Anda di halaman 1dari 24

BAHAN AJAR

AKUNTANSI
KEUANGAN

METODE PENCATATAN PERSEDIAAN

Penyusun:
RHADIANIE SEPTI
2008924

Akuntansi Keuangan dan Lembaga


SMK Negeri 1 Halu
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 2


PETA KONSEP ...................................................................................................................... 3
KOMPETENSI DASAR ........................................................................................................ 4
TUJUAN PEMBELAJARAN .................................................................................................. 4
A. Pendahuluan ................................................................................................................... 5
1. Deskripsi Singkat ........................................................................................................ 5
2. Petunjuk Belajar ........................................................................................................... 5
B. Inti .................................................................................................................................... 5
1. Capaian Pembelajaran ................................................................................................ 5
2. Sub Capaian Pembelajaran ......................................................................................... 6
3. Pokok-Pokok Materi ................................................................................................... 6
4. Uraian Materi ............................................................................................................... 6
A. Pengertian Persediaan ............................................................................................. 6
B. Metode Persediaan Barang Dagang ...................................................................... 10
C. Pencatatan Sistem Fisik (Periodik) ....................................................................... 12
D. Pencatatan Sistem Perpetual.................................................................................. 19
C. Rangkuman .................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 24

i
PETA KONSEP

SISTEM PERIODIK METODE FIFO

METODE LIFO

METODE
PENCATATAN METODE RATA-RATA
PERSEDIAAN TERTIMBANG

METODE FIFO

METODE LIFO
SISTEM PERPETUAL

METODE RATA-
RATA TERTIMBANG
KOMPETENSI DASAR

3.13 Menerapkan metode FIFO, LIFO, Average dan Identifikasi Khusus dalam
perhitungan nilai persediaan
4.13 Menghitung nilai persediaan dengan metode FIFO, LIFO, Average dan Identifikasi
Khusus

Melalui kegiatan pembelajaran menggunakan model Saintific Approuch dan pendekatan


saintifik yang menuntun peserta didik untuk mengamati (membaca) permasalahan, menanya,
mengumpulkan informasi, menuliskan penyelesaian dan mempresentasikan hasilnya di depan
kelas, selama dan setelah mengikuti proses pembelajaran ini peserta didik diharapkan dapat :
1. Menjelaskan metode penilaian persediaan dengan metode FIFO, LIFO, Average dan
identifikasi khusus dengan tepat dan benar serta penuh percaya diri
2. Menjelaskan macam-macam metode pencatatan persediaan dengan sistem perpetual
dan sistem periodic dengan tepat dan benar serta penuh percaya diri
3. Menjelaskan metode perhitungan harga pokok penjualan dengan tepat dan benar
serta penuh percaya diri
4. Menerapkan pencatatan dengan metode FIFO, LIFO, Average dan identifikasi
khusus penjualan dengan tepat dan benar serta penuh percaya diri
5. Melakukan perhitungan nilai persediaan dengan metode FIFO, LIFO, Average dan
identifikasi khusus dengan tepat dan benar serta penuh percaya diri
6. Membuat kartu persediaan dengan metode FIFO, LIFO, Average dan identifikasi
khusus dengan tepat dan benar serta penuh percaya diri
A. Pendahuluan

1. Deskripsi Singkat

Perusahaan dagang merupakan perusahaan yang kegiatan utamanya adalah


membeli, menyimpan, dan menjual kembali barang dagang tanpa memberikan nilai
tambah terhadap barang dagang tersebut. Dalam siklus operasional perusahaan salah
satunya adalah pembelian persediaan barang dagangan untuk dijual kembali,
sehingga diperlukan pengelolaan persediaan yang tepat yaitu cara pencatatan dan
penghitungan persediaan. Pada modul ini akan membahas mengenai metode
pencatatan persediaan barang dagangan.

