Anda di halaman 1dari 6

PUISI-PUISI S.

ARIMBA

ASWATAMA

: perempuan Banowati

Malam ini kupupus usiamu


menggenapi pembantaian Pandawa atas Kurawa
menjadi penutup kurukasetra
perang terakhir kita berdua,
setelah tikung cinta Duryodana
setelah kehangatan pelukan Arjuna

Tubuh molekmu makin beku


hilang senyum manja merayu
kuhabisi kau dengan tangan sendiri
agar mengerti
cinta memang tak bisa dibagi

Yogyakarta
TAFSIR CINTA

: Jambumangli

Terkutuklah raja-raja pelamarmu Sukesi


akan kupatahkan leher mereka
kubasahkan darahnya pada alun-alun Alengka
biarlah jadi drama cinta
sepanjang sejarah manusia dan raksesa

Terkutuklah Wisrawa yang memetik bungamu Sukesi


akan kuremukkan tubuh bau tanahnya
resi tak tahu diri
telah menipumu dengan sastra jendra
dengan culas melumat tubuh molekmu
biarlah mereka menyebut semaunya
bukankan aku memang paman yang kau cintai
sejak remaja hingga dewasa
apa salahnya kita saling memiliki

Akan kukutuk siapapun perebutmu Sukesi.

Yogyakarta
LELAKI YANG BERGURU PADA ARCA

Akulah murid terbuang


lari dalam hutan menghayati kekalahan di rimba,
kusimpuh arca,
lelaki tua yang kupanggil Dorna
takzim bakti pada guru bisu
hingga dalam diam aku belajar suara
dan menanggalkan semua mata
akan kupanah salak anjing Arjuna
kesatria penggoda perempuan setia

Akulah murid tersia


mestika pusaka lepas dalam tipudaya
tapi kutukku berlaku juga
menjelma cipta di padang Kurukasetra
seorang guru, gugur oleh muridnya.

Yogyakarta
DI LUAR JENDELA

Di luar kaca angin terus menggoda


daun-daun bambu, pohon-pohon perdu
memanggil namamu
langit setengah gelap
mendung telah menggulung
seperti hari lalu
dalam sesal dan kesal

Seperti hujan akan tiba


dan rumput-rumput terjaga
dari tidur panjangnya
parit dan selokan terisi,
sungai-sungai menyeret mimpi
kau kembali menari dalam udara
dalam pekikan merdeka
hampa suara.

Yogya, 2020
Kisah Selembar Masker

: Kiai Sempon

Tiga pria berseragam mendatangi kiai di pinggir pedesaan


mengaku utusan pemerintahan
mengemban kewajiban menegakkan peraturan
“Pengajian rutin mingguan wajib dihentikan
sebab mengancam kesehatan!”

Kiai tersenyum lalu menjawab perlahan


“Saya santri kewajiban saya mengaji
tidak saya undang orang kemari, mereka datang sendiri
bersama atau sendiri, saya tetap mengaji”

Yogya, 2020
Biografi Singkat

S. Arimba, Penyair dan aktivis sastra di Yogyakarta. Lahir di Pagar Alam,


Sumatera Selatan, 20 Januari 1983. Sejak 2001 menetap di Yogyakarta.
Lulusan S2 Ilmu Sastra UGM dan saat ini sedang menyelesaikan Program
Doktor Ilmu Sastra di UGM. Karya puisinya dimuat dalam antologi bersama:
Kabar Sang Angin (2006), Syair Angin (2010), Taman Mimpi Nawawarsa
(2010), Wajah (2011), Satu Kata Istimewa (2012), Di Pangkuan Yogya
(2013), Lintang Panjer Wengi (2013), Parangtritis (2014). Kumpulan puisi
tunggalnya: Obituari Rindu (2013) dan Onrust, Ziarah Cinta (2015). Selain
menulis puisi juga menulis cerpen, esai, naskah drama, dan skenario film. Cerpennya dimuat dalam
antologi Kata yang Paling Sepi (2013), Esai dalam Tigabelas, Catatan Perjalanan Studio
Pertunjukan Sastra (2013) dan Dialog, Setahun Diskusi Puisi PKKH UGM (2013). Naskah drama
adaptasinya Kelembak Menyan di pentaskan oleh Teater Jaringan Anak Bahasa dalam Festival Teater
Yogyakarta 2009 memenangkan Diponegoro Award. Naskah drama lain yang sudah dipentaskan
Onde-onde Loemoet (2010), Bahagia Meraih Mimpi (Drama Musikal, 2018), dan Mengejar
Matahari Meraih Mimpi (Drama Musikal, 2018). Skenarionya yang sudah difilmkan adalah Rantang
(Suryakanta, 2015) dan Incang-inceng (Hompympaa, 2017).
Terlibat aktif di Studio Pertunjukan Sastra, Puisi Pro RRI Pro 2 Yogya, Sastra Kampung
Halaman, dan Diskusi Sastra PKKH UGM. Pernah menjabat Ketua I Himpunan Sastrawan DIY,
Produser Pentas Drama Kolosal Njemparing Rasa (2014), Produser Pentas Teater Kolosal Cupu
Manik Hasthagina (2015) dan Ketua Mimbar Pertunjukan Sastra Nusantara (2016), Ketua Mimbar
Seniman Muda (2017), Produser produksi Sandiwara Radio Bahasa Indonesia (2018). Tahun 2019
dipilih sebagai Ketua Panitia Festival Sastra Yogyakarta (Joglitfest). Pernah bekerja sebagai editor di
Jurnal Bulak Pusat Studi Kebudayaan UGM dan Jurnal Poetika S2 Ilmu Sastra UGM, reporter di
Majalah Sastra Sabana dan guru SMAN 1 Jebus. Saat ini bekerja sebagai dosen di Universitas Ahmad
Dahlan dan Akademi Film Yogyakarta. Selain mengajar juga mengelola penebitan Gress Publishing
dan Oceania Press. Tinggal di Jln. Imogiri Barat Km 5 Bantul. Dapat dihubungi via email/fb:
tiyangmardika@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai