Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

LAPARATOMY

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Askan Pembedahan Umum Semester Ganjil
Tahun Ajaran 2022/2023 yang Diampu oleh Bpk. Rizky Rachmattulloh, S.Kep. Ns.

Disusun oleh kelompok 2:

Meliana Hardian Rahmawati 210106110


Mochammad Farrel Riki Ramdhan 210106115
Mochammad Thoriq Hasan 210106118
Muhamad Hanif Izaaz 210106123
Mutiara Ustia Nengsih 210106126
Namilawati 210106212
Natasya Putri Ubjaan 210106131
Niti Aliefviya Rosidi 210106134
Pebi Aradea 210106139
Putri Mewa Adelia 210106142
Quratul Yuqa Nabila 210106147
Rajendra Priyatama 210106150
Regita Lintang Cahyani 210106155
Rian Arif Kurniawan 210106158
Rizki Ilahi 210106166
Sepfia Ananda Belista 210106171
Shafira Octafia Ramadani Thessara 210106174
Siti Namira J. Salim 210106179
Sony Sanjaya Deol 210106182
Syabilla Afifuddin Suat 210106187
Tianuraisah 210106190
Vi Paradise Diputera 210106195
Wa Hariyati 210106198
Winaldi 210106203
Yuni Puji Astuti 210106206
Zunifa Bening Ayu Amanda 210106209

Kelas : 3B

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA


FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI ANESTESIOLOGI
PROGRAM SARJANA TERAPAN

Jl. Raden Patah No. 100, Ledug, Kembaran, Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia. Telp. 0281-
6843493 – Fax 0281- 6843494 – email : info@uhb.ac.id – website : www.uhb.ac.id
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Askan Pembedahan Umum dengan
judul: "Laparatomy".

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia Pendidikan.

Purwokerto, 15 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………… i


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………………. 1
1.3 Tujuan ………………………………………………………………………………... 2
1.4 Manfaat ………………………………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………… 3
2.1 Definisi Laparatomy ………………………………………………………………… 3
2.2 Anatomi Fisiologi Laparatomy …………………………………………………….. 3
2.3 Klasifikasi Laparatomy ……………………………………………………………… 4
2.4 Etiologi Laparatomy ………………………………………………………………… 5
2.5 Faktor Risiko Laparatomy ………………………………………………………….. 6
2.6 Patofisiologi Laparatomy ………………………………………………………….... 6
2.7 Pathway Laparatomy ………………………………………………………………... 8
2.8 Manifestesi Klinik Laparatomy ……………………………………………………... 9
2.9 Penatalaksanaan Laparatomy ………………………………………………………… 9
2.10 Pemeriksaan Diagnostik Laparatomy ………………………………………………10
2.11 Komplikasi Laparatomy …………………………………………………………… 11
2.12 Penanganan dan Pencegahan Laparatomy ………………………………………… 11
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………………... 14
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………. 14
3.2 Saran ………………………………………………………………………………… 14
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….. 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laparatomi merupakan salah satu pembedahan mayor, dengan melakukan penyayatan


pada lapisan – lapisan dinding abdomen, untuk mendapatkan bagian organ yang mengalami
masalah seperti hemoragi, perforasi, kanker dan obstruksi. Tindakan laparatomi merupakan
teknik oprasi yang dapat dilakukan pada gangguan sistem digestif maupun perkemihan
(Lakaman, 2013). Adapun tindakan bedah digestif yang sering dilakukan dengan teknik
laparatomi adalah herniotomi, gasterektomi, kolesistoduodenostomi, hepatorektomi,
splenoktomi, apendektomi, kolostomi, hemoroidektomi dan fistuloktomi. Sedangkan teknik
bedah perkemihan dengan teknik laparatomi adalah nefrektomi dan ureterostomi
(Syamsuhidayat & Wim De Jong, 2014).

