Anda di halaman 1dari 3

Lukisan Gua

Lukisan gua adalah coretan, lukisan, atau cap yang terdapat di dinding gua atau tebing yang dibuat oleh
orang-orang purba sebagai medium untuk menyampaikan pesan atau catatan-catatan peristiwa. Bentuk
visual yang terdapat di dinding-dinding gua merupakan alat komunikasi antarmanusia pada zaman
dahulu.

SEJARAH
Gambaran-gambaran gua yang dianggap cukup lama sebagai yang tertua ditemukan di Gua El
Castillo Cantabria, Spanyol. Namun penghitungan yang dilakukan terhadap cap-cap tangan di
gua-gua kawasan karst Leang Leang, Bantimurung, Maros, yang diumumkan tahun 2014,
memberikan usia yang serupa, pada kisaran 40 000 tahun. Lukisan figur tertua adalah lukisan
babi di Gua Timpuseng, kawasan karst Leang Leang pula (35 000 tahun), sedikit lebih tua
daripada lukisan di Gua Chauvet (Prancis) dan di Gua Coliboaia (Rumania) yang berusia 30 000
sampai 32 000 tahun.
Makna yang pasti lukisan-lukisan gua dari Zaman Batu Tua (Paleolitikum) ini tidak diketahui.
Petunjuk-petunjuk menunjukkan bahwa fungsinya bukan sekadar dekorasi ruang tinggal, karena
gua tersebut tidak memiliki tanda-tanda sebagai tempat tinggal tetap. Selain itu, guanya berada di
daerah yang tidak mudah diakses. Ada teori yang menyatakan bahwa lukisan gua ini sebagai cara
berkomunikasi dengan orang lain; teori lain menganggapnya sebagai sarana pemujaan atau
upacara tertentu.
Tema/gambaran yang paling umum dalam lukisan gua adalah hewan-hewan liar besar, seperti
bison, kuda, aurochs (moyang liar dari sapi Eropa), dan rusa, serta jiplakan (cap) tangan manusia
yang dibubuhi pola-pola abstrak, yang disebut galur-salju jari. Spesies hewan-hewan tersebut
cocok untuk perburuan oleh manusia, tetapi belum tentu ditemukan sebagai deposit tulang.
Misalnya pelukis-pelukis dari Gua Lascaux meninggalkan sisa-sisa tulang rusa, tetapi spesies ini
tidak muncul sama sekali dalam lukisan gua di sana, malahan kuda adalah yang paling umum
digambarkan. Gambar manusia umumnya langka dan biasanya lebih skematik daripada gambar
yang lebih rinci dan naturalistik dari gambar hewan. Satu penjelasan untuk ini mungkin bahwa
lukisan realistis bentuk manusia. Pigmen pewarna yang digunakan meliputi oker merah dan
kuning, hematit, oksida mangan dan arang. Kadang-kadang siluet hewan itu menorehkan batu
pertama, dan dalam beberapa gua semua atau banyak gambar hanya terukir dalam mode ini,
membawa mereka agak keluar dari definisi yang ketat dari lukisan gua.
Demikian pula, hewan besar juga mata pelajaran yang paling umum dalam tulang diukir dan
terukir banyak kecil atau gading, lebih jarang batu, potongan yang berasal dari periode yang
sama. Tapi ini termasuk kelompok patung-patung Venus, yang tidak memiliki setara nyata dalam
lukisan gua.
Lukisan gua di Indonesia
Gambar, cap/jiplakan, atau lukisan gua di Indonesia sampai saat ini ditemukan di Kalimantan
(pegunungan kawasan Sangkulirang dan Pegunungan Meratus), Sulawesi (Maros dan
Pangkajene di Sulawesi Selatan serta di Sulawesi Tenggara), Maluku (Pulau Seram dan
Kepulauan Kei), dan Papua Barat (Teluk Speelman dan Kokas).

Makna Warna
Penemuan di lima tempat berlainan dekar Ramasokat, ditemukan lukisan pada dinding karang
yang terdiri dari dua kelompok yang berlainan. Pertama, kelompok lukisan dengan warna merah
yang sudah rusak, Kedua adalah lukisan berwarna putih dengan keadaan masih baik. Menurut
pendapat Roder, lukisan ini mengindikasikan bahwa warna ini mengindikasikan tua mudanya
lukisan. Roder, berpendapat bahwa lukisan yang berwarna merah lebih tua dari lukisan yang
berwarna putih. Lukisan-lukisan ini berupa cap tangan, gambar kadal, manusia dengan perisai,
dan orang dalam keadaan sikap jongkok sambil mengangkat tangan, yang semuanya berwarna
merah. Sedangkan lukisan yang berwarna putih adalah lukisan-lukisan yang berupa lukisan
burung dan perahu