2. Petunjuk Belajar

Agar siswa berhasil menguasai materi-materi tersebut, ikutilah petunjuk penggunaan


Materi Ajar berikut:

a. Baca capaian/sub-capaian pembelajaran dengan cermat sebelum membaca materi


kegiatan belajar.

b. Baca materi kegiatan belajar dengan cermat, untuk memperluas wawasan bacalah
dan pelajarilah literatur lain baik dari media cetakdan elektronik.

c. Kerjakan latihan sesuai petunjuk/rambu-rambu yang diberikan. Jika tersedia


kunci latihan, janganlah melihat kunci sebelum mengerjakanlatihan.

d. Baca rangkuman, kemudian kerjakan tes formatif secara jujur tanpa terlebih
dahulu melihat kunci.

e. Jika petunjuk di atas Anda ikuti dengan disiplin, Anda akan berhasil.

f. Berdo’alah sebelum memulai pembelajaran, selamat belajar.

B. Inti

1. Capaian Pembelajaran

Siswa menguasai teori dan menerapkan konsep pencatatan dan perhitungan


persediaan barang dagang, metode FIFO, LIFO, Average dan Identifikasi Khusus dalam
perhitungan nilai persediaan serta dapat mengaplikasikan metode pencatatan dan
perhitungan persediaan barang dagang dalam kegiatan usaha perusahaan dagang.

2. Sub Capaian Pembelajaran

a. Siswa dapat menjelaskan metode penilaian persediaan dengan metode FIFO, LIFO,
Average dan identifikasi khusus.

b. Menjelaskan macam-macam metode pencatatan persediaan dengan sistem perpetual


dan sistem periodik.

c. Menjelaskan metode perhitungan harga pokok penjualan.

d. Melakukan perhitungan nilai persediaan dengan metode FIFO, LIFO, Average dan
identifikasi khusus.

e. Membuat kartu persediaan dengan metode FIFO, LIFO, Average dan identifikasi
khusus.

3. Pokok-Pokok Materi

Metode persediaan barang dagang dengan FIFO, LIFO, Average dan Identifikasi
Khusus.

4. Uraian Materi

A. Pengertian Persediaan

1. Pengertian Persediaan Barang Dagang

Ikatan Akuntansi Indonesia (2013:14.2) menjelaskan bahwa persediaan adalah


aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa, dalam proses produksi
penjualan tersebut atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan
dalam proses produksi atau pembelian jasa.

Persediaan barang dagangan adalah barang-barang yang disediakan untuk dijual


kepada para konsumen selama periode normal kegiatan perusahaan. Persediaan yang
dimiliki perusahaan pada awal periode akuntansi, disebut persediaan awal.
Persediaan yang dimiliki oleh perusahaan pada akhir periode akuntansi disebut
dengan persediaan akhir dan akan dilaporkan dalam neraca sebagai aktiva lancar
yaitu pada rekening persediaan dan dipihak lain dicantumkan dalam laporan rugi-
laba sebagai salah satu elemen yang akan berpengaruh pada penentuan laba bersih
perusahaan.
Persediaan barang dagang merupakan komponen yang paling penting dalam
perusahaan dagang dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Dalam melakukan jual
beli, persediaan barang yang tersedia digudang harus mendapatkan penanganan
khusus yang berkaitan dengan keluar masuknya persediaan barang dagangan.

2. Fungsi Laporan/Kartu Persediaan Barang Dagang

Fungsinya tetap sama untuk mencatat mutasi persediaan barang. Lebih detail
lagi fungsi dari laporan/kartu persediaan barang dagang :

1. Memberikan informasi persediaan barang meliputi jumlah dan


berapa nilai dariper barang.
2. Mengontrol persediaan, penerimaan, dan pemakaian barang.

3. Memberikan data persediaan barang, untuk kepentingan perhitungan dan


analisis.

4. Melakukan pengecekan barang pada bagian gudang.

5. Mempermudah pemimpin dalam mengambil keputusan yang berkaitan


dengan penjualan barang.

3. Karakteristik Persediaan Barang Dagang

a. Persediaan Barang Dagangan dimiliki oleh perusahaan


b. Dalam bentuk siap untuk dijual
4. Pengelompokan Persediaan dalam Lingkungan Pabrik

a. Persediaan pabrikan mungkin bukan merupakan persediaan yang siap


dijual.

b. Diklasifikasikan dalam tiga kategori:

1) barang jadi, siap dijual kepada konsumen;


2) sedang dalam proses produksi, beberapa tahap produksi (belum
selesai);
3) bahan baku atau mentah, komponen atau bahan yang siap untuk
digunakan dalam proses produk.

