Kelas IX B
Kelompok:
1. Ida Rahmawati (12)
2. Naura Candra Dewi (18)
3. Selvi Anggraini (23)
4. Zahra Nadia Dewantari (27)
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Peninggalan Kerajaan Islam di Indonesia”.
Dalam pembuatan laporan ini kami sebagai penulis ingin mengucapkan
terima kasih semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, segala kritik serta saran yang membangun dari para pembaca akan
penulis terima dengan lapang hati sehingga bisa menjadi sebuah pelajaran bagi
penulis agar kelak penulis dapat membuat dengan lebih baik lagi.
Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi masyarakat pada umumnya
dan pembaca pada khususnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................. 1
BAB II PENINGGALAN KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA ........................ 3
A. Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai ............................................................ 3
B. Peninggalan Kerajaan Aceh ........................................................................... 5
C. Peninggalan Kerajaan Demak........................................................................ 6
D. Peninggalan Kerajaan Pajang ........................................................................ 8
E. Peninggalan Kerajaan Mataram Islam Abad 17-19 ..................................... 10
F. Peninggalan Kerajaan Banjar ...................................................................... 12
G. Peninggalan Kerajaan Gowa Tallo .............................................................. 13
H. Peninggalan Kerajaan Ternate ..................................................................... 15
I. Peninggalan Kerajaan Ternate ..................................................................... 17
BAB III PENUTUP............................................................................................... 19
A. Kesimpulan ................................................................................................... 19
B. Saran ............................................................................................................. 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membahas seputar agama Islam di Indonesia memang tidak ada
habisnya. Paling tidak kita menjadi tahu bagaimana awal masuknya agama
Islam ke Nusantara serta perjuangan para penyebar di masanya.
Namun, tahukah kamu terlepas dari kisah betapa kerasnya perjuangan
penyebaran Islam di wilayah Nusantara ada beberapa peninggalan yang
menjadi bukti bahwa peninggalan tersebut adalah hasil dari budaya Islam pada
masanya.
Tidak dapat dipungkiri, kehadiran peninggalan kerajaan agama Islam di
Indonesia tidak bisa dilepaskan dari bumbu sejarah. Makalah kali ini akan
membahas tentang peninggalan kerajaan Islam di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa peninggalan Kerajaan Samudra Pasai ?
2. Apa peninggalan Kerajaan Aceh?
3. Apa peninggalan Kerajaan Demak?
4. Apa peninggalan Kerajaan Pajang?
5. Apa peninggalan Kerajaan Mataram Islam Abad 17-19?
6. Apa peninggalan Kerajaan Banjar?
7. Apa peninggalan Kerajaan Gowa Tallo?
8. Apa peninggalan Kerajaan Ternate?
9. Apa peninggalan Kerajaan Ternate?
C. Tujuan
1. Mengetahui peninggalan Kerajaan Samudra Pasai.
2. Mengetahui peninggalan Kerajaan Aceh.
3. Mengetahui peninggalan Kerajaan Demak.
4. Mengetahui peninggalan Kerajaan Pajang.
5. Mengetahui peninggalan Kerajaan Mataram Islam Abad 17-19.
1
6. Mengetahui peninggalan Kerajaan Banjar.
7. Mengetahui peninggalan Kerajaan Gowa Tallo.
8. Mengetahui peninggalan Kerajaan Ternate.
9. Mengetahui peninggalan Kerajaan Ternate.
2
BAB II
PENINGGALAN KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
2. Cakra Donya
Cakra Donya adalah sebuah lonceng
yang bisa dikatakan keramat. Cakra Donya
merupakan lonceng yang berupa mahkota besi
berbentuk stupa buatan Cina tahun 1409 M.
Cakra Donya memiliki ukuran tinggi 125 cm
dan lebar 75 cm. Cakra berarti poros kereta,
lambang-lambang Wishnu, matahari atau
cakrawala, sedangkan Donya berarti dunia.
3
Pada bagian luar Cakra Donya terdapat sebuah hiasan dan simbol
berbentuk aksara Arab dan Cina. Aksara Arab tidak bisa dibaca lagi karena
telah aus. Sedangkan aksara Cina bertuliskan Sing Fang Niat Tong Juut
Kat Yat Tjo (Sultan Sing Fa yang sudah dituang dalam bulan 12 dari tahun
ke 5).
Intinya, Cakra Donya adalah sebuah lonceng impor. Cakra Donya ini
adalah hadiah dari kekaisaran Cina kepada Sultan Samudra Pasai. Sejak
portugis berhasil dikalahkan oleh Sultan Ali Mughayat Syah, hadiah
lonceng ini dipindahkan ke Banda Aceh.
4
B. Peninggalan Kerajaan Aceh
1. Masjid Raya Baiturrahman
Peninggalan Kerajaan
Aceh yang pertama dan yang
paling dikenal adalah Masjid
Raya Baiturrahman. Masjid
yang dibangun Sultan
Iskandar Muda pada sekitar
tahun 1612 Masehi ini berada
di pusat Kota Banda Aceh. Saat agresi militer Belanda II, masjid ini
sempat dibakar. Namun pada selang 4 tahun setelahnya, Belanda
membangunnya kembali untuk meredam amarah rakyat Aceh yang hendak
berperang merebut syahid.
Saat bencana Tsunami melanda Aceh pada 2004 lalu, masjid
peninggalan sejarah Islam di Indonesia satu ini menjadi pelindung bagi
sebagian masyarakat Aceh. Kekokohan bangunannya tak bisa digentarkan
oleh sapuan ombak laut yang kala itu meluluhlantahkan kota Banda Aceh.
2. Benteng Indrapatra
Peninggalan Kerajaan
Aceh yang selanjutnya adalah
Benteng Indrapatra. Benteng ini
merupakan benteng pertahanan
yang sebetulnya sudah mulai
dibangun sejak masa kekuasaan
Kerajaan Lamuri, kerajaan
Hindu tertua di Aceh, tepatnya sejak abad ke 7 Masehi. Benteng yang kini
terletak di Desa Ladong, Kec. Masjid Raya, Kab. Aceh Besar ini pada
masanya dulu memiliki peranan penting dalam melindungi rakyat Aceh
dari serangan meriam yang diluncurkan kapal perang Portugis.
Sekarang, kita hanya dapat menemukan 2 benteng yang masih kokoh
berdiri. Benteng tersebut berukuran 70 meter x 70 meter dengan tinggi 4
meter dan tebal sekitar 2 meter. Selain menjadi peninggalan bersejarah,
5
benteng Indrapatra kini juga dikenal sebagai objek wisata unggulan Kab.
Aceh Besar. Gaya arsitekrur serta keunikan konstruksinya yang hanya
terbuat dari susunan batu gunung ini membuat banyak orang penasaran
dan tertarik untuk mengunjunginya.
3. Gunongan
Gunongan adalah
peninggalan Kerajaan Aceh
yang berupa sebuah taman
lengkap dengan bangunan
keratonnya. Taman ini
berdasarkan sejarahnya
merupakan bukti cinta Sultan
Aceh pada permaisurinya yang sangat cantik. Permaisuri yang tak
diketahui namanya ini merupakan putri raja Kerajaan Pahang yang
ditawan karena kerajaannya kalah perang. Sang Sultan jatuh cinta dan
mempersuntingnya, hingga kemudian si permaisuri tersebut meminta
dibuatkan sebuah taman yang sama persis dengan istana kerajaannya yang
terdahulu untuk mengobati rasa rindunya.
Gunongan saat ini terletak tak jauh dari Masjid Raya Baiturrahman.
Tepatnya berada di Desa Sukaramai, Kec. Baiturrahman, Kota Banda
Aceh. Jika berkunjung ke Banda Aceh, jangan lupa sempatkan diri Anda
singgah di taman asmara ini.
6
oleh Ki Ageng Selo dengan petir yang tersambar memakai kekuatan
supranatural yang dimilikinya yang ia tangkap saat ada di tengah sawah.
Pintu tersebut lalu dibawa pulang dan dibawa ke Raden Patah kemudian
pintu ini dipakai untuk pintu masuk utama Masjid Agung Demak yang
keadaannya sudah mulai rusak sehingga di simpan dalam Museum dalam
Masjid Agung Demak tersebut.
7
utama, sementara tiang penyangga bangunan total ada 50 buah dan tiang
penyangga serambi berjumlah 28 serta tiang keliling sebanyak 16 buah.
