Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENINGGALAN KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

Kelas IX B
Kelompok:
1. Ida Rahmawati (12)
2. Naura Candra Dewi (18)
3. Selvi Anggraini (23)
4. Zahra Nadia Dewantari (27)

SMP NEGERI 3 TRUCUK


TAHUN PELAJARAN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Peninggalan Kerajaan Islam di Indonesia”.
Dalam pembuatan laporan ini kami sebagai penulis ingin mengucapkan
terima kasih semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, segala kritik serta saran yang membangun dari para pembaca akan
penulis terima dengan lapang hati sehingga bisa menjadi sebuah pelajaran bagi
penulis agar kelak penulis dapat membuat dengan lebih baik lagi.
Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi masyarakat pada umumnya
dan pembaca pada khususnya.

Klaten, November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................. 1
BAB II PENINGGALAN KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA ........................ 3
A. Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai ............................................................ 3
B. Peninggalan Kerajaan Aceh ........................................................................... 5
C. Peninggalan Kerajaan Demak........................................................................ 6
D. Peninggalan Kerajaan Pajang ........................................................................ 8
E. Peninggalan Kerajaan Mataram Islam Abad 17-19 ..................................... 10
F. Peninggalan Kerajaan Banjar ...................................................................... 12
G. Peninggalan Kerajaan Gowa Tallo .............................................................. 13
H. Peninggalan Kerajaan Ternate ..................................................................... 15
I. Peninggalan Kerajaan Ternate ..................................................................... 17
BAB III PENUTUP............................................................................................... 19
A. Kesimpulan ................................................................................................... 19
B. Saran ............................................................................................................. 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Membahas seputar agama Islam di Indonesia memang tidak ada
habisnya. Paling tidak kita menjadi tahu bagaimana awal masuknya agama
Islam ke Nusantara serta perjuangan para penyebar di masanya.
Namun, tahukah kamu terlepas dari kisah betapa kerasnya perjuangan
penyebaran Islam di wilayah Nusantara ada beberapa peninggalan yang
menjadi bukti bahwa peninggalan tersebut adalah hasil dari budaya Islam pada
masanya.
Tidak dapat dipungkiri, kehadiran peninggalan kerajaan agama Islam di
Indonesia tidak bisa dilepaskan dari bumbu sejarah. Makalah kali ini akan
membahas tentang peninggalan kerajaan Islam di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa peninggalan Kerajaan Samudra Pasai ?
2. Apa peninggalan Kerajaan Aceh?
3. Apa peninggalan Kerajaan Demak?
4. Apa peninggalan Kerajaan Pajang?
5. Apa peninggalan Kerajaan Mataram Islam Abad 17-19?
6. Apa peninggalan Kerajaan Banjar?
7. Apa peninggalan Kerajaan Gowa Tallo?
8. Apa peninggalan Kerajaan Ternate?
9. Apa peninggalan Kerajaan Ternate?

C. Tujuan
1. Mengetahui peninggalan Kerajaan Samudra Pasai.
2. Mengetahui peninggalan Kerajaan Aceh.
3. Mengetahui peninggalan Kerajaan Demak.
4. Mengetahui peninggalan Kerajaan Pajang.
5. Mengetahui peninggalan Kerajaan Mataram Islam Abad 17-19.

1
6. Mengetahui peninggalan Kerajaan Banjar.
7. Mengetahui peninggalan Kerajaan Gowa Tallo.
8. Mengetahui peninggalan Kerajaan Ternate.
9. Mengetahui peninggalan Kerajaan Ternate.

2
BAB II
PENINGGALAN KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

A. Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai


1. Dirham
Pada zaman
dahulu, dirham tidak
menggunakan kertas
karena itu dirham-
dirham yang ada di
Kerajaan Samudera
Pasai dibuat dari 70%
emas murni 18 karat tanpa campuran kimia kertas dengan diameter 10 mm
dengan 0,6 gram setiap koinnya.
Ada 2 jenis dirham yang dicetak yaitu satu Dirham dan setengah
Dirham. Pada satu sisi dirham atau mata uang emas tersebut tercetak
tulisan Muhammad Malik Al-Zahir. Sedangkan di sisi lainnya tercetak
tulisan nama Al-Sultan Al-Adil. Dirham banyak digunakan sebagai alat
transaski, terutama tanah.
Kemudian, tradisi mencetak dirham mas menyebar ke seluruh
Sumatera, bahkan hingga semenanjung Malaka sejak Aceh menaklukkan
Pasai pada tahun 1524.