World Health Organization (WHO) meguraikan pasien laparatomi di dunia meningkat


setiap tahunnya sebesar 10%. Angka jumlah pasien laparatomi mencapai peningkatan yang
sangat signifikan. Pada tahun 2017, terdapat 90 juta pasien oprasi laparatomi diseluruh
rumah sakit di dunia. Dan pada tahun 2018, diperkirakan meningkat menjadi 98 juta pasien
post oprasi laparatomi. Di Indonesia tahun 2018, laparatomi menempati peringkat ke 5,
tercatat jumlah keseluruhan tindakan oprasi terdapat 1,2 juta jiwa, dan diperkirakan 42%
diantaranya merupakan tindakan pembedahan laparatomi (Kemenkes RI, 2018)

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas didapat rumusan masalah, yaitu:

1. Apa yang dimaksud laparotomy?


2. Bagaimana klasifikasi laparotomy?
3. Mengetahui tentang etiologi laparotomy?
4. Apa saja faktor risiko laparotomy?
5. Bagaimana patofisiologi laparotomy?
6. Mengetahui tentang pathway laparotomy?
7. Mengetahui menisfestasi klinik ?
8. Apa saja penatalaksanaan laprotomy?
9. Jelaskan pemeriksaan diagnostik laparotomy?
10. Komplikasi yang terjadi terkait laprotomy?
11. Bagaimana pencegahan dan penanganan laparotomy?

1
2

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas mka didapat tujuan, sebagai berikut:
1. Memberi pengetahuan tentang pengertian laparotomy
2. Memberi pengetahuan proses perjalanan laparotomy
3. Memberi pengetahuan seputar etiologi dan pato fisiologi laparotomy
4. Memberi informasi tentang penatalaksanaan, pencegahan dan penanganan
laparotomy

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diberikan adalah:
1. Diharapkan adanya makalah ini dapat menambah pemahaman serta pengetahuan
tentang laparotomy
2. Dapat menambah pemahahaman dan pengetahuan pasien melalui asuhan
keperawatan pada laparotomy
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Laparatomy

Laparotomy adalah prosedur medis yang bertujuan untuk membuka dinding perut
agar dapat memiliki akses ke organ perut yang memerlukan tindakan tertentu atau
sebagai prosedur diagnostik. Laparotomi dilakukan dengan cara membuat sayatan besar
pada area di sekitar perut pasien yang didahului dengan pemberian anastesi.
Laparotomy adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya
perlekatan usus dan biasayanya terjadi pada usus halus (Arif Mansjoer, 2000).
Laparotomy adalah prosedur tindakan pembedahan dengan membuka cavum
abdomen dengan tujuan ekplorasi.
Ada beberapa cara, yaitu :
1) Midline Epigastric Insision (Irisan median atas)
Insisi dilakukan persis pada garis tengh dimulai dari ujung proc. Xiphoideus hingga
1 cm diatas umbilicus. Kulit, fat subcutan, linea alba, fac extraperitoneal, dan
peritoneum dipisahkan satu persatu. Membuka peritoneum dari bawah.
2) Midline Subumbilical Insision (irisan median bawah)
Irisan dari umbilicus sampai simfisis, membuka peritoneum dari sisi atas. Irisan
median ats dan bawah dapat disambung dengan melingkari umbilicus.

2.2 Anatomi Fisiologi Laparatomy

Pada bedah laparatomi ini dilakukan eksplorasi organ-organ ruang abdomen. Organ
yang akan ditemui adalah omentum, usus, vesical urinaria, lambung, ginjal, hati dan saluran
reproduksi (seperti tuba falopii, uterus dan ovarium). Organ-organ yang ditemukan di dalam
rongga abdomen pada saat operasi antara lain adalah usus halus, usus besar, ginjal kiri, ginjal
kanan, vesika urinaria dan lambung. usus merupakan organ yang paling mudah ditemukan
karena posisi penyayatan yang dilakukan tepat di ventromedial abdomen. usus memiliki
konsistensi yang lunak, licin, dan lumenya kosong Ketika di palpasi
vesika urinaria dapat diketahui dengan palpasi bagian hipogastricum. vesika urinaria berisi
urin memiliki konsistensi lunak dan padat. Ginjal kanan dan kiri dapat teraba ketika

3
4

dilakukan palpasi. Bentuk dari kedua ginjal bulat seperti kacang dengan konsistensi yang
lunak dan padat. Organ lainnya tidak terpalpasi pada saat eksplorasi abdomen
(Sjamsuhidajat,2005).

Semua organ yang berada di dalam ruang abdomen tersebut diselubungi oleh omentum.
untuk mempermudah mengenali organ dalam rongga abdomen, maka rongga abdomen
dibagi menjadi tiga wilayah yaitu epigastrium, mesogastrium dan hipogastrium. wilayah
epigastrium dapat ditemukan lambung, limpa, hati, ginjal kanan dan kiri. ginjal
kananterkesan lebih ke cranial dibandingkan yang kiri karena pada bagian kiri rongga
abdomenterdapat organ perut yang mendorong ginjal kiri dari posisi yang seharusnya. usus
danovarium ditemukan di mesogastrium, sedangkan di hipogastrium berada vesica urinaria
danuterus (Sjamsuhidajat,2015).

Ovarium terdiri dari satu pasang, ovarium dextra et sinistra. Bentuk


dan ukuran berbeda menurut spesies dan fase dari birahi. Ovarium pada kucing dan anjing
berbentuk lonjong. tuba falopi (Oviduct) merupakan saluran reproduksi betina yg kecil,
berliku-liku,kenyal dan terdapat sepasang. uterus merupakan saluran reproduksi betina yg
diperlukan untuk menerima ovum yg telah dibuahi, nutrisi dan perlindugan foetus. uterus
terdiri dari: korun uteri, korpus uteri, cervix (Harari,2006)

2.3 Klasifikasi Laparatomy

Terdapat 4 cara pembedahan laparotomi menurut :

a. Mid-line incision

Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit perdarahan, eksplorasi dapat
sedikit lebih luas, cepat dibuka dan ditutup, serta tidak memotong ligamen dan saraf. Namun
demikian, kerugian jenis insisi ini adalah terjadi hernia cikatrialis, indikasinyapada
eksplorasi gaster, pankreas, hepar, dan klien serta di bawah umbilikus untuk eksplorasi
ginekologis, restosigmoid dan organ dalam pelvis.

b. Paramedian

Yaitu; sedikit ke tepi dari garis tengah (2,5cm), panjang (12,5cm), terbagi menjadi dua
yaitu paramedian kanan dan kiri, dengan indikasi jenis operasi lambung, eksplorasi
pankreas, organ pelvis, usus bagian bawah serta splenoktomi.
5

c. Transverse upper abdomen incision

Yaitu; insisi bagian atas misalnya pembedahan colesistotomy dam splenectomy.

d. Transverse lower abdomen incision

Yaitu; insisi melintang dibagian bawah4cm diatas anterior spinailiaka, misalnya pada
operasi apendictomy. Latihan-latihan fisik seperti latihan napas dalam, batuk efektif,
menggerakan otot kaki, menggerakan otot bokong, latihan alih baring dan turun dari tempat
tidur. Semuanya dilakukan hari ke-2 post operasi.

2.4 Etiologi Laparatomy

Etiologi menurut Smeltzer (2008).

a. Trauma. Trauma ini juga terbagi menjadi beberapa macam. Penyebab


trauma ini terbagi menjadi :
1) Mekanik. Rasa nyeri yang diakibatkan oleh mekanik ini timbul
akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan. Contoh dari
nyeri akibat trauma mekanik ini adalah akibat adanya benturan,
gesekan, luka dan lain-lain.
2) Thermis. Nyeri karena hal ini timbul karena ujung saraf reseptor
mendapat rangsangan akibat panas, dingin, misal karena api dan
air.
3) Khemis. Nyeri yang ditimbulkan karena adanya kontak dengan zat
kimia yang bersifat asam atau pun basa kuat.
4) Elektrik. Nyeri yang ditimbulkan karena adanya pengaruh aliran
listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan
kekejangan otot dan luka bakar.
b. Neoplasma. Neoplasma ini juga terbagi menjadi dua yaitu :

1) Neoplasma Jinak.

2) Neoplasma Ganas.

3) Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah. Hal ini


dapat dicontohkan pada pasien dengan infark miokard akut atau
pun angina pektoris yang dirasakan adalah adanya nyeri dada yang
khas.
6
4) Peradangan. Nyeri yang diakibatkan karena adanya kerusakan
ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit
oleh pembengkakan. Contohnya adalah nyeri karena abses.
2.5 Faktor Risiko Laparatomy

Laparatomi merupakan pembedahan perut sampai membuka selaput perut.Resiko infeksi


merupakan proses yang terjadi ketika mikroorganisme dari kulit, bagian tubuh lain atau
lingkungan masuk ke dalam insisi yang ditandai dengan adanya pus, inflamasi, bengkak,
nyeri, dan rasa panas. Hubungan resiko infeksi dengan laparatomi yaitu ketika sayatan pada
operasi laparatomi menimbulkan luka yang berukuran besar dan dalam, sehingga
membutuhkan waktu yang lama untuk penyembuhan dan perawatan berkelanjutan. Sehingga
luka pada dinding abdominal beresiko untuk terjadinya infeksi, terutama infeksi luka operasi
paska pembedahan

Beberapa risiko yang bisa terjadi sesaat setelah operasi adalah:

1. Tromboplebitis

Tromboplebitis post opersi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi. Bahaya besar
tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut
aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu
latihan kaki post operasi, dan ambulatif dini.

2. Infeksi

lnfeksi luka sering muncul pada 36-46 jam setelah operasi. Organisme yang paling sering
menimbulkan infeksi adalah stapilokokus aureus, organisme gram positif. Stapilokokus
mengakibatkan pernanahan. Untuk menghindari infeksi luka yang paling penting adalah
perawatan luka dengan mempertahankan aseptik dan antiseptik

Eviserasi

Eviserasi luka adalah keluarnya organ-organ dalam melalui insisi. Faktor penyebab
eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutup waktu pembedahan, ketegangan yang berat
pada dinding abdomen sebagai akibat dari batuk dan muntah
7

2.6 Patofisiologi Laparatomy

Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland,


2011).Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan
emosionalyang hebat (Brooker, 2010).

Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44
tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul
dan tembusserta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2011). Trauma
abdomen adalahcedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma
yang disengaja atautidak disengaja (Smeltzer, 2011).

Trauma abdomen merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau
tanpatembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat
kedaruratandapat pula dilakukan tindakan laparatomi. Tusukan/tembakan , pukulan,
benturan, ledakan,deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set-belt) dapat mengakibatkan
terjadinya traumaabdomen sehingga harus di lakukan laparatomy.(Arif Muttaqin, 2013).

Trauma tumpul abdomen dapat mengakibatkan individu dapat kehilangan darah,


memar/jejas pada dinding perut, kerusakan organ-organ, nyeri, iritasi cairan usus.
Sedangkan trauma tembusabdomen dapat mengakibatkan hilangnya seluruh atau sebagian
fungsi organ, respon stressimpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri,
kematian sel. Hilangnyaseluruh atau sebagian fungsi organ dan respon stress dari saraf
simpatis akan menyebabkanterjadinya kerusakan integritas kulit, syok dan perdarahan,
kerusakan pertukaran gas, resikotinggi terhadap infeksi, nyeri akut.(Arif Muttaqin, 2013)

2.7 Pathway Laparatomy


8

Trauma abdomen, perdarahan,


penitonitis, sumbatan pada usus, massa
abdomens

Hospitalisasi

Rencana pembedahan Respon Fisiologis

Laparatomi

(Pembedahan Abdomen)

Selaput perut terbuka

Pemasangan
Terpasang Pembentukan Post Laparotomi Terbentuknya
kantong
Selang Abdomen stoma
kolostomi
NG/usus
Kerusakan
NYERI Luka insisi Gangguan
integritas
Keluaran cairan citra tubuh
kulit
Melalui selang
banyak
Perubahan Pergerakan
status Adanya peningkatan leukosit
terbatas takut
Resiko tinggi kesehatan luka terbuka
Kekurangan
Volume cairan RESIKO
Respon Hambatan TINGGI
fisiologis kemampuan INFEKSI Gangguan
berpindah pada tidur

Ansietas

Gelisah Susah tidur


9

2.8 Manifestesi Klinik Laparatomy

Manifestasi yang biasa timbul pada pasien post laparotomy di antaranya:

1. Nyeri tekan pada area sekitar insisi pembedahan


2. Dapat terjadi peningkatan respirasi, tekanan darah, dan nadi
3. Kelemahan
4. Mual,muntah,anoreksia
5. Konstipasi

2.9 Penatalaksanaan Laparatomy

Penatalaksanaan medis dan non farmakologi

a. Farmakologis pasca operasi


Pemberian analgetik(golongan non steroid) sebagai peredah nyeri, seperti
ketorolac, santagesik, paracetamol. Antibiotik digunakan untuk mencegah
sekaligus melawan bakteri terutama pada luka pasca operasi obatnya
metronidazole (antibiotik golongan nitromidazole) dan ceftriaxone sodium
(antibiotik golongan sefalosporin). Pemberian antiemetik (antiemetik
antagonis reseptor serotonin) untuk meredahkan mual obat yang diberikan
ondansentron. (Utami & Khoiriyah, 2020).
b. Non Farmakologi pasca operasi
Pemberian terapi non farmakologi pasien pasca pembedahan laparatomi
biasanya timbul masalah yaitu nyeri akut dan mual, penatalaksanaan nyeri
dan mual bertujuan agar pasien dapat mengontrol nyeri dan mengatasi mual
yang dialami. Penatalaksanaan nyeri dan mual akan lebih efektif jika
dikombinasikan dengan terapi non farmakologi. Salah satu terapi
nonfarmakologi yang dapat digunakan yaitu aromaterapi lemon(Utami &
Khoiriyah, 2020).
Distraksi merupakan aktivitas yang diberikan pada pasien tujuannya
untuk membuat pasien terfokus atau berkonsentrasi pada kegiatan yang
menyenangkan, membuat perhatian individu terhadap 16 sesuatu yang lain.
Relaksasi secara teori terapi relaksasi dapat membantu seseorang menjadi
rileks, pada saat seseorang merasa rileks dan nyaman maka akan terjadi
10
sekresi hormon endorfin yang bermanfaat sebagai antiemetik alami, dengan
cara menghambat impuls mual di Chemoreseptive Trigger Zone(CTZ),
sehingga distraksi dan relaksasi sangatlah baik untuk dikombinasi dengan
pemberian aromaterpi lemon (Virgiani, 2019).

c. Penatalaksanaan Keperawatan
Perawatan pasca operasi (Haryono, 2012): - Monitor kesadaran,
tanda-tanda vital, intake dan output. - Observasi dan catat sifat drain (warna,
jumlah) drainase. - Atur posisi dan gerakkan pasien harus hati-hati, agar
selang tidak tercabut. - Perawatan luka operasi secara steril.

2.10 Pemeriksaan Diagnostik Laparatomy

Beberapa pemeriksaan yang mungkin dilakukan dokter sebelum prosedur


laparotomi adalah:

 Pemeriksaan fisik. Umumnya meliputi pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan


fisik secara keseluruhan, serta pemeriksaan lain untuk memastikan kondisi pasien
siap untuk menjalani operasi.
 Pemindaian. Pemeriksaan foto Rontgen, CT Scan dan MRI untuk membantu dokter
merencanakan prosedur.
 Pemeriksaan darah. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memantau kadar elektrolit,
gula darah, serta fungsi organ tubuh seperti jantung dan paru-paru.

Pasien diharuskan untuk berhenti merokok atau minum alkohol beberapa


minggu sebelum tindakan laparotomi dilakukan. Konsumsi obat-obatan seperti
aspirin, ibuprofen, vitamin E, warfarin, clopidogrel, atau ticlopidine juga harus
dihentikan seminggu sebelum jadwal tindakan untuk menghindari kesulitan
pembekuan darah disekitar area operasi. Beberapa saran tambahan yang mungkin
diberikan sebelum melakukan tindakan laparotomi untuk menghindari infeksi usus
meliputi:

 Mengonsumsi makanan berserat tinggi seperti sayur, buah, roti, dan sereal gandum
sehari atau dua hari sebelum operasi dilakukan.
 Mengonsumsi 6 hingga 8 gelas air putih sehari.
 Mengonsumsi obat pencahar untuk membersihkan usus. Obat ini akan memicu diare.
11

