Anda di halaman 1dari 99

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Selayang Pandang

Kampus Institut Agama Islam (IAI) Nusantara Batang Hari merupakan satu-

satunya perguruan tinggi keagamaan Islam swasta yang ada di kabupaten Batang

Hari. Kampus ini berada di Jl. Gajah Mada Kel. Teratai, Kec. Muara Bulian

Kabupaten batang Hari Jambi. Institut Agama Islam Nusantara Batang Hari berada

dibawah naungan yayasan Pendidikan Islam Batang Hari. Di awal berdirinya pada

Tahun 1986 kampus ini bernama Sekolah Tinggi ilmu Tarbiyah (STIT) Muara

Bulian, lalu pada tahun 2010 STIT Muara Bulian beralih bentuk menjadi Sekolah

Tinggi Agama Islam(STAI) Muara Bulian, hingga pada tahun 2019 berdasarkan

Surat Keputusan Menteri Agama nomor : 451 Tahun 2019 tanggal 21 Mei 2019

tentang perubahan alih bentuk STAI Muara bulian menjadi Institut Agama Islam

(IAI) Nusantara Batang Hari, maka STAI Muara Bulian Resmi beralih bentuk

menjadi Institut Agama Islam (IAI) Nusantara Batang Hari.

IAI Nusantara Batang Hari saat ini telah memiliki 3 Fakultas dengan 7

Program Studi diantaranya:

1. Fakutas Pendidikan Islam dan Keguruan (FPIK)

• Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)

• Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI)


• Program Studi Pendidikan Islam anak Usia Dini (PIAUD)

• Program Studi Tadris Bahasa Inggris (TBI)

2. Fakutas Ekonomi dan Bisnis Islam

• Program Studi Ekonomi Syariah (Esy)

• Program Studi Perbankan Syariah (PBs)

3. Fakutas Syariah

• Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (HES)

Dibidang Sarana dan Prasarana, IAI nusantara Batang Hari telah memiliki Gedung

Sendiri dengan 20 Ruang Kelas, Gedung Rektorat, Ruang Pelayanan Akademik, Aula

Kegiatan, Gedung Perpustakaan, Musholla, Galeri investasi dan Kantin, Gedung

Ormawa dll.. IAI Nusantara Batang Hari akan terus berbenah diri demi kenyamanan

segenap Sivitas Akademika dan Peningkatan Mutu Lulusan yang Berorientasi pada

Kualitas dalam mempersiapkan diri menjadi Universitas Islam Batang Hari.

4.1.2 Visi, Misi dan Tujuan IAI Nusantara Batang Hari

Visi IAI Nusantara Batang Hari adalah menjadi pusat pengembangan dan

transformasi ilmu pengetahuan yang unggul dan kompetitif serta menjadi penggerak

kemajuan masyarakat di level regional, nasional dan internasional pada tahun 2029.

Adapun Misi IAI Nusantara Batang Haria antara lain:


a) Menyelenggarakan Kegiatan Pendidikan dengan Menciptakan atmosfir akademik

yang representative bagi peningkatan mutu Perguruan Tinggi dan kualitas kehidupan

bermasyarakat.

b) Melakukan kegiatan penelitian dan publikasi ilmiah

c) Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat yang merefleksikan

kemampuan integrasi antara nilai ajaran Islam dengan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

d) Mengembangkan kemitraan atau kerjasama dengan berbagai pihak baik dalam

maupun luar negeri untuk penerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan serta

kajian keislaman.

Adapun tujuan IAI Nusantara Batang Haria antara lain:

a) Menghasilkan lulusan bermutu dan profesional serta memiliki kompetensi tinggi

dalam penguasaan IPTEK sesuai dengan tuntutan masyarakat regional, nasional dan

internasional.

b) Meningkatkan jumlah mutu penelitian dan publikasi ilmiah dengan pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kepentingan pemberdayaan masyarakat.

c) Terwujudnya pengabdian kepada masyarakat sebagai implementasi penggerak

kemajuan masyarakat.

d) Terwujudnya jejaring kerjasama dengan lembaga lokal, nasional, dan internasional

untuk meningkatkan mutu tri dharma perguruan tinggi.


Adapun Motto IAI Nusantara Batang Hari adalah:

3P: Pencerdasan, Pencerahan, Prestasi (Intelligence, Enlightenment, Achievement)

dengan NILAI INTI (CORE VALUES)

 Integritas (Integrity): Mewakili Kejujuran, Keberanian, Tanggung Jawab

dan Kerjasama.

 Inovatif (Innovative): Merupakan Kombinasi Kreatif, Berorientasi Mutu,

Mandiri dan Kepeloporan.

 Profesionalisme (Professionalism): Mewakili sifat komitmen, Teguh

Pendirian, Dedikatif dan Kompetitif.

 Arif (Academic Wisdom): Manifestasi Kepatutan, Adil dan Beradab,

Holistik dan Asimilatif

4.1.3 Tenaga Pengajar / Dosen

Tenaga pengajar / dosen pada IAI Nusantara Batang Hari terdiri dari dosen

tetap, dan dosen tidak tetap. Data Dosen tetap saat ini adalah sebanyak 62 orang

dengan Jumlah Doktor: 11 orang dan Magister : 51 orang. Serta jumlah dosen tidak

tetap saat ini sebanyak 12 orang.

4.1.4 Mahasiswa

Mahasiswa yang belajar / kuliah pada IAI Nusantara Batang Hari mayoritas

berasal dari dalam wilayah provinsi Jambi. Dari tahun ketahun sering mengalami

fluktuasi jumlah peminatnya. Dengan masa tunggu untuk mendapatkan pekerjaan


berkisar 1 – 4 bulan setelah lulus. Secara rinci jumlah mahasiswa selama 5 tahun

terakhir dapat dilihat dalam Tabel berikut ini:

Tabel 4.1 Sebaran Mahasiswa Per Tahun Akademik

4.2 Deskripsi Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif studi kasus ini, peneliti melakukan penelitian

mengenai perilaku kerja inovatif dosen pada Institut Agama Islam Nusantara Batang

Hari. Adapun kriteria partisipan yang terlibat adalah (1) berpendidikan S2 sesuai

dengan bidang studi yang diampu, (2) memiliki NIDN, (3) sudah mengabdi minimal

1 tahun, dan (4) memiliki jabatan fungsional minimal asisten ahli. Dengan

mengunakan “a convenience case strategy (strategi kenyaman) (Creswell, 2007),”

peneliti mendapatkan 12 informan atau partisipan yang bersedia diwawancarai.

Informan atau partisipan pertama adalah Ibu Sharani (nama samaran). Beliau

merupakan ketua program studi perbankan syariah. Ibu Sharani sudah mengabdi di

lokasi penelitian lebih dari 1 tahun dan baru satu periode menjabat sebagai ketua

program studi. Pada saat diwawancarai, Ibu Sharani memiliki jabatan fungsional
asisten ahli dan sudah memiliki NIDN dan sudah bersertifikasi bergelar magister. Ibu

Sharani juga merupakan dosen yayasan di lokasi penelitian.

Informan atau partisipan kedua dalam penelitian studi kasus ini adalah Pak

Kyai (nama samaran) yang sekaligus sebagai rektor di lokasi penelitian. Pak Kyai

adalah dosen PNS yang diperbantukan di institut dimana penelitian ini dilakukan. Pak

Kyai baru menjabat satu periode sebagai rektor. Pada saat penelitian ini dilakukan,

Pak Kyai memiliki jabatan fungsional lektor kepala dan bergelar doktor sedang

mempersiapkan diri untuk mengusulkan ke professor.

Pakdekom adalah paritisipan ketiga dalam penelitian studi kasus ini.

Pakdekom adalah Dekan Fakultas ekonomi dan bisnis pada saat penelitian ini

dilakukan. Pakdekom baru menjabat satu periode sebagai dekan dan merupakan

dosen yayasan yang memiliki NIDN. Pakdekom pada saat dilakukan penelitian ini

memiliki jabatan fungsional akademik lektor dan bergelar doktor.

Partisipan keempat adalah Dr. Jeel yang merupakan dosen yayasan bergelar

doktor. Selain itu, Dr. Jeel adalah Ketua P3M dan sudah bersertifikasi. Pada saat

penelitian ini dilakukan, Dr. Jeel memiliki jabatan fungsional lektor dan memiliki

gelar doktor dalam bidang ilmu pendidikan.

Pakdoktor Siar adalah partisipan ke lima dalam penelitian ini dan merupakan

dekan fakultas Syariah pada saat penelitian dilakukan. Pakdoktor Siar memiliki gelar

doktor dan merupakan dosen yayasan serta memiliki NIDN. Pakdoktor Siar baru

menjabat sebagai Dekan fakultas Syariah dengan jabatan fungsional yakni lektor.
Dr. Rima menjadi partisipan ke-enam dalam penelitian ini. Dr. Rima

merupakan dosen yayasan dan memiliki NIDN, namun belum menjadi dosen yang

memiliki sertifikasi. Dr. Rima pada saat diwawancari memiliki jabatan fungsional

akademik lektor. Dr. Rima merupakan dosen bahasa Inggris dan manajemen

pendidikan.

Partisipan ketujuh adalah Dr. Tia yang merupakan dosen yayasan dan

memiliki NIDN. Dr. Tia belum menjadi dosen yang tersertifikasi. Dr. Tia memiliki

gelar doktor dalam bidang manajemen pendidikan. Dr. Tia sudah memiliki jabatan

fungsional lektor pada saat penelitian ini dilakukan.

Dr. Arjani adalah partisipan kedelapan dalam penelitian ini. Dr. Arjani

memiliki gelar doktor dalam bidang manajemen pendidikan dan gelar sarjana dalam

bidang bahasa Inggris. Dr. Arjani adalah dosen tetap yayasan dan memiliki NIDN.

Dr. Arjani juga memiliki jabatan fungsional lektor pada saat penelitian ini dilakukan.

Partisipan kesembilan adalah Pak Proding yang merupakan ketua program

studi pendidikan bahasa Inggris. Pak Proding memiliki gelar magister dan sudah

menjadi ketua program studi selama satu periode. Pak Proding adalah dosen tetap

yayasan dan memiliki NIDN dengan jabatan fungsional lektor.

Bu Islam adalah partisipan kesepuluh dalam penelitian ini. Bu Islam memiliki

jabatan fungsional asisten ahli dan bergelar magister. Bu Islam adalah ketua program

studi pendidikan agama islam dan baru satu periode menjabat. Bu Islam adalah dosen

tetap yayasan dan memiliki NIDN serta sudah memiliki sertifikat sertifikasi.
Bu Anak adalah partisipan kesebelas dan memiliki jabatan fungsional asisten

ahli. Bu Anak adalah ketua program studi anak usia dini dan merupakan dosen tetap

yayasan yang memiliki NIDN. Bu Anak menjabat sebagai ketua program studi baru

satu periode.

Pak Hukum adalah partisipan keduabelas dan dosen tetap yayasan pada saat

penelitian dilakukan dan memiliki jabatan fungsional asisten ahli. Pak Hukum adalah

ketua program studi Hukum ekonomi syariah. Pak Hukum memiliki gelar magister

dan sudah mengabdi di yayasan sebagai dosen lebih dari 1 tahun.

4.3 Hasil Penelitian

Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga penentu yang berpengaruh

kuat untuk terjadinya inovasi karena perilaku inovatif memungkinkan dosen atau

tenaga pendidik untuk terlibat dalam kegiatan yang menguntungkan baik bagi

mahasiswa, pemangku kepentingan maupun institusi atau bangsa. Janssen (2000)

membangun konsep dimensi perilaku inovatif yang terdiri dari tiga tahap. Pertama,

idea generation yang berkaitan dengan kegiatan menghasilkan ide-ide baru atau

modifikasi dari ide-ide sebelumnya yang berguna dalam berbagai bidang. Masalah

yang terjadi dalam pekerjaan, ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan,

inkonsistensi, dan tren yang berkembang adalah beberapa hal yang dapat mendorong

penciptaan ide-ide inovatif. Kedua, idea promotion adalah ketika seseorang telah

menemukan ide inovatif, maka dia harus mempromosikan dan mendapatkan

dukungan dari rekan kerja dan lingkungan yang dapat memberikan sumber daya dan
otoritas yang diperlukan. Ketiga, idea realization adalah tahap membuat prototipe

atau model inovasi yang dapat digunakan dan manfaat yang dirasakan bagi individu,

kelompok, dan organisasi. Penelitian ini bertujuan mengkaji perilaku kerja inovatif

dosen di Institut Agama Islam Nusantara Batang Hari, khususnya penelitian ini

bertujuan mengeksplorasi perilaku kerja inovatif dosen dalam hal menghasilkan ide-

ide baru, dukungan dalam mempromosikan ide-ide inovatif, dan realisasi ide-ide

inovatif dosen di perguruan tinggi secara kualitatif.

Hasil analisa data kualitatif berdasarkan data wawancara yang dilakukan oleh

peneliti terhadap dua belas informan atau partisipan secara mendalam menunjukan

bahwa terdapat berbagai informasi atau data baru terhadap perilaku inovatif dosen di

lokasi penelitian dimana penelitian ini dilakukan. Analisa data dilakukan baik secara

individu (setiap partisipan - terlampir) maupun analisa data antar individu (semua

partisipan - terlampir) menujukan ada Sembilan (tema) atau kategori yang berkaitan

dengan perilaku inovatif dosen sebagai temuan utama dalam penelitian studi kasus

kualitatif di Institut Agama Islam Nusantara Batang Hari. Temuan penting dalam

penelitian kualitatif ini dibagi berdasarkan apa yang sudah dikategorikan dalam

pertanyaan penelitian sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai. Hasil

penelitian ini dibagi menjadi tiga (3) tema utama dengan tiga (3) sub-temanya, yakni

(1) tema - Idea generation dengan tiga sub-tema, (2) tema - idea promotion dengan

tiga sub-tema, dan (3) tema - idea realization dengan tiga sub-tema sebagaimana

tergambar dalam gambar 4.1, 4.2, dan 4.3 dibawah ini.


Gambar 4.1 di bawah ini menunjukan hasil temuan berkaitan dengan tema

dan sub-tema: Idea generation - perilaku kerja inovatif dosen dalam hal

menghasilkan ide-ide baru.

(1) Dosen diberi kesempatan untuk


menciptakan ide-ide inovatif untuk
mengatasi berbagai masalah pendidikan
di lingkungan kerja

Idea Generation-
perilaku kerja
inovatif dosen dalam
hal menghasilkan ide-
ide baru

(2) Dosen diberi kesempatan untuk mencari teknik, (3) Dosen diberi kesempatan untuk menghasilkan
metode, dan instrumen yang baru untuk mengatasi solusi-solusi baru untuk mengatasi berbagai
berbagai masalah pendidikan di lingkungan kerja:
Hanya sebagai kecil dosen yang memanfaatkan masalah pendidikan di lingkungan kerja, namun
kesempatan yang diberikan belum optimal dimanfaatkan para dosen

Gambar 4.1 Tema dan Sub-tema: Idea generation - perilaku kerja inovatif dosen
dalam hal menghasilkan ide-ide baru

Gambar 4.1 menunjukan terdapat tiga sub-tema berkaitan dengan idea generation

perilaku kerja inovatif dosen dalam hal menghasilkan ide-ide baru. Sub-tema pertama

adalah dosen diberi kesempatan untuk menciptakan ide-ide inovatif untuk mengatasi

berbagai masalah pendidikan di lingkungan kerja. Sub-tema kedua adalah Dosen

diberi kesempatan untuk mencari teknik, metode, dan instrumen yang baru untuk

mengatasi berbagai masalah pendidikan di lingkungan kerja: Hanya sebagai kecil

dosen yang memanfaatkan kesempatan yang diberika. Sub-tema ketiga adalah Dosen

diberi kesempatan untuk menghasilkan solusi-solusi baru untuk mengatasi berbagai


masalah pendidikan di lingkungan kerja, namun belum optimal dimanfaatkan para

dosen.

Selanjutnya gambar 4.2 dibawah ini menujukan hasil temuan berkaitan

dengan dukungan terhadap perilaku kerja inovatif dosen dalam mempromosikan ide-

ide inovatif (idea promotion) di Institut Agama Islam Nusantara Batang Hari.

(1) Dosen belum mendapatkan dukungan dari rekan


kerja dan lembaga untuk mempromosikan ide
inovatif di lingkungan kerja secara tertata dan
terdokumentasi dengan baik

Idea Promotion -
dukungan terhadap
perilaku kerja
inovatif dosen dalam
mempromosikan ide-
ide inovatif

(2) Ide-ide inovatif dosen belum


mendapatkan persetujuan dari semua rekan (3) rekan kerja dan lembaga antusias
kerja, namun mendapat dukungan dari terhadap ide-ide inovatif dosen
program studi, fakultas, dan lembaga
secara lisan

Gambar 4.2 Tema dan Sub-tema: Idea promotion - dukungan terhadap perilaku kerja
inovatif dosen dalam mempromosikan ide-ide inovatif

Gambar 4.2 diatas menunjukan terdapat tiga sub-tema berkaitan dengan idea

promotion - dukungan terhadap perilaku kerja inovatif dosen dalam mempromosikan

ide-ide inovatif. Sub-tema pertama adalah dosen belum mendapatkan dukungan dari

rekan kerja dan lembaga untuk mempromosikan ide inovatif di lingkungan kerja

secara tertata dan terdokumentasi dengan baik. Sub-tema kedua adalah ide-ide

inovatif dosen belum mendapatkan persetujuan dari rekan kerja dan lembaga di
lingkungan kerja, namun mendapat dukungan dari program studi, fakultas dan

lembaga secara lisan. Sub-tema ketiga adalah rekan kerja dan lembaga antusias

terhadap ide-ide inovatif dosen.

Gambar 4.3 dibawah ini menujukan hasil temuan berkaitan dengan

implementasi atau realisasi ide-ide inovatif dosen (idea realization) di Institut Agama

Islam Nusantara Batang Hari.

(1) Temuan Sub-Tema 7- Dosen diberi


kesempatan untuk mentransformasi
ide-ide inovatif, namun terbatas pada
dosen dan program studi tertentu saja

Idea realization -
implementasi atau
realisasi ide-ide
inovatif dosen

(3) Dosen TIDAK diberi kesempatan


(2) Dosen TIDAK diberi kesempatan untuk untuk mengevaluasi kegunaan atau
memperkenalkan ide-ide inovatif manfaat dari ide-ide inovatif yang sudah
dilingkungan kerja secara sistematis diimplementasikan

Gambar 4.3 Tema dan Sub-tema: Idea realization - implementasi atau realisasi ide-
ide inovatif dosen

Dari gambar 4.3 diatas, terlihat bahwa hasil penelitian ini menemukan tiga

sub-tema berkaitan dengan idea realization - implementasi atau realisasi ide-ide

inovatif dosen. Sub-tema pertama adalah Dosen diberi kesempatan untuk

mentransformasi ide-ide inovatif, namun terbatas pada dosen dan program studi
tertentu saja. Sub-tema kedua adalah dosen TIDAK diberi kesempatan untuk

memperkenalkan ide-ide inovatif dilingkungan kerja secara sistematis. Sub-tema

ketiga adalah dosen TIDAK diberi kesempatan untuk mengevaluasi kegunaan atau

manfaat dari ide-ide inovatif yang sudah diimplementasikan.

4.2.1 Idea generation - perilaku kerja inovatif dosen dalam hal menghasilkan
ide-ide baru

Hasil penelitian kualitatif studi kasus dalam kaitannya dengan temuan pada

tema idea generation- perilaku kerja inovatif dosen dalam hal menghasilkan ide-ide

baru terdapat tiga sub-tema. Pertama, dosen diberi kesempatan untuk menciptakan

ide-ide inovatif untuk mengatasi berbagai masalah pendidikan di lingkungan kerja.

Kedua, dosen diberi kesempatan untuk mencari metode, teknik dan instrumen yang

baru untuk mengatasi berbagai masalah pendidikan di lingkungan kerja. Ketiga,

dosen diberi kesempatan untuk menghasilkan solusi-solusi baru untuk mengatasi

berbagai masalah pendidikan di lingkungan kerja. Ketiga sub-tema ini akan

dijelaskan secara detail dibawah ini yang akan didukung oleh hasil wawancara

berdasarkan hasil analisa data baik individu (setiap partisipan - terlampir) maupun

analisa data antar individu (semua partisipan - terlampir).

4.2.1.1 Dosen diberi kesempatan untuk menciptakan ide-ide inovatif untuk


mengatasi berbagai masalah pendidikan di lingkungan kerja

Dari data dokumen khususnya visi dan misi menunjukkan bahwa IAI

Nusantara Batang Hari sangat berusaha untuk inovatif dan membangun perilaku kerja
inovatif bagi para dosennya. Dalam dokumen digambarkan bahwa visi IAI Nusantara

Batang Hari adalah menjadi pusat pengembangan dan transformasi ilmu pengetahuan

yang unggul dan kompetitif serta menjadi penggerak kemajuan masyarakat di level

regional, nasional dan internasional pada tahun 2029.

Selanjutnya hasil wawancara menunjukkan bahwa dosen memiliki motivasi

untuk berperilaku inovatif. Setiap dosen yang diwawancarai setidaknya sudah

berkontribusi pada satu proses tahapan inovatif dan memperjuangkan ide tersebut

setidaknya sekali. Para dosen juga terlihat mempunyai mentalitas yang tinggi dalam

menghasilkan ide-ide inovatif. Hasil wawancara terhadap dua belas partisipan

menunjukan bahwa para dosen diberi kesempatan untuk menciptakan ide-ide inovatif

untuk mengatasi berbagai masalah pendidikan di IAI Nusantara Batang Hari. Salah

satu partisipan yang peneliti wawancarai, yakni Bu Sharani yang juga ketua program

studi perbankan syariah mengungkapkan bahwa dosen di kampus diberi kebebasan

dalam menelorkan ide-ide baru atau inovatif untuk mengatasi berbagai hal dalam

menjalankan proses pendidikan di kampus IAI Nusantara Batang Hari, sebagaimana

Bu Sharani ungkapkan dibawah ini,

“ Untuk ide-ide… selalu diminta ide-ide dari pimpinan, kemudian nanti


disaring lagi..eee…akan ditemukan ide-ide yang lebih spesifik tentang apa hal
yang dimaksud. Kalau dari kerjaan diminta juga kita melaksanakan ide.
Mereka [pimpinan] tetap meminta kita untuk mengeluarkan pendapat. Jadi
dari kampus ada kesempatan untuk ide-ide baru dan inovatif.” [Participan -
W-1-Tema-1]
Dari hasil wawancara dengan Bu Sharani diatas menunjukan bahwa dosen diberi

ruang dan kesempatan untuk berbagi ide-ide baru dengan pihak pimpinan universitas

dan pimpinan tidak keberatan bahkan menawarkan agar pada dosen memberikan ide-

ide inovatif mereka demi kemajuan proses pendidikan di IAI Nusantara Batang Hari.

