Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MANAJEMEN KELAS

“FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEEFEKTIFAN MANAJEMEN KELAS”

DOSEN PENGAMPU: EVI RAHAYU, M.Pd.I.

OLEH:

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-KIFAYAH

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kepada Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Faktor-faktor
Penentu Keefektifan Manajemen Kelas” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di
dalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Evi Rahayu, M.Pd.I selaku dosen
pengampu mata kuliah Manajemen Kelas yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai faktor-faktor penentu keefektifan manajemen kelas. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun para pembaca.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Pekanbaru, Oktober 2022

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

COVER ..........................................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................
C. Rumusan Masala........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. ...................................................................................................................
B. ..................................................................................................................
C. ..................................................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................
...................................................................................................................
10
B. Saran..........................................................................................................
...................................................................................................................
10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Guru merupakan komponen pembelajaran yang memegang peranan penting
karena keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh guru dalam melaksanakan
tugasnya sebagai penyampai materi kepada siswa. Pembelajaran akan berhasiljika
interaksi pembelajaran guru terhadap siswa lancar.Ketidaklancaran pembelajaranakan
membawa akibat terhadap pesan yang diberikan guru. Adakalanya pesan tersebut
berhasil disampaikan dan terkadang mengalami hambatan. Guru hendaknya dapat
mengelola kondisi kelas secara baik untuk mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi
selama proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang terjadi dalam kelas perlu
dipertimbangkan, direncanakan dan dikelola dengan baik dalam usaha meningkatkan
keberhasilan proses belajar mengajar. Manajemen kelas merupakan faktor penting
dalam mensukseskan kegiatan belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang diupayakan
seorang guru untuk menciptakan suasana dan situasi kelas yang kondusif dalam setiap
kegiatan pembelajaran sangat vital adanya. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan
usaha-usaha dalam manajemen kelas untuk mengoptimalkan sumber daya kelas pada
saat pandemi bagi siswa sekolah dasar dalam upaya menjaga bahkan meningkatkan
efektivitas kegiatan pembelajaran.
Faktor yang mempengaruhi manajemen kelas antara lain : 1.) Guru; 2) Peserta
didik; 3) Wali murid 4) Fasilitas. Dari keempat faktor tersebut sangat menentukan
terbentuknya manajemen kelas yang efektif. Indikator keberhasilan pengelolaan kelas
sendiri  antara lain : 1) Terciptanya lingkungan belajar yang kondusif, tertib, disiplin
dan bergairah ; 2) adanya hubungan yang baik antara siswa dan guru maupun guru
dan siswa secara interpersonal. Pendekatan guru terhadap murid dan wali murid
menjadi lebih vital lagi. Penggunaan platform digital yang menyesuaikan dengan
kemampuan literasi digital sebagian besar pengguna yang terlibat dalam kegiatan
pembelajaran dan juga bantuan pemerintah berupa kuota dapat membantu dalam

kegiatan pembelajaran daring pada saat pandemi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang akan
dibahas oleh penulis dalam makalah ini adalah:
1. Apa faktor-faktor yang menentukan keefektifan manajemen kelas?
2. Bagaimanakah faktor-faktor penentu tersebut dapat mempengaruhi keefektifan
manajemen kelas?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah di atas, maka penulis mempunyai tujuan
sebagai berikut:
1. Mengetahui faktor-faktor keefektifan manajemen kelas
2. Mengetahui bagaimana faktor-faktor penentu dapat mempengaruhi keefektifan
manajemen kelas
BAB II
PEMBAHASAN

A. Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Kelas

Kelas dapat dipandang dari dua sudut yaitu dalam arti sempit (tradisional ) dimana
kelas dilihat sebatas ruangan tempat sejumlah murid belajar. Sedangkan dalam arti luas
(modern) yaitu suatu masyarakat kecil dari sekolah yang terorganisir menjadi unit kerja
sistem belajar mengajar dengan orientasi pencapaian tujuan.

Secara umum faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas dibagi menjadi dua
golongan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern siswa.(Djamarah 2006:184). Faktor intern
siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian siswa dengan
ciri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya secara
individual. Perbedaan secara individual ini dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan biologis,
intelektual, dan psikologis.

Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan
siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa di kelas
akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah siswa di kelas, misalnya dua puluh
orang ke atas akan cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya semakin sedikit jumlah
siswa di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik.

Sehubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa, adapula faktor


yang mempengaruhi dalam manajemen suatu kelas. Berhasilnya manajemen kelas dalam
memberikan dukungan terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang akan dicapai, banyak
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut melekat pada kondisi fisik kelas dan
pendukungnya, juga dipengaruhi oleh faktor non fisik (sosio- emosional) yang melekat pada
guru. Untuk mewujudkan pengelolaan kelas yang baik, dan beberapa faktor yang
mempengaruhi antara lain :

1. Kurikulum

Kurikulum kaitannya dengan pengelolaan kelas seperti pengertian diatas haruslah di rancang
sebagai jumlah pengalaman edukatif yang menjadi tanggung jawab sekolah dalam membantu
anak-anak mencapai tujuan pendidikannya, yang diselenggarakan secara berencana dan
terarah serta terorganisir, karena kegiatan kelas bukan sekedar dipusatkan pada penyampaian
sejumlah materi pelajaran atau pengetahuan yang bersifat intelektualistik, akan tetapi juga
memperhatikan aspek pembentukan pribadi, baik sebagai makhluk individual dan makhluk
sosial maupun sebagai makhluk yang bermoral.

Pada sekolah dasar dirancangkan untuk untuk memungkinkan diselenggarakannya


kegiatan kelas dalam memenuhi kebutuhan melakukan eksplorasi dan eksperimentasi guna
memberikan pengalaman intelektual dan sosial yang terpadu dalam rangka realisasi diri. Oleh
karena itu disamping aspek materi pengetahuan diperlukan program kelas untuk memenuhi
perbedaan minat bakat dan kemampuan murid. Program tersebut dapat dilakukan melalui
aspek-aspek kependidikan dibidang kesenian termasuk kesejahteraan keluarga, teknik,
olahraga, kepramukaan dan kesehatan pada kelas-kelas terakhir sekolah menengah tingkat
atas programnya harus dirancangkan untuk membantu anak-anak mewujudkan diri dalam
memasuki masyarakat sebagai orang dewasa. Program itu antara lain harus diarahkan untuk
memberikan keterampilan tertentu guna memasuki lapangan kerja tingkat menengah atas
disamping program untuk mempersiapkan para remaja agar menjadi warga Negara yang
memahami dan mampu menjalankan hak dan kewajibannya.

2. Komponen-komponen Belajar

Ada 5 komponen dalam belajar, dibawah ini akan diuraikan satu persatu:

Tujuan

Tujuan adalah target hasil yang ingin dicapai. Seseorang atau sebuah lembaga atau
pun juga suatu organisasi yang mempunyai perencanaan kedepan pasti mempunyai sebuah
target atau tujuan yang akan di capai. Karena adanya rencana diakibatkan karena adanya
tujuan yang ingin dicapai. Begitupun dengan pembelajaran disekolah mempunyai tujuan
tersendiri. Tujuan dalam belajar bersifat normatif, artinya tujuan belajar berpusat pada
perubahan perilaku siswa sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Materi

Materi ialah bahan yang akan diajarkan atau disampaikan kepada audien. Materi
pelajaran yang diterima siswa harus mampu merespon dan mengantisipasi setiap
perkembangan yang akan terjadi dimasa depan. Artinya materi yang diajarkan bisa
bermanfaat bagi kelangsungan siswa dimasa depan. Nana Sudjana (2000) menjelaskan ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan materi pelajaran, diantaranya :

a. Materi pelajaran harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan

b. Materi pelajaran yang ditulis dalam perencanaan hanya secara garis besarnya saja

c. Menetapkan materi harus sesuai dengan urutan tujuan

d. Urutan materi hendaknya memperhatikan kesinambungan

e. Materi disusun dari yang sederhana menuju yang kompleks

f. Sifat materi pelajaran ada yang faktual ada yang konseptual

Strategi

Strategi bisa diartikan sebagai cara, siasat atau metode yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan. Metode dalam pengajaran hendaklah bervariasi sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran tidak monoton dan
menjenuhkan.Tujuan dan materi yang baik belum tentu memberikan hasil yang baik tanpa
memilih dan menggunakan metode yang sesuai dengan tujuan dan materi pelajaran.

Media

Media adalah apa-apa yang digunakan atau fasilitas lainnya yang mendukung dalam
mencapai tujuan. Dwyer (1967) mengatakan :”belajar yang sempurna hanya dapat tercapai
jika menggunakan bahan-bahan audio-visual yang mendekati realitas.

Evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan mengoreksi, mengumpulkan informasi mengenai hasil


kegiatan belajar yang telah dilaksanakan guna mengetahui sampai sejauh mana tingkat
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

3. Gedung dan Sarana Kelas / Sekolah (Kondisi Fisik)


Perencanaan dalam membangun sebuah gedung untuk sebuah sekolah berkenaan
dengan jumlah dan luas setiap ruangan, letak dan dekorasinya yang harus disesuaikan dengan
kurikulum yang dipergunakan. Akan tetapi karena kurikulum selalu dapat berubah. Sedang
ruangan atau gedung bersifat permanen, maka diperlukan kreativitas dalam mengatur
pendayagunaan ruang / gedung yang bersedia berdasarkan kurikulum yang
dipergunakan.Dalam konteks ini kepandaian guru dalam pengelolaan kelas sangat
dibutuhkan.

Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil


pembelajaran. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal
mendukung meningkatnya intensitas proses pembelajaran dan mempunyai pengaruh positif
terhadap pencapaian tujuan pengajaran. Lingkungan fisik yang dimaksud meliputi:

a. Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar

b. Pengaturan tempat duduk

c. Ventilasi dan pengaturan cahaya

d. Pengaturan penyimpanan barang-barang

4. Guru

Hadari Nawawi menyatakan guru adalah orang yang bekerja dalam bidang pendidikan
dan pengajaran yang bertanggung jawab dalam membantu anak dalam mencapai kedewasaan
masing-masing. Guru dalam pengertian tersebut bukan sekedar berdiri didepan kelas untuk
menyampaikan materi atau pengetahuan tertentu, akan tetapi dalam keanggotaan masyarakat
yang harus aktif dan berjiwa bebas serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak
didiknya untuk menjadi anggota masyarakat sebagai orang dewasa.

Guru juga harus bisa juga menciptakan suasana dalam kelas agar terjadi interaksi
belajar mengajar yang dapat memotivasi sesuai untuk belajar dengan baik dan sungguh-
sungguh.

Kondisi sosio emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh besar terhadap
proses belajar mengajar, kegairahan siswa dan efektivitas tercapainya tujuan pengajaran.
Kondisi sosio-emosional itu meliputi:
• Sikap guru

Sikap dari seorang guru adalah salah satu faktor yang menentukan bagi
perkembangan jiwa anak didik selanjutnya. Karena siikap seorang guru tidak hanya dilihat
dalam waktu mengajar saja, tetapi juga dilihat tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-sehari
oleh anak didiknya. Mengingat pada saat ini banyak sikap dari seorang guru tidak lagi
mencerminkan sikapnya sebagai seorang pendidik karena adanya berbagai faktor yang
mestinya tidak terjadi dalam dunia pendidikan. karenanya masalah sikap guru dalam
mengajar perlu mendapat perhatian kita semua.

• Kepemimpinan Guru/Wali Kelas

Menurut Moekijat, yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah kemampuan untuk


menggerakkan orang-orang agar mengikutinya. Sondang S.P. Siagian memberikan definisi
tentang kepemimpinan tersebut adalah seni kemampuan mempengaruhi prilaku manusia dan
kemampuan mengendalikan orang-orang dalam organisasi agar prilaku mereka sesuai dengan
prilaku yang diinginkan pemimpin organisasi.

Selanjutnya Drs. Sarwoto mengatakan sukses tidaknya seorang pemimpin dalam


melaksanakan tugas kepemimpinan tidak ditentukan oleh tingkat keterampilan tehnis
(Tehnical Skill) yang dimilikinya akan tetapi lebih banyak ditentukan oleh keahliannya
menggerakkan orang lain untuk bekerja dengan baik (Managerial Skil).

Berkenaan guru/wali kelas dalam usahanya untuk mengelola kelas, maka


kepemimpinan kelas tersebut dapat diartikan sebagai kemampuan guru/wali kelas dalam
mempengaruhi atau mengendalikan kelas agar tercipta suasana kelas yang tertib kreatif dan
produktif bagi berlangsungnya proses belajar mengajar di dalam kelas.

Dalam usaha untuk mengendalikan kelas tersebut maka bermacam-macam cara dapat
dilakukan oleh guru/wali kelas tersebut. ada yang dengan cara keras. Murid yang tidak
mematuhi kehendak guru/wali kelas diberi hukuman atau sanksi. Segala sesuatunya
ditentukan oleh guru/wali kelas. Murid-murid melaksanakannya tanpa membantah.Adayang
dengan cara lunak. Segala sesuatunya diserahkan kepada kemauan atau kehendak murid dan
ada pula dengan cara demokratis artinya segala sesuatu yang menyangkut kelas sebelum
diputuskan dirundingkan terlebih dahulu dengan murid dan keputusan adalah kesepakatan
bersama antara guru dan murid.
Cara-cara yang dilakukan tersebut menggambarkan tentang tipe-tipe kepemimpinan yang
dilakukan oleh guru/wali kelas tersebut.

