1. Ayat 51 َواَل تَجْ َعلُوْ ا َم َع هّٰللا ِ اِ ٰلهًا ٰاخ ََر ۗ اِنِّ ْي لَـ ُك ْم ِّم ْنهُ نَ ِذ ْي ٌر ُّمبِي ٌْن "Dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain selain Allah. Sungguh, aku seorang pemberi peringatan yang jelas dari Allah untukmu." Kata َم َعbermakna bersama. Janganlah kalian menjadikan Tuhan yang lain bersama Allah. Artinya janganlah berbuat kesyirikan. Ayat ini menguatkan makna syirik yang bermakna menyembah Allah dan menyembah selain Allah. Maka jika diterjemahkan menjadi ‘janganlah kalian mempersekutukan Allah’. Mempersekutukan artinya adalah menyembah Allah dan menyembah selain Allah. Itulah hakekat kesyirikan. Jika ada orang yang menyembah kepada Allah dan juga beribadah kepada jin atau kepada wali. Maka, perbuatannya disebut dengan syirik dan pelakunya adalah musyrik. Maka bersegeralah taat kepada Allah. Jangan kalian jadikan tuhan yang lain bersama Allah. Sesungguhnya aku adalah utusan Allah sebagai pemberi peringatan yang jelas tentang akibat syirik. 2. Ayat 52 ك َم ۤا اَتَى الَّ ِذ ْينَ ِم ْن قَ ْبلِ ِه ْم ِّم ْن َّرسُوْ ٍل اِاَّل قَا لُوْ ا َسا ِح ٌر اَوْ َمجْ نُوْ ٌن َ ِ َك ٰذل "Demikianlah setiap kali seorang rasul yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, mereka (kaumnya) pasti mengatakan, "Dia itu pesihir atau orang gila." Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa kaum Quraisy mendustakan Muhammad saw, dengan menuduh bahwa Muhammad saw itu tukang sihir atau orang gila. Demikian juga halnya umat-umat terdahulu telah mendustakan Rasul mereka. Mereka telah mengatakan seperti kata-kata yang dilontarkan oleh kaum kafir Mekah itu. Hal itu bukanlah suatu hal yang baru dalam kisah umat manusia. Semua Rasul itu telah didustakan dan disakiti, akan tetapi Rasul-rasul tersebut bersabar hingga datangnya pertolongan Allah. Ayat ini sebagai penghibur hati Rasulullah atas segala penderitaan yang dialaminya akibat penolakan kafir Mekah. Mereka telah menjadi angkuh dengan hal-hal kebendaan yang merupakan nikmat yang mengagungkan mereka. Mereka terpedaya oleh penundaan azab Tuhan kepada mereka. Maka segala peringatan dan nasihat tidak bermanfaat bagi mereka. 3. Ayat 53 َصوْ ا بِ ٖه ۚ بَلْ هُ ْم قَوْ ٌم طَا ُغوْ ن َ اَتَ َوا "Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu. Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas." Dalam ayat ini Allah mencela orang-orang kafir itu dengan mengatakan, “Apakah orang-orang yang kafir terdahulu itu telah berpesan kepada yang kemudian dari mereka untuk mendustakan Muhammad saw dan mereka datang kemudian betul-betul menerima dan mengikuti saran tersebut?” Mereka sesungguhnya adalah kaum yang durhaka yang melampaui batas dalam pelanggaran-pelanggaran ketentuan agama dan akal. Kedurhakaan mereka itulah yang merupakan tali pengikat antara orang-orang yang terdahulu dengan orang-orang kemudian yang seolah-olah memanifestasikan adanya pesan tersebut. 4. Ayat 54 فَتَ َو َّل َع ْنهُ ْم فَ َم ۤا اَ ْنتَ بِ َملُوْ ٍم "Maka berpalinglah engkau dari mereka, dan engkau sama sekali tidak tercela." Muhammad saw diperintahkan Allah agar berpaling dari mereka, dan Allah menerangkan bahwa ia tidak tercela karena Dia tidak membebani Rasulullah untuk mengislamkan semua kaum kafir Mekah. Tugasnya hanyalah melakukan dakwah dan ini telah dilakukannya. 5. Ayat 55 ََّو َذ ِّكرْ فَا ِ َّن ال ِّذ ْك ٰرى تَ ْنفَ ُع ْال ُمْؤ ِمنِ ْين "Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin." Ayat ini memerintahkan kepada Muhammad saw agar tetap memberikan peringatan dan nasihat, karena peringatan dan nasihat itu akan bermanfaat bagi orang yang hatinya siap menerima petunjuk. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abu Hatim, dan Baihaqi bahwa ‘Ali bin Abu Thalib berkata, “Setelah diturunkan ayat 54 tersebut yaitu tatkala Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw untuk me-malingkan diri, maka setiap orang menyangka akan datang malapetaka yang akan menimpa. Maka turunlah ayat 55 ini, dan legalah perasaan dan lapanglah dada kami. 6. Ayat 56 َ ت ْال ِج َّن َوا اْل ِ ْن س اِاَّل لِيَ ْعبُ ُدوْ ِن ُ َو َما َخلَ ْق "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidaklah menjadikan jin dan manusia melainkan untuk mengenal-Nya dan agar menyembah-Nya. Dalam kaitan ini Allah swt berfirman: ٣١ َ ٓاَل اِ ٰلهَ اِاَّل ه ۗ َُو ُسب ْٰحنَهٗ َع َّما يُ ْش ِر ُكوْ ن َو َمٓا اُ ِمر ُْٓوا اِاَّل لِيَ ْعبُد ُْٓوا اِ ٰلهًا وَّا ِحد ًۚا Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada tuhan selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan. (at-Taubah/9: 31) ;Pendapat tersebut sama dengan pendapat az-Zajjāj, tetapi ahli tafsir yang lain berpendapat bahwa maksud ayat tersebut ialah bahwa Allah tidak menjadikan jin dan manusia kecuali untuk tunduk kepada- Nya dan untuk merendahkan diri. Maka setiap makhluk, baik jin atau manusia wajib tunduk kepada peraturan Tuhan, merendahkan diri terhadap kehendak-Nya. Menerima apa yang Dia takdirkan, mereka dijadikan atas kehendak-Nya dan diberi rezeki sesuai dengan apa yang telah Dia tentukan. Tak seorang pun yang dapat memberikan manfaat atau mendatangkan mudarat karena kesemuanya adalah dengan kehendak Allah.