Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

AKUTANSI BIAYA

DI SUSUN OLEH: KELOMPOK 7

HADI SANTOSO (162101031)

YANTI (162101095)

ATTIN WIJAYA

RANISMA ISKANDAR

LA ODE MURSIDIN

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON

BAUBAU

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya terutama
nikmat sehat dan kesempatan sehingga kami mampui menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Akutansi Biaya.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen. Akhirnya kami menyadari
masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun utnuk pembuatan makalah ini.

Baubau, 9 Desember 2022

Kelompok 7
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang...........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................1

1.3 Tujuan.........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Manfaat Informasi Harga Pokok Variabel…………………………………2

B. Mengklasifikasikan Biaya Tetap Dan Variabel……………………………2

C. Kalkulasi/Penentuan Harga Pokok Variabel………………………………9

BAB IIH PENUTUP

2.1 Kesimpulan.................................................................................................10

2.2 Saran...........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akutansi Biaya dapat mencapai tujuan tentang penentuan harga pokok produk, maka
akutansi biaya mencatat, menggolongkan dan meringkas biaya-biaya pembuatan produk atau
penyerahan jasa. Biaya-biaya yang dikumpulkan yang disajikan adalah biaya-biaya yang telah
terjadi pada masa lalu atau biaya historis. Umumnya akutansi biaya untuk penentuan harga
pokok produk ini untuk memenuhi kebutuhan pihak luar perusahaan. Oleh karena itu, untuk
melayani kebutuhan pihak luar tersebut, akutansi biaya untuk penentuan harga pokok produk
tunduk pada prinsip-prinsip akutansi yang lazim.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas maka penulis meluruskan masalah sebagai berikut :

1. Jelaskan Manfaat Informasi Harga Pokok Variabel?

2. Jelaskan Pengertian Biaya Tetap Dan Biaya Variabel?

3. Bagaimana Penjelasan Penentuan Harga Pokok Variabel?

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai materi
akuntansi biaya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Manfaat Informasi Harga Pokok Variabel

Membantu manajemen dalam mengendalikan kondisi-kondisi operasional yang sedang


berjalan seperti mengetahui batas kontribusi (contribution margin) dalam perencanaan laba
melalui analisa hubungan biaya volume laba untuk pengambilan keputusan jangka pendek.

B. Mengklasifikasikan Biaya Tetap Dan Variabel

a. Pengertian Biaya Tetap dan Biaya Variabel

Pada dasarnya, biaya tetap merupakan biaya yang tidak terpengaruh dengan adanya perubahan
lainnya. Menurut OJK (Otoritas Jasa Keuangan), biaya tetap adalah biaya perusahaan yang
jumlah besarannya tidak ditentukan oleh volume kegiatan perusahaan, apakah itu terkait
produksi maupun dalam penjualan, biaya tetap ini seperti gaji yang dikeluarkan perusahaan
untuk karyawan, pembayaran bunga, biaya sewa, adanya depresiasi, dan biaya asuransi (fixed
cost).

Dalam akuntansi, biaya tetap merupakan jenis biaya yang tidak mengalami perubahan atau dapat
dikatakan sebagai statis. Biaya tetap juga akan dikenakan pada saat tidak ada kegiatan atau
proses produksi yang dilakukan maupun saat melakukan banyak kegiatan sekali pun. Beberapa
contoh yang termasuk ke dalam biaya tetap ialah seperti gaji pegawai, uang sewa gedung, hingga
biaya cukai.

Dapat dilihat berdasarkan contoh yang telah disebutkan, biaya-biaya tersebut harus selalu
dibayarkan oleh perusahaan ataupun pelaku bisnis walaupun tidak menghasilkan output barang
dan/atau jasa apa pun.
Selain biaya tetap, nyatanya pelaku usaha ataupun perusahaan mengeluarkan biaya variabel
untuk menjalankan bisnisnya. Biaya variabel adalah biaya yang selalu mengalami perubahan
yang dikeluarkan perusahaan/pelaku bisnis. Hal ini dikarenakan adanya perubahan pada jumlah
produk yang akan dibuat/diproduksi oleh perusahaan tersebut.