2. Cakra Donya
Cakra Donya adalah sebuah lonceng
yang bisa dikatakan keramat. Cakra Donya
merupakan lonceng yang berupa mahkota besi
berbentuk stupa buatan Cina tahun 1409 M.
Cakra Donya memiliki ukuran tinggi 125 cm
dan lebar 75 cm. Cakra berarti poros kereta,
lambang-lambang Wishnu, matahari atau
cakrawala, sedangkan Donya berarti dunia.

3
Pada bagian luar Cakra Donya terdapat sebuah hiasan dan simbol
berbentuk aksara Arab dan Cina. Aksara Arab tidak bisa dibaca lagi karena
telah aus. Sedangkan aksara Cina bertuliskan Sing Fang Niat Tong Juut
Kat Yat Tjo (Sultan Sing Fa yang sudah dituang dalam bulan 12 dari tahun
ke 5).
Intinya, Cakra Donya adalah sebuah lonceng impor. Cakra Donya ini
adalah hadiah dari kekaisaran Cina kepada Sultan Samudra Pasai. Sejak
portugis berhasil dikalahkan oleh Sultan Ali Mughayat Syah, hadiah
lonceng ini dipindahkan ke Banda Aceh.

3. Naskah Surat Sultan Zainal Abidin


Naskah surat Sultan
Zainal Abidin merupakan
surat yang ditulis oleh
Sultan Zainal Abidin
sebelum meninggal pada
tahun 1518 Masehi atau 923
Hijriah. Surat tersebut
ditujukan ke Kapitan Moran
yang bertindak atas nama wakil Raja Portugis di India.
Surat Sultan Zainal Abidin ditulis menggunakan bahasa arab, isinya
menjelaskan mengenai keadaan Kesultanan Samudera Pasai pada abad ke-
16. Selain itu, dalam surat ini juga menggambarkan mengenai keadaan
terakhir yang dialami Kesultanan Samudera Pasai setelah bangsa Portugis
berhasil menaklukkan Malaka pada tahun 1511 Masehi.
Nama-nama kerajaan atau negeri yang memiliki hubungan erat
dengan Kesultanan Samudera pasai juga tertulis di dalamnya. Sehingga
diketahui pengejaan serta dan nama-nama kerajaan atau negeri tersebut.
Kerajaan atau negeri yang tertera dalam surat tersebut diantaranya Negeri
Mulaqat (Malaka) dan Fariyaman (Pariaman).

4
B. Peninggalan Kerajaan Aceh
1. Masjid Raya Baiturrahman
Peninggalan Kerajaan
Aceh yang pertama dan yang
paling dikenal adalah Masjid
Raya Baiturrahman. Masjid
yang dibangun Sultan
Iskandar Muda pada sekitar
tahun 1612 Masehi ini berada
di pusat Kota Banda Aceh. Saat agresi militer Belanda II, masjid ini
sempat dibakar. Namun pada selang 4 tahun setelahnya, Belanda
membangunnya kembali untuk meredam amarah rakyat Aceh yang hendak
berperang merebut syahid.
Saat bencana Tsunami melanda Aceh pada 2004 lalu, masjid
peninggalan sejarah Islam di Indonesia satu ini menjadi pelindung bagi
sebagian masyarakat Aceh. Kekokohan bangunannya tak bisa digentarkan
oleh sapuan ombak laut yang kala itu meluluhlantahkan kota Banda Aceh.
2. Benteng Indrapatra
Peninggalan Kerajaan
Aceh yang selanjutnya adalah
Benteng Indrapatra. Benteng ini
merupakan benteng pertahanan
yang sebetulnya sudah mulai
dibangun sejak masa kekuasaan
Kerajaan Lamuri, kerajaan
Hindu tertua di Aceh, tepatnya sejak abad ke 7 Masehi. Benteng yang kini
terletak di Desa Ladong, Kec. Masjid Raya, Kab. Aceh Besar ini pada
masanya dulu memiliki peranan penting dalam melindungi rakyat Aceh
dari serangan meriam yang diluncurkan kapal perang Portugis.
Sekarang, kita hanya dapat menemukan 2 benteng yang masih kokoh
berdiri. Benteng tersebut berukuran 70 meter x 70 meter dengan tinggi 4
meter dan tebal sekitar 2 meter. Selain menjadi peninggalan bersejarah,

5
benteng Indrapatra kini juga dikenal sebagai objek wisata unggulan Kab.
Aceh Besar. Gaya arsitekrur serta keunikan konstruksinya yang hanya
terbuat dari susunan batu gunung ini membuat banyak orang penasaran
dan tertarik untuk mengunjunginya.

3. Gunongan
Gunongan adalah
peninggalan Kerajaan Aceh
yang berupa sebuah taman
lengkap dengan bangunan
keratonnya. Taman ini
berdasarkan sejarahnya
merupakan bukti cinta Sultan
Aceh pada permaisurinya yang sangat cantik. Permaisuri yang tak
diketahui namanya ini merupakan putri raja Kerajaan Pahang yang
ditawan karena kerajaannya kalah perang. Sang Sultan jatuh cinta dan
mempersuntingnya, hingga kemudian si permaisuri tersebut meminta
dibuatkan sebuah taman yang sama persis dengan istana kerajaannya yang
terdahulu untuk mengobati rasa rindunya.
Gunongan saat ini terletak tak jauh dari Masjid Raya Baiturrahman.
Tepatnya berada di Desa Sukaramai, Kec. Baiturrahman, Kota Banda
Aceh. Jika berkunjung ke Banda Aceh, jangan lupa sempatkan diri Anda
singgah di taman asmara ini.

C. Peninggalan Kerajaan Demak


1. Pintu Bledek
Pintu Bledek atau Pintu
Petir merupakan pintu yang
dilengkapi dengan pahatan yang
dibuat tahun 1466 oleh Ki
Ageng Selo. Dari cerita yang
beredar, Pintu Bledek ini dibuat

6
oleh Ki Ageng Selo dengan petir yang tersambar memakai kekuatan
supranatural yang dimilikinya yang ia tangkap saat ada di tengah sawah.
Pintu tersebut lalu dibawa pulang dan dibawa ke Raden Patah kemudian
pintu ini dipakai untuk pintu masuk utama Masjid Agung Demak yang
keadaannya sudah mulai rusak sehingga di simpan dalam Museum dalam
Masjid Agung Demak tersebut.

2. Masjid Agung Demak


Peninggalan Kerajaan
Demak selanjutnya adalah
Masjid Agung Demak.
Masjid Agung Demak ini
didirikan tahun 1479 Masehi
yang kini sudah berumur
sekitar 6 abad tetapi masih
berdiri dengan kokoh sebab sudah dilakukan renovasi sebanyak beberapa
kali. Masjid Agung Demak ini tidak hanya sebagai peninggalan sejarah
Kerajaan Demak saja, akan tetapi dulunya merupakan pusat dari
pengajaran serta syiar Islam.
Masjid ini dikatakan sebagai asal mula pemikiran dari kehadiran
Kerajaan Demak Bintoro. Secara geografis, Masjid Agung Demak terletak
di Desa Kauman, Kecamatan Demak Kota, Kabupaten Demak Kota, Jawa
Tengah. Arsitektur masjid ini terlihat berbeda dari arsitektur masjid yang
ada di jaman sekarang, Masjid Agung Demak mengguanakn kombinasi
gaya budata Jawa Tengah yang sangat kental dan ornamen yang terdapat
di Masjid Agung Demak ini juga melukiskan tentang hubungan antara
Jawa dengan Islam.
Masjid Agung Demak ini memiliki ukuran luas sebesar 31 x 31
meter persegi yang di bagian sisi Masjid Agung Demak ini juga terdapat
serambi berukuran 31 x 15 meter persegi dengan panjang keliling 35 x 3
meter. Serambi masjid ini terbuka dan bangunan masjid di topang dengan
total 128 soko. 4 diantara soko ini adalah soko guru sebagai penyangga

7
utama, sementara tiang penyangga bangunan total ada 50 buah dan tiang
penyangga serambi berjumlah 28 serta tiang keliling sebanyak 16 buah.
Bentuk Masjid Demak memakai material kayu dengan bentuk bulat
lengkap dengan beberapa lengkungan. Bagian interior masjid juga
memakai material kayu lengkap dengan ukiran yang juga terlihat sangat
artistik dan cantik.