Bentuk Masjid Demak memakai material kayu dengan bentuk bulat
lengkap dengan beberapa lengkungan. Bagian interior masjid juga
memakai material kayu lengkap dengan ukiran yang juga terlihat sangat
artistik dan cantik.
8
Bagi masyarakat Solo, Masjid Laweyan ini sebenarnya lebih dikenal
dengan nama Masjid Ki Ageng Henis. Masjid Laweyan ini ternyata
memiliki unsur tradisional Jawa, Eropa, Cina dan Islam. Masjid ini
memiliki ciri khas yaitu bentuknya yang seperti Kelenteng Jawa dengan
arsitektur khas Jawa yang sangat kental. Dinding Masjid ini tersusun dari
kayu dan batu bata.
Masjid Laweyan terbagi menjadi tiga bagian, yaitu ruang induk
sebagai ruangan utama juga ada serambi bagian kanan dan serambi bagian
kiri. Di bagian samping Mesjid juga terdapat makam-makam para kerabat
kesultanan, salah satunya makam Ki Ageng Henis. Selain itu pada bagian
sudut Masjid juga terdapat Pura yang menjadi tempat ibadah para umat
Hindu di sana.
2. Pasar Laweyan
Pasar Laweyan adalah
pasar yang menjadi pusat
kegiatan perdagangan pada
jaman Kerajaan Pajang.
Hingga kini Pasar Laweyan
masih eksis sebagai sentra
utama perdagangan batik
yang berada di wilayah Bandar Kabanaran, Kota Surakarta. Pasar ini
menjadi pusatnya perdagangan dan ekonomi bagi masyarakat saat
Kerajaan Pajang masih Berjaya.
9
tahun 1582 dan dimakamkan di kampung halaman sang ibunda.
Sayangnya, lokasi dari makan Jaka tingkir ini ternyata tidak banyak
diketahui oleh banyak orang.
Makam Jaka Tingkir berada di pelosok perkampungan masyarakat,
tepatnya di Desa Butuh, Dusun II, Sragen. Berbeda dengan makam-makam
raja-raja Solo dan Yogyakarta yang megah dan banyak dikunjungi
wisatawan. Makam Jaka Tingkir ini sangatlah sederhana yang berada di
kompleks pemakaman Butuh.
Dalam kompleks pemakaman itu terdapat satu masjid yang juga
diberi nama Masjid Butuh. Makan dari Jaka Tingkir atau Sultan
Hadiwijaya ini terbilang cukup sepi dari wisatawan karena lokasinya yang
cukup sulit untuk ditempuh dan juga agak jauh dari perkotaan.
10
2. Situs Kerto
Situs Kerto
merupakan bagian
dari peninggalan
kesunanan Surakarta
yang merupakan
pecahan dari kerajaan
Islam Mataram abad
ke-17, pada masa pemerintahan Sultan Agung. Situs Kerto sendiri
merupakan bagian dari keraton Kerto yang berada di Dukuh Kerto, Desa
Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Saat ini yang tertinggal dari Keraton Kerto hanya beberapa bagian
penyangga tiang yang masih terlihat berdiri kokoh. Sisa-sisa peninggalan
itulah yang dikenal dengan Situs Kerto.
11
F. Peninggalan Kerajaan Banjar
1. Candi Agung di Amuntai
Candi Agung adalah situs
peninggalan bersejarah yang
diperkirakan berusia 740
tahun. Candi Agung
merupakan sebuah situs candi
Hindu-Budha yang terletak di
wilayah Sungai Malang,
Kecamatan Amuntai Tengah,
Kota Amuntai, Kalimantan Selatan.
Candi Agung dibangun oleh Empu Jatmika pada abad ke-16 pada
masa kerajaan Dipa, yang merupakan cikal bakal terbentuknya kerajaan
Banjar. Kehadiran candi yang memiliki dimensi sekitar 40 meter x 50
meter tersebut memang cukup menarik bagi para arkeolog dan pakar
sejarah.
Konon, di sekitar lokasi candi tersebut juga ditemukan beberapa benda
peninggalan sejarah berusia sekitar 200 tahun SM.
12
di masa pemerintahan Sultan Suriansyah ini merupakan salah satu masjid
tertua yang ada di Kalimantan Selatan.
13
sebuah benteng yang dibangun oleh I Manrigau Daeng Bonto Karaeng
Lakiung, yaitu Raja Gowa ke-9 pada tahun 1545. Fort Rotterdam sendiri
terletak di pesisir pantai sebelah barat Makassar.