Prinsip dari biaya variabel ialah semakin besar jumlah produksinya maka semakin besar pula
biaya yang dikeluarkan dari pelaku bisnis/perusahaan tersebut. Hal ini juga berlaku sebaliknya,
semakin kecil jumlah produksinya, maka semakin kecil pula biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan. Adanya perubahan pada harga variabel ini dipengaruhi oleh fluktuasi aktivitas
perusahaan tersebut.

b. Perbedaan Biaya Tetap dan Biaya Variabel

Setelah kita mengetahui tentang biaya tetap dan variabel, selanjutnya kita akan membahas
perbedaan biaya tetap dan biaya variabel. Yuk simak ulasan berikut ini tentang perbedaan biaya
variabel dan biaya tetap

Dilihat dari segi waktu

Biaya tetap merupakan pengeluaran yang biasanya tidak terjadi setiap hari. Biaya tetap bisa
dikeluarkan selama beberapa periode seperti per bulan, per tahun ataupun per beberapa tahun
sekali. Sementara itu, biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan dengan rentang waktu
lebih pendek, bisa saja seminggu sekali ataupun tiap hari.

Dilihat berdasarkan penentuan harganya

Perbedaan selanjutnya ialah berdasarkan penentuan harga. Walaupun jumlahnya besar, biaya
tetap sangat jarang digunakan sebagai dasar penentuan suatu harga barang dan/atau jasa. Hal ini
berbeda dengan biaya variabel dimana pada biaya ini menjadi salah satu dasar penentuan harga
suatu barang dan/atau jasa.

Dilihat berdasarkan nominal pembayaran

Selanjutnya perbedaan antara biaya tetap dan biaya variabel dilihat dari jumlah atau nominal
pembayaran. Biaya tetap umumnya memiliki nominal yang jauh lebih tinggi daripada biaya
variabel. Bahkan jika perusahaan berada pada profitabilitas nol atau dalam arti lain tidak
mendapatkan untung, nominal dari biaya tetap tidak akan berubah. Berbeda halnya dengan biaya
variabel dimana nominal ataupun jumlah yang dikeluarkan jauh lebih rendah dan dapat
disesuaikan dengan keadaan keuangan perusahaan.

Dilihat berdasarkan segi hubungannya dengan produksi

Pada dasarnya biaya tetap adalah biaya yang tidak berhubungan langsung dengan proses
produksi barang. Jika terjadi pengurangan produksi, maka nominal biaya tetap tidak akan
berubah. Biaya variabel, di sisi lain, sangat terkait dengan proses produksi yang dikeluarkan oleh
perusahaan.

Dibedakan berdasarkan pencatatan keuangan pada akuntansi

Laporan biaya variabel adalah laporan yang dapat dibuat setiap hari, setiap satu minggu, bahkan
setiap bulannya berdasarkan arus keluar masuk suatu produk. Di sisi lain, intensitas pembuatan
laporan untuk biaya tetap sangat jarang, bisa sebulan, setahun atau beberapa tahun sekali.

c. Jenis Biaya Tetap & Contohnya

Untuk lebih mengerti dan paham mengenai biaya tetap, yuk simak ulasan berikut tentang contoh
apa saja yang termasuk dalam biaya tetap sebagai berikut:
Biaya untuk pembayaran sewa Gedung

Contoh pertama dari biaya tetap adalah biaya sewa properti, seperti bangunan, tanah, dll. Meski
penghasilan bisnis Kamu sudah turun, Kamu tetap harus membayar sewa gedung, tanah dan
sejenisnya. Selain biaya sewa, biaya pembelian properti juga termasuk dalam contoh biaya tetap.