Pemberian kesempatan untuk menciptakan ide-ide inovatif bagi para dosen di

IAI Nusantara Batang Hari dipertegas oleh Pak Kyai yang sekaligus sebagai

pimpinan puncak. Pak Kyai mengatakan dalam wawancara dengan peneliti,

“Berkaitan dengan ide-ide inovatif, kami Institut agama islam Nusantara


Batanghari…saya selaku pimpinan selalu menegaskan dan juga menjadikan
motto dalam kampus kami, moto yang selalu kami kembangkan “ Buka
harapan menciptakan masa depan.“ Jadi harapan-harapan orang itu harus
ditumbuhkan. Salah satu harapan dari mahasiwa, harapan dosen itu…dosen
selalu saya berikan kebebasan untuk melakukan inovasi, pengembangan
keilmuan, tapi kebebasan itu masih tetap dalam rel atau koridor Tridharma
perguruan tinggi, tidak keluar dari Tridharma perguruan tinggi karena kita
harus melakukan inovasi yang berkaitan dengan apa yang menjadi visi dan
misi dari kampus IAI-N BATANGHARI, Kebebasan itu mulai dari tahun
2015 sampai alih status kebebasan itu selalu terbuka.“ [Participan - W-2-
Tema-1]

Hasil wawanacara dengan Pak Kyai selaku pimpinan IAI Nusantara Batang Hari

menunjukan bahwa pihak pimpinan sangat memberikan kesempatan kepada para

dosen di IAI Nusantara Batang Hari untuk berinovasi demi mencapai mimpi menjadi

perguruan tinggi yang unggul sebagaimana dicantumkan dalam visi dan misi IAI
Nusantara Batang Hari sehingga harapan mahasiswa dan dosen serta masyarakat

untuk mendapatkan pendidikan dan lulusan yang bermutu bisa dipenuhi. Namun,

selaku pimpinan, Pak Kyai mengatakan bahwa kebebasan untuk menciptakan ide-ide

inovatif yang diberikan harus dalam konteks atau ranah atau koridor Tri Darma

perguruan tinggi, yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Pak Kyai selaku pimpinan di IAI

Nusantara Batang Hari berkaitan dengan ada pemberian kesempatan bagi para dosen

untuk menciptakan ide-ide inovatif untuk mengatasi berbagai masalah pendidikan

dalam konteks Tri Darma perguruan tinggi, diperkuat oleh Pakdekom sebagai salah

satu partisipan dalam penelitian ini yang juga sebagai Dekan Fakultas ekonomi dan

bisnis. Pakdekom mengatakan,

“Kita sudah memberikan peluang kepada dosen dan itu memang kita berikan,
kita sosialosasikan dan kita beri informasi kepada dosen bahwa setiap
semester kita selalu mengadakan rapat awal semester.” [Participan - W-3-
Tema-1]

Menurut Pakdekom, setiap dosen di IAI Nusantara Batang Hari memang diberikan

kesempatan untuk berbuat terutama untuk menciptakan ide-ide inovatif untuk

mengatasi berbagai isu dalam pendidikan di IAI Nusantara Batang Hari. Informasi

tentang kesempatan atau peluang untuk menciptakan ide-ide inovatif bahkan

diinformasikan dan disosialisasikan di dalam rapat dengan para dosen di tiap awal

semester.
Apa yang diungkapan oleh Pakdekom selaku dekan juga didukung oleh

partisipan dalam penelitian, yakni Dr. Jeel yang sekaligus sebagai ketua P3M di IAI

Nusantara Batang Hari. Selaku ketua P3M, Dr. Jeel mengatakan sebagaimana

dibawah ini,

“Terkait dengan kesempatan, maka kampus sangat sangat memberikan


kesempatan bahkan mungkin bukan Cuma sekedar anjuran tapi disuruh…
disuruh gitu ya…karena apa…karena Tridharma perguruan tinggi wajib bagi
mereka.” [Participan - W-4-Tema-1]

Dalam wawancara dengan Dr. Jeel, beliau menjelaskan bahwa pihak kampus dalam

hal ini pimpinan sangat memberikan kesempatan kepada para dosen untuk

menciptakan ide-ide inovatif. Bahkan menurut Dr. Jeel, bukan hanya dianjurkan,

tetap para dosen diminta untuk bergerak dalam menciptakan ide-ide baru karena

menurut Dr. Jeel ini sangat terkait dengan Tridharma perguruan tinggi.

Hal senada juga disampaikan oleh Pakdoktor Siar sebagai partisipan ke lima

dalam penelitian ini. Pakdoktor Siar yang juga Dekan fakultas Syariah

mengungkapkan bahwa rektor sebagai pimpinan tertinggi melalui para dekan

memberikan kesempatan para dosen untuk menciptakan ide-ide inovatif di kampus

dalam konteks tridarma perguruan tinggi. Pakdoktor Siar,

“Jadi kalau system apa namanya…system yang dilakukan oleh dosen disini,
dosen diberikan peluang oleh pimpinan, yaitu disini Rektor, kemudian kami
sebagai perpanjangtanganan dari rector sesuai dengan fakultas masing-
masing.” [Participan - W-5-Tema-1]
Dari apa yang disampaikan oleh Pakdoktor Siar, pimpinan IAI Nusantara Batang

Hari melalui para dekan dan unit pimpinan yang lain memberikan kesempatan dan

peluang kepada para dosen untuk menciptakan ide-ide inovatif.

Dari perspektif kalangan dosen mengenai pemberian kesempatan kepada para

dosen untuk menciptakan ide-ide inovatif di kampus IAI Nusantara Batang Hari, Dr.

Rima, partisipan keenam dalam penelitian ini dan juga merupakan dosen tetap

yayasan ber-NIDN mengatakan seperti berikut ini,

“Untuk saya sendiri..karena kita diberi kebebasan untuk berekplorasi


kemudian memberikan inovasi baru dalam pembelajaran, kemudian ya…
karena ini merupakan salah satu kampus yang ada dikabupaten ya, jadi
mereka sangat…untuk daerah yang memang mahasiswanya berasal dari
pedalaman gitu jauh dari kampus, mereka mengenal tekhnologi itu sangat
minim sekali.” [Participan - W-6-Tema-1]

Dari hasil wawancara dengan Dr. Rima, pemberian kesempatan untuk menciptakan

ide-ide inovatif untuk kalangan dosen IAI Nusantara Batang Hari benar terjadi dan

kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh para dosen, khususnya Dr. Rima untuk

bereksplorasi dalam berinovasi di kampus dimana dia mengabdi. Dr. Rima

memberikan penekanan bahwa dia mengandalkan teknologi untuk mengatasi

berbagai permasalahan dan tantangan dalam proses pendidikan di kampus IAI

Nusantara Batang Hari yang berada di kota kabupaten. Menurut Dr. Rima,

keberadaan kampus IAI Nusantara Batang Hari yang berada di luar kota provinsi

menjadi tantangan tersendiri karena mahasiswa berasal dari kalangan kurang mampu
dan kurang melek teknologi. Namun dengan adanya kesempatan untuk menciptakan

ide-ide inovatif dalam pembelajaran merupakan kesempatan bagi Dr. Rima untuk

bereksplorasi agar bisa mengatasi tantangan yang dihadapi.

Tidak berbeda jauh dengan Dr. Rima, partisipan ketujuh dalam penelitian ini,

Dr. Tia mengungkapkan hal yang sama bahwa kalangan dosen IAI Nusantara Batang

Hari diberi peluang dan kesempatan untuk menciptakan ide-ide inovatif di kampus.

“Terkait inovasi pada pengajaran, sebenarnya secara prinsip kampus


memberikan eee….kesempatan untuk semua dosennya untuk melakukan
inovasi dalam pembelajaran. Pembelajaran, eee…karena kondisi saat ini
sedang covid, maka ada tantangan tersendiri bagi dosen dan juga mahasiswa
untuk beradaptasi dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan
pembelajaran.” [Participan - W-7-Tema-1]

Dr. Tia bahkan lebih memfokuskan pada pemberian kesempatan untuk menciptakan

ide-ide inovatif dalam kaitannya dengan pengajaran. Menurut Dr. Tia, kesempatan

yang diberikan oleh pimpinan sangat penting apalagi proses pendidikan dan

pengajaran di masa Covid-19. Dengan adanya peluang dan kesempatan berinovasi,

menurut Dr. Tia, dosen bisa beradaptasi menghadapi tantangan dalam masa Covid-

19.

Senada dengan apa yang diungkapkan oleh Dr. Tia, partisipan kedelapan, Dr.

Arjani mengatakan bahwa kebebasan dan kesempatan yang diberikan kepada dosen

di IAI Nusantara Batang Hari adalah 100%. Dr Arjani merasakan bahwa kesempatan

yang ada dia manfaatkan untuk membuat ide-ide inovatif agar proses pendidikan
yang dirasakan oleh mahasiswa di kampus kecil di kota kabupaten bisa sesuai dengan

visi dan misi kampusnya.

” Saya absolutely diberikan kebebasan untuk memberikan apapun yang


terbaik untuk mahasiswa saya dan ide-ide yang saya buat, yang saya
kemukakan kepada mereka, itu…diserahkan sepenuhnya kepada saya untuk
mengaplikasikan atau apa….membuat sesuatu yang baru yang belum pernah
mereka lakukan, jadi kebebasan itu diberikan 100% kepada saya selama tidak
ee…apa…melanggar atau keluar dari eee…pola-pola pengajaran, atau
kurikulum atau apapun yang ada disitu, tetapi the way nya saya diberikan
kebebasan.” [Participan - W-8-Tema-1]

Menurut Dr. Arjani, kesempatan yang diberikan oleh pihak kampus tetap dia

manfaatkan dan lakukan tanpa melanggar aturan atau pola-pola yang sudah ada di

dalam kampus.

Selain dari perspektif dosen, dalam penelitian ini, peneliti juga memiliki

kesempatan untuk menggali informasi dari perspektif ketua program studi. Pak

Proding yang merupakan partisipan kesembilan dan ketua program studi bahasa

Inggris mengarisbawahi bahwa pihak program studi selaku unit terkecil dalam proses

pengelolaan tri darma pendidikan tinggi sangat mendukung adanya kebebasan atau

pemberian kesempatan kepada para dosen, khususnya dosen-dosen program studi

pendidikan bahasa Inggris untuk berinovasi.

“Kita selaku pengelola program studi Tadris bahasa inggris, kita memberikan
kebebasan khususnya yang ditadris bahasa inggris untuk melakukan inovasi
yang terkait dengan pembelajaran maupun pengembangan-pengembangan
prodi, yang mana nanti akan berkesinambungan dengan kegiatan proses
belajar yang mereka lakukan terhadap mahasiswa yang diampu oleh dosen itu
masing-masing.” [Participan - W-9-Tema-1]

Menurut Pak Proding pemberian kesempatan kepada para dosen, khusus program

studi pendidikan bahasa Inggris akan memberikan dampak positif bagi prodinya dan

selaku ketua program studi, Pak Proding sangat mendukung kegiatan-kegiatan yang

berasal dari inovasi para dosen yang akan membantu program studi yang dia pimpin

berkembang sehingga akan memberikan kontribusi kepada mahasiswa, khususnya,

dan IAI Nusantara Batang Hari, umumnya.

Apa yang disampaikan oleh Pak Proding yang merupakan dosen tetap

yayasan, juga diperkuat hasil wawancara dengan Bu Islam yang merupakan ketua

program studi pendidikan agama Islam dan merupakan salah satu program studi yang

memiliki mahasiswa paling banyak. Menurut Bu Islam, di dalam program studi yang

dia pimpin, para dosen sangat diberikan kesempatan untuk menciptakan ide-ide

inovatif apalagi dalam situasi Covid-19.

“Sangat diberi kebebasan, sebagai ketua prodi sangat setuju sekali inovatif
dalam pembelajaran, terutama dalam masa pandemic kemaren.” [Participan -
W-10-Tema-1]

Menurut Bu Islam sangat mendukung terciptanya suasana yang memberikan

kesempatan bagi para dosen untuk bisa menciptakan ide-ide inovatif di lingkungan

program studi yang dia pimpin.


Dukung terhadap situasi dimana dosen diberi kesempatan untuk menciptakan

ide-ide inovatif di kampus IAI Nusantara Batang Hari juga diungkapkan oleh

partisipan kesebelas dalam penelitian ini, yakni Bu Anak yang merupakan dosen tetap

yayasan ber-NIDN dan ketua program studi pendidikan anak usia dini. Bu anak

mengungkapkan bahwa,

“Tentu saja…itu pasti, malah dianjurkan kepada para dosen untuk


mengeluarkan ide-ide kreatifnya, baik itu terkait dengan mata kuliah yang
diampu ataupun itu terkait dengan institusi tempat kita bernaung…bisa kita
lihat nanti outputnya untuk mahasiswi atau masyarakat luas.” [Participant -
W-11-Tema-1]

Dari hasil wawancara dengan Bu Anak, beliau mengatakan bahwa dosen-dosen di

kampus IAI Nusantara Batang Hari sudah pasti diberkan kesempatan untuk

menciptakan ide-ide inovatif dalam kaitanya dengan mata kuliah yang diampu

maupun dalam kaitannya dengan pengembangan kampus khususnya tridarma

perguruan tinggi. Selanjutnya, menurut Bu Anak, para dosen memang sebaiknya

dianjurkan untuk terus berinovasi sehingga nantinya akan dirasakan oleh mahasiswa

dan masyarakat.

Pemberian kesempatan untuk menciptakan ide-ide inovatif untuk mengatasi

berbagai masalah pendidikan di lingkungan kampus IAI Nusantara Batang Hari,

menurut Pak Hukum memang ada. Pemberian tersebut menurut, Pak Hukum yang

juga ketua program studi hukum ekonomi syariah agar para dosen bisa

mengembangkan keilmuan masing-masing sehingga berdampak pada mahasiswa,

kampus dan masyarakat.


“Jadi inovasi-inovasi itu sendiri kami berikan kepada dosen yang
bersangkutan, untuk mengembangkan keilmuan sesuai dengan bidangnya.”
[Participan-W-12-Tema-1]
Pak Hukum juga dalam wawancara menegaskan bahwa penciptaan ide-ide inovatif

dari para dosen sangat dibutuhkan agar keilmuan para dosen terus berkembang

sehingga bisa ditelurkan kepada para mahasiswa.

Hasil wawancara dengan dua belas partisipan terkait pemberian kesempatan

kepada para dosen untuk menciptakan ide-ide inovatif untuk mengatasi berbagai

masalah pendidikan di lingkungan kampus IAI Nusantara Batang Hari menunjukan

bahwa kesempatan tersebut memang ada diberikan oleh pihak pimpinan. Selanjutnya

melalui para dekan dan ketua program studi, pimpinan tertinggi IAI Nusantara

Batang Hari mendorong dosen untuk selalu menciptakan ide-ide inovatif untuk

mendukung tercapainya visi dan misi perguruan tinggi dalam konteks tri darma

pendidikan tinggi, yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Dari hasil wawancara dengan rektor, dekan, ketua program studi dan dosen

menunjukkan bahwa dosen IAI Nusantara Batang Hari memiliki semangat untuk

berperilaku inovatif. Para partisipan yang diwawancarai juga sudah melakukan satu

bagian proses prilaku inovatif, yakni memberikan atau diberikan kesempatan untuk

menciptakan ide-ide inovatif untuk mengatasi berbagai masalah pendidikan di

lingkungan kampus IAI Nusantara Batang Hari sesuai dengan bidang keilmuan para

dosen sebagaimana digambarkan dalam grafik 1 di bawah ini.


Grafik 1: Temuan Sub-Tema 1-Dosen diberi kesempatan untuk menciptakan
ide-ide inovatif atau baru

Dari kampus ada kesempatan untuk ide-ide baru dan inovatif (Ibu
Sharani)
"Dosen selalu saya berikan kebebasan untuk melakukan inovasi,
pengembangan keilmuan, tapi kebebasan itu masih tetap dalam rel
atau koridor Tridharma perguruan tinggi." (Pak Kyai)
Dosen diberi kesempatan untuk menciptakan ide-

"Kita sudah memberikan peluang kepada dosen dan itu memang kita
berikan, kita sosialosasikan dan kita beri informasi kepada dosen ..."
(Pakdekom)

"Kampus sangat sangat memberikan kesempatan bahkan mungkin


bukan Cuma sekedar anjuran tapi disuruh." (Dr. Jeel)

"Dosen diberikan peluang oleh pimpinan, yaitu disini Rektor,


ide inovatif atau baru

kemudian kami sebagai perpanjangtanganan dari rector sesuai


dengan fakultas masing-masing." (Pakdoktor Siar)

"kita diberi kebebasan untuk berekplorasi kemudian memberikan


inovasi baru dalam pembelajaran." (Dr. Rima)

"Secara prinsip kampus memberikan eee….kesempatan untuk semua


dosennya untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran." (Dr. Tia)

"Saya absolutely diberikan kebebasan untuk memberikan apapun


yang terbaik untuk mahasiswa saya dan ide-ide yang saya buat." (Dr.
Arjani)
"..memberikan kebebasan khususnya yang ditadris bahasa inggris
untuk melakukan inovasi yang terkait dengan pembelajaran maupun
pengembangan-pengembangan prodi." (Pak Proding)

“ Sangat diberi kebebasan, sebagai ketua prodi sangat setuju sekali


inovatif dalam pembelajaran." (Bu Islam)

“Sangat diberi kebebasan, sebagai ketua prodi sangat setuju sekali


inovatif dalam pembelajaran." (Bu Anak)

“Jadi inovasi-inovasi itu sendiri kami berikan kepada dosen yang


bersangkutan, untuk mengembangkan keilmuan sesuai dengan
bidangnya." (Pak Hukum)
4.2.1.2 Dosen diberi kesempatan untuk mencari teknik, metode, dan instrumen
yang baru untuk mengatasi berbagai masalah pendidikan di lingkungan
kerja: Hanya sebagai kecil dosen yang memanfaatkan kesempatan yang
diberikan
Aliran perilaku kerja inovasi yang berkelanjutan di perguruan tinggi sangat

dibutuhkan, khususnya perilaku kerja inovasi dosen pada level individual sangat

penting untuk lingkungan belajar dan mengajar. Dosen dituntut untuk terus

berinovasi berkaitan dengan teknik, metode, dan instrument dalam proses belajar

mengajar karena dosen adalah aset terkuat dalam memperoleh keunggulan kompetitif

bagi perguruan tinggi. Hasil wawancara pada dosen di lokasi penelitian menunjukkan

bahwa dosen berperilaku inovatif dan mendapat kesempatan untuk mencari teknik,

metode, dan instrumen yang baru untuk mengatasi berbagai masalah yang berkaitan

dengan tri darma perguruan tinggi. Setiap dosen yang diwawancarai memberikan

informasi bahwa mereka mendapatkan kesempatan dari lembaga mereka untuk

berinovasi khususnya dalam hal teknik, metode, pendekatan, dan instrument untuk

mengatasi isu-isu terkini dalam pendidikan, sebagaimana Bu Sharani ungkapkan

dibawah ini,

“Kalau rekan-rekan Insyaallah punya inovatif dalam melaksanakan Tridharma


perguruan tinggi, mendukung satu sama lain, baik dengan saya maupun
keluarga dari IAI-N BATANGHARI JAMBI. Jadi antar kami prodi itu saling
mendukung kegiatan baik itu penelitian maupun pengabdian perguruan
tinggi.” [Participan - W-1-Tema-2]

Apa yang diungkapkan oleh Bu Sharani mengambarkan bahwa dosen di IAI

Nusantara Batang Hari memiliki ruang untuk berinovasi untuk mengatasi berbagai isu
atau masalah atau tantangan khususnya yang berkaitan dengan tri darma pendidikan.

Bu Sharani juga mengungkapkan bahwa para dosen saling mendukung untuk

implementasi ide baru serta berbagi dengan sesama rekan kerja terkait tri darma

perguruan tinggi. Berkaitan dengan dukungan untuk menciptakan hal-hal baru bagi

para dosen dalam konteks mengatasi berbagai masalah khususnya tri darma

pendidikan tinggi, Pak Kyai selaku pimpinan tertinggi di IAI Nusantara Batang Hari,

mengungkapkan sebagai berikut,

“Kalau berkaitan dengan inovasi untuk Tridharma dari lini sub pendidikan
dan pengajaran, kita dikampus ini selalu memberikan kebebasan dan
keterbukaan kepada dosen untuk selalu memberikan ide-ide yang inovasi tapi
itu tidak keluar dari aturan-aturan pemerintah, seperti kita selalu melakukan
workshop, workshop kurikulum…workshop pengambangan keilmuan, juga
mereka selalu diskusi dan sebagainya…dan juga termasuk dari inovasi-
inovasi baru.” [Participan - W-2-Tema-2]

Berdasarkan hasil wawancara diatas, Pak Kyai selaku atasan memiliki sikap positif

terhadap ide-ide baru khususnya metode, teknik, pendekatan yang ditunjukkan

dengan memberikan kegiatan yang akan membuka peluang bagi para dosen untuk

berprilaku inovatif berupa workshop kurikulum, workshop pengambangan dan

diskusi keilmuan. Sikap Pak Kyai ini juga mengambarkan bahwa pimpinan terbuka

terhadap ide-ide baru. Dengan kata lain, Pak Kyai selaku pimpinan perguruang tinggi

mendukung dan memberi kesempatan para dosen berprilaku inovatif dalam hal

mencari teknik, metode, dan instrumen yang baru untuk mengatasi berbagai masalah

pendidikan. Sejalan dengan Pak Kyai, Pakdekom selaku dekan fakultas ekonomi dan
bisnis, mengatakan bahwa para dosen diberi kesempatan untuk mencari teknik,

metode, dan instrumen yang baru agar prose belajar mengajar miniman di mata

kuliah yang para dosen ampu bisa membantu para mahasiswa mengatasi berbagai

kesulitan dalam belajar. Pakdekom mengungkapkan,

“Iya…itu kita serahkan sepenuhnya memang untuk dalam hal proses


pembelajaran, artinya dari kampus itukan, dari fakultas dan prodi itu
mendukung, artinya kita berikan kebebasan kepada dosen untuk melakukan
inovasi itu, apalagi pada saat pandemic.” [Participan - W-3-Tema-2]

Secara specifik, Pakdekom selaku dekan memberikan kepercayaan penuh kepada

para dosen untuk melakukan berbagai tindakan inovatif untuk mencari teknik,

metode, dan instrumen yang baru untuk mengatasi berbagai masalah pendidikan di

lingkungan fakultas ekonomi dan business.

