berada di ruang rawat intensif.
Pneumonia sering terjadi dan setiap tahunnya menyerang sekitar 1% dari seluruh
penduduk Amerika. Meskipun sudah ada kemajuan dalam bidang antibiotic, pneumonia
terjadi pada anak usia 2 bulan – 5 tahun, pada usia dibawah 2 bulan pneumonia berat
kuat pada dinding dada sebelah bawah kedalam. Pada usia 2 bulan sampai kurang dari 1
tahun, frekuensi pernafasan sebanyak 50 kali/menit dan pada usia 1 tahun sampai
2.1 Klasifikasi
yaitu dibedakan menjadi dua, HAP (Hospital Acquired Pneumonia) onset awal dan
terjadi sebelum hari kelima rawat inap (ATS, 1995) Pneumonia nosokomial onset
awal dibagi menjadi dua yaitu tanpa pemberian antibiotik sebelumnya dan dengan
aureus.
Acquired Pneumonia) yang terjadi pada hari rawat kelima atau lebih. HAP
pertama.
2.2 Etiologi
disebuah rumah sakit tertular infeksi yang berasal dari bakteri. Bakteri
tersebut bisa menulari pasien karena keteledoran staf rumah sakit dan tidak berjala
Kategori bakteri yang paling sering menjadi penyebab terjadinya infeksi HAP
banyak pasien yang rawat inap di rumah sakitmenderita penyakit yang serius
dengan sistem kekebalan yang lemah. Oleh karena itu, pasien rawat jalan
bertambah banyak dalam puluhan tahun terakhir.Hal ini membuat risiko penularan
tinggi.Penyebab lainnya adalah, sistem rumah sakit yang membuat staf kesehatan
berganti-ganti dari satu pasien ke pasien lainnya. Jika staf kesehatan tidak
menjaga kebersihan dirinya dengan baik, sistem ini akan menjadikan staf
Beberapa faktor di bawah ini bisa meningkatkan risiko pasien terkena infeksi HAP
7.Mengalami syok
2.3 Patofisiologi
sistem imunitas humoral dan seluler yang diperantarai oleh sel seperti fagosit,
baik itu makrofag alveolar maupun neutrofil. Interaksi antara faktor host dan
bagian atas sebagai titik awal yang berperanan penting dalam terjadinya HAP
Apabila bakteri dalam jumlah besar berhasil masuk ke dalam saluran napas
bagian bawah yang steril, maka pertahanan host yang gagal membersihkan
atas yiatu (orofaring, nasal, dan sinus) atau di lambung dan selanjutnya bakteri
virulensi bakteri (vili, silia, kapsul, atau produksi elastase atau musinase),
akibat gizi buruk, penurunan kesadaran, atau penyakit kritis), dan juga akibat
Pada orang normal, dengan pertahanan tubuh yang baik juga dapat
ditemukan bakteri gram negatif dalam jumlah yang sedikit sehingga mekanisme
tubuh dapat mengeliminasi bakteri tersebut. Pada orang dengan penyakit kritis
Gangguan
Bersihan jalan Peningkatan
pertukaran gas
napas tidak efektif suhu
:Hipertemi
penurunan ekspansi
paru
anoreksi
a
Intake kurang
Pola napas tidak
efektif
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
9
2.5 Komplikasi
1) Abses paru
2) Efusi pleura
3) Empiema
5) Bronkiektasis
d. Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan
broncodilator.
e. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat.
Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab yang
mempunyai spektrum sempit.
