Disusun Oleh:
Pendamping:
CILEGON
i
HALAMAN PENGESAHAN
oleh:
Telah dinilai dan dinyatakan diterima sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan program internship dokter Indonesia
Pendamping,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada TUHAN yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun mini project ini dengan baik
dan benar serta tepat waktunya. Di dalam mini
dalam mini project ini,
ini, penulis akan membahas
mengen
mengenai
ai “EVAL
“EVALUAS
UASII PROGRA
PROGRAM
M PENGEL
PENGELOLA
OLAAN
AN PENYA
PENYAKIT
KIT KRONIS
KRONIS
DI WILAYAH PUSKESMAS PULOMERAK”.
Mini project ini
ini telah dibuat dengan mendapatkan beberapa bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu dalam menyelesaikan tantangan dan hambatan
selama
selama proses
proses menger
mengerjak
jakan
an mini projec
project
t ini.
ini. Oleh
Oleh kera
kerana
na itu,
itu, penu
penulis
lis ingi
ingin
n
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan referat ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
mini project ini.Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan
saran
saran dan kritik
kritik yang
yang dapat
dapat memban
membangun
gun nilai kerja
kerja penuli
penuliss ini.
ini. Kritika
Kritikan
n yang
yang
berunsur konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
mini project ini
ini selanjutnya. Semoga mini project ini
project ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan apabila ada kata-kata yang kurang berkenan penulis memohon maaf
sebesar-besarnya.
Akhir kata semoga mini project
project ini dapat memberikan manfaat kepada
kita semua.
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Seirin
Seiring
g dengan
dengan pening
peningkata
katan
n status
status ekonom
ekonomi,
i, peruba
perubahan
han gaya
gaya hidup
hidup
dan
dan efek
efek samp
sampin
ing
g mode
modern
rnisa
isasi
si,, kecen
kecende
deru
rung
ngan
an peny
penyaki
akitt yang
yang timbu
timbull di
masyarakat pun mengalami pergeseran ke arah penyakit tidak menular dan
kronis. Beberapa penyakit yang sering timbul antara lain diabetes melitus dan
hipertensi. Di masa yang akan datang, jumlah penderita penyakit degeneratif
ini diperk
diperkira
irakan
kan akan
akan semakin
semakin mening
meningkat
kat,, karena
karena jumlah
jumlah pendud
penduduk
uk usia
usia
lanjut juga semakin bertambah. Hal ini akan memberikan dampak dan beban
ganda bagi pembangunan kesehatan di wilayah terkait.
Deng
Dengan
an berl
berlak
akun
unya
ya Jami
Jamina
nan
n Keseh
Kesehata
atan
n Nasio
Nasiona
nall sejak
sejak bula
bulan
n
Januari 2014, sesuai dengan Undang-undang nomor 40 tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang-undang nomor 24 tahun 2011
tentang BPJS, maka Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
seka
sekali
lig
gus garda
arda terd
terdep
epan
an pela
pelay
yanan
anan kese
keseha
hata
tan
n masy
masyar
arak
akat
at dapat
apat
melaksanakan
melaksanakan kegiatan Prolanis untuk melakukan
melakukan pembinaan
pembinaan proaktif dan
terintegrasi bagi para penderita penyakit kronis.
PROLANIS merupakan Program Pengelolaan Penyakit Kronis dengan
bentuk tindakan promotif dan preventif yang terintegrasi. Penyakit yang
dita
ditang
ngan
anii oleh
oleh PROL
PROLAN
ANIS
IS diab
diabet
etes
es melli
mellitu
tuss dan
dan hipe
hiperte
rtens
nsi.
i. Prog
Program
ram
PROLANIS
PROLANIS diharapkan meningkatkan
meningkatkan kualitas
kualitas hidup peserta BPJS melalui
pengolaan yang berkesinambungan. Strategi pelayanan kesehatan bagi
penyandang penyakit diabetes dan hipertensi pada pelayanan kesehatan
primer sehingga peran dokter pelayanan primer sangat penting dalam
program PROLANIS.
Dokt
Dokter
er pela
pelay
yanan
anan prim
primer
er jug
juga diha
dihara
rapk
pkan
an dapa
dapatt memb
member
erik
ikan
an
pelayanan promotif dan preventif yang komprehensif. Selain itu mereka
1
memiliki tugas untuk mengedukasi dan meningkatkan kemampuan peserta
PROLANIS untuk memelihara kesehatan pribadinya secara mandiri.
Pelayanan yang diberikan oleh Dokter Keluarga PROLANIS seperti
pelayanan obat untuk penyakit diabetes pasien selama satu bulan,
mengingatkan jadwal konsultasi dan pengambilan obat, memberi informasi
dan pengetahuan tentang penyakit diabetes secara teratur dan terstruktur,
pemantauan status kesehatan secara intensif serta adanya kegiatan kunjungan
rumah (home visit) bagi peserta. Dokter keluarga akan memantau kepatuhan
pasien terhadap program pengelolaan penyakit kronis ini untuk mengetahui
apakah pasien benar-benar melakukan apa yang direncanakan oleh dokter
keluarga PROLANIS.
Komitmen peserta dalam mengikuti PROLANIS juga merupakan hal
yang sangat penting. Peserta diharapkan mengikuti segala semua ketentuan
pengobatan yang direncanakan, karena jika tidak ada komitmen maka
program ini akan gagal. Dengan adanya PROLANIS, target peningkatan
status kesehatan, pengetahuan, kemampuan, dan kesadaran peserta dalam
rangka pemeliharaan kesehatan secara mandiri dapat terwujud secara
maksimal. Target ini juga didasarkan pada panduan klinis yang berlaku.
Indikator keberhasilan program PROLANIS adalah terwujudnya
Profil Kesehatan Peserta melalui pemantauan berkesinambungan terhadap
peserta. Hal ini bertujuan agar jumlah peserta yang hidup sehat dengan
penyakit kronis dapat dioptimalkan dan peserta yang jatuh pada fase akut atau
penyakit menjadi semakin parah dapat diminimalisasi.
2
akan memberikan dampak dan beban ganda bagi pembangunan
kesehatan di wilayah terkait.