1. Kepemimpinan Guru/Wali Kelas yang bertipe Otoriter

Guru/wali kelas yang kepemimpinannya bertipe otoriter ini di dalam melaksanakan


kepemimpinannya bersikap keras. Segala sesuatunya ditentukan oleg guru/wali kelas tanpa
berkompromi dengan murid. Murid-murid harus mematuhi segala sesuatu yang ditetapkan
oleh guru/ wali kelas. Apabila murid-murid tidak melaksanakan ketentuan yang telah
digariskan oleh guru/wali kelas maka akan diberikan sanksi berupa hukuman. Kepatuhan
murid bukan karena kesadaran mereka, tetapi takut terhadap sanksi yang diberikan oleh
guru/wali kelas. Secara lahiriah memang murid-murid kelihatan menurut, tetapi secara
batiniah mereka terasa tertekan. Akibatnya guru dibenci oleh anak.

2. Kepemimpinan Guru/Wali Kelas yang bertipe Laizzes Faire

Kepemimpinan guru/wali kelas yang bertipe Laizzes Faire, di dalam melaksanakan


kepemimpinannya bersifat lunak. Segala sesuatunya diserahkan kepada murid-murid.
Guru/wali kelas hanya mengikuti kemauan atau kehendak murid-muridnya. Keputusan yang
diambil guru/wali kelas pada dasarnya adalah bukan keputusannya melainkan sebagai hasil
kesepakatan antara guru/wali kelas dengan murid. Karena guru/wali kelas bersikap lunak dan
menyerahkan segala sesuatunya kepada murid, maka guru/wali kelas kadang-kadang
dijadikan alat oleh murid-murid untuk memenuhi keinginannya. Guru/wali kelas dianggap
oleh murid-muridnya sebagai guru/wali kelas yang tidak berwibawa.

3. Kepemimpinan Guru/Wali Kelas yang bertipe Paterlistik

Kepemimpinan guru/wali kelas yang bertipe Paterlistrik, di dalam melaksanakan


kepemimpinannya selalu bersikap melindungi atau menolong murid-muridnya. Dalam segala
hal murid selalu dibantu. Guru/wali kelas selalu menganggap murid-muridnya tidak mampu
dalam menyelesaikan permasalahannya. Akibatnya inisiatif dan kreatifitas murid-murid tidak
berkembang. Murid-murid tidak pernah diserahkan tanggung jawab sepenuhnya dalam
melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Murid-murid tidak diberikan
kesempatan untuk mengembangkan dirinya. Guru/wali kelas selalu dianggap dirinya orang
yang superior.
4. Kepemimpinan Guru/Wali Kelas yang bertipe Demokratis

Kepemimpinan guru/wali kelas yang bertipe Demokratis, di dalam melaksanakan


tugas kepemimpinannya selalu didasarkan atas musyawarah. Segala sesuatunya ditentukan
antara guru/wali kelas dengan murid. Murid-murid selalu diikutsertakan dalam sesuatu hal
yang berkaitan dengan kelas. Murid-murid diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk
mengemukakan ide, pendapat dan saran. Guru/wali kelas selalu memperhatikan dan
mendengarkan segala sesuatu yang dikemukakan oleh murid-murid untuk kemudian
diputuskan sebagai hasil keputusan bersama.

Kepatuhan murid-murid terhadap apa yang telah digariskan oleh guru/wali kelas
bukan karena terpaksa tetapi atas kemauan atau kesadaran sendiri karena merasa ikut
bertanggung jawab terhadap keputusan tersebut sebagai keputusan bersama.

Di antara tipe-tipe kepemimpinan guru/wali kelas yang dikemukakan tersebut, maka


tipe kepemimpinan yang banyak dikembangkan adalah tipe kepemimpinan yang demokratis.
Tipe kepemimpinan ini lebih bersifat manusiawi karena baik guru/wali kelas maupun murid-
murid dipandang sebagai orang yang masing-masing mempunyai kekurangan dan
kelebihannya. Oleh karena itu murid-murid dibimbing dan diberi kesempatan seluas-luasnya
untuk berinisiatif, berkreatif dan mengemukakan pendapat.