2.9 Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Klien yang mengalami retensi sekresi dan gangguan oksigenasi, seperti pneumonia
membutuhkan bantuan untuk mengencerkan atau mengeluarkan sekresi. Fisioterapi
dada mencakup tiga tehnik; drainase postural, perkusi dada dan vibrasi. Waktu
yang optimal untuk melakukan tehnik ini adalah sebelum klien makan dan
menjelang klien tidur malam.
b. Pada tehnik drainase postural, klien dibaringkan dalam berbagai posisi spesifik
untuk memudahkan drainase mukus dan sekresi dari bidang paru. Gaya gravitasi
digunakan untuk meningkatkan drainase sekresi. Perkusi dilakukan dengan kedua
telapak tangan anda yang membentuk “setengah bulan” dengan jari-jari tangan
anda rapat satu sama lain. Secara bergantian tepukkan telapak tangan anda tersebut
di atas dada klien. Instruksikan klien untuk membatukan dan mengeluarkan
sekresi. Tehnik vibrasi dilakukan dengan meletakkan telapak tangan anda dalam
posisi rata di atas dada klien dan menggetarkannya (Niluh Gede Yasmin, 2004:
74).
B. Penelatalaksaanan Medis
a. Klien diposisikan dalam keadaan fowler dengan sudut 45°. Kematian sering kali
berhubungan dengan hipotensi, hipoksia, aritmia kordis, dan penekanan susunan
saraf pusat, maka penting untuk dilakukan pengaturan keseimbangan cairan
elektrolit dan asam-basa dengan baik, pemberian O2 di alveoli-arteri, dan
mencegah hipoksia seluler. Pemberian O2 sebaiknya dalam konsentrasi yang tidak
beracun (PO240) untuk mempertahankan PO2arteri sekitar 60-70 mmHg dan juga
penting mengawasi pemeriksaan analisa gas darah.
b. Pemberian cairan intravena untuk IV line dan pemenuhan hidrasi tubuh untuk
mencegah penurunan volume cairan tubuh secara umum. Bronkodilator seperti
Aminofilin dapat diberikan untuk memperbaiki drainase sekret dan distribusi
ventilasi. Kadang-kadang mungkin timbul dilatasi lambung mendadak, terutama
15
jika pneumonia mengenai lobus bawah yang dapat menyebabkan hipotensi. Jika
hipotensi terjadi, segera atasi hipoksemia arteri dengan cara memperbaiki volume
intravaskular dan melakukan dekompresi lambung. Kalau hipotensi tidak dapat
diatasi, dapat dipasang kateter Swan-Ganz dan infus Dopamin (2-5µg/kg/menit).
Bila perlu dapat diberikan analgesik untuk mengatasi nyeri pleura.
c. Pemberian antibiotik terpilih, diberikan selama sekurang-kurangnya seminggu
sampai klien tidak mengalami sesak napas lagi selama tiga hari dan tidak ada
komplikasi lain. Klien dengan abses paru dan empiema memerlukan antibiotik
yang lama. Untuk klien yang alergi terdapat Penisilin dapat diberikan Eritromisin.
Tetrasiklin jarang digunakan untuk pneumonia karena banyak resisten.
d. Pemberian sefalosporin harus hati-hati untuk klien yang alergi terhadap Penisilin
karena dapat menyebabkan reaksi hipersensitif silang terutama dari tipe anafilaksis.
Dalam 12-36 jam, setelah pemberian penisilin, suhu, denyut nadi, frekuensi
pernafasan menurun serta nyeri pleura menghilang. Pada ±20% klien, demam
berlanjut sampai lebih dari 48 jam setelah obat dikonsumsi (Arif Muttaqin, 2008).
3. Pencegahan Pneumonia
bakteri di lambung.