Nilai-Nilai
Sebagaimana telah disebut pada bagian atas bahwa lukisan yang terdapat pada dinding gua-gua
di Sulawesi Selatan tidak hanya cap tangan. Namun, demikian yang sangat menarik perhatian
para peneliti prasejarah adalah cap tangan. Kosasih. mengatakan bahwa tujuan pembuatan
lukisan itu ada kaitannya dengan kepercayaan mereka (bersifat religius). Artinya, karya seni
tersebut dibuat tidak terkait langsung dengan tujuan artistik (menambah keindahan suatu objek
yang dilukis), tetapi suatu usaha untuk dapat berkomunikasi dengan kekuatan supranatural. Oleh
karena itu, para peneliti memperkirakan bahwa ide melukis dinding gua pada awalnya
merupakan suatu permohonan kepada kekuatan tertentu agar apa yang dikehendaki dapat
tercapai, sesuai dengan apa yang dilukis. Mengenai lukisan cap tangan itu sendiri, Van Heekeren
.mengatakan bahwa lukisan itu ada hubungannya dengan upacara kematian dan kehidupan di

alam lain (kehidupan setelah mati). Lebih jauh, Van Heekeren, dengan menggunakan studi
etnoarchaelogy, mengaitkan antara cap tangan dan religi. Ia menyatakan bahwa cap tangan
menggambarkan suatu perjalanan arwah yang telah meninggal yang sedang meraba-raba menuju
ke alam arwah. Selain itu, cap tangan juga merupakan suatu tanda belasungkawa dari orang-
orang yang dekat dengan yang mati. Umumnya lukisan yang ada di dinding gua-gua yang
terdapat di Sulawesi Selatan berada pada tempat yang sulit dijangkau oleh tangan manusia
(mendekati atap gua), sebagaimana yang terdapat di gua Leang-leang (Kabupaten Maros) dan
gua Garunggung (Kabupaten Pangkep).
 Sympathetic magic, yakni keyakinan akan adanya keuatan dalam berburu (hanting
magic), dan keyakinan akan adanya kekuatan dalam aspek kesuburan (fertility magic).
Lukisan yang dapat dilihat berdasarkan Sympathetic Magic yang ada di kepulauan
Maluku adalah lukisan yang ada di Di Kampung Dudumahan, pantai utara Pulau Nuhu
Rowa. Salah satu lukisannya dianggap unik adalah pola manusia berjenis kelamin wanita
dengan alat kelamin mencolok. Dari sini berdasarkan Sympathetic Magic bisa dikatakan
berhubungan dengan masalah kesuburan. Kesuburuan menjadi salah satu harapan
manusia dalam hidupnya, manusia selalu mencari kesuburan baik dari segi alam maupun
kelahiran. Kesuburan ini menjadi salah satu indikator manusia mampu bertahan hidup di
dunia.
 Rites magic yaitu kekuatan gambar-gambar binatang dan manusia dalam satu ritual
upacara magis. Berusaha lukisan-lukisan dari rites magic dimana manusia selalu
mengadakan ritual-ritual upacara yang berhubungan dengan sebuah keyakinan kepada
sang pencipta. Luksian gua yang menggambarkan tentang rites magic terdapat dalam gua
Pulau Seram dan Kepulauan Kei, di gua ini banyak gambar-gambar manusia, binatang,
matahari dll. Pembuatan lukisan ini menunjukan bahwa manusia pada masa itu berusaha
untuk menujukan tingkat kecerdasan kemampuan mereka dalam melaksanakan
kepercayaannya. Kepercayaan merupakan sebuh dasarnya suatu sikap yang ditunjukkan
oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai
kebenaran. Kepercayaan ini menjadi sebuah landasan manusia untuk menjalankan
hidupnya, maka untuk itu manusia pada masa itu berusaha untuk mengabadikan hal-hal
yang berhubungan dengan sebuah kepercayaan masyarakat.
Semua yang digambarkan dalam lukisan gua pada masa prasejarah merupakan sebuah bentuk
refleksi dari kehidupan yang di jalani pada masanya. Kehidupan mereka selalu tergantung pada
alam dan alam merupakan tempat bagi mereka untuk menggantukan hidupnya. Gua sebagai
tempat mereka berteduh dan beristirahat atau sebagai tempat tinggal dijadikan sebuah sebagai
salah satu tempat untuk mengekpresikan perjalanan hidup. Lukisan ini merupakan sebuah
perwakilan kata-kata manusia pada masa itu yang ingin disampaikan kepada segenap
masyarakatnya dan akhirnya menjadi bukti bagi manusia sekarang untuk mempelajarinya
sekaligus merupakan inspirasi bagi seniman-seniman lukis untuk membuat sebuah karya lukisan
dalam bentuk dan bahan yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai