9
10
aktivitas pada titik dan menciptakan jadwal proyek berdasarkan jalan terpanjang
melalui jaringan.
Meski sudah ada banyak manajer proyek selama berabad-abad, pengakuan
atas manajemen proyek sebagai suatu profesi baru muncul belakangan. Pada 1970-
an, individu dan organisasi mulai mengakui bahwa manajer proyek memerlukan
keahlian yang berbeda dengan manajer fungsional. Menjelang akhir 1990-an,
manajemen proyek secara umum diakui sebagai profesi.
Sebuah proyek memiliki 3 batasan yang saling terkait dalam menjalankan setiap
kegiatannya, yaitu (Soeharto, 2002) :
• Jadwal
Proyek memiliki batasan waktu tertentu, yaitu durasi waktu dimana mengatur
kapan proyek harus dimulai dan kapan proyek harus berakhir.
• Mutu
Produk atau jasa yang dihasilkan harus memenuhi spesifikasi dan kriteria
yang dipersyaratkan.
12
Ketiga batasan tersebut diatas bersifat tarik menarik. Artinya jika ingin
meningkatkan kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka umumnya
harus diikuti dengan meningkatkan mutu. Hal ini selanjutnya dapat berakibat
pada naiknya biaya sehingga melebihi anggaran. Sebaliknya jika ingin menekan
biaya, maka biasanya harus berkompromi dengan mutu atau jadwal (Soeharto, 2002).
2. Sesuai anggaran
4. Kualitas
5. Sumber daya
1. Pernyataan tujuan dan kebutuhan proyek ditulis secara jelas dan disepakati.
Gray dan Larson (2008) berpendapat pekerjaan proyek dapat dibagi menjadi
elemen-elemen yang lebih kecil. Hasil dari proses hierarkis ini disebut WBS. Dengan
penggunaan WBS ini maka semua produk dari elemen pekerjaan telah diidentifikasi,
untuk mengintegrasikan proyek dengan organisasi saat ini dan untuk membangun
basis pengendalian.
Santosa (2008) juga memaparkan bahwa pemecahan ini memudahkan
pembuatan penjadwalan proyek dan estimasi ongkos serta menentukan siapa yang
harus bertanggung jawab. Sampai sejauh mana pedoman harus dipecah tidak ada
pedoman yang baku. Sejauh pekerjaan itu sudah cukup mudah dilaksanakan, dapat
ditentukan waktu penyelesaiannya, sumber daya apa yang diperlukan dan biaya yang
diperlukan dapat dihitung, itu berarti sudah cukup memadai.
Tingkat Deskripsi
1 Proyek
2 Tugas
3 Subtugas
4 Paket Pekerjaan
Sumber : Santosa, 2008
1. Selama analisis WBS manajer fungsional dan personel akan terlibat dalam
pengerjaan WBS. Persetujuan mereka membantu memastikan tingkat akurasi
14
Metode yang pertama kali digunakan dalam penyusunan jadwal yaitu Bagan
Gantt (Gantt Charts) yang diberi nama sesuai dengan nama penemunya Henry L.
Gantt (Santosa, 2008). Adapun cara penyusunan penjadwalan proyek, yaitu dengan
mengurutkan setiap kegiatan yang berhubungan dengan waktu, dan digambarkan
sesuai batas waktunya. Namun Gantt Charts tidak bisa secara eksplisit menunjukkan
keterkaitan antar aktivitas dan bagaimana suatu aktivitas berakibat pada aktivitas lain
bila waktunya terlambat atau dipercepat, sehingga perlu dilakukan modifikasi
terhadap Gantt Charts. Oleh karena itu, dikembangkan teknik baru yang bisa
mengatasi kekurangan-kekurangan yang ada pada Gantt Charts. Teknik baru itu
dinamakan Network (Santosa, 2008).
No Aktivitas Minggu
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Aktivitas A
2 Aktivitas B
3 Aktivitas C
4 Aktivitas D
5 Aktivitas E
6 Aktivitas F
7 Dst
Baseline diperoleh dari informasi biaya dan durasi yang ada pada
database WBS dan data sekuensi waktu dari jaringan dan keputusan
penjadwalan proyek. WBS menentukan pekerjaan pada paket-paket
kerja yang terpisah yang berkaitan dengan deliverable dan unit
organisasi. Dari WBS, jadwal jaringan proyek digunakan untuk
time-phase semua pekerjaan, sumber daya, dan anggaran ke dalan satu
rencana baseline.