Biaya untuk pembayaran Pajak Bumi Bangunan (PBB)

Contoh biaya tetap yang lainnya adalah pajak bumi dan bangunan (PBB). Selama luas properti
tidak bertambah, maka nominal PBB yang harus dibayarkan perusahaan setiap tahun tidak akan
bertambah.

Biaya untuk pembayaran asuransi

Setelah Kamu mengikuti program asuransi, perusahaan akan diminta untuk membayar premi
Kamu terlepas dari situasi keuangan Kamu. Selain itu, besarnya biaya asuransi biasanya tetap
dan tidak mengalami perubahan pada setiap bulannya, sehingga dapat digolongkan sebagai biaya
tetap.

Biaya penyusutan

Biaya penyusutan merupakan contoh biaya tetap yang juga dapat diklasifikasikan sebagai biaya
variabel. Oleh karena itu, banyak orang menyebut biaya penyusutan/depresiasi sebagai biaya
campuran atau mixed cost. Pada dasarnya, penyusutan akuntansi dihitung setiap tahun, sehingga
secara sah diklasifikasikan sebagai biaya tetap. Namun, ada dua hal yang membedakan biaya
penyusutan nominal, yaitu jumlah produksi per tahun dan cara penghitungan penyusutan.

d. Jenis Biaya Variabel & Contohnya

Setelah memahami mengenai contoh dari biaya tetap, ada juga loh contoh-contoh dari biaya
variabel diantaranya seperti
Biaya untuk pembayaran bahan baku

Contoh pertama dari biaya variabel adalah biaya bahan baku untuk produksi suatu barang dan
atau jasa. Biaya bahan baku harus dikeluarkan berdasarkan jumlah produksi yang diinginkan
perusahaan dalam suatu periode tertentu sehingga hal ini dapat dikategorikan sebagai biaya
variabel

Biaya distribusi barang

Contoh dari biaya variabel adalah biaya pengiriman produk ke distributor hingga ke konsumen.
Hal ini juga termasuk kedalam biaya bensin, pengemudi, dll. Biaya distribusi produk jenis ini
disebut biaya variabel dimana jumlah biaya bergantung dengan jumlah produk yang
didistribusikan.

Biaya tenaga kerja atau upah

Contoh biaya variabel selanjutnya adalah upah tenaga kerja langsung, yaitu upah yang
dibayarkan kepada pekerja yang berhubungan langsung dengan proses produksi. Upah tenaga
kerja langsung dibayarkan untuk setiap barang yang diproduksi

Biaya untuk komisi penjualan

Beberapa perusahaan memberikan komisi penjualan atau bonus untuk memastikan penjualan
terpenuhi atau di atas target. Oleh karena itu, komisi termasuk dalam biaya variabel.

Biaya lainnya atau overhead


Biaya lainnya/overhead termasuk ke dalam biaya variabel. Biaya overhead ini merupakan biaya-
biaya selain yang telah disebutkan di atas, dan tidak dapat dimasukkan secara rinci ke laporan
keuangan. Contoh berbagai biaya overhead itu seperti biaya beli alat tulis, print dokumen-
dokumen, konsumsi untuk harian, kebutuhan untuk pengharum ruangan, dll.

e. Rumus Biaya Tetap dan Rumus Biaya Variabel Beserta Cara Menghitungnya

Untuk menentukan dan menghitung biaya tetap maupun biaya variabel tentunya kita
membutuhkan rumus perhitungannya. Berikut ini adalah Rumus Biaya Tetap dan rumus Biaya
Variabel Serta Contoh Menghitungnya

Rumus Biaya Tetap

Untuk menghitung biaya tetap, rumusnya adalah

FC = TC – (UVC X Quantity)

Keterangan:

FC = Fixed Cost

TC = Total Cost

UVC = Unit Variable Cost

Contoh perhitungannya:

Dimulai pada bulan Mei 2021, PT. X mengeluarkan biaya produksi sebesar Rp500 juta.
Diketahui bahwa kuantitas produksi sebanyak 25 ribu produk dan biaya variabel Rp15 ribu per
produknya. Untuk mengetahui biaya tetapnya adalah:

FC = TC – (UVC X Quantity)

= Rp 500,000,000 – (25.000 X Rp 15.000)

= Rp 500.000.000 – Rp 375.000.000
= Rp 125.000.000

Dari contoh diatas, dapat dilihat bahwa biaya tetap yang dikeluarkan pada bulan Mei 2021 oleh
PT X adalah sebesar Rp 125 juta.

Rumus biaya variabel

Untuk menghitung biaya tetap, rumusnya adalah

VC = TC – FC/ Quantity

Keterangan:

VC = Variable Cost

TC = Total Cost

FC = Fixed Cost

Contoh perhitungannya:

Pada bulan Mei 2021, Andika mengeluarkan biaya produksi totalnya Rp 50 juta, dengan tagihan
fixed cost sebesar Rp 5 juta. Andika juga memproduksi 2500 unit barang pada bulan yang sama,
maka dapat diketahui biaya variabelnya:

VC = TC – FC/ Quantity

= (Rp 50.000.000 – Rp 5.000.000) / 2.500

= Rp 45.000.000 / 2.500

= Rp 18.000

Jadi biaya variabel yang dikeluarkan oleh Andika pada bulan Mei 2021 adalah sebesar Rp 18
ribu per unit produk.

C. Kalkulasi/Penentuan Harga Pokok Variabel


 Konsep Variable Costing

FULL COSTING: Penentuan harga pokok produk yang konvensional, membebankan semua
unsur biaya produksi (biaya bahan baku, biaya TKL, biaya OHP) baik yg sifanya tetap maupun
variabel kepada produk atau jasa dikenal dengan metode Full Costing (penentuan hrga pokok
penuh) / Absorption Costing atau Convensional Costing.

 Click To Edit The Title

- VARIABLE COSTING:
Variable Costing (penentuan harga pokok variabel) merupakan metode penentuan harga pokok
produk yang membeban kan unsur biaya produksi yang bersifat variabel saja.

- Unsur biaya produksi bersifat tetap diperlakukan bukan sebagai harga pokok produk melainkan
sebagai unsur biaya periodik. Biaya periodik merupakan biaya yang lebih erat hubungannya
dengan periode akuntansi daripada dengan produk yang dihasilkan dan umumnya biaya periodik
bersifat tetap.

Perhitungan harga pokok produk menurut metode Full costing dan Variable Costing

Metode Full Costing


Biaya Bahan baku…………xxxxx
Biaya TKL………………….…xxxxx
Biaya OHP:
Variabel…….xxx
Tetap………..xxx xxxxx
Harga pokok Produk……xxxxx

Metode Variabel Costing


Biaya Bahan baku…………xxxxx
Biaya TKL………………….…xxxxx
Biaya OHP Variabel…..….xxxxx
Harga pokok Produk……..xxxxx