Dahulu kala benteng yang dikenal dengan sebutan Benteng Panyyua
oleh masyarakat setempat berfungsi sebagai markas pasukan katak
Kerajaan Gowa. Nama Panyyua sendiri diambil karena bentuk bentengnya
yang mirip dengan seekor penyu yang hendak turun ke lautan.
2. Balla Lompoa
Balla Lompoa atau
rumah besar adalah sebuah
istana tempat tinggal sultan
Gowa. Istana yang berdiri di
atas lahan seluas sekitar 3
hektar ini merupakan salah satu
peninggalan kerajaan Gowa-
Tallo yang masih berdiri
hingga saat ini.
Balla Lompoa dibangun setelah diangkatnya Raja Gowa XXXV, I
Mengimingi Daeng Matutu, Karaeng Bontonompo yang bergelar Sultan
Muhammad Tahir Muhibuddin pada tahun 1936. Balla Lompoa terletak di
Jalan Sultan Hasanuddin No 48, Kota Sungguminasa, Kabupaten Gowa,
Provinsi Sulawesi Selatan.
3. Masjid Katangka
Peninggalan kerajaan
Gowa-Tallo selanjutnya
adalah Mesjid Katangka yang
bernama asli Masjid Al-Hilal.
Mesjid Katangka merupakan
masjid tertua yang berada di
14
provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya di Kelurahan Katangka, Kecamatan
Somba Opu, Kabupaten Gowa.
Mesjid yang sempat digunakan oleh kesultanan Gowa sebagai
benteng pertahanan ketika melawan penjajah ini memiliki desain unik
perpaduan Jawa-Eropa-China. Menurut sebuah prasasti, mesjid yang
berdiri di tanah seluas 150 meter ini dibangun pada tahun 1603. Namun,
tak sedikit pula para peneliti yang menyebutkan bahwa bangunan
bersejarah itu dibangun pada awal abad ke-18.
15
sejumlah peninggalan perhiasan emas yang biasa dipakai oleh sultan dan
permaisurinya pada zaman dahulu, mulai dari mahkota, kalung raksasa,
kelad bahu, giwang, cincin, dan gelang.
16
Sebagai penghormatan, beliau dimakamkan di Puncak Bukit
Foramadiahi, kampung tertinggi dan tertua yang ada di Ternate. Namun,
untuk sampai di makam sang sultan, kamu harus mendaki Gunung
Gamalama sejauh 1km.
Suasana di Makam Sultan Babullah begitu tenang dan sejuk. Hingga
saat ini, masih banyak masyarakat yang datang kemari untuk ziarah.
2. Benteng Torre
Benteng Torre bukan
hanya sekadar peninggalan
sejarah Kerajaan Tidore,
tetapi juga menjadi saksi
bisu kedatangan bangsa
Portugis dalam menjajah
Tidore. Kala itu, benteng
17
ini dibangun pada tahun 1578 yang juga memperoleh izin dari Sultan Gapi
Baguna. Nama benteng ini diambil dari Kapten Portugis saat itu, yakni De
La Torre.
3. Benteng Tahula
Tak jauh dari Benteng Torre, ada Benteng Tahula yang dibangun
oleh bangsa Spanyol pada tahun 1610. Benteng Tahila dibangun di atas
batu karang yang merupakan titik tertinggi di Tidore. Fungsi benteng ini
untuk mengamati wilayah perairan dan dataran Tidore.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengenalan islam ke Nusantara tentu berpengaruh besar terhadap
kebudayaan dan pola hidup masyarakat Nusantara saat itu. Islamisasi
berdampak pada setiap elemen kehidupan, mulai dari ekonomi, pendidikan,
sosial, politik, hingga budaya.
Pengaruh penyebaran Islam kemudian masuk ke dalam kerajaan-kerajaan
pada masa itu. Buntut dari penyebaran tersebut adalah terdapat bangunan
bercorak Islami di berbagai daerah.
B. Saran
1. Sebagai generasi penerus bangsa, kita harus menjaga dan melestarikan
peninggalan-peninggalan kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Indonesia.
2. Kita juga harus mempelajari sejarah peninggalan-peninggalan tersebut
supaya kita dapat menceritakan kepada generasi berikutnya.
19