5. Menyiapkan Pengelolaan Kartu Persediaan

A. Dokumen Transaksi dan Buku yang diperlukan untuk membuat Kartu


Persediaan

1. Dokumen transaksi yang diperlukan.

Dokumen transaksi dan bukti pendukung yang terkait dengan pencatatan


mutasipersediaan barang supplies adalah sebagai berikut:
a. Surat permintaan pembelian

b. Surat order pembelian

c. Laporan penerimaan barang

d. Faktur pembelian

e. Surat order pengiriman barang

f. Faktur penjualan

g. Memo kredit

2. Buku-buku yang digunakan.

Dalam penyelenggaraan akuntansi secara manual buku-buku yang


diperlukan untukpencatatan persediaan barang supplies sebagai berikut:
a. Buku jurnal pembelian; sebagai tempat mencatat transaksi
pembelian secarakredit.
b. Buku jurnal penjualan; sebagai tempat mencatat transaksi
penjualan secarakredit.
c. Buku jurnal pengeluaran kas; sebagai tempat mencatat
transaksi pembeliansecara tunai.
d. Buku jurnal penerimaan kas; sebagai tempat mencatat
transaksi penjualansecara tunai.
e. Buku jurnal umum; sebagai tempat mencatat retur
pembelian dan returpenjualan.
f. Kartu persediaan; sebagai tempat mencatat mutasi persediaan.

Dalam perusahaan dagang persediaan terdiri atas satu golongan yaitu


persediaan barang dagangan yang merupakan barang yang dibeli untuk dijual
kembali. Sistem akuntansi persediaan barang dagangan bertujuan untuk mencapai
mutasi tiap – tiap jenis persediaan yang disimpan di gudang , hal ini
berkaitan erat dengan pembelian atau penerimaan barang dagangan, retur
pembelian , penjualan barang dagangan atau pengeluaran dan retur penjualan.
Dibawah ini adalah contoh kartu persediaan barang.

Petunjuk pengisian kartu persediaan barang tersebut sebagai berikut :


a. Lajur 1 : diisi tanggal penerimaan / pengeluaran barang.
b. Lajur 2 : diisi nomor dan tanggal surat penerimaan / pengeluaran.
c. Lajur 3 : diisi asal penerimaan / unit yang menerima barang.
d. Lajur 4 : diisi harga satuan tiap barang yang diterima.
e. Lajur 5 : diisi jumlah barang setiap kali masuk / penerimaan.
f. Lajur 6 : diisi unit sisa barang yang dikeluarkan.

g. Lajur 7 : diisi harga satuan tiap barang yang dikeluarkan.


h. Lajur 8 : diisi jumlah harga barang yang dikeluarkan.
i. Lajur 9 : diisi unit sisa barang yang ada dalam gudang / persediaan.
j. Lajur 10 : diisi harga satuan tiap barang sisa sebagai persediaan.
k. Lajur 11 : diisi jumlah harga barang sisa sebagai persediaan.

6. Menyusun Buku Pembantu/Kartu Persediaan Barang Dagang

Menentukan saldo akhir persediaan dapat menggunakan diantaranya metode


FIFO, LIFO, dan biaya rata-rata tertimbang diilustrasikan dalam sistem
persediaan perpetual. Kita akan memberi ilustrasi untuk setiap metode
menggunakan data untuk barang 127B, seperti ditunjukkan berikut ini.

B. Metode Persediaan Barang Dagang

1. Metode Fisik/Periodik (Physical Method)

Metode fisik (periodik) adalah metode pencatatan persediaan barang dagangan


yang dilakukan secara berkala untuk periode tertentu. Metode pencatatan in
digunakan untuk perusahaan dagang yang menjual barang yang jenisnya beragam,
harga satuan tiap barang relative murah, sehingga secara teknis harga pokok
penjualan untuk tiap jenis barang sulit dihitung. Contoh : Alfamart, Indomaret,
Giant, dll.

Sistem ini tidak mencatat nilai persediaan secara rutin, bahkan terkadang hanya
mencatat nilai persediaan akhir pada akhir periode akuntansi melalui stok opname.
Sistem ini mencatat transaksi pembelian ke dalam akun pembelian, sehingga dalam
pencatatan laporan laba rugi nilai pembelian akan dicatat sebagai pengurang
penjualanatau pendapatan.
1.