2. Kegiatan prolanis berperan besar dalam peningkatan status kesehatan,
pengetahuan, kemampuan, dan kesadaran peserta dalam rangka
pemeliharaan kesehatan secata mandiri dapat terwujud secara
maksimal.
Mini project ini diharapkan dapat memberikan evaluasi dalam program Prolanis
tahun 2017.
3
1.4.2. Manfaat Aplikatif
3. Bagi Penulis
Menerapkan ilmu dan teori yang diperoleh selama pendidikan kedokteran,
menambah pengetahuan, pengalaman serta masukan penulis selanjutnya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.1.2. Sasaran PROLANIS
Sasaran Prolanis adalah seluruh peserta Askes Sosial penderita penyakit
kronis Diabetes Mellitus dan Hipertensi. Tahapannya, peserta harus mendaftar
dahulu di Kantor Cabang PT Askes (Persero) terdekat atau di Puskesmas dan
Dokter keluarga tempat peserta terdaftar. Setelah mendaftar, peserta akan
mendapatkan Dokter Keluarga Prolanis atau Dokter di Puskesmas Prolanis yang
dipilih serta buku pemantauan status kesehatan. Dokter Keluarga/Puskesmas di
sini berperan sebagai gatekeeper yang tidak hanya memilih pasien untuk dirujuk
ke spesialis terkait, tetapi diharapkan juga dapat memberikan pelayanan
komprehensif dan terfokus pada upaya promotif dan preventif. Dokter
Keluarga/Dokter Puskesmas akan bertindak sebagai manajer kesehatan bagi
penderita penyakit kronis ini. Dokter keluarga juga akan berperan sebagai
konsultan bagi peserta yang memberikan bimbingan, edukasi, dan peningkatan
kemampuan peserta untuk melakukan pemeliharaan atas kesehatan pribadinya
secara mandiri. Dokter akan memantau kondisi dan status kesehatan peserta
Prolanis secara rutin serta bisa memberikan resep obat kronis pada level Rawat
Jalan Tingkat Pertama. (Rini, 2014)
6
Pemberian konsultasi medis, informasi, edukasi terkait penyakit kronis
kepada penderita dan keluarga
o Kunjungan ke rumah pasien
o Penyuluhan penyakit kronis
o Pelatihan bagi tata cara perawatan bagi penderita
Pemantauan kondisi fisik peserta kronis secara berkesinambungan
Pemberian resep obat kronis dan kemudian peserta mengambil obat
pada Apotek yang ditunjuk
Pemberian surat rujukan ke Fasilitas yang lebih tinggi untuk kasus-kasus
yang tidak dapat ditanggulangi di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama /
Primer.
Penanganan terapi penyakit kronis dan peresepan obat kronis sesuai
Panduan Klinis penanganan penyakit kronis yang berlaku
Membuat dokumentasi status kesehatan per Pasien terhadap setiap
pelayanan yang diberikan kepada tiap pasien
Membuat jadwal pemeriksaan rutin yang harus dijalani oleh peserta
7
7. Melakukan sosialisasi PROLANIS kepada peserta (instansi, pertemuan
kelompok pasien kronis di RS, dan lain-lain)
8. Penawaran kesediaan terhadap peserta penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 dan
Hipertensi untuk bergabung dalam PROLANIS
9. Melakukan verifikasi terhadap kesesuaian data diagnosa dengan form kesediaan
yang diberikan oleh calon peserta Prolanis
10. Mendistribusikan buku pemantauan status kesehatan kepada peserta terdaftar
11. Melakukan rekapitulasi data peserta terdaftar
12. Melakukan entri data peserta dan pemberian flag peserta PROLANIS
13. Melakukan distribusi data peserta Prolanis sesuai Faskes Pengelola
14. Bersama dengan Faskes melakukan rekapitulasi data pemeriksaan status
kesehatan peserta, meliputi pemeriksaan GDP, GDPP, Tekanan Darah, IMT,
HbA1C. Bagi peserta yang belum pernah dilakukan pemeriksaan, harus segera
dilakukan pemeriksaan
15. Melakukan rekapitulasi data hasil pencatatan status kesehatan awal peserta per
Faskes Pengelola (data merupakan luaran Aplikasi P-Care)
16. Melakukan Monitoring aktifitas PROLANIS pada masing-masing Faskes
Pengelola:
Menerima laporan aktifitas PROLANIS dari Faskes Pengelola
Menganalisa data
17. Menyusun umpan balik kinerja Faskes PROLANIS
18. Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/ Kantor Pusat
8
Setelah semua persiapan pelaksanaan PROLANIS sudah dipenuhi,
Aktivitas PROLANIS dapat dilakukan. Adapun aktivitas PROLANIS dijalankan
sebagai berikut :
1. Konsultasi Medis Peserta Prolanis : jadwal konsultasi disepakati bersama antara
peserta dengan Faskes Pengelola
9
h. Menyusun umpan balik kinerja Faskes PROLANIS
Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/Kantor Pusat dengan tembusan
kepada Organisasi Profesi terkait diwilayahnya
3. Reminder melalui SMS Gateway
Definisi : Reminder adalah kegiatan untuk memotivasi peserta untuk melakukan
kunjungan rutin kepada Faskes Pengelola melalui pengingatan jadwal konsultasi
ke Faskes Pengelola tersebut
Sasaran : Tersampaikannya reminder jadwal konsultasi peserta ke masing-masing
Faskes Pengelola
Langkah – langkah:
a. Melakukan rekapitulasi nomor Handphone peserta PROLANIS/Keluarga
peserta per masing-masing Faskes Pengelola
b. Entri data nomor handphone kedalam aplikasi SMS Gateway
c. Melakukan rekapitulasi data kunjungan per peserta per Faskes Pengelola
d. Entri data jadwal kunjungan per peserta per Faskes Pengelola
e. Melakukan monitoring aktifitas reminder (melakukan rekapitulasi jumlah
peserta yang telah mendapat reminder)
f. Melakukan analisa data berdasarkan jumlah peserta yang mendapat reminder
dengan jumlah kunjungan
g. Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/Kantor Pusat
4. Home Visit
Definisi : Home Visit adalah kegiatan pelayanan kunjungan ke rumah Peserta