Contoh Bentuk Perhitungan Laba Rugi

METODE FULL COSTING

Penjualan………………………………………………………..xxxx
HPP (termasuk BOP tetap)………………………………..xxxx
Laba Kotor……………………………………………….xxxx
Biaya Pemasaran………………………xxx
Biaya Administrasi dan Umum……xxx +
xxxx –
Laba Bersih……………………………………xxxx
PT. Abadi memproduksi dan
menjual alat tenun dari bahan
kayu. Adapun data operasional sbb
:
Harga jual per unit = Rp 500.000
Biaya produksi :
- Biaya variabel per unit :
Bahan langsung Rp 110.000
Tenaga kerja langsung Rp
60.000
Overhead pabrik variabel Rp
30.000
- Biaya tetap per tahun Rp
12.000.000
Persediaan barang jadi :
- Unit persediaan awal 0
- Unit yang diproduksi 100
unit
- Unit yang terjual 80 unit
Biaya pemasaran tetap selama satu
tahun Rp 7.000.000
Biaya pemasaran variabel per unit
Rp 50.000 x 80 unit = Rp
4.000.000
Dari data di atas, maka hitunglah
HPP menggunakan variable
costing dan sajikan dalam laporan
laba
rugi:
Jawab :
Biaya produksi berdasarkan direct
costing/variable costing :
= bahan langsung + tenaga kerja
langsung + overhead pabrik
variabel
= Rp 110.000 + Rp 60.000 + Rp
30.000 = Rp 200.000
Laporan laba rugi berdasarkan
direct/variable costing :
Penjualan (80 x 500.000) Rp
40.000.000
Biaya variabel :
Harga pokok produksi
(80x200.000) Rp 16.000.000
Beban adm & penjualan
(80x50.000) Rp 4.000.000
Total biaya variabel (Rp
20.000.000)
Margin kontribusi Rp
20.000.000
Biaya tetap :
Overhead pabrik tetap Rp
12.000.000
Beban adm & penjualan Rp
7.000.000
Total biaya tetap Rp
19.000.000
Laba Netto Rp 1.000.000
Selisih laba netto antara full
costing dan variable costing :
=3.400.000 – 1.000.000 = Rp
2.400.000
Berasal dari saldo akhir
sejumlah 20 unit dengan
perbedaan harga pokok antara
full costing dengan
variable costing = (320.000-
200.000) x 20 = 2.400.000
PT. Abadi memproduksi dan
menjual alat tenun dari bahan
kayu. Adapun data operasional sbb
:
Harga jual per unit = Rp 500.000
Biaya produksi :
- Biaya variabel per unit :
Bahan langsung Rp 110.000
Tenaga kerja langsung Rp
60.000
Overhead pabrik variabel Rp
30.000
- Biaya tetap per tahun Rp
12.000.000
Persediaan barang jadi :
- Unit persediaan awal 0
- Unit yang diproduksi 100
unit
- Unit yang terjual 80 unit
Biaya pemasaran tetap selama satu
tahun Rp 7.000.000
Biaya pemasaran variabel per unit
Rp 50.000 x 80 unit = Rp
4.000.000
Dari data di atas, maka hitunglah
HPP menggunakan variable
costing dan sajikan dalam laporan
laba
rugi:
Jawab :
Biaya produksi berdasarkan direct
costing/variable costing :
= bahan langsung + tenaga kerja
langsung + overhead pabrik
variabel
= Rp 110.000 + Rp 60.000 + Rp
30.000 = Rp 200.000
Laporan laba rugi berdasarkan
direct/variable costing :
Penjualan (80 x 500.000) Rp
40.000.000
Biaya variabel :
Harga pokok produksi
(80x200.000) Rp 16.000.000
Beban adm & penjualan
(80x50.000) Rp 4.000.000
Total biaya variabel (Rp
20.000.000)
Margin kontribusi Rp
20.000.000
Biaya tetap :
Overhead pabrik tetap Rp
12.000.000
Beban adm & penjualan Rp
7.000.000
Total biaya tetap Rp
19.000.000
Laba Netto Rp 1.000.000
Selisih laba netto antara full
costing dan variable costing :
=3.400.000 – 1.000.000 = Rp
2.400.000
Berasal dari saldo akhir
sejumlah 20 unit dengan