Anjuran untuk berhenti merokok
Meningkatkan program vaksinasi S.pneumonia dan influenza
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Ny. W
Umur : 60 Tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Status Maritual : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Suku bangsa : Indonesia
Alamat : Sidoarjo
Tanggal Masuk : 10 November 2021
Tanggal Pengkajian : 21 November 2021
No. Register : 2324XX
Diagnosa medis : HAP + SLE
Genogram
20
: laki-laki
: perempuan
:meninggal
: pasien
-------- : tinggal serumah
a. Keadaan fisik
1) Kepala:
I: rambut berwarna hitam, kulit kepala tampak bersih, persebaran rambut merata
P: tidak ada nyeri tekan
2) Mata:
I: mata kanan dan kiri tampakk simetris, sclera mata anikterik, konjungtifa
ananemis, reflek pupil +│+
P: tidak ada nyeri tekan
3) Hidung:
I: lubang hidung kiri dan kanan simetris dengan keadaan bersih, tidak ada
pernapasan cuping hidung
P: tidak ada nyeri tekan pada semua sinus
4) Telinga:
I : bentu telinga simetris, keadaan teringa bersih
P : tidak ada nyeri tekan
5) Mulut:
21
I : mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis gigi bersih, tidak ada karies gigi,
lidah bersih
6) Leher:
I : tidak tampak ada pembesaran JVP
P : tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid dan pembuluh limfe, tidak teraba
nyeri tekan
7) Dada dan punggung :
I : bentuk dada normochest, pergerakan dada kiri dan kanan simetris, tidak
ada menggunakan otot bantu pernafasan, tidak ada kelainan tulang belakang
P : tidak teraba teraba benjolan, tidak teraba ada nyeri dada
P Paru-paru : sonor +│+
Jantung : dullness
A Paru-paru : bunyi napas melemah dan bunyi napas tambahan ronchi basah -
│+
Jantung : S1-S2 tunggal regular
8) Abdomen :
I : tidak ada lesi, tidak ada bekas luka maupun asites, tidak ada
hiperpigmentasi
A : bising usus 10 x/menit
P : tympani
P : tidak ada nyeri tekan
9) Genetalia :
I : tampak ada ulkus mole pada bagian vulva melebar hingga ke perineum
dengan diameter ±10cm
22
Darah Rutin
WBC 8700/uL 7300/uL
RBC 3,52 x 106/uL 3,22 x 106/uL
HGB 11.1 g/dL 9.8 g/dL
HCT 33,3 % 95 30,6 %
MCV fL 31,7 pg 95,0 fL 30,5
MCH 33,5 g/dL pg 32,1
MCHC 190.000/uL g/dL
PLT 74,4, % 180.000/uL
Neutrofil 14,6 % 71,4 %
Eosinofil 0,11 %
0,6 %
Basofil 0,7 %
Koagulasi:
PT: 11,3 detik
INR: 1,06
APTT: 21,6 detik
Kimia Darah:
GDS: 190
Kesan:
-Bronchopneumonia bilateral
-Cardiomegaly dengan dilatatio et elongatio aortae
IV. TERAPI
Paracetamol 1g/8jam/Intravena
Meropenem 1gr/8jam/intravena
Fluconazole 20mg/24jam/Intravena
Codein 10mg/8jam/oral
24
C. ANALISA DATA
Hipoksia
Fatigue
MK : INTOLERASI AKTIVITAS
MK : Hipertermi
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas d.d batuk tidak efektif (D.0001)
26
2. Intolerasi Aktivitas b.d ketidaksembiangan antara suplai dan kebutuhan oksigen d.d mengeluh lelah (D.0056)
3. Hipertermi b.d proses penyakir d.d suhu tubuh diatas normal (D.0130)
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan MANAJEMEN JALAN NAFAS
b.d hipersekresi jalan napas d.d 2 x 24 jam bersihan jalan nafas kembali Observasi
batuk tidak efektif (D.0001) efektif dengan kriterial hasil : 1.Monitor pola nafas( frekuensi,
napas
27
folwer
7. Lakukan suction
Edukasi
ml/hari
Kolaborasi
bronkodilator ekspetoran,
mukolitik.