Temuan hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa kepercayaan dan dukung serta

hubungan internal yang baik antara pimpinan dan dosen di kampus IAI Nusantara

Batang Hari memberikan peluang bagi dosen untuk meningkatkan perilaku kerja

inovatif generasi ide, sebagaimana diungkapkan oleh Dr. Jeel yang sekaligus sebagai

ketua P3M di IAI Nusantara Batang Hari. Dr. Jeel mengatakan seperti dibawah ini,

“Nah..kalau seandainya kesempatan selalu banyak, mereka tidak pernah


melarang ataupun menghalangi untuk dosen-dosen melakukan Tridharma
perguruan tinggi, namun…mungkin itu secara kesempatan,…. Kalau perilaku
inovatif ….kalau dari jumlah keseluruhan dosen ya, masih sebagian kecil
yang boleh dikatakan mempunyai …apa ya..bisa melakukan inovatif itu, ada
beberapa, namun yang lain kadang masih harus diingatkan, kadang masih
harus dituntut baru melakukan, itupun kadang..itu..itu..saja.” [Participan - W-
4-Tema-2]

Menurut Dr. Jeel bahwa dosen memeng diberi kesempatan dalam kaitannya mencari

teknik, metode, dan instrumen yang baru untuk mengatasi berbagai masalah

pendidikan di lingkungan program studi atau fakultas masing-masing. Namun,

menurut Dr. Jeel hanya sebagian kecil dosen yang memiliki prilaku kerja inovatif dan

memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh pihak pimpinan atau kampus baik

melalui program studi atau fakultas. Selanjutnya menurut Dr. Jeel, para dosen masih

harus diingat akan terus berprilaku inovatif dalam kaitannya dengan tugas tri darma

pendidikan mereka.

Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Dr. Jeel, Pakdoktor Siar selaku

Dekan fakultas Syariah, mengatakan sebagai berikut,

“selalu diberi peluang untuk melakukan kegiatan Tridharma perguruan tinggi,


untuk pembelajaran sudah kita lakukan dalam proses perkuliahan, dosen-
dosen kami sudah diberikan beban mengajar sesuai dengan kapasitas dan
kualifikasinya. Kemudian selain daripada itu, dosen juga diluar dari
pembelajaran dan perkuliahan ini diberikan peluang untuk melakukan
Tridharma yang lain yaitu penelitian dan pengabdian dimasyarakat, kebetulan
dosen kita ini didalam proses pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada
masyarakat mereka juga punya jabatan-jabatan non akademik, misalnya
sebagai pemateri, narasumber dalam kegiatan penyuluhan atau tekhnis yang
lain didalam masyarakat.” [Participan - W-5-Tema-2]
Dari apa yang disampaikan oleh Pakdoktor Siar dalam wawancara dengan peneliti

dapat disimpulkan bahwa para dosen selalu didukung untuk selalu mencari teknik,

metode, dan instrumen baru agar bisa memfasilitasi mereka dalam melaksanakan

kegiatan tri darma perguruan tinggi.

Dari perspektif dosen, Dr. Rima mengungkapkan bahwa dalam konteks

mengajar masih banyak dosen yang belum memanfaatkan teknologi untuk

mendukung kegiatan tri darma perguruang tinggi, khususnya dalam masa Covid-19.

Menurut Dr. Rima keengganan para dosen untuk berprilaku inovatif terlihat belum

banyaknya para dosen mengunakan platform seperti google meet atau zoom bahkan

ada dosen yang belum memiliki google mail padahal mereka semua memiliki

smartphone.

“Penggunaan seperti google classroom kemudian google meet kemudian juga


via zoom, mereka asing sebenarnya, namun kita perkenalkan disini, terutama
saya kalau misalnya google meet atau classroom itu kan sudah biasa
digunakan, karena mereka punya smart phone semua, tapi kan kalau Google
classroom mereka harus punya akun google, akun Gmail, kemudian semua
tugas itu direkap disana, kemudian untuk dikirim kesaya, kemudian apapun
bentuk yang saya berikan itu notifnya ada diGoogle classroom, misalnya
untuk pertemuan pertama kita mengajukan blended learning nih, eee…
waktunya online, nah saya berikan notification disana misalnya apa yang
harus mereka lakukan dan harus ada deadline, nah..diluar mereka submission
diluar deadline, mereka terhitung tidak menyerahkan tugas, ini juga
merupakan salah satu metode baru, mereka harus sadar bahwa tidak abai
untuk tugasnya, dan …untuk eee…revolusi industri 4.0 itu juga sangat
membantu mereka untuk lebih dekat dengan tekhnologi, jadi mereka
menggunakan smartphone itu biasanya untuk whatsup-an kemudian media
sosial, media yang hanya untuk enjoy kemudian mereka harus lebih
menggali”. [Participan - W-6-Tema-2]

Tantangan bagi dosen untuk berprilaku inovatif khususnya berkaitan dengan

pengajaran yang memanfaatkan teknologi juga diungkapkan oleh Dr. Tia. Menurut

Dr. Tia, meskipun sudah diberi kebebasan dan kesempatan untuk berinovasi, para

dosen masih belum memanfaatkannya secara maksimal,

“Memang ada tantangan misalnya bahwa tidak semua mahasiswa atau dosen
bisa secara maksimal memanfaatkan tekhnologi yang sekiranya bisa
digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran,terutama untuk
bagian pembelajaran. Dosen secara mandiri biasanya diberikan keleluasaan
untuk mandiri melakukan inovasi dengan cara-cara yang sesuai untuk eee…
melakukan pengajaran, karena ini dalam proses pengajaran. Nah…media-
media yang biasa digunakan eee….pada saat pembelajaran misalnya, itu
diharapkan sebenarnya juga agar bisa diikuti oleh semua mahasiwa, karena
ini adalah sebuah tantangan bagi kita semua karena pandemic ini dimana
tempat kami mengajar itu adalah tidak semua tempat daerah mereka tinggal
mendapatkan akses ee…pelayanan data yang baik.” [Participan - W-7-Tema-
2]

Dari apa yang disampaikan oleh Dr. Tia sangat menarik bahwa tantangan memang

selalu ada untuk berprilaku inovatif bagi para dosen. Namun, tidak semua dosen

mampu menghadapi tantangan khususnya untuk selalu memiliki prilaku inovatif. Hal

ini diperkuat oleh Dr. Arjani selaku dosen yang mengatakan seperti dibawah ini,
“Biasanya kami, ketika muncul masalah seperti…ada..terkadang ada
munculnya masalah ketika kita mau mempergunakan IT, tetapi anak tersebut
ternyata tidak terlalu pintar dalam melakukan IT dan itu adalah kendala,
apalagi didalam blended learning dan itu kita pecahkan bersama, eee…
kampus memberikan kebebasan untuk memecahkan masalah tersebut diantara
mahasiswa dan saya sebagai dosen pengampu…Untuk prodi TBI sendiri yaitu
prodi bahasa inggris sendiri, karena itu adalah prodi yang memberikan
kecakapan dalam berbicara, saya ee…membuat sebuah cara bagaimana anak-
anak tersebut mengeluarkan ide-ide mereka dengan melakukan conversation
dengan merekam pembicaraan mereka itu sehingga mereka faham, mereka
faham dimana letak kesalahan mereka, jadi selama ini jika ada conversation
saya…saya… perhatikan dari yang sudah-sudah itu hanya percakapan dua
arah antara anak, ee….mahasiswa dan dosen, tapi ketika saya mengampu
mata kuliah listening, itu saya membuat percakapan, memberikan mereka
kebebasan untuk merekam percakapan tersebut, lalu mereka akan melihat
dimana kesalahan mereka , dimana kekuatan mereka, sehingga video-video
tersebut mereka bisa, dan kebetulan saya juga dari RTIK yang secara
tekhnologi informasi tersebut saya meminta mereka membuat video yang
menurut mereka terbaik lalu mereka akan membuat youtube nya dan siapapun
yang terbaik menurut saya menurut mereka, mereka akan menguploadnya
sehingga mereka ee…mempunyai apa…apa… keinginan untuk menghasilkan
sesuatu yang baik, itu yang terelisasikan.” [Participan - W-8-Tema-2]

Hasil wawancara dengan Dr. Arjani menunjukan bahwa dosen harus berusaha

mengatasi berbagai tantangan dalam melakukan kegiatan tri darma perguruan tinggi,

khususnya dalam pendidikan pengajaran. Dr. Arjani mencontohkan bahwa dia harus

melakukan perubahan dalam belajar bahasa Inggris bagi mahasiswa yang dia ajar di

kampus dengan memanfaatkan teknologi seperti youtube.


Dalam konteks program studi, Pak Proding selaku ketua program studi bahasa

Inggris mengatakan bahwa para dosen diberi kebebasan dan kepercayaan untuk

mencari teknik, metode, dan instrumen yang baru untuk mengatasi berbagai masalah

pendidikan di lingkungan program studi pendidikan bahasa Inggris sehingga

kurikulum yang sudah dibuat bisa dicapai oleh para mahasiswa.

“Dimana kita diberikan kebebasan juga oleh pihak akademik untuk


melakukan inovasi –inovasi terhadap proses pembelajaran itu sendiri, mulai
dari kalau terkait dengan kurikulum kita bagaimana menciptakan anak-anak
kita bisa faham tentang kurikulum itu sendiri, yang mana dasarnya mereka
kita ajarkan.” [Participan - W-9-Tema-2]

Selaku ketua program studi, Pak Proding memotivasi para dosen agar memnfasilitasi

para mahasiswa mengembangkan potensi mereka yang terrefleksi di dalam kurikulum

yang sudah ditetapkan bersama melalui teknik, metode, dan instrument yang inovatif.

Sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Pak Proding, Bu Islam selaku

ketua prodi pendidikan agama Islam menjelaskan ketika diwawancari peneliti sebagai

berikut.

“Sangat diberi kebebasan, tidak ada batasan-batasan, selagi dalam koridor


yang telah ada dalam silabus. Misalnya menggunakan daring, wa, zoom dan
segala macam.” [Participan - W-10-Tema-2]

Menurut Bu Islam, meneruskan apa yang diamanatkan oleh pimpinan mulai dari

rektor sampai dekan, selaku ketua program studi, dia merasa dosen tidak ada batasan

lagi untuk berinovasi selagi dalam konteks tri darma pendidikan tinggi. Bu Islam
mengatakan, “Sangat diberi kebebasan.” Kebebasan yang dimaksud adalah

kesempatan untuk terus menghasilkan ide-ide baru sehingga tujuan dari pembelajaran

yang sudah dimuat dalam silabus bisa dicapai.

Konsekwensi positif dari diberi kesempatan untuk berinovasi, program studi

atau dosen bisa melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan tri darma

perguruan tinggi. Misalnya apa yang dilakukan oleh dosen-dosen di program studi

PIAUD dengan melakukan inovasi dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat.

Menurut Bu Anak dalam wawancara dengan peneliti mengatakan,

“Untuk institusi khususnya prodi PIAUD itu membebaskan istilahnya dosen-


dosen untuk memberikan pengabdian masyarakatnya dalam bentuk apa saja…
istilahnya tidak…sesuai dengan koridornya masing masing dan tupoksinya
masing-masing, itu pengabdiannya kalau bisa itu bermanfaat, memang
berguna bagi masyarakat luas, termasuk penelitian, penelitian
eee….alhamdulillah untuk prodi kita atau institusi sudah juga…ini juga lagi
MOU diluar bekerja sama, mungkin nanti untuk penelitian-penelitian bisa
dilibatkan untuk dosen-dosen yang ada disini.” [Participan - W-11-Tema-2]

Meskipun masih dalam level program studi dan individu, menurut Bu Anak, dosen-

dosen PIAUD memanfaatkan kesempatan yang sudah diberikan oleh pimpanan agar

terus mencari teknik, metode, dan instrument yang inovatif.

Seperti program studi PIAUD, program studi hukum Islam juga memberikan

informasi bahwa para dosen mereka secara individu memanfaatkan kesempatan yang
diberikan oleh pimpinan untuk mencari ide-ide baru. Pak Hukum selaku ketua

program studi mengatakan sebagai berikut,

“Melakukan perilaku inovatif… Saat sekarang, dosen khususnya dosen tetap


khususnya diHukum ekonomi Syariah mempunyai atau memiliki kreativitas.”
[Participan - W-12-Tema-2]

Dari hasil wawancara dengan 12 partisipan atau informan dalam konteks Dosen

diberi kesempatan untuk mencari teknik, metode, dan instrumen yang baru untuk

mengatasi berbagai masalah pendidikan di lingkungan kerja. Tergambar bahwa

hanya sebagai kecil dosen yang memanfaatkan kesempatan yang diberikan. Hal ini

terlihat dari apa yang disampaikan oleh beberapa partisipan yang mengatakan bahwa

tantangan untuk berprilaku kerja inovatif masih dihadapi dosen dilokasi penelitian.

Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa dosen yang mempunyai ide-ide inovatif

dalam hal mencari teknik, metode, dan instrumen yang baru mendapatkan dukungan

yang baik dari program studi, fakultas, dan universitas atau institut. Namun, tidak

semua dosen mempunyai mentalitas yang tinggi dalam menghasilkan ide inovatif

dalam konteks tri darma perguruan tinggi. Gambaran dosen diberi kesempatan untuk

mencari teknik, metode, dan instrumen yang baru untuk mengatasi berbagai masalah

pendidikan di lingkungan kerja, dapat dilihat pada grafik 2 berikut ini.


Grafik 2: Temuan Sub-Tema 1-Dosen diberi kesempatan untuk mencari teknik,
metode, dan instrumen yang baru untuk mengatasi berbagai masalah
pendidikan di lingkungan kerja: Hanya sebagai kecil dosen yang
memanfaatkan kesempatan yang diberikan

“Kalau rekan-rekan Insyaallah punya inovatif dalam melaksanakan


Tridharma perguruan tinggi, mendukung satu sama lain, baik dengan
saya maupun keluarga dari IAI-N BATANGHARI JAMBI(Ibu Sharani)

"“Kalau berkaitan dengan inovasi untuk Tridharma... kita dikampus ini


selalu memberikan kebebasan dan keterbukaan kepada dosen untuk
Dosen diberi kesempatan untuk mencari teknik, metode, dan instrumen yang baru untuk mengatasi

selalu memberikan ide-ide yang inovasi ." (Pak Kyai)


berbagai masalah pendidikan di lingkungan kerja: Hanya sebagai kecil dosen yang memanfaatkan

"dari fakultas dan prodi itu mendukung, artinya kita berikan kebebasan
kepada dosen untuk melakukan inovasi itu..." (Pakdekom)

"Kalau perilaku inovatif ….kalau dari jumlah keseluruhan dosen ya,


masih sebagian kecil yang boleh dikatakan mempunyai …apa ya..bisa
melakukan inovasi...." (Dr. Jeel)
kesempatan yang diberikaninovatif atau baru

"selalu diberi peluang untuk melakukan kegiatan Tridharma perguruan


tinggi." (Pakdoktor Siar)

"Penggunaan seperti google classroom kemudian google meet kemudian


juga via zoom, mereka asing sebenarnya, namun kita perkenalkan
disini." (Dr. Rima)

"Memang ada tantangan misalnya bahwa tidak semua mahasiswa atau


dosen bisa secara maksimal memanfaatkan tekhnologi ." (Dr. Tia)

"terkadang ada munculnya masalah ketika kita mau mempergunakan IT,


tetapi anak tersebut ternyata tidak terlalu pintar dalam melakukan IT ."
(Dr. Arjani)
"..dimana kita diberikan kebebasan juga oleh pihak akademik untuk
melakukan inovasi –inovasi terhadap proses pembelajaran ." (Pak
Proding)

“ Sangat diberi kebebasan, tidak ada batasan-batasan, selagi dalam


koridor yang telah ada dalam silabus." (Bu Islam)

“khususnya prodi PIAUD itu membebaskan istilahnya dosen-dosen."


(Bu Anak)

“perilaku inovatif”... “ Saat sekarang, dosen khususnya dosen tetap


khususnya diHukum ekonomi Syariah ." (Pak Hukum )
4.2.1.3 Dosen diberi kesempatan untuk menghasilkan solusi-solusi baru untuk
mengatasi berbagai masalah pendidikan di lingkungan kerja, namun
belum optimal dimanfaatkan para dosen

Berprilaku kerja inovasi bagi dosen di perguruan tinggi adalah sesuatu yang

sangat penting dilakukan karena perguruan tinggi adalah produsen inovasi yang

menciptakan produk dan layanan baru serta yang menyediakan pelatihan, keahlian

dan sumber daya manusia (yaitu, inovator potensial) kepada masyarakat (Al-

Husseini & Elbeltagi 2014). Selain itu, perguruan Tinggi adalah organisasi akademik

yang berfungsi sebagai mesin pertumbuhan dan perkembangan negara karena inovasi

yang mereka pelihara (Crosling, Nair, & Vaithilingam 2014). Oleh karena itu para

dosen dimana mereka mengabdi dituntut untuk mampu menghasilkan solusi-solusi

baru demi mengatasi berbagai masalah pendidikan yang dialirkan kepada mahasiswa

sebagai sumber daya manusia dimasa depan. Oleh karena itu, para dosen diperguruan

tinggi sudah selayaknya diberi kesempatan untuk menghasilkan solusi-solusi baru

dalam dunia pendidikan yang bisa ditelurkan kepada mahasiswa agar kemudian hari

bisa diterapkan kepada masyarakat.

Hasil wawancara dengan para partisipan di lokasi penelitian menunjukkan

bahwa mereka perguruan tinggi mereka sangat berusaha untuk membangun perilaku

kerja inovatif bagi para dosen. Atasan mereka memberikan rangsangan dengan

bersikap terbuka, mendukung dan memberikan kesempatan kepada para akademisi

untuk berprilaku kerja inovatif khusunya dalam konteks menemukan solusi baru

untuk mengatasi berbagai masalah dan tantangan di perguruan tinggi. Pak Kyai
selaku rektor dan pimpinan tertinggi di perguruan tinggi dimana penelitian ini

dilakukan mengatakan bahwa,

“Itu selalu diberikan kebebasan kepada dosen dan juga pimpinan dari lini
sektor dari pada fakultas baik dekan maupun ketua prodi mereka selalu
mengajak dosen-dosen memikirkan yang terbaik untuk kampus ini. Kalau
solusi..untuk mencari sebuah solusi terbaik untuk masalah yang muncul, kita
dosen selalu dilibatkan. Mulai dari masalah terburuk antara dosen dan
mahasiwa maupun dari sisi mengajar itu selalu dosen kita ajak diskusi…untuk
mencari solusi, untuk win-win solution mengatasi problem solving dalam
permasalahan yang dihadapi.” [Participan - W-2-Tema-3]

Dalam wawancara dengan peneliti, Pak Kyai selaku rektor mengatakan bahwa dalam

mencari solusi-solusi terbaru untuk peningkatan mutu akademik kampus, para dosen

bukan hanya diberikan kesempatan dan kebebasan tetapi juga diajak dan dilibatkan

dalam proses tersebut.

Namun, apa yang dikatakan oleh Pak Kyai selaku rektor, pada kenyataannya

membutuhkan perjuangan agar penemuan solusi-solusi baru tersebut bisa dilakukan

oleh para dosen karena menurut salah seorang informan bahwa ide atau solusi baru

belum tentu bisa diterima oleh para dosen dan akademisi di kampus. Sosialisasi

solusi-solusi baru yang ditemukan membutuhkan perjuangan agar semua dosen bisa

berkolaborasi untuk menerapkannya atau mengunakannya.

“Jadi…ada dua kemungkinan, tergantung kepada ide tadi, ada mereka yang
mau menerima, kemudian rasa ingin tahu, kemudian dampaknya apa terhadap
institusi dan prodi lain. Ada juga yang tidak mau tahu, artinya bisa jadi itu
tentang prodi anda, tidak menanggapai, artinya ada yang 50% itu mendukung
ada yang 50% itu tidak mendukung. Yang 50 % mendukung itukan pada
dasarnya mereka bisa berkolaborasi antara apa ide yang saya tuangkan, dan
nanti jika mereka mempunyai ide saya juga bisa mendukung ide itu tadi.”
[Participan - W-1-Tema-3]

Kesempatan yang diberikan kepada para dosen untuk menghasilkan solusi-solusi baru

untuk mengatasi berbagai masalah pendidikan di lingkungan kerja belum optimal

mereka manfaatkan. Misalnya dalam konteks pembelajaran, inovasi yang dilakukan

oleh dosen perlu diberikan dorongan yang kuat agar para dosen selalu berprilaku

kerja inovatif. Sebagaimana diungkapkan oleh Pakdekom selaku seorang dekan

dibawah ini.

“Nah….proses pembelajaran itu tetaplah dilakukan oleh dosen, ya…kita


serahkan semua itu kepada dosen untuk melakukan inovasi terhadap
pembelajaran, mungkin dengan media, perangkat-perangkat pembelajaran
yang saat ini bisa digunakan baik zoom atau yang lain google meet dan lain
sebagainya. Dan barangkali yang paling mudah salah satunya adalah dengan
wa, itu minimal kita.” [Participan - W-3-Tema-3]

Dalam wawancara dengan peneliti, Pakdekom mengungkapkan bahwa dosen

diberikan dorong untuk selalu mencari solusi baru dalam mengatasi permasalahan

pendidikan khususnya proses belajar dan mengajar agar mencari dan membawa

solusi baru misalnya pemanfaatan teknologi sehingga mahasiswa bisa beradaptasi

cepat dengan perubahan teknologi yang terjadi.


Namun, dalam pandangan Dr. Jeel, seorang dosen seharusnya didukung atau

tidak didukung oleh pimpinan atau diberi kesempatan atau tidak diberi kesempatan,

mereka seharusnya tetap berprilaku inovatif dalam mencari solusi-solusi baru. Dr.

Jeel menekankan sebagai berikiut,

“ Sebenarnya lebih kepada..mereka memberikan hak sepenuhnya kepada


dosen mencari sendiri gitu..mencari sendiri eee…bukan secara mereka
memberikan solusi secara langsung kepada dosen atau menanyakan apa
masalah mereka lalu kita temukan solusinya, saya rasa itu juga masih belum
seperti itu, jadi ee…kebanyakan yang dilakukan oleh dosen-dosen ini lebih
kepada kesadaran mereka sendiri, mereka sadar mereka harus melakukan
gitu…karena mereka tau, ini harus dilakukan jadi didukung atau tidak
didukung oleh kampus mereka lakukan.” [Participan - W-4-Tema-3]

Data wawancara diatas menunjukan bahwa Dr. Jeel selaku ketua P3M

mengungkapkan dosen masih pada level mengidentifikasi masalah, namun mereka

belum pada level mencari solusi-solusi baru sebagai bagian penting terciptanya

perilaku inovasi diperguruan tinggi. Masih menurut Dr. Jeel, dibutuhkan koordinasi

dan komunikasi yang lebih baik antar dosen untuk menghasilkan solusi-solusi baru

dan kerja kolektif untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Hal senada juga diungkapkan oleh Pak Doktor Siar selaku dekan fakultas

syariah dimana beliau mengatakan bahwa perilaku inovasi di fakultas yang dia

pimpin masih terbatas pada beberapa individual dosen,


“Beberapa dosen…tidak semua nya sih memang..beberapa dosen kemaren
memberikan usul saran kepada kami baik dengan proses pembelajaran,
terutama daring kemaren waktu musim pandemic, ada beberapa usulan kalau
dosen menggunakan namanya media selain zoom menggunakan media
Google classrooms, jadi bagaimana misalnya kalau dosen menggunakan
Google classroom atau menggunakan aplikasi-aplikasi daring lainnya, bisa
menyentuh dan bisa kegiatan ini walaupun daring tapi rasanya sama seperti
tatap muka , beberapa dose nada yang memberikan saran begitu, jadi kami
selaku pengayom kepada dosen-dosen memberikan peluang, silahkan saja…
asal sudah disepakati antara dosen dan mahasiswa. Jadi sifatnya tidak
memaksakan, itu kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran dan
perkuliahan pada masa pandemic kemaren.” [Participan - W-5-Tema-3]

Pak Doktor Siar mencontohkan dalam wawancara dengan peneliti bahwa dalam

konteks pembelajaraan, tidak semua dosen memiliki solusi-solusi baru atau

menawarkan solusi-solusi baru terhadap masalah atau kendala yang dihadapi.

