Disusun Oleh :
Nama : Delvia Rohmaliyanti
NPM : 1910111650
Kelas : 6 SA-2
Prodi : S1 Akuntansi
1
Pertimbangan Sehat. Maksudnya, mengandung unsur kehati-hatian saat
melakukan pertimbangan.
Kelangkapan. Maksudnya, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap.
Dapat Dibandingkan. Maksudnya, bisa membandingkan antar periode
indentifikasi tren.
Tepat Waktu. Maksudnya, disediakan dalam jangka waktu pengambilan.
Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat. Maksudnya, harus
mempertimbangkan keseimbangan antara biaya dan manfaat.
Prinsip pervasif Prinsip ini merupakan prinsip pengakuan dan pengukuran yang
berpengaruh luas. Prinsip ini memiliki pertimbangan terhadap perlakuan akuntansi.
Peristiwa atau kondisi tidak secara spesifik diatur dalam SAK-ETAP. Di dalam kondisi
ini, entitas harus mempertimbangkan informasi yang relevan dan andal. Sebelum
melakukan pertimbangan, entitas harus mempertimbangkan penerapan dari sumber
berdasarkan hierarki sebagai berikut: Persyaratan panduan dalam SAK-ETAP
berhubungan dengan isu serupa dan terkait. Definisi kriteria pengakuan dan konsep
pengukuran aset, liabilitas, pendapatan, serta beban dan prinsip pervasif. Suatu po
diakui sebagai aset, liabilitas, pendapatan, dan beban apabila memiliki kriteria sebagai
berikut: Memiliki kemungkinan manfaat ekonomi yang terkait dengan pos akan
mengalir dari atau ke dalam entitas. Pos punya nilai atau biaya yang bisa diukur dengan
andal.
2
pos-pos seperti laba rug entitas suatu periode, pendapatan serta beban yang diakui
langsung, komponen ekuitas yang berpegaruh kebijakan serta koreksi, dan komponen
ekuitas yang rekonsiliasi jumlahnya tercatat awal serta akhir. Laporan arus kas
menyajikan informasi historis kas dan setara kas. Kas dan setara kas adalah dua hal
yang berbeda. Kas adalah kas di bank. Sedangkan, setar kas adalah investasi jangka
pendek yang tidak memiliki tujuan investasi. Dalam laporan arus kas ini memiliki tiga
aktivitas yaitu operasi, investasi, dan pendanaan. Catatan atas laporan keuangan
memiliki informasi yang dimuat seperti dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi tertentu yang digunakan. Informasi lainnya seperti disyaratkan
dalam SAK-ETAP tapi tidak disajikan dalam laporan keuangan dan informasi tambahan
yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tapi relevan untuk memahami laporan
keuangan.
3
2.2 SAK EMKM
Dalam mengatasi masalah pelaporan keuangan pada UMKM, DSAK IAI pada tahun
2016 telah menyusun dan mengesahkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro,
Kecil, dan Menengah (SAK EMKM). SAK EMKM merupakan standar akuntansi
keuangan yang berdiri sendiri yang dapat digunakan oleh entitas yang memenuhi
definisi entitas tanpa akuntabilitas publik yang signifikan sebagaimana yang diatur
dalam SAK ETAP dan karakteristik dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang berlaku aktif mulai 1 Januari 2018.
Disusun berdasarkan asumsi dasar akrual dan kelangsungan usaha seperti entitas bisnis
umumnya. Kebanyakan pelaku UMKM belum mengerti dan belum memahami betul
tentang pembuatan laporan keuangan serta pentingnya sebuah laporan keuangan untuk
usaha mereka. Oleh karena itu, IAI menyusun standar yang sesuai dengan para pelaku
UMKM agar memudahkan mereka dalam penyusunan laporan keuangan.
Menurut standar yang ditetapkan oleh IAI, syarat penyajian Laporan Keuangan UMKM
harus bersifat relevan, lengkap, bisa dipahami, dan komparatif. Sesuai dengan peraturan
SAK EMKM, minimal UMKM harus membuat tiga jenis laporan keuangan, yaitu
laporan posisi keuangan, laba rugi, dan CALK. Standar ini sesuai dengan ruang lingkup
untuk digunakan oleh entitas yang tidak menerbitan laporan keuangan untuk tujuan
umum. Fakta yang terjadi dilapangan, tingkat kebutuhan SAK EMKM bagi UMKM
masih tergolong rendah karena dirasa memberatkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
SAK EMKM secara eksplisit mendeskripsikan konsep entitas bisnis sebagai salah satu
asumsi dasarnya dan oleh karena itu untuk dapat menyusun laporan keuangan
berdasarkan SAK EMKM, entitas harus dapat memisahkan kekayaan pribadi pemilik
dengan kekayaan dan hasil usaha entitas tersebut, dan antara suatu usaha/entitas dengan
usaha/entitas lainnya.
4
Jika dibandingkan dengan SAK lainnya, SAK EMKM merupakan standar yang dibuat
sederhana karena mengatur transaksi umum yang dilakukan oleh EMKM dan dasar
pengukurannya murni menggunakan biaya historis sehingga EMKM cukup mencatat
aset dan liabilitasnya sebesar biaya perolehannya. Entitas yang memenuhi persyaratan
menggunakan SAK EMKM ini tetap perlu mempertimbangkan apakah ketentuan yang
diatur dalam SAK EMKM ini telah sesuai dan memenuhi kebutuhan pelaporan
keuangan entitas tersebut. Oleh karena itu, entitas perlu mempertimbangkan kerangka
pelaporan keuangan yang akan diterapkan, apakah berdasarkan SAK EMKM atau SAK
lainnya, dengan memperhatikan kemudahan yang ditawarkan dalam SAK EMKM, dan
kebutuhan informasi pengguna laporan keuangan entitas tersebut.