2.11 Komplikasi Laparatomy

Risiko komplikasi yang dapat muncul setelah prosedur laparotomi meliputi:

 Perdarahan
 Infeksi
 Kerusakan organ dalam
 Terbentuknya adhesi (perlengketan) dalam perut
 Sumbatan usus atau nyeri perut, yang dapat disebabkan oleh adhesi
 Adanya nanah
 Jahitan dinding perut terbuka kembali
 Adanya lubang di saluran cerna (fistula)
 Hernia

2.12 Penanganaan dan Pencegahan Laparatomy

Pencegahan Laparatomy

Sebelum operasi laparotomi eksplorasi dimulai, dokter akan melakukan pemeriksaan


menyeluruh, berupa:

 Tanya jawab mengenai riwayat medis, riwayat operasi, obat-obatan, dan kebiasaan
merokok pasien.
 Pemeriksaan fisik atau tanda-tanda vital, yaitu pemeriksaan tekanan darah, suhu,
detak jantung, dan frekuensi pernapasan.
 Pemeriksaan fisik paru-paru, jantung, abdomen dan organ lainnya juga dapat
dilakukan sesuai dengan indikasi laparotomi.
 Melakukan pemeriksaan pencitraan, seperti rontgen, CT Scan, MRI, dan tes darah
pada pasien.
 Menjelaskan tentang operasi dan mendiskusikan kemungkinan operasi lanjutan
setelah diagnosis pasien ditegakkan.
 Meminta pasien untuk menandatangani formulir persetujuan operasi.

Selain menjalani berbagai pemeriksaan di atas, dokter juga akan menyarankan Anda
untuk:
12

 Berhenti merokok setidaknya 4 minggu sebelum jadwal operasi. Kebiasaan merokok


dapat menimbulkan komplikasi dari efek obat bius dan memperlama penyembuhan
pascaoperasi.
 Makan makanan bergizi, seperti sayur buah, roti, dan gandum beberapa hari sebelum
operasi.
 Minum 6-8 gelas air putih sehari
 Jika memungkinkan, rutin berolahraga beberapa minggu sebelum operasi.
 Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral, mungkin akan diminta untuk berhenti
meminumnya satu bulan sebelum operasi.
 Menghentikan obat-obatan pengencer darah atau beberapa obat lain yang sedang
dikonsumsi, seperti ; clopidogrel, warfarin, ibuprofen, vitamin E, aspirin,
danticlopidine bila diperlukan.
 Berpuasa pada hari operasi (tidak makan ataupun minum).
 Tidak menggunakan riasan, kuku palsu, cat kuku, bedak, losion, dan produk lain
yang mengandung pewangi.
 Sesaat sebelum operasi, suster mungkin akan mencukur bulu kemaluan Anda.

Penanganan Laparatomy

Secara garis besar, prosedur laparotomi dilakukan dengan langkah-langkah di bawah


ini:

 Dokter anestesi akan memberikan anestesi umum atau bius total pada pasien.
 Dokter bedah akan membuat sayatan pada kulit dan otot perut, sehingga organ di
dalamnya dapat terlihat dengan jelas. Ukuran sayatan tergantung dari kondisi dan
tindakan yang dilakukan.
 Dokter lalu akan melakukan eksplorasi dengan cara memeriksa kondisi organ dengan
teliti.
 Ketika masalah pasien dapat didiagnosis, dokter akan menanganinya secara
langsung. Pada beberapa kasus, operasi kedua mungkin diperlukan.
 Otot dinding perut dan kulit kemudian ditutup dengan jahitan.
13