Misalnya, hanya beberapa dosen yang mengunakan google classroom atau zoom

meeting. Ini tentunya menjadi tantangan sendiri di fakultas yang Pak Doktor Siar

pimpin. Temuan ini menunjukkan bahwa pada tahap generasi ide, khususnya

penemuan solusi-solusi terbaru sebagai bagian proses perilaku kerja inovatif belum

berkembang secara luas di fakultas yang Pak Doktor Siar pimpin.

Apa yang disampaikan oleh Pak Doktor Siar, diperkuat oleh Dr. Rima yang

sebelumnya menjadi dosen di sebuah perguruan tinggi dan pindah ke Institut Agama

Islam Nusantara Batang Hari. Dr. Rima ingin mengimplementasikan apa yang sudah

dia dapatkan dan terapkan di perguruan tinggi tempat dia bekerja sebelumnya,
khususnya dalam hal melakukan riset. Namun, menurut Dr. Rima tidak semua dosen

mampu melaksanakannya dan bahkan ada yang harus dipaksa,

“Nah untuk indikator kinerja utama karena itu Tridharma pendidikan, kita
diberikan hak, kita juga harus punya tanggung jawab misalnya dalam satu
tahun itu 2x riset, kemudian juga ada laporan pengabdiannya, namun…ya
namanya kebijakan ada yang melaksanakannya dengan tuntas ada juga yang
harus dipaksa terlebih dahulu, misalnya pelaporan…mana nih risetnya? mana
nih pengabdiannya? Nah..untuk kita sendiri, kita… karena kita perpindahan
ya dari universitas negeri keswasta jadi kita ingin membawa perubahan, yang
dulunya mereka melakukan pengbdian, pengabdian ya ala mereka, tanpa
mengikuti indikator dari Dikti bagaimana sebenarnya pengabdian yang baik
itu.” [Participan - W-6-Tema-3]

Menurut Dr. Rima, salah satu tugas utama dosen adalah mencari solus-solusi baru

dalam pendidikan melalui riset-riset terbaru. Namun, Dr. Rima mengatakan bahwa

kebijakan perguruan tingginya yang memberikan kebebesan kepada para dosennya

masih belum ditindaklanjuti oleh para dosen. Hal menarik juga disampaikan oleh Dr.

Tia yang mengatakan bahwa di masa pandemic, dosen harus terus berbenah diri dan

mengubah cara penyampaian materi kuliah melalui kegiatan perkuliahan yang

mengunakan teknologi berdasarkan kesepakatan mahasiswa sehingga mereka bisa

menerima yang ditawarkan.

“Eee… inovasi yang digunakan biasanya karena kita biasanya melakukan


tatap muka, karena ini adalah masa yang tidak memungkinkan untuk
melakukan tatap muka, kita melakukan biasanya melakukan namanya
pembelajaran campuran atau blended learning, sebagian siswa masih bisa
belajar dari rumah sebagian lagi mereka bisa melakukan tatap muka. Nah
cara-cara yang kita lakukan adalah dengan memberi, tetap menggunakan apa
namanya… dua situasi, pembelajaran langsung dan tidak langsung, dan dalam
waktu bersamaan kita juga sharing semua pembelajaran itu dimedia yang kita
sepakati bersama dengan mahasiswa.” [Participan - W-7-Tema-3]

Temuan hasil wawancara dengan Dr. Tia menunjukan bahwa proses perilaku kerja

inovatif merupakan hal yang semestinya dimiliki oleh setiap dosen pada level apapun.

Hal menarik adalah apa yang disampaikan oleh Dr. Arjani terkait

konsekwensi berprilaku inovatif dalam mencari solusi-solusi baru. Menurut Dr.

Arjani, dia mendapatkan dukung secara finansial dari apa yang dia telah lakukan.

“Alhamdulillah, awalnya mereka mungkin merasa asing terhadap seperti itu,


tetapi ketika kita bicarakan dan kita lakukan dan mereka mendukung 100%
terutama pimpinan yang atas dengan cara selama melakukan penelitian
pengabdian itu mereka tidak pernah mendapatkan penggantian dari biaya
tetapi sejak kami ada disitu, satu pengabdian itu mereka akan mengganti biaya
yang kami keluarkan dan itu adalah bentuk dukungan yang seharusnya.”
[Participan - W-8-Tema-3]

Penghargaan dalam bentuk dukungan finansial dari perilaku kerja inovatif yang Dr.

Arjani lakukan menegaskan bahwa mengusulkan dan menerapkan ide-ide atau solusi-

solusi baru di tempat kerja awalnya selalu mendapatkan tantangan karena sering sulit

untuk menemukan dosen yang tidak bekerja berdasarkan kebiasaan lama sehingga

mereka jarang memberikan dan mengimplementasikan ide-ide atau solusi-solusi baru.


Tantangan untuk mendorong dosen agar selalu memberikan atau menemukan

solusi-solusi baru dalam mengatasi permasalahan dilingkungan kerja memang

beragam. Menurut Pak Proding, kebebasan yang diberikan pihak kampus adalah pintu

gerbang untuk bisa menyelesaikan masalah atau mencari solusi-solusi baru melalui

proses perilaku kerja inovatif.

“Pada dasarnya kita menyelesaikan secara tersendiri, kampus memberikan


kebebasan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada terkait dengan
proses yang kita lakukan, umpama dalam proses pembelajaran ketika ketemu
masalah.” [Participan - W-9-Tema-3]

Menata proses perilaku kerja inovatif para dosen memang membutuhkan beberapa

langkah penting di perguruan tinggi khususnya di lokasi penelitian. Dari sisi

kebijakan pimpinan perguruan tinggi khususnya Institut Agama Islam Nusantara

Batang Hari telah memberikan kesempatan dan tergambar dalam dokumen visi dan

misinya. Dari data dokumen visi dan misi, IAI Nusantara Batang Hari sangat

berusaha untuk membangun perilaku kerja inovatif bagi para dosennya dengan

menyatakan sebagai kampus untuk menjadi pusat pengembangan dan transformasi

ilmu pengetahuan yang unggul dan kompetitif serta menjadi penggerak kemajuan

masyarakat di level regional, nasional dan internasional pada tahun 2029. Dengan visi

seperti ini, semua dosen dituntut untuk memiliki perilaku kerja inovatif. Untuk

menunjang visi tersebut menurut Bu Islam, dosen di Institut Agama Islam Nusantara

Batang Hari diminta atau tidak, sudah seharusnya menawarkan solusi-solusi baru

untuk mencapai visi kampus,


“Sangat diberi kebebasan untuk mencari solusi baru contohnya perkuliahan
dalam bentuk praktikum diberi kebebasan kemudian seperti dalam beribadah
bisa diluruskan sebagai media.” [Participan - W-10-Tema-3]

Kebebasan yang diberikan oleh pimpinan dan disampaikan oleh Bu Islam adalah

untuk menunjang visi kampus. Namun, jika dikaitkan dengan apa yang disampaikan

oleh Dr. Jeel, Dr. Tia, Dr. Rima, dan Dr. Arjani. Kebebasan yang diberikan masih

belum optimal dimanfaatkan karena menurut Bu Anak, sebagai dosen penemuan

solusi-solusi baru adalah hasil dari pergulatan naluri dosen yang dihasilkan dari

berkomunikasi dan berkolaborasi dengan rekan kerja yang berprilaku inovatif.

“Itu biasanya kalau kreatifitas itu berhubungan dengan naluriah ya…kalau


pendapat saya naluriah, bisa tiba-tiba, biasanya motivasi dengan rekan kerja,
biasanya kalau rekan kerjanya mungkin komunikasinya asik kemudian kita
bisa bertukar fikiran, biasanya tercipta yang begitu.” [Participan - W-11-
Tema-3]

Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Bu Anak, dukungan untuk perilaku kerja

inovatif seharusnya memang menjadi bagian kehidupan kampus. Menurut Pak

Hukum yang juga sebagai ketua program studi hukum, diskusi dan kolaborasi sesama

dosen untuk mencari ide-ide atau solusi-solusi baru terkait keilmuan masing-masing

dosen sudah seharusnya dipupuk di setiap level mulai dari tingkat program studi

sampai universitas.

“Selaku kaprodi hukum ekonomi syariah, saya diskusi dengan dosennya


sesuai dengan mata kuliah yang diajarkan, dia boleh berinovasi dan
mengembangkan keilmuan menurut apa-apa saja yang berkaitan tentang teori
dalam mata kuliah itu sendiri.” [Participan - W-12-Tema-3]

Hasil temuan wawancara terkait apakah dosen diberi kesempatan untuk menghasilkan

solusi-solusi baru untuk mengatasi berbagai masalah pendidikan di lingkungan kerja

menunjukan bahwa sesuai dengan visi IAI Nusantara Batang Hari yakni menjadi

pusat pengembangan dan transformasi ilmu pengetahuan yang unggul dan kompetitif

serta menjadi penggerak kemajuan masyarakat di level regional, nasional dan

internasional pada tahun 2029, IAI Nusantara Batang Hari sudah memberikan

kesempatan kepada setiap dosen. Namun, hasil wawancara menunjukan bahwa

kebijakan perguruan tingginya yang memberikan kebebasan kepada para dosennya

masih belum ditindaklanjuti oleh para dosen. Pada tahap generasi ide, khususnya

penemuan solusi-solusi terbaru sebagai bagian proses perilaku kerja inovatif belum

berkembang secara luas pada semua dosen baik pada level program studi, fakultas

atau institut. Perilaku kerja inovatif dosen masih pada tataran mengidentifikasi

masalah belum pada tataran mencari solusi-solusi baru sebagai bagian penting

terciptanya perilaku inovasi di perguruan tinggi.


Grafik 3: Temuan Sub-Tema 3- Dosen diberi kesempatan untuk menghasilkan
solusi-solusi baru untuk mengatasi berbagai masalah pendidikan di
lingkungan kerja, namun belum optimal dimanfaatkan para dosen

“Ada juga yang tidak mau tahu, artinya bisa jadi itu tentang prodi anda, tidak
menanggapai, artinya ada yang 50% itu mendukung ada yang 50% itu tidak
mendukung. Yang 50 % mendukung itukan pada dasarnya mereka bisa
berkolaborasi..." (Ibu Sharani)

“ Kalau solusi..untuk mencari sebuah solusi terbaik untuk masalah yang


muncul, kita dosen selalu dilibatkan." (Pak Kyai)
Dosen diberi kesempatan untuk menghasilkan solusi-solusi baru untuk
mengatasi berbagai masalah pendidikan di lingkungan kerja, namun

"kita serahkan semua itu kepada dosen untuk melakukan inovasi ..."
(Pakdekom)

"mereka sadar mereka harus melakukan gitu…karena mereka tau, ini harus
dilakukan jadi didukung atau tidak didukung oleh kampus mereka lakukan."(Dr.
belum optimal dimanfaatkan para dosen

Jeel)

"Beberapa dosen…tidak semua nya sih memang..beberapa dosen..." (Pakdoktor


Siar)

"untuk indikator kinerja utama karena itu Tridharma pendidikan, kita diberikan
hak, kita juga harus punya tanggung ...." (Dr. Rima)

"inovasi yang digunakan biasanya karena kita biasanya melakukannya..." (Dr.


Tia)

"Alhamdulillah, awalnya mereka mungkin merasa asing terhadap seperti itu,


tetapi ketika kita bicarakan dan kita lakukan dan mereka mendukung 100%
terutama pimpinan." (Dr. Arjani)

"..kampus memberikan kebebasan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan


yang ada terkait dengan proses yang kita lakukan..." (Pak Proding)

“sangat diberi kebebasan untuk mencari solusi baru contohnya perkuliahan


dalam bentuk praktikum diberi kebebasan..." (Bu Islam)

“Itu biasanya kalau kreatifitas itu berhubungan dengan naluriah ya…kalau


pendapat saya naluriah, bisa tiba-tiba, biasanya motivasi dengan rekan kerja."
(Bu Anak)

“saya diskusi dengan dosennya sesuai dengan mata kuliah yang diajarkan, dia
boleh berinovasi dan mengembangkan keilmuan." (Pak Hukum)
4.2.2 Idea Promotion - dukungan terhadap perilaku kerja inovatif dosen dalam
mempromosikan ide-ide inovatif

Hasil penelitian kualitatif studi kasus dalam kaitannya dengan dukungan

terhadap perilaku kerja inovatif dosen dalam mempromosikan ide-ide inovatif (idea

promotion) menunjukan terdapat tiga sub-tema berkaitan dengan idea promotion -

dukungan terhadap perilaku kerja inovatif dosen dalam mempromosikan ide-ide

inovatif. Sub-tema pertama adalah dosen belum mendapatkan dukungan dari rekan

kerja dan lembaga untuk mempromosikan ide inovatif di lingkungan kerja secara

tertata dan terdokumentasi dengan baik. Sub-tema kedua adalah ide-ide inovatif

dosen belum mendapatkan persetujuan dari semua rekan kerja, namun mendapat

dukungan program studi, fakultas, dan lembaga secara lisan. Sub-tema ketiga adalah

rekan kerja dan lembaga antusias terhadap ide-ide inovatif dosen. Ketiga sub-tema ini

akan dijelaskan secara detail dibawah ini yang akan didukung oleh hasil wawancara

berdasarkan hasil analisa data baik individu (setiap partisipan - terlampir) maupun

analisa data antar individu (semua partisipan - terlampir).

4.2.2.1 Dosen belum mendapatkan dukungan dari rekan kerja dan lembaga
untuk mempromosikan ide inovatif di lingkungan kerja secara tertata
dan terdokumentasi dengan baik

Dukungan terhadap perilaku kerja inovatif dosen dalam mempromosikan ide-

ide inovatif di perguruang tinggi sudah selayaknya menjadi bagian yang tak

terpisahkan dari kehidupan di perguruan tinggi sebagai bagian yang tak terpisahkan

tri darma perguruan tinggi. Dalam pandangan Janssen (2000) idea promotion adalah

ketika seseorang telah menemukan ide inovatif, maka dia harus mempromosikan dan
mendapatkan dukungan dari rekan kerja dan lingkungan yang dapat memberikan

sumber daya dan otoritas yang diperlukan. Pada dasarnya, promosi ide dapat

dilakukan oleh individu atau individu dan rekan kerja, tetapi untuk

mengimplementasikan ide kepada praktik kerja membutuhkan kerjasama dari

sekelompok individu dan rekan rekan. Lalu bagaimana apakah dosen mendapatkan

dukungan dari rekan kerja dan lembaga untuk mempromosikan ide inovatif di IAI

Nusantara Batang Hari? Menurut Pak Kyai dalam wawancara dengan peneliti,

mengatakan bahwa dukungan pada para dosen untuk mempromosikan ide-ide

mereka selalu ada.

“Kalau kita lihat juga kan, ada tingkat support yang kita lihat, ada yang
bertingkat primer …ada bersifat sekunder…ada tingkat dibawah. Kalau
tingkat primer kita utamakan….”[Partisipan - W-2-Tema-4]

Pak Kyai selaku rektor dan pimpinan tertinggi di perguruan tinggi dimana penelitian

ini dilakukan menegaskan bahwa perguruan tinggi yang dia pimpin selalu

mendukung untuk mempromosikan ide-ide inovatif para dosen. Hasil wawancara ini

menunjukan bahwa lembaga yang dia pimpin sesuai visinya mendorong para dosen

untuk selalu menemukan ide-ide baru dan mempromosikannya. Pada level yang lebih

rendah yakni program studi, dukung untuk mempromosikan ide-ide inovatif dosen

kepada rekan-rekan dosen yang lain juga ada. Menurut Ibu Sharani selaku ketua

program studi perbankan syariah, dia selalu mendukung kegiatan para dosen yang

berorientasi pada promosi ide-ide inovatif mereka.


“Kemudian untuk dosennya saling mendukung, dan bekerja sama dimana
mereka diletakkan sebagai dosen tetap prodi…Mereka tidak mendukung bisa
jadi tidak bagian dari prodi ini, bisa juga mungkin tidak memberikan
kepercayaan terhadap yang mempunyai ide, jadi misalnya jika saya
mempunyai ide ini, dia gak percaya saya bisa melaksanakan, pada dasarnya
kedepan untuk implementasi kita tetap melaksanakan walaupun ada beberapa
hambatan itu, itu pasti…namanya juga proses.” [Partisipan - W-1-Tema-4]

Masih menurut Bu Sharani, saling dukung terhadap sesama dosen di program studi

yang dia pimpin mendorong para dosen untuk berprilaku kerja inovatif meskipun

pada tataran implementasi hambatan baik dari rekan dosen atau lembaga selalu ada,

namun tetap dilaksanakan. Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Bu Sharani,

Pak Hukum selaku ketua program studi Hukum ekonomi syariah mengatakan bahwa

masih ada rekan dosen ketika diajak bersama-sama mensupport ide-ide inovatif rekan

kerja dosen lainnya menolak.

“Dari awal mereka diberi semangat dan saling support. Mereka ikut serta
terlibat Alhamdulillah, ada sebagian dosen yang ikut, tidak semua.”
[Partisipan - W-12-Tema-4].

Bahkan menurut Pak Hukum, masih ada dosen yang tidak mau melibatkan diri

dengan menutup diri dari dia sebagai ketua program studi.

“Selama saya menjadi kaprodi ada dosen yang belum langsung menghadap
saya atau rekan-rekan yang lain untuk memberikan ide inovatif..” [Partisipan -
W-12-Tema-4].
Berbeda dari program studi Pak Hukum, ketua program studi PIAUD, Bu Anak

mengatakan bahwa ditataran program studi dan karena sudah mendapatkan dukungan

dari pimpinan lembaga, para dosen mendapatkan support untuk memperkenalkan dan

memasarkan ide-ide inovatif mereka.

“Pemimpin mendukung…sama-sama mendukung, terbukti dengan apapun


yang kami lakukan, institusi baik itu ketua yayasan atau institusi termasuk
unsur pimpinan dan pejabat lainnya itu memberikan dukungan dan apresiasi
yang luar biasa untuk apa yang sudah dilakukan.” [Partisipan - W-11-Tema-4]

Hal yang sama juga terjadi di program studi pendidikan agama Islam, Bu Islam

selaku ketua program studi mengatakan dalam wawancara dengan peneliti,

‘Untuk rekan kerja saling mendukung, tidak ada kendala semua berjalan
lancar…iya terutama dalam hadist, kita bekerja sama dengan pihak lain, nanti
setelah itu baru diterapkan ke mahasiswa. “[Partisipan - W-10-Tema-4]

Menurut Bu Islam, di lingkungan program studi yang dia pimpin, dosen saling

dukung untuk mempromosikan ide-ide inovatif mereka yang kemudian

diterapkan kepada mahasiswa. Jadi di program studi pendidikan agama Islam,

dosen mendapatkan dukungan dari rekan kerja dan program studi untuk

mempromosikan ide inovatif ke sesama dosen dan kepada para mahasiswa.

Selanjutnya, hasil wawancara dengan ketua program studi bahasa Inggris juga

menunjukan hal yang sama,

“Kita diberikan kebebasan dalam menentukan dalam mengembangkan model,


media pembelajaran.” [Partisipan - W-9-Tema-4]
Dalam konteks media dan model pembelajaran bagi mahasiswa, para dosen yang

sudah mengembangkan atau menghasilkan ide-ide terbaru yang difasilitasi untuk

dipromosikan di level program studi dan tentunya mendapatkan dukungan dari para

dosen dan ketua program studi.

Dukungan pada dosen untuk mempromosikan ide-ide inovatif mereka juga

disampaikan oleh Dr. Arjani, seorang dosen program studi Bahasa Inggris dan

Manajemen Pendidikan. Dr. Arjani mengungkapkan bahwa ada support dari program

studi, fakultas, dan institut pada kegiatan yang dia lakukan sebagai berikut,

“Dukungan apa…penguatan-penguatan atau apapun surat-surat yang


diperlukan, mereka mendukung 100%, pada akhirnya mereka mendukung
secara finansial.” [Partisipan - W-8-Tema-4]

Selama wawancara dan dengan intonasi dan mimik yang menyakinkan, Dr. Arjani

menegaskan bahwa awalnya dukungan hanya berupa dokumen atau surat pengantar.

Namun, dukung yang diberikan pada dosen seperti Dr. Arjani juga berupa dukungan

finansial. Menurut, Dr. Arjani dukungan finansial untuk mempromosikan ide-ide

inovatif masih terbatas pada dosen secara individu dan tertentu, belum secara

melembaga.