3. Soko Guru atau Soko Tatal


Soko Guru atau Soko Tatal
merupakan tiang penyangga dari
Masjid Agung Demak yang
terbuat dari material kayu dengan
diameter 1 meter dan berjumlah
sebanyak 4 buah. Semua Soko
Guru ini dibuat oleh Sunan
Kalijogo dan menurut cerita Sunan Kalijogo baru menyelesaikan 3 buah
soko guru dan Masjid Agung Demak sudah dibangun serta sudah mulai
masuk dalam tahapan pemasangan atap.
Sehingga karena dikejar waktu, Sunan kalijogo kemudian
mengumpulkan tatal atau kulit kayu yang berasal dari sisa pahatan dari 3
soko guru untuk dibuat menjadi 1 soko guru baru memakai kekuatan
spiritual yang dimiliki Sunan Kalijogo dan inilah yang menyebabkan soko
guru diberi istilah soko tatal.

D. Peninggalan Kerajaan Pajang


1. Masjid Laweyan
Masjid Laweyan menjadi
bukti sejarah dari penyebaran
Islam di tanah Jawa. Masjid
Laweyan dibangun sejak tahun
1546 oleh Jaka Tingkir dan masih
berdiri kokoh hingga sekarang.

8
Bagi masyarakat Solo, Masjid Laweyan ini sebenarnya lebih dikenal
dengan nama Masjid Ki Ageng Henis. Masjid Laweyan ini ternyata
memiliki unsur tradisional Jawa, Eropa, Cina dan Islam. Masjid ini
memiliki ciri khas yaitu bentuknya yang seperti Kelenteng Jawa dengan
arsitektur khas Jawa yang sangat kental. Dinding Masjid ini tersusun dari
kayu dan batu bata.
Masjid Laweyan terbagi menjadi tiga bagian, yaitu ruang induk
sebagai ruangan utama juga ada serambi bagian kanan dan serambi bagian
kiri. Di bagian samping Mesjid juga terdapat makam-makam para kerabat
kesultanan, salah satunya makam Ki Ageng Henis. Selain itu pada bagian
sudut Masjid juga terdapat Pura yang menjadi tempat ibadah para umat
Hindu di sana.

2. Pasar Laweyan
Pasar Laweyan adalah
pasar yang menjadi pusat
kegiatan perdagangan pada
jaman Kerajaan Pajang.
Hingga kini Pasar Laweyan
masih eksis sebagai sentra
utama perdagangan batik
yang berada di wilayah Bandar Kabanaran, Kota Surakarta. Pasar ini
menjadi pusatnya perdagangan dan ekonomi bagi masyarakat saat
Kerajaan Pajang masih Berjaya.

3. Makam Sultan Hadiwijaya


Sultan Hadiwijaya
atau lebih dikenal dengan
nama Jaka Tingkir adalah
pendiri sekaligus raja dari
Kerajaan Pajang. Jaka
Tingkir meninggal dunia di

9
tahun 1582 dan dimakamkan di kampung halaman sang ibunda.
Sayangnya, lokasi dari makan Jaka tingkir ini ternyata tidak banyak
diketahui oleh banyak orang.
Makam Jaka Tingkir berada di pelosok perkampungan masyarakat,
tepatnya di Desa Butuh, Dusun II, Sragen. Berbeda dengan makam-makam
raja-raja Solo dan Yogyakarta yang megah dan banyak dikunjungi
wisatawan. Makam Jaka Tingkir ini sangatlah sederhana yang berada di
kompleks pemakaman Butuh.
Dalam kompleks pemakaman itu terdapat satu masjid yang juga
diberi nama Masjid Butuh. Makan dari Jaka Tingkir atau Sultan
Hadiwijaya ini terbilang cukup sepi dari wisatawan karena lokasinya yang
cukup sulit untuk ditempuh dan juga agak jauh dari perkotaan.