saluran nafas
fowler
batuk efektif
melalui hidung
nafas
atau ekspektoran
ketidaksembiangan antara suplai 2x 24 jam toleransi aktivitas dengan 1. Identifikasi gangguan fungsi
secara bertahap
makanan
TERAPI AKTIVITAS
aktivitas
beraktivitas
okupasi
Hipertermi b.d proses penyakit Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manjemen Hipertermia
3. d.d suhu tubuh diatas normal 2x 24 jam suhu tubuh kembali normal 1.Identifikasi penyebab hipertermi
F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Kamis, 21 1 09.00 1. Memonitor ttv klien 12.00 S : Pasien mengatakan sesak nafas dan batuk berdahak
November TD : 130/80 mmHg O : k/u : cukup
2020 N : 84 x/menit
TD : 136/81 MmHg
Shift Pagi S : 38,9 C
RR : 24 x/menit RR : 20 x/menit
09.05 Spo2 : 98 x/ mnt N : 86x/menit
Terpasang nasal canul 4 lpm
S : 37,7
2. Membantu ADL pasien hasilnya sudah
di seka Terpasang nasal canul 4 lpm
09.10 3. Memberikan pengetahuan mengalami - Klien masih tampak gelisah
penyakitnya respon klien baik
- Klien mengatakan belum bisa BAB
10.00 4. Memberikan pengetahuan mengenai
penyebab sesak nafasnya hasilnya - Klien melakukan teknik batuk efektif
pasien masih belum paham - Klien berusaha menggerakkan kakinya
10.30 5. Mengajarkan untuk latihan batuk efektif - Klien kooperatif saat diberi obat
hasilnya pasien belum mengerti
6. Pemberian injeksi Paracetamol - Dahak berwarna kuning kental
1g/8jam/Intravena, Meropenem A: Bersihan jalan nafas tidak efektif belum teratasi
32
Kamis, 21 1 14.00 1. Observasi TTV 20.30 S : Pasien mengatakan sesak nafas, batuk berdahak dan
November TD: 139/82 mmHg badan terasa lemas
2020
S: 37,8 C O : k/u : cukup
Shift Sore
N: 90x/menit TD : 130/81 MmHg
RR:23x/menit RR : 23 x/menit
Terpasang nasal canul 4 lpm N : 86x/menit
15.00
2. Memberikan dorongan pada klien untuk S : 38,1
melakukan aktivitas sesuai kemampuan. Terpasang nasal canul 4 lpm
Hasilnya klien mendengarkan dan - Klien gelisah berkurang
masih belum bisa digerakan lebih lama - Klien kooperatif saat diberi obat
16.30 kekuatan otot 3343 A: Bersihan jalan nafas tidak efektif belum teratasi
5. Mengajarkan latihan miring kanan kiri. Intoleransi Aktifitas belum teratasi
Hasilnya klien berusaha mencoba Hipertermi Belum Teratasi
17.00 melakukan miring kanan dan kiri P : Intervensi dilanjutkan
6. Menganjurkan kepada klien untuk - Kaji ulang pernafasan dan TTV px
melakukan perawatan diri. Hasilnya - Lanjutkan teknik batuk efektif
klien sudah melakukan gosok gigi dan - Lanjutkan pemberian tx analgesik sesuai advice
diseka oleh keluarganya medis
18.00
7. Melakukan pemberian obat Inj
injeksi Paracetamol 1g/8jam/Intravena,
Meropenem 1gr/8jam/intravena,
Fluconazole 20mg/24jam/Intravena,
Codein 10mg/8jam/oral
19.00 8. Menganjurkan kembali aktivitas.