PROLANIS untuk pemberian informasi/edukasi kesehatan diri dan lingkungan
bagi peserta PROLANIS dan keluarga
Sasaran:
Peserta PROLANIS dengan kriteria :
a. Peserta baru terdaftar
b. Peserta tidak hadir terapi di Dokter Praktek Perorangan/Klinik/Puskesmas 3
bulan berturut-turut
c. Peserta dengan GDP/GDPP di bawah standar 3 bulan berturut-turut (PPDM)
10
d. Peserta dengan Tekanan Darah tidak terkontrol 3 bulan berturut-turut (PPHT)
e. Peserta pasca opname
Langkah – langkah:
a. Melakukan identifikasi sasaran peserta yang perlu dilakukan Home Visit
b. Memfasilitasi Faskes Pengelola untuk menetapkan waktu kunjungan
c. Bila diperlukan, dilakukan pendampingan pelaksanaan Home Visit
d. Melakukan administrasi Home Visit kepada Faskes Pengelola dengan berkas
sebagai berikut:
1) Formulir Home Visit yang mendapat tanda tangan Peserta/Keluarga peserta
yang dikunjungi
2) Lembar tindak lanjut dari Home Visit /lembar anjuran Faskes Pengelola
e. Melakukan monitoring aktifitas Home Visit (melakukan rekapitulasi jumlah
peserta yang telah mendapat Home Visit )
f. Melakukan analisa data berdasarkan jumlah peserta yang mendapat Home Visit
dengan jumlah peningkatan angka kunjungan dan status kesehatan peserta
g. Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/Kantor Pusat
11
2.2 Diabetes Mellitus
2.2.1 Definisi
Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu penyakit dengan gangguan metabolisme kronis
disertai gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari
insufiensi fungsi insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula dalam darah
(Depkes RI, 2005). Diabetes mellitus menggambarkan ketidakmampuan tubuh dalam
mengatur kadar gula darah dalam batas normal atau memproduksi insulin(Setiawan & Tri,
2007).
2.2.2 Klasifikasi
Diabetes mellitus terdapat 4 jenis yaitu :
1). Diabetes mellitus tipe 1
Pada DM tipe 1 ini terjadi gangguan metabolisme glukosa yang ditandai dengan
hiperglikemia kronik serta gangguan produksi insulin. Hal ini terjadi karena adanya reaksi
autoimun maupun idiopatik yang menyebabkan kerusakan sel β pankreas sehingga tidak
dapat memproduksi insulin (WDF, 2009).
2). Diabetes mellitus tipe 2
Pada penderita DM tipe 2 sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu merespon insulin
secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai “Resistensi Insulin”. DM tipe 2 tidak
terjadi perusakan sel-sel β Langerhans secara autoimun sebagaimana yang terjadi pada
DM tipe 1 sehingga dalam penanganannya biasanya tidak memerlukan terapi pemberian
insulin. Faktor genetik dan pengaruh lingkungan yang menjadi penyebab terjadinya DM
tipe 2 seperti obesitas, diet tinggi lemak atau rendah serat, serta kurangnya olahraga
(Depkes RI, 2005).
3). Diabetes mellitus gestasional
Diabetes mellitus gestasional (GDM = Gestational Diabetes Mellitus) adalah peningkatan
kadar glukosa darah selama kehamilan (ADA, 2013). Intoleransi glukosa GDM pertama
kali terjadi selama masa kehamilan pada atau setelah trimester kedua yang bersifat
sementara selama masa kehamilan (Depkes RI, 2005).
4) DM tipe khusus lain
DM tipe ini ditandai dengan gangguan sekresi insulin dengan sedikit atau tidak ada
resistensi insulin. Biasanya pasien menunjukkan hiperglikemia ringan pada usia dini.
Beberapa mutasi genetik telah menunjukkan dalam reseptor insulin dan berkaitan dengan
resistensi insulin. Resistensi insulin A mengacu pada sindrom klinis acanthosis nigricans,
12
virilisasi pada wanita, ovarium polikistik, dan hiperinsulinemia. Sebaliknya, tipe B
resistensi insulin disebabkan oleh autoantibodi ke reseptor insulin. Leprechaunism adalah
sindrom anak dengan spesifik fitur wajah dan resistensi insulin yang parah karena cacat
pada gen reseptor insulin. Diabetes Lipoatrophic merupakan hasil dari cacat postreseptor
dalam signaling insulin (Triplit et al., 2008).
13
Diabetes gestasional dapat terjadi sekitar 2-5 % pada ibu hamil. Biasanya diabetes akan
hilang setelah anak lahir.Namun, dapat pula terjadi diabetes di kemudian hari. Ibu hamil
yang menderita diabetes akan melahirkan bayi besar dengan berat badan lebih dari 4000
gram. Apabila hal ini terjadi, maka kemungkinan besar si ibu akan mengidap diabetes tipe
2 kelak.
f. Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4000 gram.
14
d. Stres
Kondisi stres kronik cenderung membuat seseorang mencari makanan yang manis-manis
dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin pada otak. Serotonin
mempunyai efek penenang sementara untuk meredakan stresnya. Tetapi efek
mengkonsumsi makanan yang manismanis dan berlemak tinggi terlalu banyak berbahaya
bagi mereka yang berisiko terkena diabetes mellitus.
e. Pola makan
Pola makan yang salah dapat mengakibatkan kurang gizi atau kelebihan berat badan.
Kedua hal tersebut dapat meningkatkan risiko terkena diabetes. Kurang gizi (malnutrisi)
dapat menganggu fungsi pankreas dan mengakibatkan gangguan sekresi insulin.
Sedangkan kelebihan berat badan dapat mengakibatkan gangguan kerja insulin. f.
Penyakit pada pankreas : pankreatitis, neoplasma, fibrosis kistik.
g. Alkohol
Alkohol dapat menyebabkan terjadinya inflamasi kronis pada pankreas yang dikenal
dengan istilah pankreatitis. Penyakit tersebut dapat menimbulkan gangguan produksi
insulin dan akhirnya dapat menyebabkan diabetes mellitus (Sustrani dan Hadibroto, 2004).