E. Peninggalan Kerajaan Mataram Islam Abad 17-19


1. Masjid Agung Gedhe Kauman
Masjid Agung Gedhe
Kauman merupakan sebuah
peninggalan bersejarah dari
kerajaan Islam Mataram yang
dibangun oleh Raja
Amangkurat I atau
Amangkurat Agung pada abad
ke-4. Informasi tersebut
berdasarkan catatan yang terdapat dalam Serat Babad Momana dan Babad
Ing Sangkala yang menjadi bukti otentik mengenai waktu pembangunan
masjid.
Masjid Agung Gedhe Kauman sendiri dahulu merupakan pusat
pemerintahan Mataram di Pleret sebelum akhirnya tumbang ketika
melawan pasukan Trunajaya. Setelah mengalami perjalanan sejarah yang
panjang. Kini mesjid yang berlokasi di Desa Kauman, Pleret, Bantul,
Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut menjadi salah satu situs cagar
budaya yang ada di Yogyakarta.

10
2. Situs Kerto
Situs Kerto
merupakan bagian
dari peninggalan
kesunanan Surakarta
yang merupakan
pecahan dari kerajaan
Islam Mataram abad
ke-17, pada masa pemerintahan Sultan Agung. Situs Kerto sendiri
merupakan bagian dari keraton Kerto yang berada di Dukuh Kerto, Desa
Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Saat ini yang tertinggal dari Keraton Kerto hanya beberapa bagian
penyangga tiang yang masih terlihat berdiri kokoh. Sisa-sisa peninggalan
itulah yang dikenal dengan Situs Kerto.

3. Meriam Segara Wana dan Syuh Brata


Meriam Segara Wana
dan Syuh Brata adalah hadiah
yang diberikan Jan
Pieterszoon Coen, Gubernur
Jenderal Hindia-Belanda
sebagai bentuk apresiasinya
kepada Sultan Agung karena
telah menerima kesepakatan
pihak Belanda untuk melakukan beberapa perjanjian terkait beberapa
kebijakan.
Peninggalan bersejarah berbentuk senjata baja tersebut memang
masih bisa kita lihat dalam keadaan utuh meskipun telah berabad-abad
berlalu. Kini keberadaan meriam bersejarah itu pun bisa di lihat di depan
keraton Surakarta.

11
F. Peninggalan Kerajaan Banjar
1. Candi Agung di Amuntai
Candi Agung adalah situs
peninggalan bersejarah yang
diperkirakan berusia 740
tahun. Candi Agung
merupakan sebuah situs candi
Hindu-Budha yang terletak di
wilayah Sungai Malang,
Kecamatan Amuntai Tengah,
Kota Amuntai, Kalimantan Selatan.
Candi Agung dibangun oleh Empu Jatmika pada abad ke-16 pada
masa kerajaan Dipa, yang merupakan cikal bakal terbentuknya kerajaan
Banjar. Kehadiran candi yang memiliki dimensi sekitar 40 meter x 50
meter tersebut memang cukup menarik bagi para arkeolog dan pakar
sejarah.
Konon, di sekitar lokasi candi tersebut juga ditemukan beberapa benda
peninggalan sejarah berusia sekitar 200 tahun SM.

2. Masjid Sultan Suriansyah


Peninggalan kerajaan
Banjar lainnya yang masih
berdiri kokoh hingga saat ini
adalah Masjid Sultan Suriansyah
atau dikenal juga dengan
nama Masjid Kuin yang terletak
di Jalan Kuin Utara, Kelurahan
Kuin Utara, Kota Banjarmasin.
Masyarakat sendiri mengenal wilayah tersebut sebagai Banjar Lama.
Dahulu kala, wilayah tersebut merupakan pusat ibu kota kerajaan
kesultanan Banjar. Mesjid yang dibangun antara rentang tahun 1526-1550

12
di masa pemerintahan Sultan Suriansyah ini merupakan salah satu masjid
tertua yang ada di Kalimantan Selatan.

3. Makam Sultan Sulaiman


Salah satu keberadaan
makam yang juga menyimpan
sejarah panjang dari kerajaan
kesultanan Banjar adalah
makam Pangeran Ratu Sultan
Sulaiman. Ia adalah seorang
raja yang bergelar Sultan
Sulaiman Saidullah II.
Makamnya terletak di Desa Lihung, Kecamatan Karang Intan, Banjar,
Kalimantan Selatan.
Sultan Sulaiman diketahui telah memerintah kerajaan Banjar dari
tahun 1801-1825. Sultan Sulaiman sendiri diketahui wafat pada 3
Juni 1825 atau 4 Rabiul Awal 1240. Sultan Sulaiman mendapatkan gelar
kesultanan sejak usianya masih belia, yaitu pada saat usianya menginjak 6
tahun pada tahun 1767. Karena hal tersebut ia pun pada akhirnya dijuluki
juga sebagai Sultan Muda.

