Hubungan pelanggan terdiri dari beberapa intraksi pelanggan yang tidak disengaja.
Maksudnya disini adalah menekankan bahwa fakta hubungan pelanggan tidak
selalu dimulai dengan intaksi kedua antara pelanggan dan penyedia layanan. Jadi,
harus ada alasan untuk intraksi berikutnya atau intraksi berurutan. Bisa jadi intaksi
selanjutnya ini terjalin karena kepuasan dari penyedia layanan atau karena upaya
berulang dari penyedia layanan.
Bisa kita ambil contoh , ketika kita pertama kali mendatangi semua hotel maka
akan terjadi tahapan intraksi. Yang mana intraksi itu masing-masing berkaitan
dengan tahapan layanan hotel tersebut mulai dari kita check-in, penggunaan
kamar, mengunjungi restorannya dan lain-lain. Nah, disini tahapan intraksi
pertama akan menjadi acuan kita untuk melakukan intraksi selanjutnya melihat
dari fasilitas yang ditawarkan maupun layanannya. Ketika kita mengunjungi hotel
ini untuk yang kedua, bisa mengurangi biaya untuk hotel karena kita telah
mengetahui proses dan fasilitas hotel tersebut.
Dalam hubungan pelanggan ada pola umum yang tampaknya berlaku untuk setiap
hubungan pelanggan dimana hal ini dijelaskan dan diperlihatkan dalam siklus
hidup hubungan pelanggan. Menurut konsep ini, perkembangan setiap hubungan
pelanggan dapat digambarkan berdasarkan periode waktunya, yaitu tergantung
pada durasi hubungan. Mengikuti konsep ini, hubungan pelanggan dicirikan secara
berbeda pada awal hubungan dibandingkan dengan tahap selanjutnya.
Siklus hidup hubungan digambarkan dalam diagram dua dimensi (lihat Gambar
4.4). Diagram mewakili durasi hubungan pelanggan dan ordinat mencerminkan
intensitas hubungan. Intensitas hubungan dapat diukur dengan ukuran pra-ekonomi
- kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan, dan ukuran ekonomi - profitabilitas
pelanggan, nilai pelanggan. Hubungan pelanggan yang khas dimulai dengan
intensitas hubungan yang lebih rendah. Dalam perjalanan hubungan intensitas
meningkat dan pada tahap tertentu sebagian besar hubungan menjadi kurang
intensif karena berbagai alasan, misalnya kecenderungan individu untuk mencari
variasi, dengan mencari alternatif karena kebosanan. Kusus rata-rata hubungan
pelanggan untuk beberapa industri dianalisis dalam studi empiris, yang hasilnya
dijelaskan dalam gambar 4.1 halaman110
Jawaban:
Jawaban :
Beberapa perusahaan mengevaluasi data ini setiap tahun, bulan atau bahkan
mingguan. Setelah perusahaan memiliki data ini, mudah untuk mengukur
retensi pelanggan.
Ilustrasi berikut bisa menjelaskan lebih detil atas permasalahan tersebut. Jika Anda
memiliki 100 pelanggan dan kehilangan sepuluh pelanggan selama periode
setahun, maka tingkat defection rate Anda adalah 10 persen. Tapi bagaimana jika
pelanggan yang hilang ini memberikan kontribusi 25 persen terhadap pendapatan
perusahaan Anda? Apakah benar tingkat defection rate 25 persen? Perhitungan
akan lebih kompleks, manakala kita memasukkan pertimbangan kontribisi
keuntungan. Jika 10 persen dari pelanggan yang hilang tersebut menghasilkan 50
persen dari keuntungan perusahaan Anda, apakah masih valid kita mengatakan
bahwa tingkat defection rate 10 persen?
Hal yang sebaliknya, apa yang terjadi jika 10 persen dari kehilangan pelanggan
tersebut merupakan pelanggan yang memberikan kontribusi pembelian sangat
sedikit dan/atau memiliki biaya pelayanan yang sangat tinggi? Bisa jadi mereka
berkontribusi pendapatan perusahaan kurang dari 5 persen dan benar-benar
menghasilkan keuntungan negatif. Hilangnya beberapa pelanggan seperti ini
mungkin dapat meningkatkan kinerja keuntungan perusahaan.
Jawaban :
Tanpa pemahaman yang baik mengenai kepuasan pelanggan, sangatlah sulit untuk
membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan, jika kebutuhan dan
harapan mereka tidak dipahami dengan baik. Itulah mengapa pengelolah
hubungan pelanggan didasarkan pada pengetahuan pelanggan secara rinci.
Perusahaan yang tidak mampu melayani pelanggannya dengan baik, maka pesaing
Anda akan melayani pelanggan Anda dengan lebih baik.
Ada tiga bentuk program umum dari strategi meningkatkan retensi pelanggan:
program loyalitas, klub pelanggan, dan promosi penjualan.
Program loyalitas
Program ini menawarkan imbalan tambahan kepada pelanggan, baik imbalan yang
memberikan manfaat langsung maupun manfaat di masa mendatang. Dalam
program loyalitas ini, imbalan (reward) diberikan kepada pelanggan yang
melakukan belanja produk atau jasa perusahaan. Semakin besar nilai dan frekuensi
belanja tersebut, maka semakin besar imbalan yang diberikan ke pelanggan.
Contoh progam loyalitas adalah frequent flier programmes (FFP) yang diterapkan
di perusahaan maskapai penerbangan. FFP ini kini juga diterapkan di toko buku,
hotel, restauran, retailer, bahkan SPBU.
Klub pelanggan
Program loyalitas dan klub relatif berlaku tahan lama, sedangkan promosi
penjualan hanya menawarkan perangkat tambahan sementara untuk nilai
pelanggan. Contoh bentuk promosi penjualan: voucher dan rebate atau cash–back.
Bonding