16
4. Mengambil tindakan
Gray and Larson berpendapat terdapat 8 aturan yang berlaku secara umum
ketika mengembangkan sebuah jaringan proyek (2008):
5. Nomor identifikasi sebuah aktivitas (ID) harus lebih besar dari semua
aktivitas yang mendahuluinya.
8. Ketika ada banyak start, dapat digunakan sebuah node start yang
umunya untuk mengindikasikan permulaan proyek pada jaringan.
Dengan cara yang sama,node akhir proyek tuggal dapat digunakan
untuk mengindikasikan akhir proyek.
20
Selain gambar aktivitas dan kegiatan di atas, maka terdapat pula aktivitas
semu (dummy) untuk memperjelas hubungan. Kegiatan semu berfungsi sebagai
penghubung yang tidak membutuhkan sumber daya maupun waktu penyelesaian
(Santosa, 2008). Dummy diperlukan bila sebuah jaringan mempunyai dua kegiatan
dengan kejadian mulai dan akhir yang sama. Aktivitas semu (dummy) juga
digambarkan sebagai anak panah putus-putus dan mempunyai waktu penyelesaian
nol (Heizer & Render, 2011).
21
• ES
Yaitu waktu paling awal suatu kegiatan (Earliest Start Time). Bila waktu
kegiatan dinyatakan atau berlangsung dalam hari, maka waktu ini adalah hari
paling awal kegiatan dimulai.
• EF
Yaitu waktu selesai paling awal suatu kegiatan (Earliest Finish Time). Bila
hanya ada satu kegiatan terdahulu, maka EF suatu kegiatan terdahulu
merupakan ES kegiatan berikutnya.
• LS
Yaitu waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai (Latest Allowable Start
Time), Waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat
proyek secara keseluruhan.
• LF
Yaitu waktu paling akhir kegiatan boleh selesai (Latest Allowable Finish
Time) tanpa memperlambat penyelesaian proyek.
22
Waktu bebas dari sebuah kegiatan, di mana waktu yang dimiliki oleh sebuah
kegiatan dapat diundur, tanpa menyebabkan keterlambatan proyek
keseluruhan (Heizer & Render, 2011).
• Free float adalah lamanya suatu tugas dapat mundur tanpa menunda tugas
berikutnya.
• Total float adalah lamanya suatu tugas dapat mundur tanpa menunda seluruh
proyek.
Dalam proyek sederhana, free float dan total float biasanya sama, tetapi
dalam proyek dengan beberapa jalur paralel, keduanya dapat berbeda secara
signifikan.
Jalur kritis merupakan suatu hal yang selalu menjadi perhatian dalam
penjadwalan proyek disamping umur proyek, karena terlambat atau tidaknya proyek
tergantung dari terlambat atau tidaknya kegiatan yang berada pada lintasan kritis itu
(Herjanto, 2007).
Kegiatan pada slack = 0 disebut sebagai kegiatan kritis dan berada pada jalur kritis.
Jalur kritis adalah jalur tidak terputus melalui jaringan proyek yang (Heizer
& Render, 2011) :
23
• Terdiri dari hanya kegiatan kritis (yaitu kegiatan yang tidak memiliki
waktu slack)
Program evaluation and review technique (PERT) dan chritical path method
(CPM) dikembangkan di tahun 1950-an untuk membantu para manajer membuat
penjadwalan , memonitor, dan mengendalikan proyek besar dan complex. Meskipun
pada dasarnya terdapat persamaan pendekatan antara metode CPM dengan metode
PERT, namun keduanya memiliki perbedaan yang mendasar dalam mengestimasi
waktu kegiatan (Render, Stair, dan Hanna, 2011).