G. Peninggalan Kerajaan Gowa Tallo


1. Ford Rotterdam
Salah satu
peninggalan bersejarah
yang cukup mengagumkan
dari kerajaan Gowa-Tallo
adalah Ford Rotterdam atau
Benteng Ujung Pandang.
Ford Rotterdam adalah

13
sebuah benteng yang dibangun oleh I Manrigau Daeng Bonto Karaeng
Lakiung, yaitu Raja Gowa ke-9 pada tahun 1545. Fort Rotterdam sendiri
terletak di pesisir pantai sebelah barat Makassar.
Dahulu kala benteng yang dikenal dengan sebutan Benteng Panyyua
oleh masyarakat setempat berfungsi sebagai markas pasukan katak
Kerajaan Gowa. Nama Panyyua sendiri diambil karena bentuk bentengnya
yang mirip dengan seekor penyu yang hendak turun ke lautan.

2. Balla Lompoa
Balla Lompoa atau
rumah besar adalah sebuah
istana tempat tinggal sultan
Gowa. Istana yang berdiri di
atas lahan seluas sekitar 3
hektar ini merupakan salah satu
peninggalan kerajaan Gowa-
Tallo yang masih berdiri
hingga saat ini.
Balla Lompoa dibangun setelah diangkatnya Raja Gowa XXXV, I
Mengimingi Daeng Matutu, Karaeng Bontonompo yang bergelar Sultan
Muhammad Tahir Muhibuddin pada tahun 1936. Balla Lompoa terletak di
Jalan Sultan Hasanuddin No 48, Kota Sungguminasa, Kabupaten Gowa,
Provinsi Sulawesi Selatan.

3. Masjid Katangka
Peninggalan kerajaan
Gowa-Tallo selanjutnya
adalah Mesjid Katangka yang
bernama asli Masjid Al-Hilal.
Mesjid Katangka merupakan
masjid tertua yang berada di

14
provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya di Kelurahan Katangka, Kecamatan
Somba Opu, Kabupaten Gowa.
Mesjid yang sempat digunakan oleh kesultanan Gowa sebagai
benteng pertahanan ketika melawan penjajah ini memiliki desain unik
perpaduan Jawa-Eropa-China. Menurut sebuah prasasti, mesjid yang
berdiri di tanah seluas 150 meter ini dibangun pada tahun 1603. Namun,
tak sedikit pula para peneliti yang menyebutkan bahwa bangunan
bersejarah itu dibangun pada awal abad ke-18.

H. Peninggalan Kerajaan Ternate


1. Keraton Kesultanan Ternate
Salah satu
peninggalan Kerajaan
Ternate yang masih
bisa dikunjungi
hingga saat ini adalah
Keraton Kesultanan
Ternate. Bangunan
bersejarah ini berada
di tengah Kota
Ternate dan
menghadap ke arah laut. Menurut para ahli, bangunan keraton kesultanan
ini mengadaptasi arsitektur Tiongkok yang teralkuturasi dengan
kebudayaan lokal.
Saat ini, bangunan bersejarah ini dikelola menjadi cagar budaya
untuk melestarikan sejarah yang ada. Oleh pemerintah setempat, bangunan
ini dipugar, dipelihara, dan dilestarikan hingga bisa dinikmati oleh
masyarakat sekitar atau wisatawan dari luar daerah yang berkunjung
kemari.
Bukti kejayaan Kerajaan Ternate bisa dilihat dari interior bangunan
yang dipenuhi dengan emas. Salah satu ruang tidur memajang pakaian dan
sulaman benang emas yang terlihat sangat mewah. Tak hanya itu saja, ada

15
sejumlah peninggalan perhiasan emas yang biasa dipakai oleh sultan dan
permaisurinya pada zaman dahulu, mulai dari mahkota, kalung raksasa,
kelad bahu, giwang, cincin, dan gelang.

