Adimas Revisi DR Mira
Adimas Revisi DR Mira
DIAJUKAN OLEH:
NAMA : ADIMAS BENTAR GAUTAMA
NPM : 19005
PROGRAM STUDI : AUDIOLOGI
JAKARTA
i
PROGRAM STUDI AUDIOLOGI
JAKARTA
Penguji II
(Dr. dr. Semiramis Zizlavsky, Sp. T.H.T.K.L(K)) ……………………………
Penguji III
(dr. Widayat Alviandi, Sp. T.H.T.K.L(K)) ……………………………
Mengesahkan,
Direktur
ii
KATA PENGANTAR
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Taklupa shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi besar Rasulullah
Dengan Pendengaran Normal”. Ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu
terlepas dari bimbingan, dorongan, bantuan dan doa tulus dari banyak pihak.
Tanpa ini semua sangat sulit bagi penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis ingin menyampaikan ucapan
K.L (K).M.Kes
K.L (K)
iii
4. Pudir III Akademi Audiologi Indonesia, dr. Soekirman Soekin, Sp.T.H.T K.L
(K).M.Kes
Tulis Ilmiah ini, telah berkenan membimbing dalam segala hal, baik dalam
ilmu pengetahuan, maupun nasihat hidup, serta segala fasilitas yang telah
7. Terima kasih kepada Ibu Minshe yang telah memberikan saya peluang untuk
8. Terima kasih untuk kedua orang tua (Bapak dan Ibu) saya, atas doa, motivasi,
10. Dokter THT Divisi Komunitas, Divisi Neurotologi, Dokter PPDS dan seluruh
staff Poli THT RSCM FKUI yang membantu saya melakukan praktek kerja
Indonesia (Bang Jasman, Bang Dika, Zino, Shadam, Wira, Agung, Ando,
Afif, Hendi, Dinda, Oca, Feli, Nanda, Melium) yang telah memberikan masa
12. Keluarga Akademi Audiologi Indonesia lintas angkatan, yang telah berkenan
iv
13. Terima Kasih khusus untuk Mama yang ada di surga dan Salsa Bila Maulika
Ilmiah.
14. Warkamp Family (Mas Ari, Mas Muji, Mas Deny, Mas Dimas, Bang Den,
Bang Eky, Bang Obi, Bang Rahman, Bang Dimas ATW, Bang Ganang,
15. Sentiong Pride yang telah memberikan kesan dukungan serta semangat
16. Garparo dan HERO yang telah memberikan saya suasana baru ketika saya
mengerjakan KTI.
kekurangan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh sebab itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam upaya perbaikan
Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna bagi
Penulis
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
ABSTRAK...........................................................................................................viii
ABSTRACT...........................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
2.1.4 Fisiologi...............................................................................................11
AUDIOMETRY................................................................................................14
vi
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................38
BAB V PEMBAHASAN......................................................................................45
6.1 Kesimpulan............................................................................................47
6.2 Saran.......................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................49
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
BAB I
PENDAHULUAN
misalnya pada bayi, anak dengan gangguan sifat dan tingkah laku intelegensi
Rangsangan bunyi yang diberikan melalui headphone atau insert phone dan
gelombang. Masa latensi dibagi menjadi 3 yaitu masa latensi absolut, masa
latensi antar gelombang dan masa latensi antar telinga. Masa latensi
1
Tetapi pada penelitian ini, dilakukan pemeriksaan BERA click dengan
pendengaran. Anak kecil biasanya memiliki area mastoid yang terbatas, dan
dan lobulus daun telinga pada perekaman BERA click. Perbedaan hasil dari
bahwa ada korelasi yang kuat antara latensi gelombang V yang diperoleh
dari elektroda mastoid dan lobulus daun telinga. Oleh karena itu,
normal.1,4
2
1.2 RUMUSAN MASALAH
impedansi yang rendah untuk mengurangi artefak yang timbul. Alasan ini
lobulus daun telinga pada orang dewasa dengan alat BERA yang sama.
3
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan terutama
peletakan elektroda di mastoid dan lobulus daun telinga pada orang dewasa.
b. Audiologis:
c. Ilmu Pengetahuan:
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dan dalam.
3 cm. Di telinga luar juga ada lobulus daun telinga dan mastoid.
5
berhubungan dengan bagian-bagian telinga dimana mekanisme
telinga, bagian bawah telinga luar, terdiri dari jaringan ikat areolar
keseimbangan.2,3
terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian
timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga. 2
flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel
kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia,
seperti epitel mukosa saluran napas. Pras tensa mempunyai satu lapis
Iagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan
sedikit serat elastin yang berjalan secara radier dibagian luar dan
6
2.1.2 Telinga Tengah
Eustachius.2
dari arah tiang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang
7
Reflek cahaya (cone of light) ialah cahaya dari luar yang
dua setengah lingkaran dan vestibular yang terdiri dari tiga buah
8
kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut
vestibuli.