Sesudah operasi, Anda akan dipindah ke ruang pemulihan. Di ruangan ini, dokter dan
staf medis akan memantau suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah, dan area luka operasi
Anda. Dokter juga akan memasang selang drainase di lokasi sayatan untuk mengalirkan
cairan. Setelah kondisi Anda stabil, Anda akan dipindah ke ruang perawatan biasa untuk
menjalani rawat inap.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Laparatomy adalah tindakan insisi pembedahan melalui dinding perut atau


peritoneum. Laparatomi merupakan jenis operasi bedah mayor yang dilakukan di
daerah abdomen. Pembedahan dilakukan dengan cara memberikan sayatan pada
bagian lapisan-lapisan dinding abdomen untuk memperjelas organ abdomen yang
mengalami masalah seperti kanker, obstruksi, perforasi, dan perdarahan.
 Indikasi pada laparatomy yaitu apendisitis, section caesarea, peritonitis, kanker
kolon, abscess hepar,dan ileus obstruktif, trauma abdomen (tumpul atau tajam).
 Cara / Metode Insisi Pembedahan laparatomi yaitu Midline incision, Paramedian,
Transverse upper abdomen incision, dan Transverse lower abdomen incision.
 Komplikasi pada pembedahan laparatomi yaitu tromboplebitis, Infeksi, Eviserasi.
 Pemeriksaan penunjang laparatomi yaitu pemeriksaan rektum : adanya darah
menunjukkan kelainan pada usus besar ; kuldosentesi, kemungkinan adanya darah
dalam lambung ; dan kateterisasi, adanya darah menunjukkan adanya lesi pada
saluran kencing, Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis urine,
Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi., IVP/sistogram : hanya
dilakukan bila ada kecurigaan terhadap trauma saluran kencing, parasentesis perut,
dan lavase peritoneal.

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan sebagai berikut :

 Bagi institusi pendidikan, dapat menjadi bahan masukan khususnya untuk menambah
referensi dalam proses belajar mengajar mengenai pelaksanaan mobilisasi dini
terhadap pemulihan fungsi kandung kemih pada pasien post operasi laparatomi.
 Bagi institusi rumah sakit, tindakan mobilisasi dini dalam mempercepat pemulihan
fungsi kandung kemih harus ditingkatkan karena masih terdapat pasien yang tidak

14
15

melakukan mobilisasi dini dan juga dapat menjadi bahan masukan dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan terutama pada pasien post
operasi laparatomi dengan cara melakukan SOP pelaksanaan mobilisasi dini yang
lebih baik lagi dan mewajibkan perawat maupun dokter untuk lebih memperhatikan
dan memotivasi pasien untuk melakukan pelaksanaan mobilisasi dini
 Bagi perawat, lebih memperhatikan dan memotivasi pasien post operasi laparatomi
dengan cara perawat harus selalu mengontrol ruangan pasien setiap saat untuk
mengingatkan dan membimbing pasien untuk melakukan pelaksanaan mobilisasi
dini agar meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan sehingga mempercepat
kesembuhan pasien dan hari rawat pasien.
 Bagi klien, bahan informasi kepada klien mengenai pentingnya melakukan
mobilisasi dini setelah dilakukan prosedur operasi laparatomi dan dapat menjadikan
mobilisasi dini pada klien post operasi laparatomi sebagai cara untuk meningkatkan
kesembuhan dan kesehatan klien post operasi laparatomi terutama mempercepat
pemulihan fungsi kandung kemih.
DAFTAR PUSTAKA

Flynn, Ë. J. and Waldo, B. (2005) ‘Laparotomi Ilmu Bedah Umum’, pp. 1–8.

McAneny, D. (2019) ‘Batu Empedu’, Surgical Clinics of North America, 88(6), pp. 1273–
1294.

Poltekkesmalang.ac.id. Bab II. Diakses pada tanggal 15 November 2022, dari


http://perpustakaan.poltekkes-
malang.ac.id/assets/file/kti/1601410007/7.BAB_II.pdf

Sehat1.com. Felica, Levina. (2020, 26 Februari). Laparotomi. Diakses pada tanggal 15


November 2022, dari https://www.sehatq.com/tindakan-medis/laparotomi

Setiyani, M. S. (2020) ‘Laparotomi’, pp. 1–9.

Utami, Ratna Nur, and Khoiriyah Khoiriyah. 2020. “Penurunan Skala Nyeri Akut Pasca
Laparatomi Menggunakan Aromaterapi Lemon.” Ners Muda 1 (1): 23

Wicaksana, A. (2016) ‘Laparatomi’, Https://Medium.Com/, pp. 1–12. Available at:


https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-a7e576e1b6bf.

16

Anda mungkin juga menyukai