Loyalitas dapat diciptakan dengan menjaga image yang konsisten setiap saat melalui
beberapa cara seperti: menawarkan produk jasa yang berkualitas, mengkomunikasikan
secara jujur penawaran jasa, memberikan pelayanan yang memuaskan dan menciptakan keunggulan dibandingkan produk jasa lain. Hal ini tidak berarti setiap penyedia jasa perlu memposisikan diri sebagai highest service provider, terkait dengan kejujuran, integritas dan kepedulian sebagai modal perusahaan dalam membangun dan mempertahankan loyalitas. Membangun loyalitas konsumen tidak mudah, karena begitu banyak faktor yang mempengaruhi. Banyak perusahaan mengeluarkan dana besar menawarkan berbagai program loyalitas ternyata kurang berhasil dapat membangun loyalitas konsumen. Lovelock (2011) menjelaskan tiga strategi membangun loyalitas yaitu: 1) Membangun basis loyalitas Ada 4 tahapan membangun basis loyalitas, yaitu : a. Target konsumen yang spesifik Untuk dapat menentukan targeting yang mengarah pada konsumen sasaran dapat dilakukan dengan strategi segmentasi-targeting-positioning (STP). Segmentasi dilakukan untuk memilah pasar yang heterogen menjadi homogen yang diprediksi memiliki sikap, perilaku, selera yang sama. Dengan melakukan segmentasi, pelaku usaha akan lebih mudah menentukan karakteristik konsumen yang layak menjadi target sasaran. Targeting merupakan aktivitas setelah segmentasi untuk menentukan konsumen (prospek) yang dijadikan sasaran program pemasaran. Selanjutnya pelaku usaha perlu melakukan positioning sebagai cara untuk membangun kredibilitas merek di benak konsumen. Positioning berfungsi membantu konsumen membedakan produk jasa dengan pesaingnya. Dengan melakukan STP, perusahaan dapat menyesuaikan antara kapabilitas dan kekuatan perusahaan dengan kebutuhan/keinginan konsumen sehingga dapat menawarkan produk jasa yang unggul (superior) dibanding pesaing. b. Menciptakan nilai (value) bukan hanya volume Sebagian pelaku usaha lebih mengutamakan jumlah konsumen yang dapat dilayani tanpa memperhatikan nilai yang dirasakan setiap konsumen. Perusahaan harus dapat menentukan target konsumen yang paling tepat, konsumen yang hanya mau membeli dengan harga murah bagi pemasar bukan merupakan target yang baik. Konsumen yang merupakan heavy user yang membeli/menggunakan produk jasa dengan volume besar akan memberikan profit yang besar bagi perusahaan. Untuk itu perusahaan sebaiknya membangun relationship dengan konsumen heavy user dengan menawarkan produk jasa yang dapat memberikan value. Produk jasa yang mempunyai value di mata konsumen jika manfaat (benefit) yang dirasakan lebih besar dari pengorbanan (cost). c. Mengelola basis data konsumen Membangun relationship dengan konsumen merupakan pendekatan strategik untuk dapat mempertahankan konsumen. Mempertahankan konsumen dalam jangka panjang harus didasarkan mutual benefit antara kedua belah pihak (perusahaan dan konsumen). Usaha mempertahankan konsumen harus dikelola secara efektif dengan memilih konsumen secara spesifik yang ada di database. Zeithalm dkk (2013) mengkategorikan basis konsumen atas 4 tingkatan yaitu Lead, Iron, Gold dan Platinum yang menunjukkan perlunya dibangun hubungan (relationship) dari yang baik (good) sampai yang kurang baik (poor). Lead, kelompok konsumen (segmen) yang cenderung memberikan beban biaya bagi perusahaan terkait dengan waktu dan biaya. Segmen ini tidak memberikan return (pengembalian) yang besar seperti yang diinginkan perusahaan.
Iron, kelompok konsumen ini hanya sekedar memberikan skala ekonomi
bagi perusahaan, yang dapat memberikan margin yang menguntungkan. Tingkat bisnis yang dilakukan konsumen ini tidak cukup memberikan arti bagi perusahaan untuk memberikan perlakuan khusus
Gold, kelompok konsumen ini memberikan kontribusi profit yang cukup
menguntungkan bagi perusahaan. Mereka cenderung lebih sensitif terhadap harga dan mempunyai komitmen rendah terhadap perusahaan.
