Rhadianie Septi - 2008924 - Bahan Ajar (Akuntansi Keuangan - Metode Persediaan)
Rhadianie Septi - 2008924 - Bahan Ajar (Akuntansi Keuangan - Metode Persediaan)
AKUNTANSI
KEUANGAN
Penyusun:
RHADIANIE SEPTI
2008924
i
PETA KONSEP
METODE LIFO
METODE
PENCATATAN METODE RATA-RATA
PERSEDIAAN TERTIMBANG
METODE FIFO
METODE LIFO
SISTEM PERPETUAL
METODE RATA-
RATA TERTIMBANG
KOMPETENSI DASAR
3.13 Menerapkan metode FIFO, LIFO, Average dan Identifikasi Khusus dalam
perhitungan nilai persediaan
4.13 Menghitung nilai persediaan dengan metode FIFO, LIFO, Average dan Identifikasi
Khusus
1. Deskripsi Singkat
2. Petunjuk Belajar
b. Baca materi kegiatan belajar dengan cermat, untuk memperluas wawasan bacalah
dan pelajarilah literatur lain baik dari media cetakdan elektronik.
d. Baca rangkuman, kemudian kerjakan tes formatif secara jujur tanpa terlebih
dahulu melihat kunci.
e. Jika petunjuk di atas Anda ikuti dengan disiplin, Anda akan berhasil.
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran
a. Siswa dapat menjelaskan metode penilaian persediaan dengan metode FIFO, LIFO,
Average dan identifikasi khusus.
d. Melakukan perhitungan nilai persediaan dengan metode FIFO, LIFO, Average dan
identifikasi khusus.
e. Membuat kartu persediaan dengan metode FIFO, LIFO, Average dan identifikasi
khusus.
3. Pokok-Pokok Materi
Metode persediaan barang dagang dengan FIFO, LIFO, Average dan Identifikasi
Khusus.
4. Uraian Materi
A. Pengertian Persediaan
Fungsinya tetap sama untuk mencatat mutasi persediaan barang. Lebih detail
lagi fungsi dari laporan/kartu persediaan barang dagang :
d. Faktur pembelian
f. Faktur penjualan
g. Memo kredit
Sistem ini tidak mencatat nilai persediaan secara rutin, bahkan terkadang hanya
mencatat nilai persediaan akhir pada akhir periode akuntansi melalui stok opname.
Sistem ini mencatat transaksi pembelian ke dalam akun pembelian, sehingga dalam
pencatatan laporan laba rugi nilai pembelian akan dicatat sebagai pengurang
penjualanatau pendapatan.
1.
Dalam sistem ini terdapat satu catatan tersendiri yang disebut kartu stok atau
kartu persediaan (stock card). Kumpulan dari kartu stok, untuk semua jenis barang
yang ada disebut buku stok atau buku persediaan. Kartu stok mencatat detail
seperti penambahan, pengurangan dan saldo yang ada setelah terjadinya suatu
transaksi. Tiap transaksi dicatat kuantitas barangnya, harga pokok/unit jumlah
nilainya, Penambahan dalam kartu stok biasanya berasal dari pembelian barang
dagang. Di samping pembelian, penambahan dalam kartu stok juga dapat berasal
dari penjualan retur. Pengurangan dalam kartu stok, pada umumnya berasal dari
penjualan barang dagang. Pengurangan dapat juga terjadi dari pembelian retur.
C. Pencatatan Sistem Fisik (Periodik)
Pada pencatatan sistem fisik (periodic), nilai persediaan barang dagangan baru
dapat diketahui setelah kuantitas barang yang tersedia dihitung secara fisik, kemudian
dikalikan dengan harga satuannya. Metode pencatatan sistem fisik antara lain terdiri
dari metode FIFO, LIFO, rata-rata, identifikasi khusus, persediaan dasar, dan metode
taksiran.
Pada metode ini, barang lebih dulu masuk (dibeli) dianggap barang yang lebih
dulu dikeluarkan (dijual), sehingga nilai persediaan akhir dihitung berdasarkan harga
barang yang masuk terlebih dahulu. Saat metode FIFO dari biaya persediaan
digunakan, biaya dimasukkan dalam beban pokok penjualan dengan urutan yang
sama saat biaya tersebut terjadi. Metode FIFO sering konsisten dengan arus fisik
atau pergerakan barang. Oleh karena itu, metode FIFO memberikan hasil yang
kurang lebih sama dengan hasil yang diperoleh dari metode identifikasi biaya
spesifik untuk setiap unit terjual dan yang masih berada dalam persediaan.
Contoh:
PD Taslim pada bulan Juni 2017 mempunyai data tentang persediaan sebagai
berikut:
Jawab:
Pada metode ini, barang yang masuk (dibeli) terakhir, justru dianggap
dikeluarkan(dijual) lebih dulu, sehingga nilai persediaan akhir dihitung berdasarkan
harga barang yang masuk terakhir. Saat metode LIFO digunakan dalam sistem
persediaan perpetual, biaya unit yang terjual merupakan biaya dari pembelian yang
terakhir. Penggunaan metode LIFO awalnya dibatasi pada situasi yang sangat
jarang di mana unit yang terjual diambil dari barang yang diperoleh paling akhir.
Tetapi, untuk tujuan perpajakan, saat ini metode LIFO banyak digunakan meskipun
metode ini tidak mencerminkan arus fisik unit.
Metode LIFO
Pada metode ini, nilai persediaan akhir barang dagangan dihitung berdasarkan
rata-rata harga persediaan awal dan harga beli.
Pada metode ini, harga pokok rata-rata per satuan barang dihitung dengan cara
membagi jumlah pembelian barang yang disediakan untuk dijual, dengan jumlah
satuannya (kuantitasnya). Nilai persediaan akhir periode adalah hasil kuantitas
persediaan barang dagangan dengan harga rata-rata per satuan. Saat metode ini
digunakan dalam sistem persediaan perpetual, biaya unit rata‐rata tertimbang
dihitung setiap ada pembelian yang dilakukan. Biaya unit ini digunakan untuk
menentukan beban pokok penjualan sampai pembelian berikutnya dilakukan dan
nilai rata‐rata baru dihitung. Teknik ini disebut rata‐rata bergerak (moving
average).
Rp 1.375.000
Harga rata − rata = = Rp 808,82
1.700
Pada metode ini , setiap barang yang masuk (dibeli) diberi tanda pengenal
khusus yang menunjukkan harga per satuan, sesuai dengan faktur yang diterima,
sehingga nilai persediaan akhir dihitung berdasarkan jenis dan keadaan barang yang
masih tersisa.
Persedian dasar yang disebut juga persediaan besi adalah persediaan yang harus
dimiliki oleh perusahaan dengan tujuan untuk menjaga likuiditas perusahaan.
Dengan demikian, pesanan yang terlambat karena adanya kemacetan atau sebab-
sebab lain, seperti gangguan keamanan, dan cuaca tidak menggangu kegiatan
produksi perusahaan.
Menurut metode persediaan dasar ini, nilai persediaan akhir dihitung sebgai
berikut:
Nilai persediaan PD Taslim jika dihitung dengan metode persediaan dasar, jika
persediaan dasar ditetapkan 200kg dengan harga @Rp 800 dan selisihnya dihitung
menggunakan Metode FIFO adalah sebagai berikut:
6. Metode Taksiran
Dalam pencatatan sistem fisik, nilai persediaan barang pada akhir periode sering
dihitung dengan menggunakan metode taksiran. Metode ini biasanya digunakan oleh
supermarket yang biasa membuat laporan keuangan bulanan, sehingga relative sulit
dilakukan perhitungan barang secara fisik. Penetapan metode taksiran dapat
digunakan dengan metode eceran dan metode laba kotor.
a. Metode Eceran
Metode eceran banyak digunakan oleh toko serba ada atau swalayan yang
memperdagangkan berpuluh-puluh bahkan ratusan jenis barang. Di took swalayan,
setiap jenis barang yang diberi label harga jual ecerannya, sehingga pelayan took
lebih tahu harga jual eceran dari pada hargapokoknya dan mudah membuat laporan
atas barang yang masih ada berdasarkan harga eceran tersebut.
1. Atas dasar sediaan awal barang awal, selain diketahui harga pokoknya harus
ditentukan berapa besar harga jual ecerannya
2. Setiap terjadi pembelian harus ditentukan jumlah harga jualnya,
3. Dihitung barang tersedia untuk dijual menurut harga beli dan menurut harga
jual
4. Dihitung persentase harga pokok terhadap harga jual adalah
Harga pokok persediaan barang tersedia untuk dijual
× 100%
Harga jual barang tersedia untuk dijual
5. Persentase harga pokok terhadap harga jual tersebut akan digunakan untuk
menaksir harga pokok persediaan yang ada pada akhir periode suatu periode.