2.2.4 Diagnosis
Diagnosis diabetes mellitus ditegakkan berdasarkan gejala klasik yaitu Polifagia,
Polidipsia, Poliuria, penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya, dan hasil
pemeriksaan darah yang menunjukkan hiperglikemia positif. Diagnosis diabetes mellitus
dapat ditegakkan melalui tiga cara, yaitu :
1. Apabila ditemukan keluhan klasik dan pada pemeriksaan kadar glukosa darah
sewaktu 200 mg/dL sudah cukup untuk mendiagnosis penyakit diabetes mellitus.
Glukosa darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat tanpa memperhatikan
waktu makan terakhir.
2. Apabila ditemukan keluhan klasik dan pada pemeriksaan glukosa darah puasa 126
mg/dL. Yang dimaksud puasa pada pemeriksaan ini adalah pasien tidak mendapat
kalori tambahan paling sedikit 8 jam.
3. Dengan memeriksa test toleransi glukosa oral (TTGO). Pemeriksaan ini dilakukan
dengan memberikan beban glukosa yang setara dengan 75 gr glukosa anhidrus yang
dilarutkan dalam air. kemudian setelah 2 jam diperiksa kadar glukosa darah pasca
pembebanan didapatkan hasil 200 mg/dL. Pemeriksaan TTGO lebih sensitif dan lebih
spesifik bila dibandingkan dengan pemeriksaan glukosa darah puasa. Namun
15
pemeriksaan ini lebih sulit dilakukan, sehingga dalam praktek jarang dilakukan
( PERKENI, 2006).
16
glulisine (Apidra), insulin lispro (Humalog), dan insulin ASPART
(Novolog)
Insulin reguler atau short-acting, biasanya mencapai aliran darah dalam
waktu 30 menit setelah injeksi, waktu puncak 2 sampai 3 jam setelah
injeksi, dan berlaku efektif sekitar 3 sampai 6 jam. Jenis: Humulin R, R
Novolin
Insulin intermediate-acting, umumnya mencapai aliran darah sekitar 2
sampai 4 jam setelah injeksi, puncaknya 4 sampai 12 jam kemudian, dan
berlaku efektif untuk sekitar 12 sampai 18 jam. Jenis: NPH (Humulin N, N
Novolin)
Insulin long-acting, mencapai aliran darah beberapa jam setelah injeksi dan
cenderung menurunkan kadar glukosa cukup merata selama periode 24-
jam. Jenis: Insulin detemir (Levemir) dan insulin glargine (Lantus).
5) Obat Hipoglikemik Oral
Obat hipoglikemik oral hanya digunakan pada pasien diabetes melitus tipe 2 yang
tidak berhasil dengan terapi non farmakologis. Mekanisme obat hipoglikemik oral
yaitu menurunkan kadar gula darah dengan menstimulasi sekresi insulin endogen
oleh sel beta pankreas dan meningkatkan sensitivitas insulin di reseptor intrasel
(Davis, 2005).
2.2.6. Komplikasi
Komplikasi terdapat dua macam yaitu:
1) Komplikasi akut
a) Ketoasidosis diabetik (KAD)
KAD timbul sebagai akibat dari pemecahan sel-sel lemak jaringan yang
menghasilkan asam lemak bebas sehingga meningkatkan senyawa keton yang bersifat
asam dalam darah.
b) Hiperglikemik
Suatu keadaan dimana kadar gula darah sangat tinggi. Faktor penyebabnya meliputi
makan secara berlebih, stres emosional serta penghentian obat DM secara mendadak.
c) Hipoglikemi
Ditandai dengan tekanan darah turun, terasa lapar, mual, lemah, lesu, keringat dingin,
tangan gemetar sampai koma. Hal ini disebabkan karena kadar gula darah rendah
(Anies, 2006).
17
2) Komplikasi kronis
Komplikasi kronis ada dua jenis yaitu Makroangiopati (pembuluh darah jantung;
pembuluh darah tepi dan pembuluh darah otak) dan Mikroangiopati (retinopati diabetik;
nefropati diabetik dan neuropati) (Perkeni, 2006).
2.3 Hipertensi
2.3.1 Definisi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningakatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg menurut JNC VII.
2.3.2Fisiologi Regulasi Tekanan Darah
Tekanan darah ditentukan oleh 2 faktor utama, yaitu curah jantung (cardiac output)
dan resistensi vascular perifer (peripheral vascular resistance). Curah jantung merupakan
hasil kali antara frekuensi denyut jantung dengan isi sekuncup (stroke volume),
sedangkan isi sekuncup ditentukan oleh aliran balik vena (venous return) dan kekuatan
kontraksi miokard. Resistensi perifer ditentukan oleh tonus otot polos pembuluh darah,
elastisitas pembuluh darah dan viskositas darah. Semua parameter tersebut dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: system saraf simpatis dan parasimpatis,
system rennin-angiotensin- aldosteron (SRAA) dan faktor lokal berupa bahan-bahan
vasoaktif yang diproduksi oleh sel endotel pembuluh darah.
Sistem saraf simpatis bersifat presif yaitu meningkatkan tekanan darah dengan
meningkatkan frekuensi denyut jantung, memperkuat kontraktilitas miokard, dan
meningkatkan resistensi pembuluh darah. Sistem parasimpatis justru kebalikannya yaitu
bersifat defresif. Apabila terangsang, maka akan menurunkan tekanan darah karena
menurunkan frekuensi denyut jantung. SRAA juga bersifat presif karena dapat memicu
pengeluaran angiotensin II yang memiliki efek vasokonstriksi pembuluh darah dan
aldosteron yang menyebabkan retensi air dan natrum di ginjal sehingga meningkatkan
volume darah.
Sel endotel pembuluh darah juga memegang peranan penting dalam terjadinya
hipertensi. Sel endotel pembuluh darah memproduksi berbagai bahan vasoaktif yang
sebagiannya bersifat vasokonstriktor seperti endotelin, tromboksan A2 dan angiotensin II
local. Sebagian lagi bersifat vasodilator seperti endothelium-derived relaxing factor
(EDRF), yang dikenal juga sebagai nitrit oxide (NO) dan prostasiklin (PGI2). Selain itu
jantung terutama atrium kanan memproduksi hormone yang disebut atriopeptin (atrial
18
natriuretic peptide, ANP) yang cenderung bersifat diuretic, natriuretik dan vasodilator
yang cenderung menurunkan tekanan darah.