Hal senada juga diungkapkan oleh Dr. Tia yang dalam wawancara

menyatakan bahwa pada prinsipnya, pihak kampus sangat mendukung baik secara

dokumen maupun finansial meskipun masih terbatas pada dosen atau program studi

tertentu.
“Prinsipnya kampus sangat mendukung”“ eeee…untuk penelitian, karena itu
memang merupakan tridharma dari perguruan tinggi, kampus setidaknya
mendukung untuk pelaksanaan pengabdian masyarakat terutama, bahwa
eee…selain dukungan dalam bentuk kesempatan kampus juga memberikan
dukungan meskipun tidak terlalu maksimal dalam bentuk eee….finansial
dukungan, eee…pelaksanannya.” [Partisipan - W-7-Tema-4]

Dukungan terhadap perilaku kerja inovatif dosen dalam mempromosikan ide-ide

inovatif di IAI Nusantara Batang Hari memang belum merata meskipun dari beberapa

partisipan dalam penelitian ini mengungkapkan adanya dukungan rekan kerja dan

pihak kampus. Namun, ada juga yang mengalami berbagai kendala dalam upaya

mempromosikan ide-ide inovatif mereka seperti disampaikan oleh Dr. Rima dalam

wawancara dengan peneliti,

“Ya…untuk promosi, itu kita diberikan kesempatan, tetapi ketika berhadapan


dengan rekan kerja, ada memang dari mereka beberapa yang open minded,
terlebih lagi ada yang close minded.” [Partisipan - W-6-Tema-4]

Menurut Dr. Rima, berdasarkan pengalaman dia sebagai dosen, dukungan dan

kesempatan untuk mempromosikan ide-ide inovatif selalu ada. Namun seringkali

dalam pelaksanaannya dia berhadapan dengan beberapa dosen yang tidak terbuka

terhadap ide-ide inovatif. Hal ini mempersulit dan memperlambat transfer of

knowledge kepada rekan kerja dan lembaga dimana dia berafiliasi sehingga promosi

ide-ide baru hanya terbatas pada program studi atau individu dosen tertentu saja.
Berbeda dari apa yang disampaikan oleh Dr. Rima selaku dosen di program

studi pendidikan bahasa Inggris, Pakdoktor Siar selaku dekan Dekan fakultas Syariah

mengatakan sebagai berikut,

“Jadi kalau inisiasi dari beberapa dosen, tentu dosen ini kan menyampaikan
informasi kepada rekan kerja dulu, jadi sudah dapat dukungan dari rekan kerja
baru disampaikan kepada pengelola, jadi pengelola menyaring apakah ide ini
baik untuk dilaksanakan apa tidak. Dosen-dosen ini punya inisiasi bagaimana
bekerja itu tidak sendiri, jadi mereka selalu bekerja bersama-sama…
teamwork…apapun kegiatannya, sifatnya kayak keroyokan sesuai dengan
bidangnya, jadi ketika mereka mendapatkan tugas ini ya…mereka keroyokan
ada 3 sampai 4 orang. Bukan team tetapi mereka bekerja bersama…
Alhamdulillah walaupun tidak 100% tetapi secara umum, mayoritas rata-rata
dosen seperti itu.” [Partisipan - W-5-Tema-4]

Menurut Pakdoktor Siar selaku dekan Dekan fakultas Syariah, dosen diberikan

kesempatan untuk menginisiasi promosi ide-ide inovatif kepada rekan kerja dan jika

sudah mendapatkan dukungan dari rekan kerja secara bersama-sama disampaikan

kepada pimpinan fakultas dan pihak pimpinan fakultas menyaring apakah perlu

ditindaklanjuti promosi ide-ide inovatif yang diusulkan para dosen. Di satu sisi, hal

ini bermakna positif dimana para dosen bekerjasama untuk mempromosikan ide-ide

inovatif sementara di sisi lain, menunjukan bahwa pihak pimpinan tidak inovatif

dalam mempromosikan ide-ide inovatif dosen secara individu dan terkesan

menunggu saja dari para dosen.


Pendapat yang hampir sama terkait dengan dukungan terhadap perilaku kerja

inovatif dosen dalam mempromosikan ide-ide inovatif di IAI Nusantara Batang Hari,

diungkapkan oleh Pakdekom selaku Dekan Fakultas ekonomi dan bisnis,

“Maka kita berikan kesempatan kepada dosen untuk melakukan inovasi pada
pembelajaran.” [Partisipan - W-3-Tema-4]

Data wawancara diatas secara tersirat mengungkapkan bahwa dosen mendapatkan

dukungan untuk promosi ide-ide inovative mereka, misalnya terkait pembelajaran.

Namun, Pakdekom selaku Dekan Fakultas ekonomi dan bisnis ketika ditanya lebih

lanjut kelihatannya sulit memberikan contoh konkret dukungan terhadap perilaku

kerja inovatif dosen dalam mempromosikan ide-ide inovatif di IAI Nusantara Batang

Hari, misalnya dalam bentuk dokumen atau rencana strategis yang tertata ditingkat

fakultas atau program studi.

Pendapat yang lebih tajam disampaikan oleh Dr. Jeel selaku ketua P3M

berkaitan dengan dukungan terhadap perilaku kerja inovatif dosen dalam

mempromosikan ide-ide inovatif di IAI Nusantara Batang Hari. Dr. Jeel mengatakan,

“Nah mungkin karena dukungan dari kampus masih rendah disitu, jadi itu
menjadi hambatan juga bagi dosen-dosen untuk termotivasi melakukan
penelitian ataupu pengabdian… kalau belakangan, belakangan ini..sejak ada
P3M ya kita didukung, dan juga kepada teman teman yang lain juga di…apa
ya…disupport untuk melakukan dan belakangan yang terakhir ditahun 2021.”
[Partisipan - W-4-Tema-4]
Menurut Dr. Jeel dukungan dari pimpinan kampus baik tingkat program studi atau

fakultas bahkan institut masih belum pada tingkat memuaskan atau tertata secara

baik. Dukungan masih pada tataran lisan dan belum terdokumentasi secara

melembaga, khususnya untuk kegiatan penelitian dan pengabdian. Hal ini

menyebabkan para dosen secara umum tidak termotivasi untuk mempromosikan

ide-ide inovatif di IAI Nusantara Batang Hari.

Data hasil wawancara dari 12 partisipan penelitian dan hasil analisa dokumen

menunjukan bahwa dukungan terhadap perilaku kerja inovatif dosen dalam

mempromosikan ide-ide inovatif di IAI Nusantara Batang Hari masih belum tertata

baik pada level program studi, fakultas, bahkan institut. Kondisi ini membuat para

dosen di IAI Nusantara Batang Hari belum termotivasi untuk mempromosikan ide-ide

inovatif mereka karena lingkungan kerja belum memungkinkan mereka untuk terus

mencari ide-ide inovatif dan mempromosikan ide-ide tersebut kepada rekan kerja atau

lembaga mereka berafiliasi secara terus menerus. Disamping itu, munculnya faktor

internal seperti kurangnya dukungan dan penolakan dari rekan kerja terhadap ide-ide

inovatif menyebabkan promosi ide-ide inovatif memiliki tantangan tersendiri.

Hasil wawancara dengan 12 partisipan seakan menunjukan proses perilaku

kerja inovatif dirangsang dan berkembang secara luas di IAI Nusantara Batang Hari.

Tetapi pada saat bersamaan, terlihat kurang terdokumentasi dengan baik terhadap ide-

ide inovatif yang membuat ide-ide inovatif yang ada sebelumnya tidak selalu berhasil

diperjuangkan dalam tahap promosi ide. Temuan dalam sub-tema ini menunjukkan
bahwa dukungan berupa bantuan finansial untuk mendukung proses perilaku kerja

inovatif dari generasi ide untuk menghasilkan ide-ide baru dan menuju tahap promosi

ide dengan mencari dukungan dan publisitas terhadap ide-ide inovatif tersebut belum

sepenuhnya didukung oleh rekan kerja secara melembaga.

Mempromosikan ide-ide inovatif di IAI Nusantara Batang Hari masih bersifat

dadakan dan pada level individu atau program studi. Namun tidak terdokumentasi

dengan baik yang dibuktikan tidak ada dokumen yang dimaksud ketika peneliti

visitasi ke lokasi penelitian dan bertemu pimpinan baik program studi, fakultas,

bahkan institut. Dukungan memang ada pada level program studi, fakultas, bahkan

institut, namun masih tertuju pada dosen-dosen tertentu yang aktif dalam

mempromosikan ide-ide inovatif mereka. Selain itu, dalam konteks promosi ide-ide

inovatif, memobilisasi dukungan guna memperoleh persetujuan dan membuat rekan

kerja menjadi antusias masih rendah dan mengalami hambatan internal karena masih

ada dosen yang memiliki sifat closed-minded.


Grafik 4: Temuan Sub-Tema 4-Dosen belum mendapatkan dukungan dari
rekan kerja dan lembaga untuk mempromosikan ide inovatif di
lingkungan kerja secara tertata dan terdokumentasi dengan baik

“Mereka tidak mendukung bisa jadi tidak bagian dari prodi ini, bisa juga
mungkin tidak memberikan kepercayaan terhadap yang mempunyai ide..."
(Ibu Sharani)

“Kalau kita lihat juga kan, ada tingkat support yang kita lihat, ada yang
bertingkat primer …ada bersifat sekunder…ada tingkat dibawah. Kalau tingkat
untuk mempromosikan ide inovatifdi lingkungan kerja secara tertata dan

primer kita utamakan…." (Pak Kyai)


Dosen belum mendapatkan dukungan dari rekan kerja dan lembaga

"maka kita berikan kesempatan kepada dosen untuk melakukan inovasi pada
pembelajaran..." (Pakdekom)

"Nah mungkin karena dukungan dari kampus masih rendah disitu, jadi itu
menjadi hambatan juga bagi dosen-dosen untuk termotivasi melakukan
penelitian ataupu pengabdian."(Dr. Jeel)

"Jadi kalau inisiasi dari beberapa dosen, tentu dosen ini kan menyampaikan
terdokumentasi dengan baik

informasi kepada rekan kerja dulu, jadi sudah dapat dukungan dari rekan kerja
baru disampaikan kepada pengelola."(Pakdoktor Siar)

"ya…untuk promosi, itu kita diberikan kesempatan, tetapi ketika berhadapan


dengan rekan kerja, ada memang dari mereka beberapa yang open minded,
terlebih lagi ada yang close minded."(Dr. Rima)

"selain dukungan dalam bentuk kesempatan kampus juga memberikan


dukungan meskipun tidak terlalu maksimal dalam bentuk eee….finansial
dukungan, eee…pelaksanannya...." (Dr. Tia)

"Dukungan apa…penguatan-penguatan atau apapun surat-surat yang


diperlukan, mereka mendukung 100%, pada akhirnya mereka mendukung
secara finansial." (Dr. Arjani)

"..Kita diberikan kebebasan dalam menentukan dalam mengembangkan model,


media pembelajaran..." (Pak Proding)

“untuk rekan kerja saling mendukung, tidak ada kendala semua berjalan
lancar.."(Bu Islam)

“ Pemimpin mendukung…sama-sama mendukung, terbukti dengan apapun


yang kami lakukan, institusi baik itu ketua yayasan atau institusi termasuk
unsur pimpinan ..." (Bu Anak)

“Dari awal mereka diberi semangat dan saling support...." (Pak Hukum)
4.2.2.2 Ide-ide inovatif dosen belum mendapatkan persetujuan dari semua rekan
kerja, namun mendapat dukungan program studi, fakultas, dan lembaga
secara lisan

Salah satu fokus penting dalam penelitian studi kasus di IAI Nusantara Batang

Hari adalah apakah ide-ide inovatif dosen mendapatkan persetujuan dari rekan kerja

dan lembaga di lingkungan kerja? Temuan dalam penelitian ini menunjukkan hasil

yang menarik dan beragam dari hasil wawancara 12 partisipan. Sebagai contoh, Pak

Kyai selaku rektor dan pimpinan tertinggi di perguruan tinggi dimana penelitian ini

dilakukan mengatakan bahwa,

“Kita beri kesempatan itu…setiap sektor dibawah rektor…dekan…ditingkat


prodi itu selalu diarahkan untuk berdiskusi untuk mengarahkan ide, mencari
solusi, diutarakan dan dikembangkan…itu selalu dilakukan. Kita punya core
valuenya itu..kita harus terbuka.“[Partisipan - W-2-Tema-5]

Menurut Pak Kyai mulai dari tingkat program studi, fakultas sampai ke institut

memberikan peluang agar ide-ide inovatif dosen mendapatkan persetujuan dari rekan

kerja dan IAI Nusantara Batang Hari. Pak Kyai mengatakan bahwa IAI Nusantara

Batang Hari selalu terbuka untuk mendukung and menyetujui ide-ide inovatif dosen.

Terkait ada atau tidaknya persetujuan dari rekan kerja tetang ide-ide inovatif dosen,

Bu Sharani selaku ketua program studi perbankan syariah dalam wawancaranya

mendukung apa yang disampaikan oleh Pak Kyai,

“Kalau dari perilaku, kalau dari individu tetap saling mendukung, kemudian
team worknya tetap selalu bekerja sama dalam berbagai kegiatan Tridharma
perguruan tinggi, atau kebijakan lainnya.”[Partisipan - W-2-Tema-5]
Seakan ini menegaskan apa yang disampaikan oleh Pak Kyai dan Bu Sharani,

Pakdekom selaku dekan fakultas ekonomi dan bisnis mengatakan sebaga berikut,

“Dalam proses pembelajaran kalau selaku dosen kita dari akademik


memberikan peluang kepada mereka, kesempatanlah ya, artinya mereka
dosennya itu bebas untuk berkreasi, silahkanlah berkreasi, berinovasi dalam
proses pembelajaran.” [Partisipan - W-3-Tema-5]

Baik Bu Sharani dan Pakdekom menyampaikan bahwa rekan-rekan kerja dosen di

program studi dan fakultas di IAI Nusantara Batang Hari selalu memberikan

persetujuan terhadap ide-ide inovatif dosen. Secara khusus, Pakdekom menyatakan

bahwa para dosen diberikan kesempatan untuk berinovasi yang secara tersirat

menyatakan bahwa rekan kerja di level program studi dan fakultas selalu memberikan

dukungan dan persetujuan terhadap sesuatu yang inovatif dari berbagai dosen yang

mengabdi.

Disamping itu, Pakdoktor Siar selaku Dekan fakultas Syariah yang sudah

lama mengabdi di lokasi penelitian mengatakan,

“Selagi sifatnya baik dan tidak merugikan mahasiswa, kami dari unsur
pimpinan memberikan kesempatan kepada dosen untuk implementasikan ide-
ide yang mereka ajukan itu.” [Partisipan - W-5-Tema-5]

Pakdoktor Siar ingin menegaskan apa yang disampaikan oleh Pak Kyai, Bu Sharani,

dan Pakdekom bahwa untuk implementasi ide-ide inovatif, pada dasarnya pihak

fakultas yang didukung program studi memberikan kesempatan agar para dosen yang

memiliki ide-ide inovatif bisa mengimplementasikanya di lingkungan kerja,

khususnya di program studi atau fakultas masing-masing. Namun, mereka disarankan


agar mengajukan dulu melalui pihak program studi dan kemudian ke fakultas dimana

sang dosen mengabdi.

Hasil wawancara dengan dosen, khususnya Dr. Tia menunjukan bahwa pihak

kampus mendukung dan memberikan kesempatan bagi para dosen untuk

mengimplementasikan ide-ide inovatif mereka di lingkungan kerja mereka,

“Prinsipnya kampus sangat mendukung”“ eeee…untuk penelitian, karena itu


memang merupakan tridharma dari perguruan tinggi, kampus setidaknya
mendukung untuk pelaksanaan pengabdian masyarakat terutama, bahwa
eee…selain dukungan dalam bentuk kesempatan kampus juga memberikan
dukungan meskipun tidak terlalu maksimal dalam bentuk eee….finansial
dukungan, eee…pelaksanannya.” [Partisipan - W-7-Tema-5]

Menurut Dr. Tia, para rekan kerja di kampus memberikan persetujuan untuk

munculnya ide-ide inovatif meskipun tidak maksimal. Senada dengan Dr. Tia, Dr.

Arjani yang merupakan dosen pendidikan bahasa Inggris dan manajemen pendidikan

mengungkapkan bahwa pada awalnya agak sulit untuk menjalankan ide-ide inovatif

di kampus karena kuatnya tantangan internal. Beberapa dosen merasa asing dengan

ide-ide inovatif khususnya yang berkaitan dengan penelitian dan pengabdian. Namun,

pelan tapi pasti, rekan-rekan dosen Dr. Arjani mulai mendukung apalagi adanya

dukungan finansial setelah mereka melakukan atau mengimplementasikan ide-ide

inovatif.

“Alhamdulillah, awalnya mereka mungkin merasa asing terhadap seperti itu,


tetapi ketika kita bicarakan dan kita lakukan dan mereka mendukung 100%
terutama pimpinan yang atas dengan cara selama melakukan penelitian
pengabdian itu mereka tidak pernah mendapatkan penggantian dari biaya
tetapi sejak kami ada disitu.” [Partisipan - W-8-Tema-5]

Selanjutnya dari pandangan para ketua program studi, peluang agar ide-ide inovatif

dosen mendapatkan persetujuan dari rekan kerja di tingkat program studi masing-

masing selalu ada. Pak Proding selaku ketua program studi pendidikan Bahasa

Inggris, mengatakan bahwa dia selalu mendukung dan memberikan persetujuan

kepada ide-ide inovatif dosen untuk diimplementasikan demi kemajuan program studi

yang dia pimpin,

“Oya…tentu, terkait dengan pengembangan program studi yang tekait dengan


kerja, kita selalu beri dukungan dari pimpinan, bagaiman kita selalu diberikan
kebebasan agar prodi berkembang, kita kelola..mulai dari bagaimana kita
melkuka sosialisasi-sosialisasi kepada masyarakat.” [Partisipan - W-9-Tema-
5]

Ketika hal yang sama ditanyakan kepada Bu Islam selaku ketua program studi

pendidikan agama islam, mengatakan bahwa meskipun ada persetujuan dari rekan

kerja di tingkat program studi, para dosen dengan ide-ide inovatifnya tidak bisa

langsung saja melakukannya. Bu Islam menambahkan bahwa ide-ide inovatif

tersebuta harus melalui proses di tingkat program studi dan fakultas sehingga bisa

diberikan dukungan oleh pimpinan.

“Prosesnya itu, yang pertama kami mengaju pada peraturan di kampus,


instruksi dari warek 1 atau dekan prosesnya itu karena kami dibawahan atau
dosen diberi kebebasan untuk mencari itu, selama ini kita langsung saja jika
ada teknik pembelajaran baru.” [Partisipan - W-10-Tema-5]
Selanjutnya peneliti mewawancari Bu Anak selaku ketua program studi PIAUD yang

menyatakan hal yang sama dengan Bu Islam. Menurut Bu Anak biasanya para dosen

yang memiliki ide-ide inovatif, khususnya dalam hal penelitian, mereka selalu

membahasnya dengan sesame dosen,

“Sama beberapa dosen-dosen lain sudah dibicarakan bagaimana penelitian ini


bisa dilaksanakan, bisa berkolaborasi dengan mahasiswi, walaupun
sebenarnya sudah pernah dilaksanakan.” [Partisipan - W-11-Tema-5]

Pembahasan ide-ide inovatif dengan sesame rekan dosen di level program studi

dimaksudkan agar ide-ide tersebut tidak mengalami kendala internal sebelum

diajukan ke level fakultas atau universitas. Hal ini juga diamini oleh Pak Hukum

selaku dosen dan ketua program studi Hukum ekonomi syariah, menurut Pak Hukum

dari pihak IAI Nusantara Batang Hari memang menuntut dosen untuk memiliki ide-

ide inovatif dan itu sudah menjadi kebutuhan bersama,

“Kalau untuk sementara ini, tuntutan dari kampus memang sudah ada untuk
melakukan pengabdian masyarakat, tetapi untuk saat sekarang kita merasa
yang butuh bersama teman-teman. Kemudian nanti dari kampus mungkin
adalah reward.” [Partisipan - W-12-Tema-5]

Namun, berbeda dengan 10 partisipan di atas, dua partisipan yakni Dr. Rima dan Dr.

Jeel mengatakan hal yang agak berbeda terkait apakah ide-ide inovatif dosen

mendapatkan persetujuan dari rekan kerja dan lembaga di lingkungan kerja? Menurut

Dr. Rima, ketika ada proses sosialisasi, beberapa dosen di lingkungan kerjanya masih

belum bisa menerima hal-hal yang baru dan inovatif, bahkan ada beberapa yang

kurang suka dengan perubahan yang akan muncul. Dr. Rima mencontohkan bahwa
para dosen tersebut kurang mendukung adanya perubahan tatacara penelitian dan

publikasi. Mereka masih menikmati gaya lama yang mereka miliki. Hal ini menurut

Dr. Rima sangat menghalangin terjadinya perubahan dalam konteks penelitian dan

publikasi,

“Jadi ketika kita mau berusaha untuk sosialiasikan itu secara terbuka aja dulu,
mereka seperti enggan dan tidak bisa, dan itu ada beberapa orang yang
memang tidak suka terhadap perkembangan gitu ya…tapi…ada beberapa
dosen yang sangat excited, nanti kalau misalnya nanti ada penelitian dan
publikasi kita diberikan istilahnya diikutkan, kami bisa kerja apa…ada…ada
rekan kerja yang mendukung, ada memang rekan kerja yang tertutup.”
[Partisipan - W-6-Tema-5]

Dr. Jeel juga mengungkapkan pandangan yang sama dengan Dr. Rima terkait apakah

ide-ide inovatif dosen mendapatkan persetujuan dari rekan kerja dan lembaga di

lingkungan kerja. Dr. Jeel mengatakan para dosen sudah terbiasa dengan berprilaku

apa adanya terkait tri darma pendidikan tinggi. Menurut Dr. Jeel, para dosen agak

kurang mendukung terjadinya perubahan karena mereka terbiasa melakukan sesuatu

yang rutinitas saja.

“Tadi saya katakan bukan tidak ada tapi minim ya…nah mulai tahun 2021 dah
mulai, namun eee… apa ya…anehnya mungkin karena mereka terbiasa
dengan yang mereka lakukan apa adanya ya..jadi saya juga tidak tau, kenapa
banyak yang tidak tertarik, dan itu terbukti yang melakukan itu hanya satu
kelompok dosen aja yang mendapatkan bantuan itu, jadi tidak.” [Partisipan -
W-4-Tema-5]

Hasil wawancara dengan para partisipan terkait apakah ide-ide inovatif dosen

mendapatkan persetujuan dari rekan kerja dan lembaga di lingkungan kerja

menunjukan bahwa dalam promosi ide-ide inovatif para dosen masih berada pada
kelompok dosen tertentu di tingkat program studi dan belum seluruh dosen di tingkat

program studi dan fakultas. Hal ini disebabkan oleh faktor internal seperti adanya

penolakan dari rekan kerja terhadap ide-ide inovatif dari para dosen kelompok dan

program studi tertentu. Penolakan terhadap ide-ide tersebut dikarenakan para dosen

atau rekan kerja tertentu di program studi masih tidak mau menerima pembaharuan

terkait tri darma perguruan tinggi. Keenggan para dosen atau rekan kerja tersebut

tentunya menghambat terjadi proses transfer of knowledge dan transfer prilaku kerja

inovatif dosen di lokasi penelitian.