Skala vestibuli dan skala timpani berisi cairan endolimf ion dan
9
melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut
sel rambut dalam (inner hair cell/IHC) dan sel-sel rambut luar
(outer hair cell/OHC) sel-sel seperti sel Deiter, sel liensen dan sel
Claudius, IHC tersusun satu lapis, sedangkan OHC terdiri atas tiga
tektoria. Sel rambut dalam berjumlah 3.500 dan sel rambut luar
10
2.1.4 Fisiologi
11
2.2 GANGGUAN PENDENGARAN
dapat diketahui jenis dan derajat ketuliannya, normal atau tuli. 2,3
intensitas nada murni yang terkecil pada suatu frekusnsi tertentu yang
12
2.2.2 Jenis Gangguan Pendengaran
bagi 4. 2
udara (AC) atau hantaran tulang (BC), akan tetapi untuk menentukan
0-25 dB Normal
13
> 90 dB Tuli sangat berat
AUDIOMETRY
14
Pencatatan rata-rata grafiknya diambil berdasarkan panjang
15
Gambar 2.4 Neural generator gelombang I-V BERA13
a. Gelombang I
b. Gelombang II
proksimal N. Auditory.4,9
c. Gelombang III
d. Gelombang IV
16
Gelombang IV sering muncul sebagai bahu utama pada
e. Gelombang V
kanan dihasilkan dari lemniskus lateral di sisi kiri batang otak dan
17
insert phone akan menempuh perjalanan melalui saraf ke VIII di
18
ahli Audiologis sebelum pemeriksaan BERA. Yang harus
b. Untuk anak-anak
tanpa sedasi.
a) Ruangan
19
Ruangan harus tenang dan terhindar dari bising,
20
menangkap aktifitas AEP tetapi juga aktifitas listrik lain yang
aktifitas EEG dan sinyal listrik yang lain. Proses yang utama dari
BERA adalah stimulus click, tone pip, dan tone burst. Stimulus
21
nada murni, karena bunyi click hanya menimbulkan aktivitas
22
bawah baru kemudian diikuti Gerakan membran basilaris keatas
2.3.8 Transduser
23
sejenisnya yang banyak dipakai dibeberapa klinik dengan
A. B. C.
Gambar 2.515
24
atau lobulus daun telinga aurikula. Bila satu telinga ditest, telinga
akan melakukan tes disisi telinga yang lain posisinya harus ditukar.
Hal ini penting dalam melakukan tes BERA tipe satu channel,
penempatan.
25
menunjukkan bahwa perekaman gelombang BERA click
26
Gambar 2.7 hasil pemeriksaan BERA click dengan
elektroda di mastoid.
2.3.10 Preamplifier
27
diberikan sampai timbul gelombang, dapat memberikan arti klinis
morfologi gelombang.6
28
2.3.11.2 Masa Latensi Antar Gelombang
neurologic. 6
29
absolut gelombang V kanan dan kiri pada intensitas yang
30
pergeseran latensi masing-masing intensitas tidak sama
diperlukan data. 6
2.3.11.6 Amplitudo
31
rasio V/I > 1. Amplitudo gelombang V tetap sekalipun
2.3.11.7 Morfologi
32
2.3.11.8 Clear Respons
> 50 nV.11
2.3.11.9 Inconclusive
tinggi. 11
33
2.3.11.10 Respons Absent
BERA
Pemeriksaan BERA
34
menaikkan intensitas, mengganti polaritas stimulus,
otak. Selain itu dapat dipakai untuk memantau kondisi sistem saraf
35
stimulus terendah dimana respons EP masih bisa dinilai.
36
nilai ambang pendengaran. Pemeriksaan BERA dapat
murni.
37
2.3.15 Cara Pemeriksaan BERA
kepala pada vertex, kedua mastoid kanan dan kiri atau lobulus
38
tersebut dihubungkan pada preamplifier Pemasangan stimulus
burst. 5,8
39
BAB III
METODE PENELITIAN
penelitian
40
Usia 19-21 Tahun (Dewasa)
Adanya Serumen
3.7.1 Persiapan
Alat tulis
Laptop
Nuprep
41
Otoskopi
Mahasiswa AAI
Pengumpulan data
diperiksa dengan otoskopi untuk menilai telinga luar dan telinga tengah.