19
Peranan renin-angiotensin sangat penting pada hipertensi renal atau yang
disebabkan karena gangguan pada ginjal. Apabila bila terjadi gangguan aliran sirkulasi
darah pada ginjal, maka ginjal akan banyak mensekresikan sejumlah besar renin. Menurut
Guyton dan Hall (1997), renin adalah enzim dengan protein kecil yang dilepaskan oleh
ginjal bila tekanan arteri turun sangat rendah. Menurut Klabunde (2007) pengeluaran
renin dapat disebabkan aktivasi saraf simpatis (pengaktifannya melalui β1-adrenoceptor),
penurunan tekanan arteri ginjal (disebabkan oleh penurunan tekanan sistemik atau
stenosis arteri ginjal), dan penurunan asupan garam ke tubulus distal.
Renin bekerja secara enzimatik pada protein plasma lain, yaitu angiotensinogen
untuk melepaskan angiotensin I. Angiotensin I memiliki sifat vasokonstriktor yang ringan,
selanjutnya akan diaktifkan angiotensin II oleh suatu enzim, yaitu enzim pengubah, yang
terdapat di endotelium pembuluh paru yang disebut Angiotensin Converting Enzyme
(ACE). Angiotensin II adalah vasokonstriktor yang sangat kuat, dan memiliki efek-efek
lain yang juga mempengaruhi sirkulasi. Angiotensin II menetap dalam darah hanya
selama 1 atau 2 menit karena angiotensin II secara cepat akan diinaktivasi oleh berbagai
enzim darah dan jaringan yang secara bersama-sama disebut angiotensinase Selama
angiotensin II ada dalam darah, maka angiotensin II mempunyai dua pengaruh utama
yang dapat meningkatkan tekanan arteri. Pengaruh yang pertama, yaitu vasokontriksi,
timbul dengan cepat. Vasokonstriksi terjadi terutama pada arteriol dan sedikit lebih lemah
pada vena. Konstriksi pada arteriol akan meningkatkan tahanan perifer, akibatnya akan
meningkatkan tekanan arteri. Konstriksi ringan pada vena-vena juga akan meningkatkan
aliran balik darah vena ke jantung, sehingga membantu pompa jantung untuk melawan
kenaikan tekanan.
Cara utama kedua dimana angiotensin meningkatkan tekanan arteri adalah dengan
bekerja pada ginjal untuk menurunkan eksresi garam dan air. Ketika tekanan darah atau
volume darah dalam arteriola eferen turun ( kadang-kadang sebagai akibat dari penurunan
asupan garam), enzim renin mengawali reaksi kimia yang mengubah protein plasma yang
disebut angiotensinogen menjadi peptida yang disebut angiotensin II. Angiotensin II
berfungsi sebagai hormon yang meningkatkan tekanan darah dan volume darah dalam
beberapa cara. Sebagai contoh, angiotensin II menaikan tekanan dengan cara
menyempitkan arteriola, menurunkan aliran darah ke banyak kapiler, termasuk kapiler
ginjal. Angiotensin II merangsang tubula proksimal nefron untuk menyerap kembali NaCl
dan air. Hal tersebut akan jumlah mengurangi garam dan air yang diekskresikan dalam
20
urin dan akibatnya adalah peningkatan volume darah dan tekanan darah. Pengaruh lain
angiotensin II adalah perangsangan kelenjar adrenal, yaitu organ yang terletak diatas
ginjal, yang membebaskan hormon aldosteron. Hormon aldosteron bekerja pada tubula
distal nefron, yang membuat tubula tersebut menyerap kembali lebih banyak ion natrium
(Na+) dan air, serta meningkatkan volume dan tekanan darah. Hal tersebut akan
memperlambat kenaikan voume cairan ekstraseluler yang kemudian meningkatkan
tekanan arteri selama berjam-jam dan berhari-hari. Efek jangka panjang ini bekerja
melalui mekanisme volume cairan ekstraseluler, bahkan lebih kuat daripada mekanisme
vasokonstriksi akut yang akhirnya mengembalikan tekanan arteri ke nilai normal.
2.3.4 Epidemiologi
Data epidemiologi menunjukkan bahwa dengan meningkatnya populasi usia lanjut
maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga bertambah, di mana baik
hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dan diastolik sering timbul pada
lebih dari separuh orang yang berusia > 65 tahun. Selain itu, laju pengendalian tekanan
darah yang dahulu terus meningkat dalam dekade terakhir tidak menunjukkan kemajuan
lagi (pola kurva mendatar) dan pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34% dari
seluruh pasien hipertensi.
Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari negara
maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES)
menunjukkan bahwa dari tahun ke 1999-2000, insiden hipertensi pada orang dewasa
adalah sekitar 29-31% yang berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi di Amerika dan
terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES III tahun 1988-1991. Hipertensi esensial
sendiri merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi.
2.3.5 Kriteria
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi hipertensi
esensial/ primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya disebut sebagai hipertensi esensial. Sedangkan hipertensi
sekunder adalah hipertensi yang terjadi karena ada suatu penyakit yang
melatarbelakanginya.
Menurut The Seventh of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah
pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat 1,
dan hipertensi derajat 2.
21
Kriteria Tekanan Darah menurut JNC 7
Kriteria Tekanan TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Darah
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-90
Hipertensi derajat 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
Hipertensi urgensi >180 Atau >110
Hipertensi emergensi >180 Atau >110 + Kerusakan organ target
2.3.6 Klasifikasi
Berdasarkan Etiologinya
Hipertensi berdasarkan etiologi / penyebabnya dibagi menjadi 2 :
Hipertensi Primer atau Esensial
Hipertensi primer atau yang disebut juga hipertensi esensial atau idiopatik adalah
hipertensi yang tidak diketahui etiologinya/penyebabnya. 90% dari semua penyakit
hipertensi merupakan penyakit hipertensi esensial.
Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi sebagai akibat suatu penyakit,
kondisi dan kebiasaan. Karena itu umumnya hipertensi ini sudah diketahui
penyebabnya. Terdapat 10% orang menderita apa yang dinamakan hipertensi sekunder.
22
Skitar 5-10% penderita hipertensi penyebabnya adalah penyakit ginjal (stenoisarteri
renalis, pielonefritis, glomerulonefritis, tumor ginjal), sekitar 1-2% adalah penyakit
kelaian hormonal (hiperaldosteronisme, sindroma cushing) dan sisanya akibat
pemakaian obat tertentu (steroid, pil KB).
2.3.7 Faktor risiko
23
homeostasis tubuh. Penelitian di AS menemukan enam penyebab utama kematian
karena stress adalah PJK, kanker, paru-paru, kecelakan, pengerasan hati dan bunuh
diri.
Obesitas
Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung untuk memompa
darah agar dapat menggerakan beban berlebih dari tubuh tersebut. Berat badan yang
berlebihan menyebabkan bertambahnya volume darah dan perluasan sistem sirkulasi.
Bila bobot ekstra dihilangkan, TD dapat turun lebih kurang 0,7/1,5 mmHg setiap kg
penurunan berat badan. Mereduksi berat badan hingga 5-10% dari bobot total tubuh
dapat menurunkan resiko kardiovaskular secara signifikan.
Asupan garam Na
Ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga volume darah bertambahdan
menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat. Juga memperkuat
efek vasokonstriksi noradrenalin. Secara statistika, ternyata bahwa pada
kelompok penduduk yang mengkonsumsi terlalu banyak garam terdapat lebih
banyak hipertensi daripada orang-orang yang memakan hanya sedikit garam.
Rokok
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat. Hal ini karena
nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru – paru dan disebarkan
keseluruh aliran darah. Hanya dibutuhkan waktu 10 detik bagi nikotin untuk sampai
ke otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberikan sinyal kepada kelenjer
adrenal untuk melepaskan efinephrine (adrenalin). Hormon yang sangat kuat ini
menyempitkan pembuluh darah, sehingga memaksa jantung untuk memompa lebih
keras dibawah tekanan yang lebih tinggi.
Konsumsi alcohol
Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan semakin
banyak alkohol yang di minum semakin tinggi tekanan darah. Tapi pada orang yang
tidak meminum minuman keras memiliki tekanan darah yang agak lebih tinggi dari
pada yang meminum dengan jumlah yang sedikit.
2.3.8 Patofisiologi
2.3.8.1 Hipertensi primer
Beberapa teori patogénesis hipertensi primer meliputi :
24
Aktivitas yang berlebihan dari sistem saraf simpatik
Aktivitas yang berlebihan dari sistem RAA
Retensi Na dan air oleh ginjal
Inhibisi hormonal pada transport Na dan K melewati dinding sel pada ginjal dan
pembuluh darah
Interaksi kompleks yang melibatkan resistensi insulin dan fungsi endotel
Sebab – sebab yang mendasari hipertensi esensial masih belum diketahui. Namun
sebagian besar disebabkan oleh resistensi yang semakin tinggi (kekakuan atau
kekurangan elastisitas) pada arteri – arteri yang kecil yang paling jauh dari jantung
(arteri periferal atau arterioles), hal ini seringkali berkaitan dengan faktor-faktor genetik,
obesitas, kurang olahraga, asupan garam berlebih, bertambahnya usia, dll.
2.1.8.2 Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder disebabkan oleh suatu proses penyakit sistemik yang
meningkatkan tahanan pembuluh darah perifer atau cardiac output, contohnya adalah
renal vaskular atau parenchymal disease, adrenocortical tumor,feokromositoma dan obat-
obatan. Bila penyebabnya diketahui dan dapat disembuhkan sebelum terjadi perubahan
struktural yang menetap, tekanan darah dapat kembali normal.
25
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak disebut ensefalopati hipertensif yang memerlukan
penanganan segera.
2.3.10 Diagnosis
1. Anamnesis
Anamnesis yang perlu ditanyakan kepada seorang penderita hipertensi meliputi:
a. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
b. Indikasi adanya hipertensi sekunder
Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)
Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih hematuri, pemakaian oba-
obatan analgesic dan obat/ bahan lain.
Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan palpitasi (feokromositoma).
c. Faktor-faktor resiko (riwayat hipertensi/ kardiovaskular pada pasien atau
keluarga pasien, riwayat hiperlipidemia, riwayat diabetes mellitus, kebiasaan
merokok, pola makan, kegemukan, insentitas olahraga)
d. Gejala kerusakan organ
Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient
ischemic attacks, defisit neurologis
Jantung: Palpitasi,nyeri dada, sesak, bengkak di kaki
Ginjal: Poliuria, nokturia, hematuria
e. Riwayat pengobatan antihipertensi sebelumnya
2. Pemeriksaan Fisik
a. Memeriksa tekanan darah
Pengukuran rutin di kamar periksa
- Pasien diminta duduk dikursi setelah beristirahat selam 5 menit, kaki di
lantai dan lengan setinggi jantung
- Pemilihan manset sesuai ukuran lengan pasien (dewasa: panjang 12-13,
lebar 35 cm)
- Stetoskop diletakkan di tempat yang tepat (fossa cubiti tepat diatas arteri
brachialis)
26
- Lakukan penngukuran sistolik dan diastolic dengan menggunakan suara
Korotkoff fase I dan V
- Pengukuran dilakukan 2x dengan jarak 1-5 menit, boleh diulang kalau
pemeriksaan pertama dan kedua bedanya terlalu jauh.