2. Masjid Sultan Ternate


Sejarah peradaban
Ternate juga bisa disaksikan
melalui Masjid Sultan
Ternate. Masjid yang sangat
bersejarah ini
pembangunannya telah
dirintis sejak Kerajaan
Ternate dipimpin oleh Sultan
Zainal Abidin, raja ke-18. Sampai saat ini belum ada angka valid yang
memastikan kapan pembangunan masjid ini. Pasalnya, ada juga sejarah
yang menuliskan bahwa masjid baru dibangun pada abad ke-17.
Di masa kini, Masjid Sultan Ternate masih difungsikan sebagai
tempat ibadah bagi masyarakat di Maluku Utara. Bahkan, masih ada
tradisi-tradisi budaya yang kerap kali dilakukan di masjid ini.

3. Makam Sultan Babullah


Bukti peninggalan
sejarah Kerajaan Ternate
yang lainnya adalah Makam
Sultan Babullah, raja Ternate
ke-24 yang berkuasa pada
tahun 1570 – 1583. Nama
beliau diabadikan menjadi
bandara di Ternate karena
masyarakat mengenangnya sebagai sultan pertama yang mampu
mengobarkan semangat rakyatnya untuk melawan penjajah asing yang
hendak menduduki Ternate.

16
Sebagai penghormatan, beliau dimakamkan di Puncak Bukit
Foramadiahi, kampung tertinggi dan tertua yang ada di Ternate. Namun,
untuk sampai di makam sang sultan, kamu harus mendaki Gunung
Gamalama sejauh 1km.
Suasana di Makam Sultan Babullah begitu tenang dan sejuk. Hingga
saat ini, masih banyak masyarakat yang datang kemari untuk ziarah.

I. Peninggalan Kerajaan Ternate


1. Kadato Kie
Kadato Kie adalah
istana peristirahatan sultan
dari Kerajaan Tidore.
Bangunan ini berdiri di
Kelurahan Soasio,
Kecamatan Tidore, Kota
Tidore Kepulauan. Di awal
abad ke-20, bangunan istana
sempat hancur tetapi dibangun kembali pada tahun 1997 atas dorongan
dari Sultan Djafar Syah, penguasa Kerajaan Tidore yang ke-36.
Sama seperti Kesultanan Ternate, Kadato Kie bisa dikunjungi oleh
umum. Di bagian dalam bangunan terdapat interior yang menggambarkan
kejayaan kerajaan ini pada masanya. Selain itu, ada juga singgasana sang
sultan yang memang dipajang di Kadato Kie.

2. Benteng Torre
Benteng Torre bukan
hanya sekadar peninggalan
sejarah Kerajaan Tidore,
tetapi juga menjadi saksi
bisu kedatangan bangsa
Portugis dalam menjajah
Tidore. Kala itu, benteng

17
ini dibangun pada tahun 1578 yang juga memperoleh izin dari Sultan Gapi
Baguna. Nama benteng ini diambil dari Kapten Portugis saat itu, yakni De
La Torre.

3. Benteng Tahula

Tak jauh dari Benteng Torre, ada Benteng Tahula yang dibangun
oleh bangsa Spanyol pada tahun 1610. Benteng Tahila dibangun di atas
batu karang yang merupakan titik tertinggi di Tidore. Fungsi benteng ini
untuk mengamati wilayah perairan dan dataran Tidore.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengenalan islam ke Nusantara tentu berpengaruh besar terhadap
kebudayaan dan pola hidup masyarakat Nusantara saat itu. Islamisasi
berdampak pada setiap elemen kehidupan, mulai dari ekonomi, pendidikan,
sosial, politik, hingga budaya.
Pengaruh penyebaran Islam kemudian masuk ke dalam kerajaan-kerajaan
pada masa itu. Buntut dari penyebaran tersebut adalah terdapat bangunan
bercorak Islami di berbagai daerah.

B. Saran
1. Sebagai generasi penerus bangsa, kita harus menjaga dan melestarikan
peninggalan-peninggalan kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Indonesia.
2. Kita juga harus mempelajari sejarah peninggalan-peninggalan tersebut
supaya kita dapat menceritakan kepada generasi berikutnya.

19

Anda mungkin juga menyukai