2. Metode Perpektual/ Terus-Menerus (Perpektual Method)

Metode perpektual adalah metode pencatatan persediaan barang dagangan yang


dilakukan secara terus-menerus. Sistem ini cocok digunakan untuk perusahaan yang
memiliki persediaan barang yang jenisnya sedikit dan harga satuannya relative
mahal. Contoh: Agen tunggal TV, dealer mobil/ motor, dll.

Sistem ini mencatat pembelian setiap hari terhadap barang dagangan.


Nilai persediaan barang akan dimasukkan ke dalam akun persediaan barang dan pada
saat terjadi transaksi maka akan secara otomatis mengurangi barang tersebut yaitu
dengan menghitung nilai pokok penjualan secara langsung. Kelebihan dari metode
ini adalah sewaktu–waktu nilai persediaan dapat diketahui, begitu juga dengan
laporan laba rugi tanpa harus menunggu akhir periode.

Dalam sistem ini terdapat satu catatan tersendiri yang disebut kartu stok atau
kartu persediaan (stock card). Kumpulan dari kartu stok, untuk semua jenis barang
yang ada disebut buku stok atau buku persediaan. Kartu stok mencatat detail
seperti penambahan, pengurangan dan saldo yang ada setelah terjadinya suatu
transaksi. Tiap transaksi dicatat kuantitas barangnya, harga pokok/unit jumlah
nilainya, Penambahan dalam kartu stok biasanya berasal dari pembelian barang
dagang. Di samping pembelian, penambahan dalam kartu stok juga dapat berasal
dari penjualan retur. Pengurangan dalam kartu stok, pada umumnya berasal dari
penjualan barang dagang. Pengurangan dapat juga terjadi dari pembelian retur.
C. Pencatatan Sistem Fisik (Periodik)

Pada pencatatan sistem fisik (periodic), nilai persediaan barang dagangan baru
dapat diketahui setelah kuantitas barang yang tersedia dihitung secara fisik, kemudian
dikalikan dengan harga satuannya. Metode pencatatan sistem fisik antara lain terdiri
dari metode FIFO, LIFO, rata-rata, identifikasi khusus, persediaan dasar, dan metode
taksiran.

1. Metode FIFO (First In First Out)

Pada metode ini, barang lebih dulu masuk (dibeli) dianggap barang yang lebih
dulu dikeluarkan (dijual), sehingga nilai persediaan akhir dihitung berdasarkan harga
barang yang masuk terlebih dahulu. Saat metode FIFO dari biaya persediaan
digunakan, biaya dimasukkan dalam beban pokok penjualan dengan urutan yang
sama saat biaya tersebut terjadi. Metode FIFO sering konsisten dengan arus fisik
atau pergerakan barang. Oleh karena itu, metode FIFO memberikan hasil yang
kurang lebih sama dengan hasil yang diperoleh dari metode identifikasi biaya
spesifik untuk setiap unit terjual dan yang masih berada dalam persediaan.

Contoh:

PD Taslim pada bulan Juni 2017 mempunyai data tentang persediaan sebagai
berikut:

Juni 1 Persediaan awal 300kg @ Rp 240.000


Rp800
3 Pembelian 500kg @ Rp 387.500
Rp775
5 Penjualan 350kg
10 Pembelian 700kg @ Rp 577.500
Rp825
15 Penjualan 300kg
20 Penjualan 500kg
25 Pembelian 200kg Rp 170.000
@Rp850
1.700 kg Rp 1.375.000 1.150kg
Berdasarkan data diatas, hitungkah nilai persediaan pada tanggal 31 Juni, jika
digunakan metode FIFO!