Pengukuran 24 jam (Ambulatory Blood Pressure Monitoring-ABPM)
- Hipertensi borderline atau yang bersifat episodic
- Hipertensi office atau white coat
- Hipertensi sekunder
- Sebagai pedoman dalam pemilihan jenis obat antihipertensi
- Gejala hipotensi yang berhubungan dengan pengobatan antihipertensi
Pengukuran sendiri oleh pasien
b. Evaluasi penyakit penyerta kerusakan organ target serta kemungkinan hipertensi
sekunder
Umumnya untuk penegakkan diagnosis hipertensi diperlukan pengukuran
tekanan darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu bila tekanan darah <
160/100 mmHg.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari:
Tes darah rutin (hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit)
Urinalisis terutama untuk deteksi adanya darah, protein, gula
Profil lipid (total kolesterol (kolesterol total serum, HDL serum, LDL serum,
trigliserida serum)
Elektrolit (kalium)
Fungsi ginjal (Ureum dan kreatinin)
Asam urat (serum)
Gula darah (sewaktu/ puasa dengan 2 jam PP)
Elektrokardiografi (EKG)
27
Ultrasonografi ginjal jika diduga adanya kelainan ginjal
Pemeriksaaan neurologis untuk mengetahui kerusakan pada otak
Funduskopi untuk mengetahui kerusakan pada mata
Mikroalbuminuria atau perbandingan albumin/kreatinin urin
Foto thorax.
BAB III
28
METODE
Jenis mini project yang dilakukan adalah dalam bentuk deskriptif yang dilakukan dengan
tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi secara objektif.
2. Waktu pelaksanaan
Penelitian dilakukan pada periode tahun 2017
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data
sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data yang telah
dikumpulkan oleh petugas program Prolanis Puskesmas Pulomerak dan dari
data studi kepustakaan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.
3.2. Sasaran
29
3.4.1. dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini yaitu data kegiatan program prolanis dan
penyuluhan PTM Puskesmas Pulomerak Kecamatan Pulomerak,
3.4.2. observasi
Observasi yang dilakukan pada penelitian ini yaitu, pengamatan mengenai peran
kegiatan Prolanis dalam peningkatan status kesehatan, pengetahuan, kemampuan, dan
kesadaran peserta dalam rangka pemeliharaan kesehatan secara mandiri baik dari petugas
puskesma pulomerak ataupun kader yang terlibat.
30
BAB IV
HASIL
Berubahnya status Cilegon menjadi Kota berdasar Undang-Undang No.15 tahun 1999
tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon pada tanggal 27 April 1999
dan terbentuknya Propinsi Banten pada tanggal 17 Oktober tahun 2000 maka Puskesmas
Pulomerak menjadi wilayah Kota Cilegon Propinsi Banten, dengan Kepala Puskesmas
berturut-turut :
31
4.1.2. Posisi lokasi Puskesmas DTP Pulomerak
Pulau K e p u s a t - p u s a t u ta m a
Su m atra l a in n y a d i p u l a u S u m a t e r a
Bandar Lampung
L A U T JA W A
K e p u s a t - p u s a t u ta m a
C ile g o n la in n ya d i p u la u Ja w a
Jabotabek
K E T E R A N G AN : An y e r
Posisi strategis Kota Cilegon yang terletak di ujung barat Pulau Jawa, merupakan
satu-satunya jalan darat untuk menuju Jakarta dari Pulau Sumatra dan sebaliknya.
Pelabuhan penyeberangan Merak~Bakauni yang menghubungkan Pulau Jawa dan
Sumatera, berada di wilayah Kecamatan Pulomerak.
Sepanjang jalan menuju Kecamatan Pulomerak adalah daerah industri berat , yang
tentunya berciri khas yaitu urbanisasi dan aktifitas manusia meningkat sehingga
kepadatan penduduk meningkat.
32
berdampak banyaknya kasus penyakit menular dan kasus gawat darurat yang harus
ditangani dan menjadi perhatian utama Puskesmas Pulomerak.
Dilihat dari jarak Kecamatan ke lokasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon,
Kecamatan Pulomerak terletak paling jauh dibanding Kecamatan lain. Sehingga
peningkatan status Puskesmas menjadi Puskesmas DTP (Dengan Tempat perawatan)
sangat diperlukan.
Adanya masyarakat di wilayah gunung yang mana akses ke Puskesmas hanya dapat
dijangkau dengan ojek atau jalan kaki, karena jalan menuju gunung yang terjal menanjak
dan masih berbatu-batu, memerlukan pantauan kesehatan secara rutin dari Puskesmas
Pulomerak. Hal ini merupakan tantangan keberanian bagi karyawan Puskesmas
Pulomerak untuk menjalankan tugas Pusling Ojek sesuai dengan visi dan misi Puskesmas.
Posisi Kecamatan Pulomerak yang merupakan jalur arus mudik, merupakan tugas
rutin karyawan Puskesmas Pulomerak untuk tetap bekerja (piket) pada hari Lebaran dan
Natal-Tahun Baru.
Batas Wilayah
33
Wilayah Gunung
Kecamatan Pulomerak memiliki 8 wilayah gunung, yaitu :
1. Pelayanan Prima
Indikator:
34
2. Profesional
Indikator:
Indikator:
Visi :
“ Menjadi Salah Satu Pusat Pelayanan yang Berkualitas di Kota Cilegon Tahun
2018 ”
Misi :
Promosi Kesehatan Promosi hidup bersih dan sehat Perbaikan perilaku masyarakat
menuju perilaku sehat
35
Kesehatan Bimbingan tehnis Perbaikan lingkungan
Lingkungan
Penyehatan lingkungan
36
menilai hasil cakupan kegiatan atau tingkat keberhasilan pelayanan kesehatan di
Puskesmas baik di luar gedung ataupun dalam gedung dengan di tentukan target
pencapaian setiap program yang masing-masing program mempunyai nilai target yang
berbeda adapun nilai target sudah di tentukan, tetapi ada beberapa program yang tidak
ditentukan nilai target cakupan yang harus di capai.
