Prioritas untuk reservasi, waktu check-in lebih awal, waktu check-out lebih panjang sampai
jam 2 siang, mendapatkan perhatian khusus yang membuat konsumen merasa sangat nyaman
tinggal di hotel. Jika program reward non-finansial tersebut sukses diterapkan, akan membuat
konsumen ingin kembali menggunakan jasa hotel lagi.
Salah satu tujuan pemberian reward adalah mempertahankan konsumen tetap menggunakan
jasa satu perusahaan dan masuk dalam preferensinya. Namun, program reward-based
umumnya mudah untuk ditiru sehingga tidak bisa dijadikan sebagai strategi keunggulan
bersaing. Ada beberapa strategi lain yang dapat mengikat konsumen lebih eratschingga dapat
mempertahankan keunggulan bersaing yaitu ikatan sosial dan customization.
1) Ikatan Sosial (social bond), merupakan ikatan yang terbentuk karena personal
relationship dengan penyedia jasa. Misal, konsumen biasanya mempunyai salon
favorit untuk merawat rambut karena merasa ada perhatian khusus yang diberikan
oleh karyawan di salon, terkadang pada saat kita lama tidak datang mereka bertanya "
.. kemana aja ... kok lama tidak datang ke salon kita .. " Relationship yang
dibangun secara personal dapat menciptakan ikatan yang kuat dengan konsumen.
Personal relationship bisa dibangun karena ada faktor kebanggaan dan prestise
sebagai bagian dari anggota klub, misal: klub alumni universitas X. Walaupun ikatan
sosial lebih sulit dibangun dibandingkan dengan ikatan finansial dan membutuhkan
waktu untuk mencapainya, ikatan ini dapat menjadi senjatan keunggulan
mengalahkan pesaing karena sulit ditiru.
2) Customization Bonds, ikatan ini dibangun pada saat penyedia jasa sukses
memberikan jasa yang customized (sangat personal) kepada konsumen yang loyal.
Misalnya, karyawan Starbuck didorong untuk mempelajari preferensi konsumen dan
memberikan pelayanan yang dapat memenuhi apa yang diinginkan konsumen. Jadi
intinya terjadi one-to-one marketing yang merupakan bentuk dari customization yang
mana setiap individu dilayani secara tersegmentasi. Hotel-hotel besar berusaha
mempelajari preferensi dari database konsumen yang dimiliki, sehingga pada saat
konsumen datang ke hotel dapat disediakan minuman dan makanan kecil yang disukai
di mini bar atau menyediakan surat kabar yang mereka inginbaca setiap pagi. Ikatan
ini akan membuat konsumen enggan untuk pindah ke penyedia jasa lain yang tidak
dapat memberikan jasa yang customize.
Gambar 6.10
Model ini terinspirasi dari tahapan loyalitas dari Jill Grifflin yang terdiri dari :
Suspect, Prospect, First Time Buyer, Repeat Buyer, Loyal Client dan menambahkan tahapan
Spiritual Advocate. Tahapan loyalitas dapat digunakan untuk memudahkan memahami
bagaimana perjalanan membangun konsumen loyal yang secara spiritual memberikan
advokasi kepada konsumen lain untuk menggunakan produk jasa perusahaan, bahkan
menjadi pembela merek dan tidak hanya membeli untuk dikonsumsi sendiri (loyal client).
Tahapan Loyalitas
Tahapan loyalitas
Suspect → suspect merupakan konsumen yang membeli produk untuk memenuhi kebutuhan.
Untuk dapat memilah secara efektif suspect ke dalam prospect, maka perusahaan harus
merancang strategi STP segmenting – targeting – positioning.
Marketing mix : produk jasa, harga, promosi/komunikasi dan distribusi, karyawan, proses,
bukti fisik
Sampai saat ini perusahaan semakin menyadari pentingnya membangun loyalitas terutama
yang dapat meningkatkan keuntungan jangka panjang. Menurut Kotler dan Keller (2009) ada
2 program loyalitas yang dapat ditawarkan perusahaan yaitu Frequence program (program
frekuensi) dan Club Membership Program (program pemasaran klub).