42
2. Ambang dengar, suara yang paling lemah yang dapat didengar oleh
telinga manusia, ambang dengar dinyatakan normal jika tidak lebih dari
25dB
3. Masa laten absolut, waktu dalam ms (mili second) yang dibutuhkan pada
dan kiri dengan nuprep lalu usap menggunakan tisu, setelah itu
daun telinga kanan dan kiri dengan nuprep lalu usap menggunakan tisu,
2. Pembersihan kulit kepala pasien pada area vertex (dahi) kedua mastoid
bagian vertex, mastoid kanan dan mastoid kiri, lobulus kanan dan lobulus
43
4. Pemeriksaan menggunakan stimulus click, polaritas rarefaction, stimulus
rate 27,7/sec dan intensitas yang diperiksa 60dB dan 80dB pada masing-
masing pemeriksaan.
diperiksa.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Oktober 2022 di RSCM Poli THT Komunitas. Penelitian ini adalah untuk
20 1 - 1
21 1 2 3
44
4.2 Hasil Pemeriksaan BERA Click
Gelombang V Gelombang V
Intensita
Pasien L/P Usia Mastoid Mastoid Lobulus Lobulus
s
Kanan Kiri Kanan Kiri
45
80 5.49 5.24 5.57 5.53
46
Tabel 3. Rata-rata masa latensi absolut gelombang V pada intensitas 60 dB
47
BAB V
PEMBAHASAN
daun telinga terhadap masa laten absolut gelombang V pada pemeriksaan BERA
dengan stimulus click, penulis telah melakukan pemeriksaan pada 12 telinga dari
intensitas yang lebih rendah munculnya gelombang menjadi lebih cepat. Namun,
gelombang I, III, dan V lebih mudah diindentifikasi pada intensitas yang lebih
telinga terlihat pada kedua intensitas, semakin tinggi intensitasnya maka akan
semakin kecil masa laten absolutnya. Masa laten absolut adalah interval waktu
yang dibutuhkan dalam milidetik antara onset stimulus sampai terjadinya puncak
click pada intensitas 75 dB gelombang I timbul dalam waktu 1,6 ms setelah itu
onset stimulus gelombang III sekitar 3,7 ms dan gelombang V sekitar 5,6 ms
dengan standar deviasi pada orang dewasa gelombang I sekitar 0.10 gelombang
III 0.13 dan gelombang V 0.17. Masa laten ini sangat konsisten dan berulang pada
48
penempatan elektroda pada mastoid telinga kanan adalah 5,53 ms dan pada telinga
kiri adalah 5,55 ms. Masa latensi antar telinga kanan dan kiri pada penempatan
elektroda di mastoid masih dalam batas normal karena selisih masa latensi antar
penempatan elektroda di lobulus daun telinga kanan adalah 5,57 ms dan pada
telinga kiri adalah 5,66 ms. Selisih masa latensi antar telinga adalah 0,09 ms. Pada
5,99 ms dan pada telinga kiri adalah 5,98 ms. Masa latensi antar telinga kanan dan
kiri pada penempatan elektroda di mastoid masih dalam batas normal karena
selisih masa latensi antar telinga adalah 0,01 ms sedangkan masa latensi
kanan adalah 6,01 ms dan pada telinga kiri adalah 5,98. Selisih masa latensi antar
49
BAB VI
6.1 Kesimpulan
dan lobulus daun telinga tidak ada perbedaan masa laten absolut yang
dan lobulus daun telinga tidak ada perbedaan masa laten absolut yang
mastoid. Ini terjadi karena letak generator yang lebih jauh dari
mastoid. Ini terjadi karena letak generator yang lebih jauh dari
50
5. Pada Intensitas 60 dB masa laten absolut gelombang V dengan
6.2 Saran
1. Peletakan elektroda pada lobulus daun telinga bisa saja dilakukan atau
penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang jauh pada masa latensi
absolutnya.
51
DAFTAR PUSTAKA
1. Semiramis Zizlavsky, PhD, Ayu Astria Sriyana, MD, Tri Juda Airlangga,
PhD, Ratna Dwi Restuti, PhD, Brain evoked response audiometry recording
Department of ENT and Head and Neck Surgery. RSCM, FKUI. Jakarta:
Kepala & Leher. Jakarta: Balai Penerbit FKUI 2007. Hal: 10-24
dan Anak. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala
Ear Lobe, Mastoid, and Custom Ear Canal Reference Electrodes. USA: 2012
52
8. Suwento R, Persiapan Bahan Ajar Kuliah Pediatrik, Jakarta.
10. Sjarifuddin, Jenny Bashiruddin, Widayat Alviandi Tuli Koklea dan Tuli Retro
Koklea. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala &
11. Fikri Mirza, Bahan Ajar Teknik dan Interpertasi Pemeriksaan BERA dan ASSR
dan-bagian-bagiannya/
14. Gambar Hasil Pemeriksaan BERA Click Dan Tone Burst Pada Lobulus Daun
response-audiometry-recording-from-the-mastoid-and-e
15. Gambar penempatan elektroda 1 channel dan 2 channel pada lobulus daun
potentials-part-1-good-23607
16. https://pusatalatpendengaran.com/bagian-bagian-telinga-tengah-yang-belum-
pernah-anda-ketahui.html
53