37
Combo 3 : 90%
TB Paru meliputi :
a) Suspec : 90%
b) CDR : 60%
c) Konversi : 80%
d) CR : 85%
3. Pokok Program Gizi
K/S : 90%
D/S : 60%
N/S : 50%
N/D : 50%
FE 1 : 100%
FE 3 : 90%
VIT A biru (6 – 12 bl) : 90%
VIT A merah (12 -59 bl) : 100%
Pokok Program yang tidak memiliki nilai target yaitu :
1. Promkes
2. Kesling
3. Kespro
4. KB
5. Surveilans
6. Diare/ISPA
7. Kusta
8. Usila
9. Pengobatan
10. Gilut
11. Mata dan Jiwa
38
Berdasar estimasi tahun 2014
Jumlah TK : 9
Jumlah PAUD : 12
Jumlah SD : 24
Jumlah SMP : 5
Jumlah SMA : 4
Jumlah Posyandu : 57
Jumlah Posbindu : 8
Jumlah Pusling : 1
39
Jumlah kader TB Paru : 6 orang
Areal UPTD Puskesmas DTP Pulomerak terletak pada jalan Protokol yang
menguhubungkan arus lalu lintas Jawa – Sumatera, oleh karena itu di tingkat kat menjadi
Puskesmas Perawatan.
Terletak di Lingkungan Sabrang Kelurahan Lebak Gede dengan luas areal 100
M³,luas bangunan 55 M³ keberadaan PosKesDes ini sebagai syarat pembentukan desa
siaga di Kelurahan Lebak Gede
B. Sarana Transportasi
Kendaraan roda empat : 3 unit Pusling (ambulans)
40
Kendaraan roda dua : 8 unit motor dinas
3 Apoteker 1 1 PNS
9 Pekarya 1 0 PNS
12 Nutrisionis 2 0 PNS
13 Kesling 2 0 PNS
16 Sopir 1 0 THL
JUMLAH 61 13
41
4.6Cakupan Program Prolanis
4.6.1Cakupan Wilayah
Puskesmas Pulomerak memiliki 3 klub prolanis yang tersebar di 4 Kecamatan.
Seperti dilihat pada table 2 di bawah ini.
Tabel 2. Jumlah RT, RW dan Klub Prolanis di wilayah Puskesmas Pulomerak
No Kelurahan RT RW Jumlah Klub Prolanis
1. Suralaya 5 21 -
2. Lebak Gede 9 43 1 Klub
3. Taman Sari 6 35 1 Klub
4. Mekar Sari 7 30 1 Klub
Jumlah 27 129 3
42
KELURAHAN SASARAN CAKUPAN KESENJANGAN
Dari data yang didapatkan dari bulan Januari hingga September 2017
untuk cakupan kumulatif penyakit hipertensi dan dm untuk wilayah kerja
puskesma Pulomerak dapat disimpulkan telah melebihi dari target yang sudah di
tentukan. Cakupan terbesar didapatkan dari Kelurahan Mekar Sari dan terrendah
didapatkan dari Kelurahan Suralaya. Hal ini didasari karena tingkat partisipasi dan
komitmen masyarakat yang masih rendah didaerah Kelurahan Suralaya.
43
4.6.4Kegiatan Prolanis
Karena tingkat partisipasi dan komitmen yang tinggi di daerah Kelurahan
Mekar Sari, Taman Sari dan Lebak Gede maka disetiap Kelurahan dibentuk klub-
klub prolanis, seperti pada Mekar Sari dinamakan klub Beringin, Taman Sari
dinamakan Klub Kaktus, dan di Lebak Gede dinamakan Klub Palm. Klub ini
diadakan setiap minggu ke-3 disetiap bulannya. Dari setiap acara di Klub ini
memiliki tujuan untuk untuk pembinaan kesehatan lanjut usia terutama ditujukan
pada upaya peningkatan kesehatan dan kemampuan untuk mandiri agar selama
mungkin tetap produktif dan tetap berperan aktif dalam masyarakat dengan
kegiatan yang bersifat preventif dan promotif (penyuluhan). Selain itu juga
diadakan kegiatan senam prolanis yang bertujuan untuk membiasakan/menerapkan
pola hidup sehat dengan beraktifitas minimal 30 menit setiap harinya, pembinaan
senam lansia ini dilakukan sesuai dengan situasi kondisi kesehatan lansia itu
sendiri. Pemeriksaan tekanan darah, berat badan, tinggi badan juga sudah
dilakukan sebagai pemantauan hipertensi dan dm. Pendataan pasien baru juga
selalu dilakukan di balai pengobatan Puskesmas oleh pemegang program Prolanis
sehingga pendataan pasien prolanis yang terus bertambah.
Kegiatan Prolanis di wilayah Puskesmas Pulomerak selanjutnya akan
menambah kegiatan untuk Prolanis DM seperti Senam DM, pemeriksaan Gula
darah secara periodik dan edukasi secara teratur dan terstruktur seputar DM dan
melakukan monitoring serta umpan balik.
44
4.6.7 Masalah dan Alternatif masalah
Bila dilihat dari program prolanis yang mengutamakan promotif dan
prefentif kegiatan prolanis juga tidak luput dari hambatan seperti :
Masalah Alternatif masalah
1 Masih kurangnya kesadaran masyarakat Memberikan pembinaan
penduduk untuk skrinning / deteksi dini lebih intensif kepada
45
Dokumentasi kegiatan prolanis :
46
47
BAB V
5.1. KESIMPULAN
Kegiatan yang telah diadakan berjalan lancar dan partisifasi masyarakat untuk
kegiatan sangat antusias. Kegiatan pembinaan pada prolanis belumlah optimal, hal ini
terkait dengan kurangnya peran serta keluarga, masyarakat maupun instansi terkait
pembinaan Kesejahteraan Lansia yang mana salah satu bentuk peran serta masyarakat
terhadap lansia adalah dengan adanya kelembagaan atau wadah bagi lansia.
5.2. SARAN
48
DAFTAR PUSTAKA
AACE, 2007, Medical Guidelines for Clinical Practice for the Management of Diabetes
Mellitus, 13, America, American Assosiation of Clinical Endocrinologists ADA, 2013,
Insulin Basic, American Diabetes Associatin http://www.diabetes.org/living-with-
diabetes/treatment-and care/medication/insulin/insulin-basics.html (diakses tangal 20
November 2017)
Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL, et al. The
Seventh Repot of the Joint national Comitte on Prevention, detection, evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure.JAMA 2003; 289: 2560-72
Sustrani, L., S. Alam., dan I. Hadibroto. Diabetes. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama;
2004.
WHO. Raised Blood Pressure.
http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_pressure_prevalence_text/en/. Accessed
November 20, 2017
49