Berdasarkan uraian-uraian diatas jelas bahwa jabatan guru sebagai suatu profesi tidak
saja mulia, karena berhubungan langsung dengan masalah pendewasaan anak-anak, akan
tetapi juga merupakan tugas yang cukup berat. Tugas yang mulia dan hanya dapat
diwujudkan oleh orang-orang yang memiliki kecintaan terhadap pekerjaan mendidik.

Suara guru

Sering suasana kelas dipengaruhi oleh sikap guru di muka kelas. Kelas menjadi
gaduh, kalau guru ragu-ragu dan kelas menjadi tenang kalau guru bersikap tegas dan
bijaksana. Bersikap tegas tidak sama denganbersikap keras, bersikap tegas berarti begini:
kalau guru menyuruh murid-muridnya supaya tenang, mereka harusmengindahkan
suruhannya. Kalau mereka belum tenang dan jangan mulai mengajar atau melanjutkan
pelajaran, kalaumurid-murid belum tenang sungguh-sungguh. Kalau masih ada murid-murid
yang bercanda, bercakap-cakap dan guruterus melanjutkan mengajar, maka percakapan itu
akan menjadi menjalar dan kelas akan menjadi gaduh. Karena itu peganglah teguh disiplin
kelas, berbicaralah dengan tenang dan tegas, jangan menganggap.
Pembinaan hubungan baik

Kondisi organisasional

Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik tingkat kelas maupun
tingkat sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Dengan kegiatan rutin yang
telah diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua siswa secara terbuka
sehingga jelas pula bagi mereka, akan menyebabkan tertanamnya pada diri setiap siswa
kebiasaan yang baik. Selain itu mereka akan terbiasa bertingkah laku secara teratur dan penuh
disiplin pada semua kegiatan yang bersifat rutin itu. Rutinitas kegiatan tersebut antara lain:

• Pergantian pelajaran

• Guru berhalangan hadir

• Masalah antar siswa

• Upacara bendera

• Kegiatan lainnya

Dengan hal demikian maka mereka akan terbiasa bertingkah laku secara teratur dan
penuh disiplin pada semua kegiatan yang bersifat rutin itu.

5. Murid

Murid sebagai unsur kelas memiliki perasaan kebersamaan (Sense Of kolektive)


merupakan kondisi yang sangat penting artinya bagi terciptanya kelas yang dinamis. Oleh
karena , setiap murid harus memiliki perasaan diterima (Sense of membershif) terhadap
kelasnya agar mampu ikut serta dalam kegiatan kelas. Perasaan inilah yang akan
menumbuhkan rasa tanggung jawab (Sense of respsibility) terhadap kelasnya. Sikap ini akan
tumbuh dengan baik apabila dilakukan tindakan-tindakan pengelolaan kelas sebagai berikut :

a. Setiap murid dilibatkan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan kegiatan kelas, guru
hanya sekedar memberi petunjuk dan bimbingan agar program atau kegiatannya sejalan
dengan kurikulum.

b. Murid diberi kesempatan dalam pembagian tugas-tugas untuk kepentingan kelas.


c. Bila guru atau wali kelas berhalangan, bagi dan serahkanlah kepercayaan berupa tanggung
jawab mengatur rumah tangga

d. Motivasi agar setiap murid selalu bersedia mengatur kelasnya melalui kegiatan rutin,
misalnya membersihkan kelas, papan tulis dan lain-lain.

e. Kembangkanlah kesediaan bekerjasama dalam setiap kegiatan.

f. Susunlah bersama murid tata tertib dan disiplin kelas serta bentuklah pengurus kelas yang
bekerja selama 1 tahun ajaran.

g. Doronglah agar murid secara terus menerus ikut memikirkan kegiatan kelas dan berani
mengusulkannya untuk dilaksanakan bersama didalam atau diluar kelas.

6. Dinamika Kelas

Kelas adalah kelompok sosial yang dinamis yang harus dipergunakan oleh setiap guru
kelas untuk kepentingan murid dalam proses kependidikannya. Dinamika kelas pada
dasarnya berarti kondisi kelas yang diliputi dorongan untuk aktif secara terarah yang
dikembangkan melalui kreativitas dan inisiatif murid sebagai suatu kelompok. Untuk itu
setiap wali atau guru kelas harus berusaha menyalurkan berbagai saran, pendapat, gagasan,
keterampilan, potensi dan energi yang dimiliki muridmenjadikegiatan-kegiatanyangberguna.