Contoh:
Rp 1.391.025.000
× 100% = 70,143% atau dibulatkan 70%
Rp 1.983.125.000
Dalam metode laba kotor, konsep yang digunakan adalah konsep hubungan
antara harga pokok dan harga jual. Dalam metode laba kotor, besarnya
persentase(%) laba kotor umunya didasarkan pada persentase laba tahun-tahun lalu.
Besarnya persentase dapat dihitung dengan 2(dua) cara yaitu:
1) Persentase laba Kotor Dihitung dari Harga Jual
Dalam metode ini, besarnya harga jual adalah 100%, sedangkan harga pokok
barang yang dijual adalah 100% dikurangi persentase (%) laba kotor atau disebut
persentase(%) harga pokok kurang dari 100%.
Contoh:
PD Bimantara memeiliki data tahun 2008 sebagai berikut:
Persediaan awal 1 Januari 2017 Rp 25,000,000
Pembelian bersih bulan Januari 2017 Rp 70,000,000
Penjualan bersih bulan Januari 2017 Rp126,000,000
Hitunglah besarnya nilai persediaan akhir 31 Januari 2017, apabila berdasarkan pengalaman tahun
lalu sebesar 40% dari jumlah penjualan bersih.
Jawab:
Persediaan awal 1 Januari 2017 Rp 25,000,000
Pembelian bersih bulan Januari 2017 Rp 70,000,000 (+)
Jumlah barang tersedia untuk dijual Rp 95,000,000
Penjualan bersih bulan Januari 2017 Rp126,000,000
Laba kotor= 40%x Rp 126.000.000 Rp 50,400,000 (-)
Harga pokok barang yang dijual Rp 75,600,000 (-)
Sediaan akhir per 31 Januri 2017 Rp 19,400,000
Catatan:
Harga pokok penjualan dapat pula dihitung
(100%-40%) x Rp 126.000.000 = Rp 75.600.000
Pada pencatatan metode perpektual, setiap terjadi mutasi persediaan dicatat dalam
akun persediaan barang dagangan, sehingga metode penilaian persediaan digunakan saat
terjadi transaksi penjualan, dengan membuat kartu persediaan barang secara lengkap,
yang memuat: kuantitas, harga satuan, jumlah harga, baik lajur masuk, lajur keluar
maupun lajur sisa. Metode pencatatan sistem perpektual antara lain terdiri dari metode:
Besarnya nilai persediaan akhir dihitung dengan cara mengasumsikan barang yang
terakhir masuk yang akan lebih dulu dijual. Dalam penilaian persediaan ini pun biasanya
perusahaan akan membuat kartu persediaan. Berikut disajikan ilustrasi penghitungan
persediaan dengan menggunakan metode MTKP/LIFO.
PT Akira memiliki data persedian barang dagang selama bulan Juni 2019.
Dalam metode ini setiap terjadinya transaksi pembelian harus dihitung harga beli
rata-rata tiap satuan, sehingga harga barang dagang setiap satuan selau berubah-ubah.
Harga rata-rata tiap satuan sebagai dasar untuk menghitung nilai persediaan akhir
barang dagang. Berdasarkan soal ilustrasi pada metode LIFO diatas, maka dapat
disajikan kartu persediaan dengan metode rata-rata bergerak sebagai berikut.
Berdasarkan metode rata-rata bergerak, besarnya nilai persediaan akhir adalah sebesar
Rp. 122.857,143.
C. Rangkuman
D.
RANGKUMAN
Sistem pencatatan persediaan barang dagang dibagi menjadi dua jenis yaitu,
sistem periodik dan sistem perpetual. Sistem pencatatan metode perpetual disebut
juga metode buku adalah sistem dimana setiap persediaan yang masuk dan keluar
dicatat di pembukuan. Sementara metode periodik dilakukan dengan menghitung
jumlah persediaan di akhir suatu periode untuk melakukan pembukuannya.
Akuntansi.(2018). Persediaan Barang Dagang dan Pencatatan Akuntansi. Diakses pada 20 April
2021, dari http://akuntansijurusanku.blogspot.com/2009/11/persediaan-barang- dagang-
dan-pencatatan.html
Indarwati Lilik, S.Pd., Karmi, S.Pd. S.Akt. 2018. Praktikum Akuntansi Perusahaan Dagang.
Jakarta Timur : CV. Pustaka Mulia.
24