CPM dan PERT keduanya memiliki enam langkah sebagai berikut (Heizer &
Render, 2011):
PERT memiliki banyak kesamaan dengan CPM. Seperti dalam CPM , PERT
menggunakan teknik diagram AOA/AON (Ervianto, 2007). Metode PERT
merupakan teknik dengan menggunakan probabilitas, yaitu yang memungkinkan
24
untuk merumuskan probabilitas yang dapat terjadi pada estimasi waktu yang
berbeda-beda. Terdapat tiga jenis estimasi waktu untuk setiap kegiatan dalam PERT,
yaitu ( Heizer dan Rander, 2011):
1. Waktu optimis (optimistic time) (a).
Waktu yang dibutuhkan oleh sebuah kegiatan jika semua hal berlangsung
sesuai rencana. Dalam memperkirakan nilai ini, biasanya terdapat peluang
terkecil (katakanlah, 1/100) bahwa waktu kegiatan akan < a
t = (a + 4m + b)/6
keterangan :
hal ini berarti waktu realistis (m) diberikan bobot empat kali lipat daripada waktu
optimis (a) dan waktu pesimis (b). Waktu perkiraan t dihitung menggunakan
persamaan diatas untuk setiap kegiatan yang digunakan pada jaringan proyek untuk
menghitung semua waktu terdahulu dan terakhir.
25
Contoh :
Maka:
• varians kegiatan f :
= 0,11+0,11+0,11+0,44+1+1,78
= 3,55
26
Z = ࢞ – ࣆ /࣌
Dimana :
Z = Probabilitas
1. Earliest start time (ES) : Yaitu waktu tercepat untuk memulai suatu
27
kegiatan.
kegiatan.
3. Latest start time (LS) : Yaitu waktu terlama untuk dapat memulai
suatu kegiatan
Wajar bagi seorang manajer proyek menghadapi salah satu situasi berikut
(Heizer & Render, 2011):
1. Proyek tertinggal dari jadwal yang telah ditetapkan
Dalam situasi manapun, beberapa atau semua kegiatan yang ada harus dipercepat
untuk menyelesaiakan proyek pada batas waktu yang diinginkan. Proses di mana kita
ingin memperpendek jangka waktu suatu proyek dengan biaya paling rendah disebut
sebagai crashing proyek. Seberapa banyak sebuah kegiatan bisa diperpendek
(perbedaan antara waktu normal dan waktu crash) bergantung pada kegiatannya,
mungkin juga terdapat kegiatan yang tidak dapat diperpendek sama sekali.
Percepatan waktu proyek seringkali bertujuan untuk memperoleh biaya total yang
minimum atau terkadang bertujuan untuk mengejar suatu momen tertentu (Herjanto,
2007).
Demikian pula biaya crashing sebuah kegiatan tergantung pada sifat proyek tersebut.
Biasanya lebih disukai percepatan sebuah proyek dengan biaya tambahan yang
paling sedikit. Karenanya, kita memilih kegiatan mana yang dilakukan crash, dan
seberapa banyak , harus memastikan hal berikut ( Heizer & Render, 2011):
Langkah 1 : Hitung biaya crash per minggu (atau satuan waktu lain) untuk setiap
kegiatan dalam jaringan. Jika biaya crash linear menurut waktu, maka
rumus berikut dapat digunakan :
Langkah 3 : Jika hanya ada satu jalur kritis, pilihlah kegiatan jalur kritis yang (a)
masih bisa dilakukan crash dan (b) mempunyai biaya crash terkecil
per preiode. Jika terdapat lebih dari satu jalur kritis ,maka pilih satu
kegiatan dari setiap jalur kritis sedemikian rupa sehingga (a) setiap
kegiatan yang dipilih masih bisa dilakukan crash dan (b) biaya crash
total per periode dari semua kegiatan yang dipilih merupakan yan
terkecil. Crash setiap kegiatan dengan satu periode.
Langkah 4 : Perbaharui semua waktu kegiatan. Jika waktu kegiatan yang diinginkan
telah tercapai berhenti. Jika tidak, kembali ke langkah 2.
Telah dijelaskan sebelumnya mengenai metode PERT dan CPM, berikut ini
perbedaan antara PERT dan CPM :
29
No CPM PERT
1 Deterministik, satu angka Probabilitas, tiga angka