Dengan demikian kelas tidak akan berlangsung secara statis, rutin dan membosankan.
Kreativitas dan inisiatif yang baik perwujudannya tidak sekedar terbatas didalam kelas
sendiri, tetapi mungkin pula dilaksanakan bersama kelas-kelas yang lain atau oleh seluruh
kelas. Setiap kelas harus dilihat dari dua segi. Pertama, kelas sebagai satu unit atau satu
kesatuan utuh yang dapat mewujudkan kegiatan berdasarkan program masing-masing.
Kedua, kelas merupakan unit yang menjadi bagian dari sekolah sebagai suatu organisasi kerja
atau sebagai subsistem dari satu total sistem. Kedua sudut pandang itu harus sejalan dalam
arti semua kegiatan kelas yang dapat ditingkatkan menjadi kegiatan sekolah harus
dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi semua murid (Nawawi, 1989:130).

Indikator dari sebuah kelas yang tertib adalah sebagai berikut.


• Setiap siswa terus bekerja, tidak macet artinya tidak ada anak yang terhenti karena tidak
tahu ada tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan
padanya.

• Setiap siswa terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu artinya setiap siswa akan
bekerja secepatnya supaya lekas menyelesaikan tugas yang diberikan padanya.

7. Keluarga

Tingkah laku peserta didik di dalam kelas merupakan pencerminan keadaan


keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah laku peserta didik yang
agresif dan apatis. Problem klasik yang dihadapi guru memang banyak berasal dari
lingkungan keluarga. Kebiasaan yang kurang baik di lingkungan keluarga seperti tidak tertib,
tidak patuh pada disiplin, kebebasan yang berlebihan atau terlampau terkekang merupakan
latar belakang yang menyebabkan peserta didik melanggar di kelas.

8. Lingkungan Sekitar

Dalam hal lingkungan sekitar, maka yang dimaksud sendiri adalah masyarakat kelas
yang ada di sekitar kelas, yaitu kelas sebelah yang harus selalu di perhatikan agar selalu
kondusif, karena kalau kelas sebelah rebut, maka akan mengganggu konsentrasi kelas yang
dibimbing oleh seorang guru.

9. Administrasi Teknik

Kondisi administrasi teknik termasuk hal-hal berikut ini:

a. Daftar resensi

Daftar presensi guru dan siswa hendaknya dikelola sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu kegiatan belajar yang sedang berlangsung. Hendaknya diadakan pengecekan
secara periodik daftar presensi ini.

b. Ruang bimbingan siswa


Ruangan khusus hendaknya tersedia dan dapat digunakan untuk keperluan bimbingan
siswa yang dilakukan oleh guru, wali kelas, atau guru pembimbing di sekolah.

c. Tempat baca

Tempat baca yang dapat dimanfaatkan oleh para siswa pada waktu istirahat atau pada
waktu luang hendaknya tersedia, begitu pula tempat dan alat bermain yang edukatif.

d. Catatan pribadi siswa

Catatan pribadi siswa mempunyai peranan penting dalam hubungannya dengan


manajemen kelas, baik dalam rangka pencegahan maupun dalam rangka mengatasi tingkah
laku yang sudah terlanjur.
BAB III

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Blocher,Donald H. (1974). Developmental Counseling. New York: John Wiley &


Sons, Inc. Blocher,Donald H (1987) The Profession Counselor. New York:
Macmillan Publishing Company.

Erman Amti, Prayitno. 1997. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:


Depdikbud. http://saidaniahmad.blogspot.com/2012/12/makalah-bimbingan-
konseling-di-paudtk.html

Gladding T.Samuael (2009). The Counseling a Comprehensive Profession. New


Jersey: Pearson Education,Inc. http://effandi0009.blogspot.com/2011/11/bidang-
bimbingan-dan-konseling-di.html

Gysbers,N.C. & henderson,P. (2000). Developing and Managing your School


Guidance Program. (3rd ed.).Alexandria,VA: American Association.

Kartadinata, Sunaryo.   l992. Identifikasi Kebutuhan dan Masalah Perkembangan Murid


Sekolah Dasar dan Implikasinya bagi Layanan Bimbingan, IKIP Bandung, Laporan
Penelitian
Nurihsan, Juntika. 2005. Manajemen Bimbingan Konseling di SD Kurikulum 2004.
Jakarta: Gramedia Widiasaraan Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.Jakarta:Depdiknas
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2007 tentang Guru.Jakarta: Depdiknas
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. Jakarta: Depdiknas

Anda mungkin juga menyukai