Jawab:

Metode FIFO (First In First Out)

Jumlah persediaan awal dan pembelian 1.700kg


Jumlah Penjualan 1.150kg
Persedian Akhir 550kg
Persediaan tersebut terdiri dari:
Pembelian tanggal 25 Juni 200kg @ Rp850 = Rp 170.000
Pembelian tanggal 10 Juni 350kg @ Rp825 = Rp 288.750
Nilai Persediaan = Rp 458.750

2. Metode LIFO (Last In First Out)

Pada metode ini, barang yang masuk (dibeli) terakhir, justru dianggap
dikeluarkan(dijual) lebih dulu, sehingga nilai persediaan akhir dihitung berdasarkan
harga barang yang masuk terakhir. Saat metode LIFO digunakan dalam sistem
persediaan perpetual, biaya unit yang terjual merupakan biaya dari pembelian yang
terakhir. Penggunaan metode LIFO awalnya dibatasi pada situasi yang sangat
jarang di mana unit yang terjual diambil dari barang yang diperoleh paling akhir.
Tetapi, untuk tujuan perpajakan, saat ini metode LIFO banyak digunakan meskipun
metode ini tidak mencerminkan arus fisik unit.

Contoh: Berdasarkan Soal PD Taslim diatas, nilai persediaan barang apabila


dihitung dengan metode LIFO adalah sebagai berikut:

Metode LIFO

Persediaan Akhir 550 Kg, terdiri dari:


Persediaan awal 300kg @ Rp800 = Rp 240.000
Pembelian tanggal 3 Juni 250 kg @ Rp 775 = Rp 193.000
Nilai Persediaan = Rp 433.750
3. Metode Rata-Rata

a. Metode Rata-Rata Sederhana

Pada metode ini, nilai persediaan akhir barang dagangan dihitung berdasarkan
rata-rata harga persediaan awal dan harga beli.

Contoh: Berdasarkan Soal PD Taslim diatas, nilai persediaan barang apabila


dihitung dengan Metode Rata-Rata Sederhana adalah sebagai berikut:

Rp800 + Rp775 + Rp825 + Rp 850


Harga rata − rata = = Rp 812,5
4

Nilai Persedian = 550 x Rp 812,5 = Rp 446.875

b. Metode Rata-Rata Tertimbang

Pada metode ini, harga pokok rata-rata per satuan barang dihitung dengan cara
membagi jumlah pembelian barang yang disediakan untuk dijual, dengan jumlah
satuannya (kuantitasnya). Nilai persediaan akhir periode adalah hasil kuantitas
persediaan barang dagangan dengan harga rata-rata per satuan. Saat metode ini
digunakan dalam sistem persediaan perpetual, biaya unit rata‐rata tertimbang
dihitung setiap ada pembelian yang dilakukan. Biaya unit ini digunakan untuk
menentukan beban pokok penjualan sampai pembelian berikutnya dilakukan dan
nilai rata‐rata baru dihitung. Teknik ini disebut rata‐rata bergerak (moving
average).

Contoh: Berdasarkan Soal PD Taslim diatas, nilai persediaan barang apabila


dihitung dengan Metode Rata-Rata Tertimbang adalah sebagai berikut:

Rp 1.375.000
Harga rata − rata = = Rp 808,82
1.700

Nilai Persediaan = 550 x Rp 808,82 = Rp 444.852


4. Metode Identifikasi Khusus (Spesific Identification)

Pada metode ini , setiap barang yang masuk (dibeli) diberi tanda pengenal
khusus yang menunjukkan harga per satuan, sesuai dengan faktur yang diterima,
sehingga nilai persediaan akhir dihitung berdasarkan jenis dan keadaan barang yang
masih tersisa.

Nilai persediaan PD Taslim jika dihitung dengan metode identifikasi khusus,


jika ada pembelian tanggal 3 Maret 350kg dan tgl 200kg adalah sebagai berikut:

Metode Identifikasi Khusus

Persediaan terdiri dari:


Pembelian tanggal 3 Juni = 350 x Rp 775 = Rp 271.250
Pembelian tanggal 25 Juni = 200 x Rp 850 = Rp 170.000
Nilai Persediaan = Rp 441.250

5. Metode Persediaan Dasar (Basic Stock)

Persedian dasar yang disebut juga persediaan besi adalah persediaan yang harus
dimiliki oleh perusahaan dengan tujuan untuk menjaga likuiditas perusahaan.
Dengan demikian, pesanan yang terlambat karena adanya kemacetan atau sebab-
sebab lain, seperti gangguan keamanan, dan cuaca tidak menggangu kegiatan
produksi perusahaan.

Menurut metode persediaan dasar ini, nilai persediaan akhir dihitung sebgai
berikut:

1) Apabila kuantitasnya lebih banyak daripada kuantitas persediaan dasar, nilai


persediaan adalah nilai persediaan dasar ditambah dengan harga pasar
kelebihannya.