Hasil wawancara juga menunjukan bahwa adanya beberapa dosen yang

melakukan penolakan terhadap ide-ide inovatif tidak diantisipasi oleh pimpinan

lembaga, fakultas, dan program studi dalam bentuk program kebijakan yang

dimasukan dalam rencana strategis kampus. Penolakan dari beberapa rekan kerja juga

menunjukan bahwa pencapaian visi dan misi lembaga dimana penelitian ini dilakukan

masih memerlukan usaha yang lebih aktif lagi. Untuk mencapai visi yang berbunyi,”

IAI Nusantara Batang Hari adalah menjadi pusat pengembangan dan transformasi

ilmu pengetahuan yang unggul dan kompetitif serta menjadi penggerak kemajuan

masyarakat di level regional, nasional dan internasional pada tahun 2029,”

memerlukan kerjasama yang maksimal mulai dari individu dosen, rekan kerja,

program studi, fakultas dan universitas melalui dukungan yang terus-menerus akan

adanya ide-ide inovatif dari setiap dosen sehingga munculnya apa yang disebut

prilaku kerja inovatif dosen di kampus.


Grafik 5: Temuan Sub-Tema 5-Ide-ide inovatif dosen belum mendapatkan
persetujuan dari semua rekan kerja, namun mendapat dukungan program
studi, fakultas, dan lembaga secara lisan

“Kalau dari perilaku, kalau dari individu tetap saling mendukung, kemudian
team worknya tetap selalu bekerja sama dalam berbagai kegiatan Tridharma
perguruan tinggi, atau kebijakan lainnya." (Ibu Sharani)

“ Kita beri kesempatan itu…setiap sektor dibawah rektor…dekan…ditingkat


prodi itu selalu diarahkan untuk berdiskusi untuk mengarahkan ide, mencari
solusi." (Pak Kyai)
kerja, namun mendapat dukungan program studi, fakultas, dan lembaga
Ide-ide inovatif dosen belum mendapatkan persetujuan dari semua rekan

"silahkanlah berkreasi, berinovasi dalam proses pembelajaran...." (Pakdekom)

"karena mereka terbiasa dengan yang mereka lakukan apa adanya ya..jadi saya
juga tidak tau, kenapa banyak yang tidak tertarik."(Dr. Jeel)

"Selagi sifatnya baik dan tidak merugikan mahasiswa, kami dari unsur
pimpinan memberikan kesempatan kepada dosen untuk implementasikan ide-
ide yang mereka ajukan itu."(Pakdoktor Siar)

"jadi ketika kita mau berusaha untuk sosialiasikan itu secara terbuka aja dulu,
secara lisan

mereka seperti enggan dan tidak bisa, dan itu ada beberapa orang yang
memang tidak suka terhadap perkembangan ."(Dr. Rima)

"selain dukungan dalam bentuk kesempatan kampus juga memberikan


dukungan meskipun tidak terlalu maksimal...." (Dr. Tia)

“ Alhamdulillah, awalnya mereka mungkin merasa asing terhadap seperti itu,


tetapi ketika kita bicarakan dan kita lakukan dan mereka mendukung...." (Dr.
Arjani)

"..terkait dengan pengembangan program studi yang tekait dengan kerja, kita
selalu beri dukungan ..." (Pak Proding)

“Prosesnya itu, yang pertama kami mengaju pada peraturan di kampus..." Bu


Islam)

“ sama beberapa dosen-dosen lain sudah dibicarakan bagaimana penelitian ini


bisa dilaksanakan, ..." (Bu Anak)

“ kalau untuk sementara ini, tuntutan dari kampus memang sudah ada..." (Pak
Hukum)
4.2.2.3 Rekan kerja dan lembaga antusias terhadap ide-ide inovatif dosen

Kampus Institut Agama Islam (IAI) Nusantara Batang Hari merupakan satu-

satunya perguruan tinggi keagamaan Islam swasta yang ada di kabupaten Batang

Hari. Sebagai sebuah perguruan tinggi dengan 3 Fakultas dengan 7 Program Studi

dan dengan 62 orang dosen dan dengan jumlah Doktor: 11 orang dan Magister: 51

orang, perilaku kerja inovatif di Institut Agama Islam (IAI) Nusantara Batang Hari

sangat penting dilakukan karena perilaku kerja inovatif dosen dapat dianggap sebagai

perilaku yang menyiratkan cara-cara baru dalam melakukan sesuatu misalnya

mengajar atau meneliti, jika ada antusias dukungan perguruan tinggi dan dukungan

rekan kerja maka perilaku kerja inovatif akan menjadi budaya kerja meskipun pada

dasarnya inovasi diawali pada level individu untuk menghasilkan inisiatif dan ide-ide

baru, tetapi membutuhkan dukungan orang lain, kelompok atau perguruan tinggi

untuk mengaplikasikan dan mengimplementasikan ide-ide baru tersebut. Selain itu,

dosen atau tenaga pendidik akan merasa diberdayakan ketika mereka melihat

lingkungan kerja memberi mereka kesempatan dan tidak membatasi untuk

menghasilkan inisiatif dan ide-ide inovatif.

Hasil wawancara dengan partisipan dalam penelitian ini sangat menarik

berkaitan dengan antusias dukungan perguruan tinggi dan dukungan rekan kerja

terhadap ide-ide inovatif dosen. Pak Kyai selaku rektor menuturkan dalam

wawancara dengan peneliti bahwa dia selalu antusias dan mendukung ide-ide inovatif

dosen dilembaga yang dia pimpin.


“Ide-ide itu selalu kami share karena motto kami adalah team kerja, tidak ada
satupun yang tidak mendapatkan informasi untuk mencari solusi, kalau kita
ketemu solusi kita kerjakan bersama untuk kebaikan…” [Partisipan - W-2-
Tema-6]

Pak Kyai menegaskan bahwa dia selaku pimpinan tertingti selalu menerima ide-ide

inovatif dan solusi-solusi baru dari semua dosen demi kemajuan dan kualitas

akademik kampus yang dia pimpin.

Rasa antusias pimpinan di Institut Agama Islam (IAI) Nusantara Batang Hari

juga ditunjukan oleh para pimpinan fakultas. Misalnya Pakdekom selaku dekan

Fakultas ekonomi dan bisnis selalu mensupport para dosen yang memiliki ide-ide

inovatif. Pakdekom juga mendukung dan mendorong para dosen agar mengikuti

kegiatan seperti seminar atau workshop yang tentunya jika diikuti para dosen akan

mendapatkan informasi atau ide-ide baru yang bisa memotivasi mereka untuk terus

berprilaku inovatif.

“Kemudian ada kita pendelegasian untuk mengikuti berbagai kegiatan,


kadang kita dapat informasi ada kegiatan workshop atau seminar atau
kegiatan kegiatan lainnya, jadi kita delegasikan, jadi kita utus.“ [Partisipan -
W-3-Tema-6]

Senada dengan Pakdekom, Dr. Jeel selaku ketua P3M mengakui bahwa pada awalnya

para pimpinan dan rekan kerja serta lembaga kurang antusias terhadap ide-ide

inovatif yang dibawa oleh dosen-dosen yang berprilaku inovatif. Namun, seiring

waktu meskipun ide-ide inovatif hanya dilakukan oleh dosen-dosen tertentu dan

belum terdokumentasi dengan baik secara lembaga, pada akhirnya para rekan kerja
dari dosen-dosen yang membawa ide-ide inovatif tersebut ikut mendukung dan

antusias.

“Awalnya mereka kayak…gak percaya gitu ya..nah tapi kita terus jalan dan
akhirnya mereka mendukung, semua mendukung.. kalau itu saya akui,
semuanya mendukung.” [Partisipan - W-4-Tema-6]

Informasi bahwa rekan kerja dan lembaga memiliki antusias terhadap ide-ide inovatif

dosen juga diklarifikasi dengan jelas oleh Dekan fakultas Syariah, PakDoktor Siar,

“Ketika mereka menunggu apa namanya…menunggu jam kuliah maka


disitulah interaksi mereka untuk menyampaikan ide-ide itu, jadi ada kendala..
mungkin ada kendala..saya rasa pasti ada kendala, ada yang setuju ada yang
nggak dengan berbagai macam alasan dan argumentasi yang konstruktif ya
kan…dalam rangka menumbuhkembangkan motivasi mahasiwa itu
berkreasi.” [Partisipan - W-5-Tema-6]

Dalam wawancara dengan peneliti, PakDoktor Siar menyampaika seperti pernyataan

diatas bahwa dosen dan rekan kerja mereka memiliki ruang waktu tertentu untuk

berbagi ide-ide inovatif antar mereka. PakDoktor Siar mencontohkan bahwa dia

sering menemukan para dosen dan rekan kerja mereka berdiskusi berbagai hal

termasuk ide-ide baru ketika pergantian jam mengajar di ruangan dosen.

Dari pandangan kelompok dosen dan berdasarkan hasil wawancara dengan

beberapa dosen terungkap juga bahwa para pimpinan antusias dan mendukung ide-ide

inovatif dosen meskipun masih terbatas pada dosen-dosen tertentu yang berprilaku

inovatif. Menurut Dr. Rima, dia mengalami hal yang menyenangkan sebagai dosen
muda bergelar doktor yang mendapat dukungan dan reward dari ide-ide inovatif yang

dia telorkan atau temukan,

“Ya…untuk ide-ide basic seperti itu kita pasti didukung oleh pimpinan
tertinggi, dan kita juga diberi reward, memang mungkin untuk jumlah
itu..biasa ya..sesuai dengan standar kebijakan kampus.” [Partisipan - W-6-
Tema-6]

Apa yang diungkapkan oleh Dr. Rima, didukung oleh Dr. Tia yang juga dosen

pendidikan bahasa Inggris. Menurut Dr. Tia, dukungan dari para dosen kepada ide-

ide inovatif dosen-dosen tertentu dia juga rasakan meskipun tidak atau belum terdata

atau melembaga dengan baik.

“Well…dalam situasi tertentu dan dalam hubungan dengan dosen tertentu,


ya… eee…mereka mendukung, kadang-kadang mereka juga memberikan ide
kemudian juga involve dengan kita untuk urun rembuk, tapi masih dalam
lingkungan yang kecil.” [Partisipan - W-7-Tema-6]

Menurut Dr. Arjani, seorang dosen program studi bahasa Inggris, meskipun hanya

beberapa orang yang memiliki atau menemukan atau mempromosikan ide-ide

inovatif, awalnya agak susah menyampaikan ide-ide inovatif kepada para rekan kerja

dosen agar mereka ada rasa antusias terhadap ide-ide inovatif yang dia tawarkan di

program studinya. Namun, Dr. Arjani tidak tahu di program studi yang lain,

“eee…telling the truth…ada hal-hal yang mereka bingung…“ eee…awalnya


memang agak sulit, karena mereka mungkin tidak faham atau belum faham
dengan eee…ide-ide yang kita sampaikan tersebut, tetapi setelah saya ajukan
berupa proposal, saya jelaskan dan mereka fikir itu masuk akal dan itu adalah
the way untuk apa… memberikan dunia luar…ini loh kampus ini, dan
ternyata ini sudah mengikuti apa yang internasional way dan ternyata mereka
mendukung 100%.”[Partisipan - W-8-Tema-6]

Dari persepektif para ketua program studi yang diwawancarai juga memberikan

informasi positif terhadap antusiasme para dosen rekan kerja terhadap ide-ide inovatif

yang digulirkan para dosen yang inovatif. Bu Sharani, ketua program studi perbankan

syariah mengatakan sebagai berikut,

“Kalau ide-ide itu selagi bisa diterima pimpinan kami, bertahap itu pimpinan
diatas kami termasuk juga pak Rektor yaitu orang yang No.1 di Institusi
InsyaAllah kalau mereka mendukung itu akan diimplementasikan. Hanya
mungkin, seperti yang saya bilang tadi hanya segelintir orang saja, pada
dasarnya mereka ingin tahu tetapi mereka tidak mendukung hal itu.”
[Partisipan - W-1-Tema-6]

Data wawancara diatas menunjukan bahwa di level program studi dan universitas,
dukungan kepada dosen yang memiliki ide-ide inovatif cukup baik meskipun terbatas
hanya pada dosen-dosen tertentu yang memiliki prilaku kerja inovatif. Selain itu, Bu
Sharani juga mengingatkan bahwa hanya segelitir dosen yang mendukung di level
program studi dan mereka bukan karena antusias yang besar tapi mereka hanya ingin
tahu saja. Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Bu Sharani, Pak Proding selaku
ketua program studi bahasa Inggris juga mendukung apa yang disampaikan oleh Bu
Sharani bahwa pihak program studi cukup antusias terhadap ide-ide inovatif para
dosen di program studi yang dia pimpin.

“Oya…mereka sangat mensupport apa yan menjadi terobosan baru yang kita
lakukan, bahkan kawan-kawan juga membantu ya…kita disni menerapkan
system kerja sama.” [Partisipan - W-9-Tema-6]

Menurut Pak Proding, dukungan terhadap ide-ide inovatif dosen di program studi

yang dia pimpin selalu ada dan saling mendukung satu sama lain. Dukungan terhadap
ide-ide inovatif dosen juga terjadi di program studi pendidikan agama Islam. Menurut

Bu Islam selaku ketua program studi, dia selalu mendukung and antusias terhadap

ide-ide inovatif.

“Kita bekerja sama dengan pihak lain, nanti setelah itu baru diterapkan ke
mahasiswa Jadi masalah waktu, jika diberi waktu kita bisa menyalurkan,
untuk kampus sangat mendukung, contohnya dalam bentuk praktikum…”
[Partisipan - W-10-Tema-6]

Dukungan dan antusiasme para ketua program studi terhadap ide-ide inovatif para

dosen juga diungkapkan oleh Bu PIAUD selaku ketua program studi. Menurut Bu

PIAUD para dosen di prodi yang dia pimpin selalu antusias terhadap ide-ide inovatif

dosen,

“Alhamdulillah antusias…kebetulan karena saya itu lagi panas-panasnya,


dosen PIAUD dosen tetapnya masih 8, karena dosen tetapnya sudah
berNIDN, jadi untuk antusias mengenai pendapat teman kerja atau diluar sana
, kebetulan saya basicnya guru TK, jadi lingkungan itu baik TKI maupun
IPAUDI..ya mereka menyambut baik kegitatan-kegiatan yang kami berikan
dan Alhamdulillah kita belum terima pembukaan mahasiswi baru ini sudah
menunggu sekitar 23 orang yang sudah masuk akan mendaftar.” [Partisipan -
W-11-Tema-6]

Hal sama juga terjadi di program studi Hukum ekonomi syariah, dimana Pak Hukum

selaku ketua program studi mengungkapkan bahwa,

“Kalau teman –teman sejawat sangat merespon dengan baik…Lembaga tetap


memberikan peluang bagi dosen-dosen yang ingin melakukan inovasi.”
[Partisipan - W-12-Tema-6]

Menurut Pak Hukum, para dosen di program studinya saling mendukung satu sama

lain. Para dosen di program studi Hukum ekonomi syariah selalu saling memberikan
peluang untuk mengungkapkan ide-ide inovatif ke rekan kerja di lingkungan program

studi yang dia pimpin.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa para ketua program studi, dekan, dan

rektor di Institut Agama Islam (IAI) Nusantara Batang memiliki antusias terhadap

ide-ide inovatif para dosen. Namun, dosen-dosen yang berperilaku kerja inovatif di

Institut Agama Islam (IAI) Nusantara Batang masih sangat terbatas dan hanya dosen-

dosen tertentu saja. Setiap partisipan yang diwawancarai setidaknya sudah

memberikan gambaran bahwa mereka sudah berkontribusi pada satu proses tahapan

inovatif yakni antusias terhadap ide-ide inovatif dosen. Hasil penelitian juga

menunjukkan bahwa ide-ide inovatif terbatas pada dosen-dosen tertentu yang lebih

berprilaku inovatif. Dari temuan ini dapat dilihat bahwa pemimpin pada level ketua

program studi, dekan, dan rektor dapat dianggap antusias terhadap ide-ide inovatif

para dosen tertentu, tetapi peran mereka sebatas pada dukungan dan antusias, belum

pada tataran dalam bentuk membuat aturan atau program atau kebijakan penting

berkaitan dengan dukungan terhadap ide-ide inovatif. Selain itu, dukungan para ketua

program studi juga belum terkoordinasi dengan baik dengan para dekan dan

selanjutkan ke rektor sebagai pimpinan tertinggi. Selain itu, hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa dokumen yang menunjukkan visi dan misi perguruan tinggi

untuk meningkatkan perilaku kerja inovatif belum sepenuhnya terlaksana di tataran

setiap program studi dan fakultas. Ide-ide inovatif para dosen kebanyakan terjadi

pada level operasional dan dosen tertentu.


4.2.2.4 Grafik 6: Temuan Sub-Tema 6- Rekan kerja dan lembaga antusias
terhadap ide-ide inovatif dosen

“Kalau ide-ide itu selagi bisa diterima pipmpinan kami, bertahap itu pimpinan
diatas kami termasuk juga pak Rektor yaitu orang yang No.1 di Institusi
InsyaAllah kalau mereka mendukung itu akan diimplementasikan." (Ibu
Sharani)

“ ide-ide itu selalu kami share karena motto kami adalah team kerja, tidak ada
satupun yang tidak mendapatkan informasi untuk mencari solusi..." (Pak Kyai)

"kemudian ada kita pendelegasian untuk mengikuti berbagai kegiatan, kadang


Rekan kerja dan lembagaantusias terhadap ide-ide inovatifdosenlisan

kita dapat informasi ada kegiatan workshop atau seminar atau kegiatan
kegiatan lainnya, jadi kita delegasikan, jadi kita utus.“(Pakdekom)

"Awalnya mereka kayak…gak percaya gitu ya..nah tapi kita terus jalan dan
akhirnya mereka mendukung, semua mendukung.. kalau itu saya akui,
semuanya mendukung."(Dr. Jeel)

"ketika mereka menunggu apa namanya…menunggu jam kuliah maka disitulah


interaksi mereka untuk menyampaikan ide-ide itu, jadi ada
kendala..."(Pakdoktor Siar)

"ya…untuk ide-ide basic seperti itu kita pasti didukung oleh pimpinan tertinggi,
dan kita juga diberi reward, memang mungkin untuk jumlah itu..biasa ya..sesuai
dengan standar kebijakan kampus."(Dr. Rima)
"“Well…dalam situasi tertentu dan dalam hubungan dengan dosen tertentu, ya… eee…
mereka mendukung, kadang-kadang mereka juga memberikan ide kemudian juga
involve dengan kita untuk urun rembuk, tapi masih dalam lingkungan yang kecil”(Dr.
Tia)

“eee…telling the truth…ada hal-hal yang mereka bingung…“ eee…awalnya


memang agak sulit, karena mereka mungkin tidak faham atau belum faham
dengan eee…ide-ide yang kita sampaikan tersebut...." (Dr. Arjani)

"..Oya…mereka sangat mensupport apa yan menjadi terobosan baru yang kita
lakukan..." (Pak Proding)

“iya terutama dalam hadist, kita bekerja sama dengan pihak lain, nanti setelah
itu baru diterapkan ke mahasiswa ..." Bu Islam)

“Alhamdulillah antusias…kebetulan karena saya itu..." (Bu Anak)

“ kalau teman –teman sejawat sangat mrespon dengan baik. Lembaga tetap
memberikan peluang bagi dosen-dosen yang ingin melakukan inovasi...." (Pak
Hukum)
4.2.3 Idea realization - implementasi atau realisasi ide-ide inovatif dosen

Menurut Janssen (2000) salah satu tahap yang penting dalam membangun

konsep dimensi perilaku inovatif, yakni idea realization yang merupakan tahap

membuat prototipe atau model inovasi yang dapat digunakan dan manfaat yang

dirasakan bagi individu, kelompok, dan organisasi. Hasil penelitian kualitatif studi

kasus dalam kaitannya dengan temuan pada tema idea realization - implementasi atau

realisasi ide-ide inovatif dosen meliputi tiga sub-tema. (1) Sub-tema pertama adalah

dosen diberi kesempatan untuk mentransformasi ide-ide inovatif, namun terbatas

pada dosen dan program studi tertentu saja. (2) Sub-tema kedua adalah dosen belum

diberi kesempatan untuk memperkenalkan ide-ide inovatif dilingkungan kerja secara

sistematis. (3) Sub-tema ketiga adalah dosen belum diberi kesempatan untuk

mengevaluasi kegunaan atau manfaat dari ide-ide inovatif yang sudah

diimplementasikan. Ketiga sub-tema ini akan dijelaskan secara detail dibawah ini

yang akan didukung oleh hasil wawancara berdasarkan hasil analisa data baik

individu (setiap partisipan - terlampir) maupun analisa data antar individu (semua

partisipan - terlampir).

4.2.3.1 Dosen diberi kesempatan untuk mentransformasi ide-ide inovatif, namun


terbatas pada dosen dan program studi tertentu saja

Hasil wawancara dengan semua partisipan terkait apakah dosen diberi

kesempatan untuk mentransformasi ide-ide inovatif sehingga berguna bagi individu,

kelompok, dan lembaga di IAI Nusantara Batang Hari. Menurut Pak Kyai dalam

wawancara dengan peneliti, mengatakan bahwa diberi kesempatan untuk


mentransformasi ide-ide inovatif sehingga terjadi perubahan yang sangat drastis di

IAI Nusantara Batang Hari. Salah satu perubahan tersebut adalah terjadinya

peningkatan jumlah mahasiswa sejak 2015 dari hanya sekitar 400-500 mahasiswa

menjadi saat ini berjumlah lebih kurang 2600 mahasiswa,

“Alhamdulilah dengan adanya inovasi dari berbagai lini, mulai dari etika
pengajaran, penelitian bahkan pengabdian masyarakat yang tersebut
dalamTridharma, nah..inovasi yang dilakukan oleh dosen maupun karyawan
dan pejabat dikampus itu memberikan dampak yang positif, dimulai dari kita
di 2015 peningkatan sangat tajam, kenaikan dari rasio kuantitas dari
mahasiswa kita meningkat dengan tajam sehingga pada hari ini, kita mencapai
2600-an mahasiswa dari dulu 400-500 mahasiswa, peningkatan ini merupakan
hasil inovasi yang berkelanjutan…terus-terusan yang dilakukan dosen
bersama tim..karena dikampus ini saya membuat motto kerja dengan motto
team work.” [Partisipan - W-2-Tema-7]

Pemberian kesempatan untuk mentransformasi ide-ide inovatif pada dosen ditegaskan

oleh Pak Kyai telah membawa dampak perubahan yang cukup baik terhadap kondisi

dan situasi kehidupan akademik di IAI Nusantara Batang Hari meskipun Pak Kyai

tidak memberikan contoh detail bagaimana proses transformasi ide-ide inovatif dosen

di kampus yang dia pimpin. Untuk melihat kondisi unit pelaksana yang lebih rendah

yakni program studi, apakah dosen diberi kesempatan untuk mentransformasi ide-ide

inovatif sehingga berguna bagi individu, kelompok, dan lembaga di IAI Nusantara

Batang Hari, Ibu Sharani selaku ketua program studi perbankan syariah, mengatakan,

terlepas dari adanya tantangan atau kendala dalam realisasi ide, para dosen diberikan

kesempatan untuk melaksanakan atau mengambil kesempatan yang ada atau tidak,

tergantung pada diri masing-masing dosen.