perbedaan harga pokok antara
full costing dengan
variable costing = (320.000-
200.000) x 20 = 2.400.000
PT. Abadi memproduksi dan
menjual alat tenun dari bahan
kayu. Adapun data operasional sbb
:
Harga jual per unit = Rp 500.000
Biaya produksi :
- Biaya variabel per unit :
Bahan langsung Rp 110.000
Tenaga kerja langsung Rp
60.000
Overhead pabrik variabel Rp
30.000
- Biaya tetap per tahun Rp
12.000.000
Persediaan barang jadi :
- Unit persediaan awal 0
- Unit yang diproduksi 100
unit
- Unit yang terjual 80 unit
Biaya pemasaran tetap selama satu
tahun Rp 7.000.000
Biaya pemasaran variabel per unit
Rp 50.000 x 80 unit = Rp
4.000.000
Dari data di atas, maka hitunglah
HPP menggunakan variable
costing dan sajikan dalam laporan
laba
rugi:
Jawab :
Biaya produksi berdasarkan direct
costing/variable costing :
= bahan langsung + tenaga kerja
langsung + overhead pabrik
variabel
= Rp 110.000 + Rp 60.000 + Rp
30.000 = Rp 200.000
Laporan laba rugi berdasarkan
direct/variable costing :
Penjualan (80 x 500.000) Rp
40.000.000
Biaya variabel :
Harga pokok produksi
(80x200.000) Rp 16.000.000
Beban adm & penjualan
(80x50.000) Rp 4.000.000
Total biaya variabel (Rp
20.000.000)
Margin kontribusi Rp
20.000.000
Biaya tetap :
Overhead pabrik tetap Rp
12.000.000
Beban adm & penjualan Rp
7.000.000
Total biaya tetap Rp
19.000.000
Laba Netto Rp 1.000.000
Selisih laba netto antara full
costing dan variable costing :
=3.400.000 – 1.000.000 = Rp
2.400.000
Berasal dari saldo akhir
sejumlah 20 unit dengan
perbedaan harga pokok antara
full costing dengan
variable costing = (320.000-
200.000) x 20 = 2.400.000
PT. Abadi memproduksi dan
menjual alat tenun dari bahan
kayu. Adapun data operasional sbb
:
Harga jual per unit = Rp 500.000
Biaya produksi :
- Biaya variabel per unit :
Bahan langsung Rp 110.000
Tenaga kerja langsung Rp
60.000
Overhead pabrik variabel Rp
30.000
- Biaya tetap per tahun Rp
12.000.000
Persediaan barang jadi :
- Unit persediaan awal 0
- Unit yang diproduksi 100
unit
- Unit yang terjual 80 unit
Biaya pemasaran tetap selama satu
tahun Rp 7.000.000
Biaya pemasaran variabel per unit
Rp 50.000 x 80 unit = Rp
4.000.000
Dari data di atas, maka hitunglah
HPP menggunakan variable
costing dan sajikan dalam laporan
laba
rugi:
Jawab :
Biaya produksi berdasarkan direct
costing/variable costing :
= bahan langsung + tenaga kerja
langsung + overhead pabrik
variabel
= Rp 110.000 + Rp 60.000 + Rp
30.000 = Rp 200.000
Laporan laba rugi berdasarkan
direct/variable costing :
Penjualan (80 x 500.000) Rp
40.000.000
Biaya variabel :
Harga pokok produksi
(80x200.000) Rp 16.000.000
Beban adm & penjualan
(80x50.000) Rp 4.000.000
Total biaya variabel (Rp
20.000.000)
Margin kontribusi Rp
20.000.000
Biaya tetap :
Overhead pabrik tetap Rp
12.000.000
Beban adm & penjualan Rp
7.000.000
Total biaya tetap Rp
19.000.000
Laba Netto Rp 1.000.000
Selisih laba netto antara full
costing dan variable costing :
=3.400.000 – 1.000.000 = Rp
2.400.000
Berasal dari saldo akhir
sejumlah 20 unit dengan
perbedaan harga pokok antara
full costing dengan
variable costing = (320.000-
200.000) x 20 = 2.400.000
PT. Abadi memproduksi dan
menjual alat tenun dari bahan