2) Apabila kuantitas lebih rendah daripada kuantitas persediaan dasar, nilai


persediaan adalah nilai persediaan dasar dikurangi dengan harga pasar
kelebihannya.

Nilai persediaan PD Taslim jika dihitung dengan metode persediaan dasar, jika
persediaan dasar ditetapkan 200kg dengan harga @Rp 800 dan selisihnya dihitung
menggunakan Metode FIFO adalah sebagai berikut:

Metode Persediaan Dasar

Persediaan Akhir 550 kg terdiri dari:


Persediaan dasar 200kg @ Rp800 = Rp 160.000
Pembelian tgl 25 Juni 200kg @Rp850 = Rp 170.000
Pembelian tgl 10 Juni 150kg @Rp 825 = Rp 123.750
Nilai Persediaan = Rp 453.750

6. Metode Taksiran

Dalam pencatatan sistem fisik, nilai persediaan barang pada akhir periode sering
dihitung dengan menggunakan metode taksiran. Metode ini biasanya digunakan oleh
supermarket yang biasa membuat laporan keuangan bulanan, sehingga relative sulit
dilakukan perhitungan barang secara fisik. Penetapan metode taksiran dapat
digunakan dengan metode eceran dan metode laba kotor.

a. Metode Eceran

Metode eceran banyak digunakan oleh toko serba ada atau swalayan yang
memperdagangkan berpuluh-puluh bahkan ratusan jenis barang. Di took swalayan,
setiap jenis barang yang diberi label harga jual ecerannya, sehingga pelayan took
lebih tahu harga jual eceran dari pada hargapokoknya dan mudah membuat laporan
atas barang yang masih ada berdasarkan harga eceran tersebut.

Prosedur penentuan nilai persediaan dengan metode eceran adalah sebagai


berikut:

1. Atas dasar sediaan awal barang awal, selain diketahui harga pokoknya harus
ditentukan berapa besar harga jual ecerannya
2. Setiap terjadi pembelian harus ditentukan jumlah harga jualnya,
3. Dihitung barang tersedia untuk dijual menurut harga beli dan menurut harga
jual
4. Dihitung persentase harga pokok terhadap harga jual adalah
Harga pokok persediaan barang tersedia untuk dijual
× 100%
Harga jual barang tersedia untuk dijual

5. Persentase harga pokok terhadap harga jual tersebut akan digunakan untuk
menaksir harga pokok persediaan yang ada pada akhir periode suatu periode.

Harga pokok persediaan akhir adalah 20 % x Rp …. (persediaan akhir menurut


harga jual) = Rp…..

Contoh:

Ramayana supermarket mempunyai data untuk tahun 2017 sebagai berikut:

Keterangan Harga Pokok Harga Jual


Persediaan awal, 1 Januari 2017 Rp 107,275,000 Rp 153,250,000
Pembelian bersih bulan Januari 2017 Rp 1,283,750,000 Rp 1,829,875,000
Barang tersedia untuk dijual Rp 1,391,025,000 Rp 1,983,125,000

Persediaan ditoko per 31 januari menurut harga jual eceran Rp 315.000.000.


Tentukanlah besarnya persediaan barang per 31 Januari 2017 menurut harga pokok.
Jawab:
Persentase harga pokok terhadap harga jual adalah sebagai berikut:

Rp 1.391.025.000
× 100% = 70,143% atau dibulatkan 70%
Rp 1.983.125.000

Persediaan barang per 31 Januari 2017 menurut harga jual Rp


315.000.000 Jadi, persediaan barang per 31 Desember 2008 menurut harga pokok
adalah70% x Rp 315.000.000 = Rp 220.000.000
b. Metode Laba Kotor (Gross Profit Method)

Dalam metode laba kotor, konsep yang digunakan adalah konsep hubungan
antara harga pokok dan harga jual. Dalam metode laba kotor, besarnya
persentase(%) laba kotor umunya didasarkan pada persentase laba tahun-tahun lalu.
Besarnya persentase dapat dihitung dengan 2(dua) cara yaitu:
1) Persentase laba Kotor Dihitung dari Harga Jual