Hasilnya klien menggeserkan kakinya
RR : 23 x/menit RR : 23 x/menit
22.00 Spo2 : 98 x/ mnt N : 101 x/menit
Terpasang nasal canul 4 lpm
S : 37,2
2. Menganjurkan klien untuk istirahat
24.00 malam klien tampak istirahat Terpasang nasal canul 4 lpm
3. Pemberian injeksi - Klien melakukan teknik batuk efektif
Paracetamol 1g/8jam/Intravena,
- Klien berusaha menggerakkan kakinya
Meropenem 1gr/8jam/intravena,
04.00 Fluconazole 20mg/24jam/Intravena, - Klien kooperatif saat diberi obat
Codein 10mg/8jam/oral A: Bersihan jalan nafas tidak efektif belum teratasi
05.00 4. Mengajarkan teknik batuk efektif
Intoleransi Aktifitas belum teratasi
hasilnya keluarga sudah rutin
05.30 melakukannya Hipertermi Belum Teratasi
5. Memberikan tx diit sesuai anjuran gizi P : Intervensi dilanjutkan
6. Membantu ADL pasien hasilnya sudah - Kaji ulang pernafasan dan TTV px
06.00 di seka dan BAB sudah keluar banyak
7. Menganti linen klien - Lanjutkan teknik batuk efektif
07.00 8. Melakukan timbang terima dengan - Lanjutkan pemberian tx analgesik sesuai advice
dinas pagi medis
Jumat, 22 07.00 1. Melakukan observasi ttv + k/u pasien 13.00 S : Pasien mengatakan sesak nafas berkurang, masih batuk
November TD : 140/82 mmHg O : k/u : cukup
2020
N : 100 x/mnt TD : 141/81 MmHg
Shift Pagi
S : 37,1 RR : 22 x/menit
N : 89 x/menit
35
RR : 22 x/mnt S : 36,8 c
Spo2 : 98 x/ mnt Terpasang nasal canul 4 lpm
08.00
2. Mengkaji latihan batuk efektfi hasilnya - Klien melakukan teknik batuk efektif
klien sudah melakukan - Klien berusaha menggerakkan kakinya
3. Mengajarkan latihan miring kanan kiri. - Klien kooperatif saat diberi obat
Hasilnya klien sudah mencoba A: Bersihan jalan nafas tidak efektif belum teratasi
melakukan miring kanan dan kiri Intoleransi Aktifitas belum teratasi
08.30 4. Menganjurkan kepada klien untuk Hipertermi Teratasi sebagian
melakukan perawatan diri. Hasilnya P : Intervensi dilanjutkan
klien sudah diseka oleh keluarganya - Kaji ulang pernafasan dan TTV px
5. Menganjurkan kembali untuk latihan - Lanjutkan teknik batuk efektif
09.00 teknik relaksasi nafas dalam hasilnya - Lanjutkan pemberian tx analgesik sesuai advice
klien sudah melakukannya medis
6. Memberikan terapi inj
11.00 Paracetamol 1g/8jam/Intravena,
Meropenem 1gr/8jam/intravena,
Fluconazole 20mg/24jam/Intravena,
Codein 10mg/8jam/oral
12.00
7. Melakukan timbang terima pasien
dengan dinas sore
36
Jumat, 22 14.00 1. Melakukan timbang terima pasien dengan 20.30 S : Pasien mengatakan sesak nafas berkurang, batuk
November berkurang
dinas Pagi
2021
O : k/u : cukup
Shift Sore 14.30 2. Melakukan observasi ttv + k/u pasien
TD : 137/89 mmHg TD : 136/81 MmHg
N : 89x/mnt RR : 22 x/menit
N : 86 x/menit
S : 36,7
S : 36,9 c
RR : 22x/mnt
Terpasang nasal canul 4 lpm
Spo2 : 98 x/ mnt
- Klien melakukan teknik batuk efektif
15.00 3.Menanyakan kembali dalam melakukan
- Klien menggerakkan kakinya tampak latihan
latihan teknik batuk efektif dalam hasilnya
- Klien kooperatif saat diberi obat
sudah dilakukan lebih sering
A: Bersihan jalan nafas tidak efektif belum teratasi
16.00 5.Menganjukan untuk mobilisasi secara
Intoleransi Aktifitas belum teratasi
bertahap hasilnya sudah dilakukan Hipertermi Teratasi sebagian
17.00 6. Membantu ADL hasilnya klien sudah diseka P : Intervensi dilanjutkan
7.Memberikan terapi Inj - Kaji ulang pernafasan dan TTV px
Paracetamol 1g/8jam/Intravena, Meropenem - Lanjutkan teknik batuk efektif
1gr/8jam/intravena, Fluconazole - Lanjutkan pemberian tx analgesik sesuai advice
18.00
20mg/24jam/Intravena, Codein medis
10mg/8jam/oral
8. Melakukan observasi k/u klien hasilnya klien
37