kayu. Adapun data operasional sbb
:
Harga jual per unit = Rp 500.000
Biaya produksi :
- Biaya variabel per unit :
Bahan langsung Rp 110.000
Tenaga kerja langsung Rp
60.000
Overhead pabrik variabel Rp
30.000
- Biaya tetap per tahun Rp
12.000.000
Persediaan barang jadi :
- Unit persediaan awal 0
- Unit yang diproduksi 100
unit
- Unit yang terjual 80 unit
Biaya pemasaran tetap selama satu
tahun Rp 7.000.000
Biaya pemasaran variabel per unit
Rp 50.000 x 80 unit = Rp
4.000.000
Dari data di atas, maka hitunglah
HPP menggunakan variable
costing dan sajikan dalam laporan
laba
rugi:
Jawab :
Biaya produksi berdasarkan direct
costing/variable costing :
= bahan langsung + tenaga kerja
langsung + overhead pabrik
variabel
= Rp 110.000 + Rp 60.000 + Rp
30.000 = Rp 200.000
Laporan laba rugi berdasarkan
direct/variable costing :
Penjualan (80 x 500.000) Rp
40.000.000
Biaya variabel :
Harga pokok produksi
(80x200.000) Rp 16.000.000
Beban adm & penjualan
(80x50.000) Rp 4.000.000
Total biaya variabel (Rp
20.000.000)
Margin kontribusi Rp
20.000.000
Biaya tetap :
Overhead pabrik tetap Rp
12.000.000
Beban adm & penjualan Rp
7.000.000
Total biaya tetap Rp
19.000.000
Laba Netto Rp 1.000.000
Selisih laba netto antara full
costing dan variable costing :
=3.400.000 – 1.000.000 = Rp
2.400.000
Berasal dari saldo akhir
sejumlah 20 unit dengan
perbedaan harga pokok antara
full costing dengan
variable costing = (320.000-
200.000) x 20 = 2.400.000
PT. Abadi memproduksi dan
menjual alat tenun dari bahan
kayu. Adapun data operasional sbb
:
Harga jual per unit = Rp 500.000
Biaya produksi :
- Biaya variabel per unit :
Bahan langsung Rp 110.000
Tenaga kerja langsung Rp
60.000
Overhead pabrik variabel Rp
30.000
- Biaya tetap per tahun Rp
12.000.000
Persediaan barang jadi :
- Unit persediaan awal 0
- Unit yang diproduksi 100
unit
- Unit yang terjual 80 unit
Biaya pemasaran tetap selama satu
tahun Rp 7.000.000
Biaya pemasaran variabel per unit
Rp 50.000 x 80 unit = Rp
4.000.000
Dari data di atas, maka hitunglah
HPP menggunakan variable
costing dan sajikan dalam laporan
laba
rugi:
Jawab :
Biaya produksi berdasarkan direct
costing/variable costing :
= bahan langsung + tenaga kerja
langsung + overhead pabrik
variabel
= Rp 110.000 + Rp 60.000 + Rp
30.000 = Rp 200.000
Laporan laba rugi berdasarkan
direct/variable costing :
Penjualan (80 x 500.000) Rp
40.000.000
Biaya variabel :
Harga pokok produksi
(80x200.000) Rp 16.000.000
Beban adm & penjualan
(80x50.000) Rp 4.000.000
Total biaya variabel (Rp
20.000.000)
Margin kontribusi Rp
20.000.000
Biaya tetap :
Overhead pabrik tetap Rp
12.000.000
Beban adm & penjualan Rp
7.000.000
Total biaya tetap Rp
19.000.000
Laba Netto Rp 1.000.000
Selisih laba netto antara full
costing dan variable costing :
=3.400.000 – 1.000.000 = Rp
2.400.000
Berasal dari saldo akhir
sejumlah 20 unit dengan
perbedaan harga pokok antara
full costing dengan
variable costing = (320.000-
200.000) x 20 = 2.400.000
Contoh Soal Metode Variable
Costing
Contoh Soal Metode Variable
Costing
Contoh Soal Metode Variable
Costing
Contoh Soal Metode Variable
Costing
Contoh Soal Metode Variable
Costing
Contoh Soal Metode Variable Costing

