OLEH :
PEMBIMBING:
dr. Raja Al Fath Widya Iswara, MH., Sp.FM., MHPE.
Hemothoraks
Pada kasus arah tembakan menembus dada masuk
ke sternum dekat procesus xypoideus kemudian tembus
ke lapisan jantung masuk ke atrium kanan, ventrikel
kanan, septum interventrikuler, ventrikel kiri dan
menembus lobus atas paru kiri.
Tamponade pericardial
Lividitas Temuan adanya Lividatas pada kasus tidak
dijelaskan. Namun berdasarkan teori Lividitas post-
mortem atau biasa disebut dengan lebam mayat adalah
perubahan warna kebiruan atau ungu kemerahan akibat
distensi kapiler-vena dengan darah, pada permukaan
bawah kulit bagian tubuh, karena pengendapan darah di
daerah tersebut karena tarikan gravitasi, saat sirkulasi
jantung berhenti.6
Warna lividity tergantung pada warna darah dan
cara kematian. Biasanya berwarna ungu kemerahan atau
ungu kebiruan.
- Pada kematian akibat anemia dan perdarahan
warnanya sangat samar.
- Pada kematian akibat asfiksia, darah terutama
berwarna vena, lividitas sangat berkembang dan
berwarna ungu
- Racun tertentu memberikan warna yang berbeda
pada lividity, misalnya karbon monoksida-cherry
pink, potasium sianida merah terang, kalium
klorat-cokelat, fosfor-coklat tua, nitrit-merah
coklat, pewarna anilin biru tua, hidrogen sulfida-
hijau kebiruan dan opium hampir hitam.7
Livor mortis, juga disebut hypostasis, adalah salah
satu tanda kematian paling awal, terjadi dalam beberapa
jam setelah meninggal. Tanda-tanda visual pertama,
yang dapat muncul sedini 30 menit setelah kematian,
terdiri dari penampilan yang tidak merata pada kulit
dengan beberapa area warna merah muda dan kulit pucat
lainnya. Area-area ini kemudian membesar untuk
membentuk warna merah / merah muda di bagian tubuh
yang rendah dan yang pucat di tempat lain. Perubahan
pewarnaan tersebut di atas disebabkan oleh dinamika
darah internal setelah kematian. Ketika jantung berhenti,
sel darah merah bergerak ke bawah di bawah pengaruh
gravitasi. Hal ini menghasilkan penyatuan darah di
pembuluh darah di bagian bawah tubuh, menyebabkan
perubahan warna. Warna area yang dipenuhi darah
tergantung pada saturasi oksigen darah, yang menurun
seiring waktu. Darah beroksigen berwarna merah terang,
sedangkan darah terdeoksigenasi berwarna merah gelap,
tetapi tampak biru atau ungu melalui kulit. Ketika
tekanan diterapkan ke permukaan kulit, darah ditekan
keluar dari area yang terkena dan tampak pucat. Setelah
sekitar 8–12 jam pembuluh darah rusak dan darah bocor
ke jaringan sekitarnya.7
DAFTAR PUSTAKA
1. Price S, Wilson L. 2012. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC.
2. Mathur A, Agrawal YK. An overview of methods used for estimation of time
since death. Australian Journal of Forensic Sciences. 2011 Dec 1;43(4):275-
85.
3. Guyton A. C., Hall, J. L. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Jakarta : EGC
4. Staub LJ, Biscaro RRM, Kaszubowski E, Maurici R. Chest ultrasonography
for the emergency diagnosis of traumatic pneumothorax and haemothorax:
A systematic review and meta-analysis. Injury. 2018 Mar;49(3):457-466.
5. Broderick SR. Hemothorax: Etiology, diagnosis, and management. Thoracic
Surgery Clinic. 2013 Feb;23(1):89-96.
6. Scott MF, Khodaverdian RA, Shaheen JL, Ney AL, Nygaard RM. Predictors
of retained hemothorax after trauma and impact on patient
outcomes. European Journal Trauma Emergency Surgery. 2017
Apr;43(2):179-184.
7. Rayamane Anand P, M P Kumar M. P., Nanandkar, S. D. Medicolegal
Significance Of Postmortem Lividity In Determination Of Time Since Death.
Journal OF Forensic Medicine and Toxicology. 2014 June :30(1):12-17