“Apapun itu kendala tidak terlalu digubris, tetap akan diterima, karena mereka
sudah memberikan peluang…artinya diberi kepercayaan, realisasi dari pada
ide kita.” [Partisipan - W-1-Tema-7]

Dalam pandangan Bu Sharani, ketika dosen diberi peluang, mereka harus

menentukan sikap karena pimpinan sudah memberi kepercayaan agar kualitas

pendidikan di kampus tetap terjada dan bahkan ditingkatkan. Sejalan dengan apa

yang disampaikan oleh Bu Sharani, Pak Hukum selaku ketua program studi Hukum

ekonomi syariah mengatakan bahwa pimpinan universitas dan fakultas mendukung

dan memberi kesempatan kepada para dosen untuk berprilaku inovatif dengan catatan

para dosen, khususnya di program studi yang dia pimpin harus berinisiatif atau

melakukan pendekatan kepada pihak pimpinan baik pada tingkat unversitas maupun

fakultas. Menurut Pak Hukum, dosen yang diberi kesempatan untuk mentransformasi

ide-ide inovatif harus membuka diri dengan siapapun di setiap level pimpinan.

“Kalau dari kampus sendiri, selalu mensupport apa yang menjadi inovatif-
inovatif dosen….bantuan dalam bentuk kayak support dana dalam bentuk
transportasi kalau kita melakukan pengabdian itu sendiri, asal kita
mengajukan kepada pihak kampus.”[Partisipan - W-12-Tema-7].

Namun, menurut ketua program studi PIAUD, Bu Anak, meskipun dosen sudah

diberi kesempatan untuk mentransformasi ide-ide inovatif, masih diperlukan waktu

untuk memperoleh kesamaan pendapat dan pandangan agar bisal berkolaborasi baik

pada tingkat individual dosen, kelompok atau institusi sehingga proses transformasi

ide-ide inovatif berguna bagi semuanya di IAI Nusantara Batang Hari.


“Ya butuh waktu untuk bisa menyamakan persepsi, mungkin kita bisa
berkolaborasi dan mungkin waktu…perbedaan …terkadang kita kan
memberikan pendapat itu terkadang berbeda ya…nah..itu butuh proses…
Kalau itu tergantung kepada cara pandang orang, jadi kita lihat output nya
kemana dulu ini, arahnya mau kemana, biasanya kitakan sedang menjalankan
proses, jadi untuk sementara kalau saya lihat secara kasat mata itu berjalan
secara terus menrus dan meningkat seperti grafik dan mudah-mudahan akan
menjadi sebuah proses menuju…istilahnya tridharma itu bisa berjalan dengan
kesesuaian”. [Partisipan - W-11-Tema-7]

Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Bu Anak, Bu Islam selaku ketua program

studi pendidikan agama Islam mengatakan dalam wawancara dengan peneliti,

“Yang pertama tujuan dari penerapan, begitu hasil tidak begitu memuaskan
kita adakan inovasi terbaru.”[Partisipan - W-10-Tema-4]

Menurut Bu Islam, di lingkungan program studi yang dia pimpin, jika proses

penerapan ide-ide inovatif, hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Para

dosen baik secara individu ataupun kelompok diberi kesempatan untuk terus

melakukan transformasi ide-ide inovatif saling mereka. Selanjutnya, hasil wawancara

dengan ketua program studi bahasa Inggris menegaskan hal yang sama,

“Oya…tentu, kampus juga ya…khusus dari pimpinan mulai dari pak rektor
dan pembantu-pembantu dibawahnya itu juga support dengan kegiatan-
kegiatan kita, apa yang menjadi terobosan-terobosan seperti yang saya
sebutkan tadi.” [Partisipan - W-9-Tema-7]

Menurut ketua program studi bahasa Inggris dosen diberi kesempatan untuk

mentransformasi ide-ide inovatif sehingga berguna bagi setiap orang baik secara

individu, kelompok, dan lembaga di IAI Nusantara Batang Hari.


Pemberian kesempatan untuk mentransformasi ide-ide inovatif dosen juga

disampaikan oleh Dr. Arjani, seorang dosen program studi Bahasa Inggris dan

Manajemen Pendidikan. Dr. Arjani menyampaikan dalam wawancaranya dengan

peneliti bahwa,

“Kami diberikan..ada guidelinenya ada kurikulum nya ada, syllabus nya ada,
tetapi the way untuk menyampaikan kepada mahasiswa itu diberikan
kebebasan 100%.” [Partisipan - W-8-Tema-7]

Dr. Arjani mengungkapkan bahwa para dosen diberi kesempatan khususnya untuk

mentransformasi ide-ide inovatif kepada dalam proses belajar dan mengajar dan

diberi kebebasan secara penuh sehingga ini memotivasi dosen untuk berprilaku

inovatif minimal di program studi Dr. Arjani, yakni program studi Bahasa Inggris.

Hal senada juga dikatakan oleh Dr. Tia yang dalam wawancara menyatakan

bahwa pada dasarnya, pimpinan mulai dari program studi, fakultas dan institut

memberikan kesempatan kepada setiap dosen untuk mentransformasi ide-ide inovatif

mereka, namun pemberian kesempatan tersebut harus dilakukan secara terus menurus

dalam kegiatan sehari-hari.

“Eeee…kalau dalam bentuk naskah mungkin itu mereka mendukung, tapi


kalau dalam bentuk realitanya masih perlu ditingkatkan, apa
namanya….kesempatan tersebut dalam bentuk nyata.” [Partisipan - W-7-
Tema-7]
Meskipun pemberian kesempatan kepada setiap dosen untuk mentransformasi ide-ide

inovatif sudah ada, perilaku kerja inovatif di IAI Nusantara Batang Hari masih belum

merata dan pada dosen tertentu saja. Namun, ada dosen yang diberikan kesempatan

untuk terlibat dalam kegiatan nasional sebagai hasil dari prilaku inovatif dosen,

seperti disampaikan oleh Dr. Rima dalam wawancara dengan peneliti,

“ya…tentunya kita diberi kesempatan untuk memberikan inovasi baru, ee…


kebetulan kemaren saya adalah salah satu eee…perwakilan dari kampus untuk
bisa mengikuti pendekatan dan pelatihan. Yang diselenggarakan oleh
kementrian Agama, Kemenag, jadi dibawah kemenag itu, biasanya kita
mengadakan pengabdian itu dengan pendekatan PAR ya, ada pendekatan baru
yang memang harus dan ini metode baru memang, makanya ASET based,
ASET based Community Development, teori baru dimana ketika kita
mengerti eee….” [Partisipan - W-6-Tema-7]

Dalam pandangan Dr. Rima, pemberian kesempatan untuk mentransformasi ide-ide

inovatif dosen selalu ada dan dia sendiri mengalaminnya. Menyambung apa yang

disampaikan oleh Dr. Rima selaku dosen di program studi pendidikan bahasa Inggris,

Pakdoktor Siar selaku dekan Dekan fakultas Syariah mengatakan sebagai berikut,

“Jadi kalau kami unsur pimpinan sifatnya terbuka, apa namanya menampung
ide-ide yang akan disampaikan oleh dosen, tidak hanya difakultas saja, tetapi
kami juga disini memberikan kesempatan itu kalau dalam satu tahun itu tiga
kali, jadi ada…satu semester itu tiga kali diberikan kesempatan kepada
mereka dosen-dosen untuk menyampaikan aspirasi , pertama pada awal
semester, jadi sebelum proses perkuliahan berlangsung, kami lakukan itu
rapat diawal semester…jadi apapun yang mereka sampaikan mungkin ada ide,
nah disitulah kesempatan kami untuk menampung aspirasi mereka dan
mengatakan itu ada yang baik untuk dilakukan ada yang tidak.” [Partisipan -
W-5-Tema-7]
Hal yang sama juga dikatakan oleh Pakdekom selaku dekan Fakultas ekonomi dan
bisnis, bahwa para dosen diberikan kesempatan untuk berinovasi khususnya dalam
konteks pembelajaran. Namun, pemberian kesempatan untuk mentransformasi ide-ide
inovatif masih bersifat dari para dosen, bukan dari para pimpinan program studi,
fakultas dan institut. Para pimpinan tersebut masih bersifat menunggu dan
memberikan arahan jika membebani mahasiswa. Dengan kata lain, para dosen yang
berprilaku inovatif belum mendapatkan dukungan dalam bentuk program atau
rencana strategis.

“Dalam proses pembelajaran kalau selaku dosen kita dari akademik


memberikan peluang kepada mereka, kesempatanlah ya, artinya mereka
dosennya itu bebas untuk berkreasi, silahkanlah berkreasi, berinovasi dalam
proses pembelajaran. Dan itu memang tidak dibatasi kecuali oleh hal-hal yang
memang memberatkan barangkali, memberatkan mahasiswa, jadi nanti
barangkali ada klarifikasi dimana masalahnya, semacam
musyawarah….Makanya kita harus selalu memberikan arahan kepada dosen,
dalam melaksanakan proses pembelajaran dalam inovatif tadi dalam
melakukan inovasi.” [Partisipan - W-3-Tema-7]

Menurut apa yang disampaikan Pakdoktor Siar selaku dekan Dekan fakultas Syariah

dan Pakdekom selaku dekan Fakultas ekonomi dan bisnis, para pimpinan pada

prinsipnya terbuka dan dosen diberikan kesempatan untuk mentransformasi ide-ide

inovatif mereka kepada rekan kerja, program studi, fakultas, dan institut. Namun, dari

apa yang disampaikan oleh Pakdoktor Siar dan Pakdekom, terlihat bahwa pihak

pimpinan bersifat menunggu bukan sebagai inisiator untuk mengajak para dosen

untuk mentransformasi ide-ide inovatif mereka.


Berbeda dengan pendapat Pakdoktor Siar, terkait pemberian kesempatan

untuk mentransformasi ide-ide inovatif di IAI Nusantara Batang Hari, Dr Jeel

mengungkapkan bahwa selaku ketua P3M, Dr. Jeel sudah berusaha untuk menjemput

ide-ide mereka ada terealisasi. Namun, masih banyak dosen yang tidak memiliki

prilaku kerja inovatif.

“Kita sempat melakukan sosialisasi waktu itu , tapi kita bertanya kenapa
mereka tetap tidak tertarik, nah mungkin kondisi pada waktu itu pandemic
kita mensosialisasikan secara daring gitu ya, jadi mungkin secara.. ini
nya..ee..pemahaman jadi mereka kurang faham.” [Partisipan - W-4-Tema-7]

Merujuk ke data hasil wawancara dari 12 partisipan penelitian dan hasil analisa

dokumen menunjukan bahwa kesempatan untuk mentransformasi ide-ide inovatif

masih berasal dari para dosen bukan berasal dari kelompok atau lembaga mulai dari

program studi, fakultas dan institut atau universitas. Di sisi lain, ada kesan menunggu

dari para pimpinan mulai dari program studi, fakultas dan institut atau universitas.

Hal ini jelas menunjukan bahwa dalam konteks penelitian ini, proses perilaku kerja

inovatif dari generasi ide demi menghasilkan ide-ide baru, kemudian ke tahap

promosi ide terkadang mengalami kegagalan atau terputus aliran untuk sampai pada

tahap realisasi ide meskipun pimpinan mulai dari program studi, fakultas dan institut

atau universitas memberikan kesempatan untuk mentransformasi ide-ide inovatif

dengan bersikap terbuka, mendukung dan memberikan umpan balik, tetapi ide-ide

inovatif tersebut kebanyakan akan berhenti ditahap promosi ide karena perilaku kerja

inovatif mulai dari generasi ide, promosi ide, sampai ke realisai ide masih tergantung

pada dosen dan program studi tertentu saja di IAI Nusantara Batang Hari.
Grafik 7: Temuan Sub-Tema 7- Dosen diberi kesempatan untuk
mentransformasi ide-ide inovatif, namun terbatas pada dosen dan
program studi tertentu saja

“mereka sudah memberikan peluang…artinya diberi kepercayaan, realisasi dari


pada ide kita..." (Ibu Sharani)

“Alhamdulilah dengan adanya inovasi dari berbagai lini, mulai dari etika pengajaran,
penelitian bahkan pengabdian masyarakat yang tersebut dalamTridharma, nah..inovasi
yang dilakukan oleh dosen maupun karyawan dan pejabat dikampus itu memberikan
dampak yang positif…." (Pak Kyai )
Dosen diberi kesempatan untuk mentransformasiide-ide inovatif, namun

"Dalam proses pembelajaran kalau selaku dosen kita dari akademik memberikan
peluang kepada mereka, kesempatanlah ya, artinya mereka dosennya itu bebas
untuk berkreasi, silahkanlah berinovasi..." (Pakdekom)
terbatas pada dosen dan program studi tertentu saja

"Kita sempat melakukan sosialisasi waktu itu , tapi kita bertanya kenapa mereka
tetap tidak tertarik..."(Dr. Jeel)

"Jadi kalau kami unsur pimpinan sifatnya terbuka, apa namanya menampung
ide-ide yang akan disampaikan oleh dosen, tidak hanya difakultas saja, tetapi
kami juga disini memberikan kesempatan itu ."(Pakdoktor Siar)

" ya…tentunya kita diberi kesempatan untuk memberikan inovasi baru,."(Dr.


Rima)

"Eeee…kalau dalam bentuk naskah mungkin itu mereka mendukung, tapi kalau
dalam bentuk realitanya masih perlu ditingkatkan, apa namanya….kesempatan
tersebut dalam bentuk nyata.”(Dr. Tia)

" kami diberikan..ada guidelinenya ada kurikulum nya ada, syllabus nya ada,
tetapi the way untuk menyampaikan kepada mahasiswa itu diberikan kebebasan
100%." (Dr. Arjani)

“kampus juga ya…khusus dari pimpinan mulai dari pak rektor dan pembantu-
pembantu dibawahnya itu juga support dengan kegiatan-kegiatan kita, apa yang
menjadi terobosan-terobosan seperti yang saya sebutkan tadi”.(Pak Proding)

“Yang pertama tujuan dari penerapan, begitu hasil tidak begitu memuaskan kita
adakan inovasi terbaru..."(Bu Islam)

“ Ya butuh waktu untuk bisa menyamakan persepsi, mungkin kita bisa


berkolaborasi dan mungkin waktu…perbedaan ..." (Bu Anak)

“kalau dari kampus sendiri, selalu mensupport apa yang menjadi inovatif-
inovatif dosen….bantuan dalam bentuk kayak support dana...." (Pak Hukum)
4.2.3.2 Dosen belum diberi kesempatan untuk memperkenalkan ide-ide inovatif
dilingkungan kerja secara sistematis

Dokumen yang menunjukkan visi dan misi IAI Nusantara Batang Hari

sebagai sebuah perguruan tinggi Islam untuk meningkatkan mentalitas dan perilaku

kerja inovatif para dosen di setiap program studi perlu mendapat kesempatan dan

dukungan untuk memperkenalkan ide-ide inovatif secara sistematis. Namun, pada

pelaksanaannya, apakah para pimpinan mulai dari program studi, fakultas dan institut

atau universitas membuat kebijakan secara sistematis untuk merealisasikan ide-ide

inovatif para dosen di perguruan tinggi? Temuan dalam penelitian ini menunjukkan

Dosen TIDAK diberi kesempatan untuk memperkenalkan ide-ide inovatif

dilingkungan kerja secara sistematis. Sebagai contoh, Pak Kyai selaku rektor dan

pimpinan tertinggi di perguruan tinggi dimana penelitian ini dilakukan mengatakan

bahwa,

“Iya…mereka selalu berdiskusi dengan pimpinan dan apabila ide-ide inovasi


itu dianggap menguntungkan dan bermanfaat baik itu kepada kampus, kepada
mahasiswa bahkan kepada dunian pendidikan kabupaten ini…pimpinan
mendukung, mensuport ide-ide itu apabila itu memang memberikan dampak
positif terhadap kemajuan, untuk kemajuan kampus ini.“ [Partisipan - W-2-
Tema-8]

Menurut Pak Kyai mulai dari tingkat program studi, fakultas sampai ke institut, para

pimpinan unit memberikan kesempatan kepada para dosen untuk mendiskusikan ide-

ide inovatif mereka dengan para pimpinan dimana dosen tersebut mengabdi. Dari apa

yang disampaikan oleh Pak Kyai menunjukan bahwa pimpinan di IAI Nusantara
Batang Hari belum atau bahkan tidak memiliki program atau kebijakan secara

sistematis untuk merealisasikan ide-ide inovatif para dosen di perguruan tinggi.

Terkait ada atau tidaknya program atau kebijakan secara sistematis untuk

merealisasikan ide-ide inovatif para dosen, Bu Sharani selaku ketua program studi

perbankan syariah dalam wawancaranya menyampaikan,

“Kalau untuk pimpinan, baik itu diatas kami ada Dekan, ada wakil rektor,
pimpinan tertinggi adalah Rektor…InsyaAllah ide yang dituangkan selagi itu
bermanfaat bagi institusi. Itu mendukung.”[Partisipan - W-1-Tema-8]

Seakan ini menegaskan apa yang disampaikan oleh Pak Kyai, Bu Sharani

mengatakan bahwa terkait realisasi ide-ide inovatif secara sistematis, secara tidak

langsung para pimpinan di IAI Nusantara Batang belum memiliki program yang jelas

dan masih bersifat dukungan saja. Hal senada juga diamini oleh Pakdekom selaku

dekan fakultas ekonomi dan bisnis yang mengatakan,

“Terkait dengan hal-hal dalam proses pembelajaran, kemudian ada instruksi


khusus terkadang ada beberapa mata kuliah yang sifatnya harus kita
instruksikan, artinya dari kampus itukan, dari fakultas dan prodi itu
mendukung, artinya kita berikan kebebasan kepada dosen untuk melakukan
inovasi itu.” [Partisipan - W-3-Tema-8]

Menyambung apa yang disampaikan oleh Pakdekom, Pakdoktor Siar selaku Dekan

fakultas Syariah yang sudah lama mengabdi di lokasi penelitian mengatakan,

“kami juga menerima ide atau gagasan yang disampaikan oleh dosen, nah…
disitulah kami kelola, mungkin ide dosen ini ada yang harus direalisasikan
kepada mahasiswa dan mungkin ada yang belum direalisasikan menunggu
kebijakan-kebijakan mungkin dari pimpinan tertinggi kami yaitu pak Rektor.”
[Partisipan - W-5-Tema-8]

Pakdoktor Siar seakan menambahkan apa yang disampaikan oleh Pak Kyai, Bu

Sharani, dan Pakdekom, bahwa secara sistematis memang belum terorganisir terkait

untuk merealisasikan ide-ide inovatif para dosen di perguruan tinggi karena masih

menunggu kebijakan dari rektor.

Selanjutnya dari pandangan para ketua program studi, terkait apakah ada

program atau kebijakan secara sistematis untuk merealisasikan ide-ide inovatif para

dosen di perguruan tinggi, salah seorang ketua program studi mengatakan,

“Dari awal mereka diberi semangat dan saling support. Mereka ikut serta
terlibat Alhamdulillah, ada sebagian dosen yang ikut…Ada dari beberapa
dosen yang memiliki ide-ide seperti itu, contoh…ya mendukung lah, apa-apa
yang bisa seminar internasional kita adakan, lomba-lomba antar prodi, ada
ide-ide dari dosen.” [Partisipan - W-12-Tema-8]

Pendapat Pak Hukum selaku dosen dan ketua program studi Hukum ekonomi syariah

dan partisipan nomor 12 diatas menyiratkan bahwa support agar dosen berprilaku

inovatif ada di program studi dia, namun belum ada kebijakan atau program yang

dilakukan untuk memperkenalkan ide-ide inovatif dilingkungan kerja secara

sistematis. Selanjutnya peneliti mewawancari Bu Anak selaku ketua program studi

PIAUD yang menyatakan hal yang sama dengan Pak Hukum meskipun secara

tersirat,
“Ide-ide kreatif itu bisa dituangkan mungkin melalui diskusi atau rapat-rapat
penting, melalui whatsup bisa juga ketika kita berbicara santai dan lain
sebagainya.” [Partisipan - W-11-Tema-8]

Dari hasil wawancara dengan Bu Anak diatas, di IAI Nusantara Batang Hari, dosen

memang diberi dukungan dan peluang untuk berprilaku inovatif, namun untuk sampai

pada tahap realisasi terhadap ide-ide inovatif dosen secara sistematis masih belum

ada, yang ada adalah dukungan dalam bentuk diskusi baik secara online maupun

offline. Hal yang sama juga disampaikan oleh Pak Proding selaku ketua program

studi pendidikan Bahasa Inggris. Beliau mengatakan bahwa pihak pimpinan

memberikan kebebasan penuh kepada semua dosen dan program studi untuk

berprilaku inovatif. Namun, kebebasan dan peluang tersebut belum sampai pada

tahap dibuatkan program-program atau kebijakan secara sistematis oleh pihak

pimpinan tertinggi, yakni rektor.

“…kita diberikan kebebasan penuh oleh fihak akademik.” [Partisipan - W-9-


Tema-8]

Peneliti juga menanyakan hal yang sama ditanyakan kepada Bu Islam selaku ketua

program studi pendidikan agama Islam, mengatakan bahwa belum ada program yang

secara sistematis dibuat oleh perguruan tingginya dalam rangka tahap realisasi

terhadap ide-ide inovatif dosen, yang ada hanya berupa dukungan dan masih bersifat

lisan atau teori saja.

“Pertama kita menyampaikan teori-teori, sebagai ketua prodi dan dosen


memberikan pemahaman.” [Partisipan - W-10-Tema-8]
Pandangan dan pendapat dari hasil wawancara dengan dosen, khususnya Dr. Tia

menunjukan bahwa dia merasa sebagai dosen, pihak IAI Nusantara Batang Hari

kurang memberikan daya dukung yang sistematis karena mereka memiliki yang lain

sehingga dosen-dosen kurang memiliku tempat yang diorganisir secara teratur.

“Keinginan untuk mewujudkan waktu sharing itu sendiri sepertinya dari


kampus sendiri kurang ada trigger , jadi apa mungkin kita semua masih punya
kesibukan sendiri atu fokus pada pekerjaannya, ketika kita selesai training itu
belum ada kesempatan untuk kita sharing langsung kepada dosen-dosen,
padahal itu sangat diperlukan.” [Partisipan - W-7-Tema-8]

Senada dengan Dr. Tia, Dr. Arjani yang merupakan dosen pendidikan bahasa Inggris

dan manajemen pendidikan mengungkapkan bahwa para dosen di program studi

dimana dia mengabdi diajak untuk berprilaku inovatif. Dr. Arjani mengatakan,

“Untuk mengaplikasikan atau apa….membuat sesuatu yang baru yang belum


pernah mereka lakukan”…”kami includekan dosen-dosen untuk eee…datang
ketempat tersebut…. dan betul betul melakukan pengabdian “…
memperkenalkan sampai pada lembaga”..” [Partisipan - W-8-Tema-8]

Namun, dari hasil wawancara tersebut menunjukan bahwa inisiatif untuk

mengeluarkan ide-ide baru didukung lembaga akan tetapi lembaga dalam hal ini IAI

Nusantara Batang Hari masih bersifat menunggu dan belum ada program yang

sistematis sehingga para dosen tahu kemana dan kapan mereka bisa merealisasikan

ide-ide inovatif mereka.