PT. Abadi memproduksi dan menjual alat tenun dari bahan kayu. Adapun data operasional sbb:
Harga jual per unit = Rp.500.000
Biaya Produksi :
- Biaya variable per unit :
Bahan Langsung Rp.110.000
Tenaga Kerja Langsung Rp.60.000
Overhead Pabrik Variabel Rp.30.000
- Biaya tetap per tahun Rp.12.000.000
Persediaan Barang Jadi :
- Unit Persediaan Awal 0
- Unit Yang DiProduksi 100 unit
- Unit Yang Terjual 80 unit
Biaya Pemasaran Tetap Selama Satu Tahun Rp.7.000.000
Biaya Pemasaran Variabel Per Unit Rp.50.000 x 80 unit= Rp.4.000.000
Dari Data Diatas, Maka Hitunglah HPP Menggunakan Variabel Costing Dan Sajikan Dalam
Laporan Laba Rugi :

Jawab :
Biaya Produksi Berdasarkan Direct Costing/Variable Costing :
= Bahan Langsung + Tenaga Kerja Langsung + Overhead Pabrik Variabel
= Rp.110.000 + Rp.60.000 + Rp.30.000 = Rp.200.000

Laporan laba rugi berdasarkan direct/variable costing :


Penjualan (80 x 500.000) Rp.40.000.000
Biaya Variabel :
Harga Pokok Produksi (80 x 200.000) Rp.16.000.000
Beban adm & Penjualan (80 x 50.000) Rp.4.000.000
Total Biaya Variabel Rp.(20.000.000)
Margin Kontribusi Rp.20.000.000
Biaya Tetap :
Overhead Pabrik Tetap Rp.12.000.000
Beban adm & Penjualan Rp.7.000.000
Total Biaya Tetap Rp.19.000.000
Laba Netto Rp.1.000.000
Selisih Laba Netto antara full costing dan variable costing :
= 3.400.000-1.000.000=Rp.2.400.000
Berasal dari saldo akhir sejumlah 20 unit dengan perbedaan harga pokok antara full costing
dengan variable costing=(320.000-200.000) x 20=2.400.000

KEUNGGULAN VARIABEL COSTING


1. Alat Perencanaan Operasi
2. Penetapan Harga Jual
3. Alat bantu pengambilan keputusan manajemen
4. Penentuan titik impas/pulang pokok
5. Alat pengendalian manajemen
KELEMAHAN VARIABEL COSTING

1. Kesulitan dalam pemisahan


2. Tidak dapat diterima untuk pelaporan ekstren

BAB 111
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Dari uraian pembahasan makalah diatas, dapat disimpulkan :
a. Harga pokok variable (variable costing) adalah penentuan harga pokok produksi yang hanya
memasukkan biaya produksi variabel sebagai elemen harga pokok produk.
b. Manfaat dari harga pokok variabel antara lain perencanaan laba jangka pendek, penetapan
harga jual produk, pengambilan keputusan, pengendalian biaya, dan evaluasi profitabilitas dari
multi produk.
2.2 Saran
Penetapan harga pokok secara umum sudah baik, namun perusahaan harus dapat
menyajikan terlebih dahulu estimasi / taksiran biaya-biaya produksi yang dikeluarkan untuk
pembuatan suatu pesanan agar lebih efektif dalam membandingkan dengan realisasi yang terjadi
sesungguhnya, sehingga tercapai penetapan laba yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.polsri.ac.id/9711/6/6.%20BAB%20V.pdf
https://brainly.co.id/tugas/22483312
https://rangkulteman.id/berita/pengertian-dan-perbedaan-biaya-tetap-dan-biaya-variabel-serta-
cara-hitungnya
https://lmsspada.kemdikbud.go.id/mod/resource/view.php?id=73873
https://www.studocu.com/id/document/universitas-mercu-buana-jakarta/financial-accounting-1/
contoh-soal-dan-jawaban-variabel-costing/26329685

Anda mungkin juga menyukai