Dalam metode ini, besarnya harga jual adalah 100%, sedangkan harga pokok
barang yang dijual adalah 100% dikurangi persentase (%) laba kotor atau disebut
persentase(%) harga pokok kurang dari 100%.
Contoh:
PD Bimantara memeiliki data tahun 2008 sebagai berikut:
Persediaan awal 1 Januari 2017 Rp 25,000,000
Pembelian bersih bulan Januari 2017 Rp 70,000,000
Penjualan bersih bulan Januari 2017 Rp126,000,000
Hitunglah besarnya nilai persediaan akhir 31 Januari 2017, apabila berdasarkan pengalaman tahun
lalu sebesar 40% dari jumlah penjualan bersih.
Jawab:
Persediaan awal 1 Januari 2017 Rp 25,000,000
Pembelian bersih bulan Januari 2017 Rp 70,000,000 (+)
Jumlah barang tersedia untuk dijual Rp 95,000,000
Penjualan bersih bulan Januari 2017 Rp126,000,000
Laba kotor= 40%x Rp 126.000.000 Rp 50,400,000 (-)
Harga pokok barang yang dijual Rp 75,600,000 (-)
Sediaan akhir per 31 Januri 2017 Rp 19,400,000
Catatan:
Harga pokok penjualan dapat pula dihitung
(100%-40%) x Rp 126.000.000 = Rp 75.600.000

2) Persentase Laba Kotor Dihitung dari Harga Pokok


Bila persentase laba kotorditentukan dari harga pokok, besarnya harga jual
adalah harga pokok (100%) ditambah persentase(%) Laba. Jadi harga jual lebih
dari seratus persen atau disebut persen laba diatas seratus.

Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut:


PD Bimantara memeiliki data tahun 2008 sebagai berikut:
Persediaan awal 1 Januari 2017 Rp 25,000,000
Pembelian bersih bulan Januari 2017 Rp 70,000,000
Penjualan bersih bulan Januari 2017 Rp 126,000,000
Hitunglah besarnya nilai persediaan akhir 31 Januari 2017, apabila laba kotor sebesar 40% dari
harga pokok.
Jawab:
Persediaan awal 1 Januari 2017 Rp 25,000,000
Pembelian bersih bulan Januari 2017 Rp 70,000,000 (+)
Jumlah barang tersedia untuk dijual Rp 95,000,000
Penjualan bersih bulan Januari 2017 Rp 126,000,000
Harga Jual = Harga Pokok 100% +l aba 40% =140%
Jadi, harga pokok penjualan 100% x Rp 126.000.000 Rp 90,000,000
140%
Persediaan akhir 31 Januari 2017 Rp 5,000,000

Atau dapat dihitung sebagai berikut:


Penjualan bersih Rp126,000,000
Laba Kotor = 40% x Rp 126.000.000 Rp 36,000,000
100% + 40%
Harga Pokok Penjualan Rp 90,000,000

D. Pencatatan Sistem Perpetual

Pada pencatatan metode perpektual, setiap terjadi mutasi persediaan dicatat dalam
akun persediaan barang dagangan, sehingga metode penilaian persediaan digunakan saat
terjadi transaksi penjualan, dengan membuat kartu persediaan barang secara lengkap,
yang memuat: kuantitas, harga satuan, jumlah harga, baik lajur masuk, lajur keluar
maupun lajur sisa. Metode pencatatan sistem perpektual antara lain terdiri dari metode:

1. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)/ FIFO

Besarnya nilai persediaan akhir dihitung dengan cara mengasumsikan barang


yang masuk pertama akan pertama kali dijual dan untuk kekurangannya mengambil
barang yang masuk berikutnya. Dalam penilaian persediaan biasanya perusahaan akan
membuat kartu persediaan. Berikut disajikan ilustrasi penghitungan persediaan dengan
menggunakan metode MTKP/FIFO.
PT Akira memiliki data persedian barang dagang selama bulan Juni 2019.