Platinum, kelompok konsumen ini biasanya jumlahnya sangat sedikit
pada database konsumen, namun mereka heavy user dan berkontribusi besar terhadap profit perusahaan. Konsumen platinum ini cenderung tidak sensitif terhadap harga namun mengharapkan pelayanan yang tinggi. d. Kepuasan konsumen dan kualitas jasa merupakan persyaratan penting loyalitas Beberapa hasil riset mengenai implementasi relationship marketing (pemasaran relasional) menunjukkan bahwa kualitas jasa berpengaruh terhadap kepuasan konsumen yang berdampak signifikan terhadap loyalitas. Hasil berbagai riset menjadi dasar pengembangan konsep yang dapat menunjukkan bahwa loyalitas sangat berkaitan dengan kepuasan konsumen. Konsumen yang sangat puas (delight) cenderung lebih loyal kepada perusahaan. Sebaliknya, konsumen yang tidak puas akan membuat mereka berpindah mengkonsumsi produk jasa perusahaan lain.
2) Strategi Membangun Ikatan Loyalitas dengan Konsumen
a. Menguatkan relationship dengan konsumen Ikatan yang kuat yang berdampak pada loyalitas dapat dibangun dengan menawarkan produk jasa yang bervariasi, misalnya dengan menawarkan one stop shopping yang memberikan penawaran berbagai produk jasa yang dapat digunakan konsumen. Pada saat ini industri perbankan menggunakan strategi ini dengan menawarkan beberapa produk jasa seperti: kredit perumahan, asuransi kesehatan, tabungan haji/umroh dll. b. Mendorong loyalitas dengan memberikan hadiah (finansial dan nonfinansial) Mengikat konsumen agar loyal kepada perusahaan dapat diterapkan dengan memberikan insentif berdasarkan frekuensi pembelian, nilai pembelian atau kombinasinya. Insentif yang diberikan berupa hadiah (reward) finansial dan non finansial.
c. Membangun ikatan dengan konsumen tingkat tinggi
Salah satu tujuan pemberian reward adalah mempertahankan konsumen tetap menggunakan jasa satu perusahaan dan masuk dalam preferensinya. Namun, program reward-based umumnya mudah untuk ditiru sehingga tidak bisa dijadikan sebagai strategi keunggulan bersaing. Ada beberapa strategi lain yang dapat mengikat konsumen lebih erat sehingga dapat mempertahankan keunggulan bersaing yaitu ikatan sosial dan customization.
3) Meminimalisasi perpindahan konsumen
a. Menganalisa penyebab perpindahan konsumen Adapun beberapa alasan konsumen pindah ke penyedia jasa lain, yaitu: Kegagalan jasa inti (Kesalahan rincian bill pembayaran) Kegagalan service encounter pada saat terjadi interaksi antara karyawan dan konsumen (tidak sopan, tidak peduli, kurang responsif, dan ketidakpahaman) Respons terhadap kegagalan jasa (negatif, tidak ada dan setengah hati/enggan) Berpindahnya konsumen berdampak negatif terhadap perusahaan seperti kerugian. Untuk itu penyedia jasa perlu secara reguler melakukan diagnosa penyebab konsumen pindah. b. Mengatasi penyebab konsumen pindah Dapat dilakukan dengan melakukan menawarkan jasa berkualitas, meminimalkan ketidaknyamanan, dapat menawarkan harga yang adil dan transparan.Penyeia jasa harus secara proaktif melakukan pengukuran untuk mempertahankan konsumen seperti melatih karyawan call-center yang selalu berhubungan langsung dengan kosnumen. c. Menerapkan penanganan masalah yang efektif dan menetapkan prosedur penanganan masalah Kedua hal ini penting unuk dapat memepertahankan konsumen yang kecewa agar tidak berpindah ke penyedia jasa lain. Cara yang dilakukan dengan memberikan kemudahan kepada konsumen untuk menyampaikan permasalahan kepada perusahaan, kemudian perusahaan harus dapat memberikan penanganan maslaah yang optimal.