Pendapat and ungkapan yang sama juga disampaikan oleh Dr. Rima terkait

apakah para dosen memperkenalkan ide-ide inovatif dilingkungan kerja secara

sistematis. Menurut Dr. Rima, beberapa dosen di lingkungan kerjanya masih belum
bisa menerima hal-hal yang baru dan inovatif, bahkan ada beberapa yang kurang suka

dengan perubahan yang akan muncul. Hal ini menunjukan bahwa pimpinan di IAI

Nusantara Batang Hari belum memiliki program dan kebijakan secara sistematis

terkait para dosen memperkenalkan ide-ide inovatif dilingkungan kerja mereka

sehingga mendapatkan dukungan dari semua dosen, minimal di program studi dimana

mereka mengabdi.

“Kami bisa kerja apa…ada…ada rekan kerja yang mendukung, ada memang
rekan kerja yang tertutup”… jadi ketika kita mau berusaha untuk sosialiasikan
itu secara terbuka aja dulu, mereka seperti enggan dan tidak bisa, dan itu ada
beberapa orang yang memang tidak suka terhadap perkembangan gitu.”
[Partisipan - W-6-Tema-8]

Ketiadaan kesempatan bagi para dosen untuk memperkenalkan ide-ide inovatif

dilingkungan kerja secara sistematis juga diungkapkan oleh Dr. Jeel,

“Ya…kalau yang itu, secara sistematis..sebenarnya kita sendiri dari P3M


yang mengatur polanya dan para pemimpin tinggal merestui, dan mereka
mempercayakan sepenuhnya kepada P3M untuk ooo..bia melaksanakan apa
yang sudah kita idekan. Kemudian untuk ee…dukungan yang mereka berikan
dari rector ya..” [Partisipan - W-4-Tema-8]

Menurut Dr. Jeel selaku ketua P3M, lembaga yang dia pimpin bisa memfasilitasi para

dosen untuk memperkenalkan ide-ide inovatif dilingkungan kerja dan yang

dibutuhkan adalah program atau kebijakan dari pimpinan tertinggi. Menurut Dr. Jeel,

para pimpinan tinggal memberikan mandat kepada lembaga yang dia pimpin. Namun

sepertinya sampai penelitian ini dilakukan, program dan kebijakan terkait belum ada.
Hasil wawancara dengan para partisipan terkait apakah dosen diberi

kesempatan untuk memperkenalkan ide-ide inovatif dilingkungan kerja secara

sistematis menunjukan bahwa pihak pimpinan belum memiliki program atau

kebijakan yang secara sistematis dalam rangka tahap realisasi terhadap ide-ide

inovatif dosen, yang ada hanya berupa dukungan dan masih bersifat lisan. Para

pimpinan misalnya ketua program studi sangat mendukung agar para dosen yang

memiliki ide-ide inovatif bisa difasilitasi oleh lembaga untuk memperkenalkan ide-

ide inovatif dilingkungan kerja mereka secara sistematis. Begitu juga para dekan di

semua fakultas termasuk lembaga seperti P3M sangat mendukung agar ada program

atau kebijakan yang sistematis sehingga para dosen secara percaya diri dan

terorganisir bisa terus-menerus melakukan dan memperkenalkan ide-ide inovatif

mereka di berbagai unit dimana mereka mengabdi. Kesempatan para dosen untuk

memperkenalkan ide-ide inovatif di lingkungan kerja secara sistematis akan

memotivasi para dosen tersebut untuk terus mencari ide-ide inovatif dan memotivasi

dosen-dosen yang masih tertutup dengan ide-ide baru atau inovatif.

Untuk mencapai visi yang berbunyi,” IAI Nusantara Batang Hari adalah

menjadi pusat pengembangan dan transformasi ilmu pengetahuan yang unggul dan

kompetitif serta menjadi penggerak kemajuan masyarakat di level regional, nasional

dan internasional pada tahun 2029,” memfasilitasi para dosen untuk

memperkenalkan ide-ide inovatif dilingkungan kerja secara sistematis sangat

diperlukan dalam rangka realisasi ide-ide inovatif yang dimiliki setiap dosen.
Grafik 8: Temuan Sub-Tema 8-Dosen belum diberi kesempatan untuk
memperkenalkan ide-ide inovatif dilingkungan kerja secara
sistematis

“Kalau untuk pimpinan, baik itu diatas kami ada Dekan, ada wakil rektor,
pimpinan tertinggi adalah Rektor…InsyaAllah ide yang dituangkan selagi itu
bermanfaat bagi institusi. Itu mendukung." (Ibu Sharani)

“ iya…mereka selalu berdiskusi dengan pipmpinan dan apabila ide-ide inovasi


itu dianggap menguntungkan dan bermanfaat baik itu kepada kampus, kepada
mahasiswa bahkan kepada dunian pendidikan kabupaten ini." (Pak Kyai)
ide-ide inovatif

"dari fakultas dan prodi itu mendukung, artinya kita berikan kebebasan kepada
dosen untuk melakukan inovasi itu....." (Pakdekom)

"Ya…kalau yang itu, secara sistematis..sebenarnya kita sendiri dari P3M yang
mengatur polanya dan para pemimpin tinggal merestui..."(Dr. Jeel)
Dosen belum diberi kesempatan untuk memperkenalkan
dilingkungan kerja secara sistematis

"ide dosen ini ada yang harus direalisasikan kepada mahasiswa dan mungkin
ada yang belum direalisasikan menunggu kebijakan-kebijakan mungkin dari
pimpinan tertinggi kami yaitu pak Rektor."(Pakdoktor Siar)

"jadi ketika kita mau berusaha untuk sosialiasikan itu secara terbuka aja dulu,
mereka seperti enggan dan tidak bisa, dan itu ada beberapa orang yang
memang tidak suka terhadap perkembangan ."(Dr. Rima)

"keinginan untuk mewujudkan waktu sharing itu sendiri sepertinya dari


kampus sendiri kurang ada trigger , jadi apa mungkin kita semua masih punya
kesibukan sendiri atu fokus pada pekerjaannya...." (Dr. Tia)

“ untuk mengaplikasikan atau apa….membuat sesuatu yang baru yang belum


pernah mereka lakukan...." (Dr. Arjani)

"..…kita diberikan kebebasan penuh oleh fihak akademik..." (Pak Proding)

“pertama kita menyampaikan teori-teori, sebagai ketua prodi dan dosen


memberikan pemahaman..." Bu Islam)

“ ide-ide kreatif itu bisa dituangkan mungkin melalui diskusi atau rapat-rapat
penting , melalui whatsup bisa juga ketika kita berbicara santai dan lain
sebagainya ..." (Bu Anak)

“ Dari awal mereka diberi semangat dan saling support. Mereka ikut serta
terlibat Alhamdulillah, ada sebagian dosen yang ikut...." (Pak Hukum)
4.2.3.3. Dosen belum diberi kesempatan untuk mengevaluasi kegunaan
atau manfaat dari ide-ide inovatif yang sudah diimplementasikan

Beberapa hasil penelitian terdahulu menunjukan bahwa individu dapat

menjadi inovatif di tempat kerja dengan menghasilkan cara-cara baru untuk

melakukan pekerjaan mereka atau datang dengan prosedur baru dan ide-ide inovatif,

atau mengkonfigurasi ulang yang diketahui agar menjadi pendekatan alternatif baru

jika ada dukungan dari perguruan tinggi (Ghani & Kamaruzaman, 2009). Lalu,

bagaimana implementasi atau realisasi ide-ide inovatif dosen (idea realization) di

Institut Agama Islam Nusantara Batang Hari, khususnya apakah dosen diberi

kesempatan untuk mengevaluasi kegunaan atau manfaat dari ide-ide inovatif yang

sudah diimplementasikan?

Dalam penelitian ini, peneliti berkesempatan mewawancarai Pak Kyai selaku

rektor dan menuturkan dalam wawancara dengan peneliti bahwa selalu ada evaluasi

terhadap ide-ide inovatif dosen di lembaga yang dia pimpin.

“Selalu dilakukan evaluasi terhadap ide-ide tersebut. Karena kita inginkan


yang terbaik untuk kampus ini…kita inginkan yang terbaik untuk
Batanghari… kalau masih dalam ranah primer kita akan kita laksanakan,
kalau masih dalam tahap sekunder atau tersier kita kemudiankan.” [Partisipan
- W-2-Tema-9]

Pak Kyai menegaskan bahwa dia selaku pimpinan tertinggi selalu mencari ide-ide

inovatif yang dapat membantu kemajuan yang dia pimpin. Namun, ketika ditanya

mengenai apakah dosen diberi kesempatan untuk mengevaluasi kegunaan atau

manfaat dari ide-ide inovatif yang sudah diimplementasikan. Pak Kyai hanya
mengatakan, “kalau masih dalam ranah primer kita akan kita laksanakan, kalau masih

dalam tahap sekunder atau tersier kita kemudiankan…” Temuan ini menunjukan

bahwa dosen belum memiliki kesempatan untuk mengevaluasi kegunaan atau

manfaat dari ide-ide inovatif yang sudah diimplementasikan. Hal ini sejalan dengan

temuan pada sub-tema 8 bahwa pihak pimpinan belum memiliki program atau

kebijakan yang secara sistematis dalam rangka tahap realisasi terhadap ide-ide

inovatif dosen, yang ada hanya berupa dukungan dan masih bersifat lisan sehingga

evaluasi yang dimaksud Pak Kyai masih belum pada tataran program atau kebijakan

yang sistematis di lembaga yang dia pimpin.

Wawancara dengan Dr. Jeel selaku ketua P3M mengakui bahwa evaluasi dari

pihak pimpinan belum terorganisir dengan baik,

“Baik..secara jujur saja kalau dari pimpinan itu evaluasi P3M belum ada, tapi
kalau dari P3M sendiri itu evaluasi kedosen ada, mungkin masih belum dalam
bentuk…apa namanya, dalam bentuk instrument atau yang lebih sempurna
itu, tapi lebih pada melihat apakah dosen-dosen ini tertarik untuk melakukan.”
[Partisipan - W-4-Tema-9]

Data wawancara diatas menunjukan bahwa Dr. Jeel selaku ketua P3M evaluasi

pimpinan terhadap lembaga yang dia pimpin belum ada atau belum dilakukan.

Namun lembaga yang dia pimpin sudah melakukan evaluasi internal terhadap dosen-

dosennya meskipun evaluasi tersebut tidak mengunakan instrument yang valid dan

terukur dan hanya melihat apakah dosen-dosen sudah berprilaku inovatif atau belum.
Sebaliknya dalam padangan para ketua program studi, evaluasi ada dilakukan

untuk kegiatan yang sudah selesai dilaksanakan, namun bukan secara specific

mengevaluasi kegunaan atau manfaat dari ide-ide inovatif dosen yang sudah

diimplementasikan di program studi. Misalnya Bu Sharani selaku ketua program

studi perbankan syariah dalam wawancaranya menyampaikan,

“Evaluasi itu biasanya selesai dari kegiatan atau selesai dari implementasi
tadi, karena kita memang misalnya satu ide itu.. kita coba, atau mungin dari
pimpinan memberikan kepercayaan atau peluang kepada kita untuk ide
tersebut, merealisasikan…kemudian setelah selesai artinya ada evalauasi, ada
laporan pertanggungg jawaban dari ketua prodi kepada pimpinan, apa saja
kendala dari pada realisasi tadi.” [Partisipan - W-1-Tema-9]

Selanjutnya, hasil wawancara dengan ketua program studi bahasa Inggris juga

menunjukan hal yang sama bahwa evaluasi yang dimaksud adalah evaluasi kegiatan

akademik program studi setiap semester, bukan evaluasi kegunaan atau manfaat dari

ide-ide inovatif dosen baik secara individu maupun tim yang sudah

diimplementasikan di program studi

“Kita dievaluasi oleh fihak akademik..khususnya bagian akademik. Itu kita


selalu dievaluasi biasanya semester sekali. Diakhir kita biasanya selalu
dievaluasi.” [Partisipan - W-9-Tema-9]

Hal yang unik dan menarik adalah ketika ditanyakan mengenai evaluasi kegunaan

atau manfaat dari ide-ide inovatif dosen yang sudah diimplementasikan di program

studi pendidikan agama Islam, Bu Islam selaku ketua program studi mengatakan,
“Yang pertama tujuan dari penerapan, begitu hasil tidak begitu memuaskan
kita adakan inovasi terbaru.” [Partisipan - W-10-Tema-9]

Dalam pandangan Bu Islam, di program studi yang dia pimpin, evaluasi dilakukan,

namun tidak ada penjelasan yang rinci ketika ditanya mengenai evaluasi kegunaan

atau manfaat dari ide-ide inovatif dosen yang sudah diimplementasikan. Namun, Bu

Islam mengatakan bahwa jika dalam pelaksanaan [mungkin yang dia maksud

kegiatan] tidak berhasil, maka dicari ide-ide inovatif. Temuan ini menunjukan bahwa

selaku ketua program studi evaluasi kegunaan atau manfaat dari ide-ide inovatif

dosen yang sudah diimplementasikan mungkin belum dilakukan atau dosen yang

memiliki ide-ide inovatif belum memiliki kesempatan untuk melakukan evaluasi

terhadap kegunaan ide-ide tersebut.

Selanjutnya hasil wawancara ketua program studi PIAUD, Bu Anak

mengatakan bahwa ditataran program studi yang dia pimpin, evaluasi selalu

dilakukan untuk kegiatan di program studi bukan pada manfaat dari pelaksanaan ide-

ide inovatif dosen di program studi PIAUD. Bu Anak mengatakan evaluasi biasanya

dilakukan oleh rekan kerja.

“Ya..itu dievaluasi, biasanya yang mengevaluasi adalah rekan kerja ataupun


biasanya setelah kegiatan kita melakukan..ni apa ni…mungkin terkait dengan
mata kuliah dari yang diampu oleh masing masing dosen.” [Partisipan - W-
11-Tema-9]

Terkait evaluasi kegunaan atau manfaat dari ide-ide inovatif dosen yang sudah

diimplementasikan, Pak Hukum selaku ketua program studi Hukum ekonomi syariah
mengatakan bahwa dulu sebelum covid-19 ada evaluasi terhadap kegiatan di program

studi yang dia pimpin, namun karena ada pandemic, evaluasi semacam itu tidak ada

lagi. Sayangnya evaluasi yang Pak Hukum ungkapkan tidak terkait dengan evaluasi

kegunaan atau manfaat dari ide-ide inovatif dosen yang sudah diimplementasikan

tetapi lebih ke kegiatan program studi secara umum.

“Dulunya ada tapi sekarang belum, karena terkendala dengan covid tadi,
mudah-mudahan itu 2022 ini insyaallah ada ide-ide dari teman-teman.”
[Partisipan - W-12-Tema-9]

Tidak terlalu berbeda dengan apa yang disampaikan para ketua program studi, para

dekan juga memberikan pernyataan bahwa evaluasi memang dilakukan di fakultas

masing-masing. Namun evaluasi yang dilakukan adalah terkait proses pembelajaran

secara umum. Sebagai contoh Dekan fakultas Syariah, PakDoktor Siar mengatakan,

“Dan yang terakhir itu evennya diakhir semester, ketika even itu kami terus
melakukan evaluasi.” [Partisipan - W-3-Tema-9]

Temuan dari wawancara dengan PakDoktor Siar menunjukan bahwa evaluasi

memang ada dilakukan akan tetapi bukan terkait evaluasi kegunaan atau manfaat dari

ide-ide inovatif dosen yang sudah diimplementasikan di fakultas yang dia pimpin.

Pendapat yang hampir sama terkait dengan apakah ada evaluasi kegunaan

atau manfaat dari ide-ide inovatif dosen yang sudah diimplementasikan di fakultas

yang dia pimpin. Pakdekom selaku Dekan Fakultas ekonomi dan bisnis

mengungkapkan,
“Kita ya…memang pernah, bukan pernah ya…selalu melakukan evaluasi, jadi
evaluasi itu misalnya pada saat proses pembelajaran kita melakukan evaluasi
pembelajaran itu, misalnya pada bulan pertama, bulan kedua dan bulan ketiga
itu perencanaan.” [Partisipan - W-3-Tema-9]

Temuan diatas menunjukan bahwa evaluasi dilakukan di fakultas yang dia pimpin,

namun tidak secara khusus melakukan evaluasi atas manfaat dari ide-ide inovatif

dosen yang sudah diimplementasikan.

Dari pandangan kelompok dosen dan berdasarkan hasil wawancara dengan

beberapa dosen terungkap juga bahwa para pimpinan antusias dan mendukung ide-ide

inovatif dosen namun mulai dari ketua program studi, fakultas, dan lembaga belum

melakukan evaluasi atas kegunaan atau manfaat dari ide-ide inovatif dosen yang

sudah diimplementasikan. Menurut Dr. Rima sebagai dosen muda bergelar doctor

evaluasi internal di tingkat program studi dan fakultas dan universitas tidak terlibat

langsung jika ada evaluasi dan dia tidak mengetahui apakah ada evaluasi.

“Kalau untuk evaluasi itu sendiri, itu untuk pihak internal, jadi saya sebagai
dosen biasa dalam tanda kutip itu tidak dilibatkan secara langsung terhadap
bagaimana nih evaluasinya.” [Partisipan - W-6-Tema-9]

Apa yang diungkapkan oleh Dr. Rima, didukung oleh Dr. Tia yang juga dosen

pendidikan bahasa Inggris. Menurut Dr. Tia, evaluasi sebagai bagian dari

perencanaan tidak ada dan kalaupun ada hanya terbatas dilakukan oleh masing-

masing dosen sendiri dan belum terencana dan melembaga.

“Eeeee…kalau evaluasi saya fikir kalau evaluasi merupakan bagian dari,


seharusnya ada perencanaan, pelaksanaan karena bisa dibilang perencanan itu
kurang maksimal, evaluasi hanya pada lingkungan terbatas, jadi dalam
lingkungan kampus keseluruhan karena bidang kerja masing masing, tidak
fokus mereka kesana, jadi hanya pada lingkungan terbatas kami bisa
melakukan evaluasi terhadap pekerjaan yang sudah dilakukan.” [Partisipan -
W-7-Tema-9]

Sedangkan menurut Dr. Arjani, seorang dosen program studi bahasa Inggris, evaluasi

belum ada dan pimpinan khusus ketua program studi hanya memberikan dukungan

dan ide-ide inovatif yang terbatas hanya pada beberapa dosen yang memiliki atau

menemukan atau mempromosikan ide-ide inovatif.

“Evaluasi…sepertinya itu yang belum ada. Jadi Cuma sampai diberikan


kesempatan, kemudian memperkenalkan sampai pada lembaga.”[Partisipan -
W-8-Tema-9]

Hasil wawancara menunjukkan bahwa para ketua program studi, dekan, dan

rektor di Institut Agama Islam (IAI) Nusantara Batang hari memiliki antusias

terhadap ide-ide inovatif para dosen. Namun, dosen-dosen yang berperilaku kerja

inovatif di Institut Agama Islam (IAI) Nusantara Batang masih belum diberi

kesempatan untuk mengevaluasi kegunaan atau manfaat dari ide-ide inovatif yang

sudah diimplementasikan. Para ketua program studi, dekan, dan rektor di Institut

Agama Islam (IAI) Nusantara Batang hari belum memiliki rencana kerja, program

dan kebijakan yang terarah untuk mengevaluasi kegunaan atau manfaat dari ide-ide

inovatif yang sudah diimplementasikan sehingga para dosen yang memiliki ide-ide

inovatif dan mungkin sudah dilaksanakan tidak mengetahui tingkat kegunaan dari

ide-ide mereka.
Grafik 9: Temuan Sub-Tema 9-Dosen belum diberi kesempatan untuk
mengevaluasi kegunaan atau manfaat dari ide-ide inovatif yang sudah
diimplementasikan

“Evaluasi itu biasanya selesai dari kegiatan atau selesai dari implementasi tadi."
(Ibu Sharani)

“Selalu dilakukan evaluasi terhadap ide-ide tersebut. Karena kita inginkan yang
terbaik untuk kampus ini…kita inginkan yang terbaik untuk Batanghari..." (Pak
Kyai)

"Kita ya…memang pernah, bukan pernah ya…selalu melakukan evaluasi, jadi


Rekan kerja dan lembagaantusias terhadap ide-ide inovatifdosenlisan

evaluasi itu misalnya pada saat proses pembelajaran kita melakukan evaluasi
pembelajaran itu.“(Pakdekom)

"baik..secara jujur saja kalau dari pimpinan itu evaluasi P3M belum ada, tapi kalau dari
P3M sendiri itu evaluasi kedosen ada, mungkin masih belum dalam bentuk…apa
namanya, dalam bentuk instrument atau yang lebih sempurna itu."(Dr. Jeel)

"Dan yang terakhir itu evennya diakhir semester, ketika even itu kami terus
melakukan evaluasi ..."(Pakdoktor Siar)

"kalau untuk evaluasi itu sendiri, itu untuk pihak internal, jadi saya sebagai
dosen biasa dalam tanda kutip itu tidak dilibatkan secara langsung terhadap
bagaimana nih evaluasinya."(Dr. Rima)

"Kalau evaluasi saya fikir kalau evaluasi merupakan bagian dari, seharusnya ada
perencanaan, pelaksanaan . karena bisa dibilang perencanan itu kurang maksimal,
evaluasi hanya pada lingkungan terbatas”(Dr. Tia)

“evaluasi…sepertinya itu yang belum ada. Jadi Cuma sampai diberikan


kesempatan, kemudian memperkenalkan sampai pada lembaga”....." (Dr.
Arjani)

"..kita dievaluasi oleh fihak akademik..khususnya bagian akademik. Itu kita


selalu dievaluasi biasanya semester sekali. Diakhir kita biasanya selalu
dievaluasi...." (Pak Proding)

“Yang pertama tujuan dari penerapan, begitu hasil tidak begitu memuaskan kita
adakan inovasi terbaru..." Bu Islam)

“Ya..itu dievaluasi, biasanya yang mengevaluasi adalah rekan kerja ataupun


biasanya setelah kegiatan kita melakukan..." (Bu Anak)

“ dulunya ada tapi sekarang belum, karena terkendala dengan covid tadi,
mudah-mudahan itu 2022 ini insyaallah ada ide-ide dari teman-teman...." (Pak
Hukum)
4.3 Pembahasaan

Anda mungkin juga menyukai