Tanggal Unit Harga Satuan

1 Juni Persediaan Awal 100 Rp. 3.000.000

3 Juni Penjualan 30 Rp. 3.250.000

6 Juni Pembelian 70 Rp. 3.100.000

14 Juni Penjualan 80 Rp. 3.300.000

19 Juni Pembelian 10 Rp. 3.200.000

27 Juni Penjualan 30 Rp. 3.400.000

Kartu persedian metode FIFO

Berdasarkan kartu persediaan tersebut dapat dilihat bahwa besarnya nilai


persediaan akhir adalah sebesar Rp. 125.000.000.
2. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP)/ LIFO

Besarnya nilai persediaan akhir dihitung dengan cara mengasumsikan barang yang
terakhir masuk yang akan lebih dulu dijual. Dalam penilaian persediaan ini pun biasanya
perusahaan akan membuat kartu persediaan. Berikut disajikan ilustrasi penghitungan
persediaan dengan menggunakan metode MTKP/LIFO.

PT Akira memiliki data persedian barang dagang selama bulan Juni 2019.

Tanggal Unit Harga Satuan

1 Juni Persediaan Awal 100 Rp. 3.000.000

3 Juni Penjualan 30 Rp. 3.250.000

6 Juni Pembelian 70 Rp. 3.100.000

14 Juni Penjualan 80 Rp. 3.300.000

19 Juni Pembelian 10 Rp. 3.200.000

27 Juni Penjualan 30 Rp. 3.400.000

Kartu persedian metode LIFO

Berdasarkan kartu persediaan tersebut, besarnya nilai persediaan akhir dengan


menggunakan metode LIFO adalah sebesar Rp. 120.000.000.
3. Metode Rata-Rata Bergerak (Moving Average)

Dalam metode ini setiap terjadinya transaksi pembelian harus dihitung harga beli
rata-rata tiap satuan, sehingga harga barang dagang setiap satuan selau berubah-ubah.
Harga rata-rata tiap satuan sebagai dasar untuk menghitung nilai persediaan akhir
barang dagang. Berdasarkan soal ilustrasi pada metode LIFO diatas, maka dapat
disajikan kartu persediaan dengan metode rata-rata bergerak sebagai berikut.

Kartu Persediaan Metode Rata-Rata Bergerak

Berdasarkan metode rata-rata bergerak, besarnya nilai persediaan akhir adalah sebesar
Rp. 122.857,143.
C. Rangkuman

D.

RANGKUMAN

Ikatan Akuntansi Indonesia (2013:14.2) menjelaskan bahwa persediaan adalah


aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa, dalam proses produksi
penjualan tersebut atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan
dalam proses produksi atau pembelian jasa. Persediaan barang dagang merupakan
komponen yang paling penting dalam perusahaan dagang dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Dalam melakukan jual beli, persediaan barang yang tersedia
digudang harus mendapatkan penanganan khusus yang berkaitan dengan keluar
masuknya persediaan barang dagangan.

Sistem pencatatan persediaan barang dagang dibagi menjadi dua jenis yaitu,
sistem periodik dan sistem perpetual. Sistem pencatatan metode perpetual disebut
juga metode buku adalah sistem dimana setiap persediaan yang masuk dan keluar
dicatat di pembukuan. Sementara metode periodik dilakukan dengan menghitung
jumlah persediaan di akhir suatu periode untuk melakukan pembukuannya.

Metode pencatatan perpetual adalah suatu metode pencatatan persediaan yang


pencatatan persediaannya dilakukan secara terus-menerus dalam kartu persediaan.
Beberapa metode pencatatan perpetual penilaian persediaan, yaitu metode masuk
pertama keluar pertama atau First In First Out (FIFO Method), metode masuk
akhir keluar pertama atau Last In First Out (LIFO Method), metode biaya rata-rata
(Average Cost Method).
DAFTAR PUSTAKA

Akuntansi.(2018). Persediaan Barang Dagang dan Pencatatan Akuntansi. Diakses pada 20 April
2021, dari http://akuntansijurusanku.blogspot.com/2009/11/persediaan-barang- dagang-
dan-pencatatan.html

Indarwati Lilik, S.Pd., Karmi, S.Pd. S.Akt. 2018. Praktikum Akuntansi Perusahaan Dagang.
Jakarta Timur : CV. Pustaka Mulia.

Dewanti Patrini Wahyu, S.E,M.Acc. 2019. Modul AKuntansi Perusahaan Dagang.


Yogyakarta:Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

24

Anda mungkin juga menyukai