MAKALAH LAPARATOMY Revisi
MAKALAH LAPARATOMY Revisi
LAPARATOMY
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Askan Pembedahan Umum Semester Ganjil
Tahun Ajaran 2022/2023 yang Diampu oleh Bpk. Rizky Rachmattulloh, S.Kep. Ns.
Kelas : 3B
Jl. Raden Patah No. 100, Ledug, Kembaran, Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia. Telp. 0281-
6843493 – Fax 0281- 6843494 – email : info@uhb.ac.id – website : www.uhb.ac.id
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Askan Pembedahan Umum dengan
judul: "Laparatomy".
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia Pendidikan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas mka didapat tujuan, sebagai berikut:
1. Memberi pengetahuan tentang pengertian laparotomy
2. Memberi pengetahuan proses perjalanan laparotomy
3. Memberi pengetahuan seputar etiologi dan pato fisiologi laparotomy
4. Memberi informasi tentang penatalaksanaan, pencegahan dan penanganan
laparotomy
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diberikan adalah:
1. Diharapkan adanya makalah ini dapat menambah pemahaman serta pengetahuan
tentang laparotomy
2. Dapat menambah pemahahaman dan pengetahuan pasien melalui asuhan
keperawatan pada laparotomy
BAB II
PEMBAHASAN
Laparotomy adalah prosedur medis yang bertujuan untuk membuka dinding perut
agar dapat memiliki akses ke organ perut yang memerlukan tindakan tertentu atau
sebagai prosedur diagnostik. Laparotomi dilakukan dengan cara membuat sayatan besar
pada area di sekitar perut pasien yang didahului dengan pemberian anastesi.
Laparotomy adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya
perlekatan usus dan biasayanya terjadi pada usus halus (Arif Mansjoer, 2000).
Laparotomy adalah prosedur tindakan pembedahan dengan membuka cavum
abdomen dengan tujuan ekplorasi.
Ada beberapa cara, yaitu :
1) Midline Epigastric Insision (Irisan median atas)
Insisi dilakukan persis pada garis tengh dimulai dari ujung proc. Xiphoideus hingga
1 cm diatas umbilicus. Kulit, fat subcutan, linea alba, fac extraperitoneal, dan
peritoneum dipisahkan satu persatu. Membuka peritoneum dari bawah.
2) Midline Subumbilical Insision (irisan median bawah)
Irisan dari umbilicus sampai simfisis, membuka peritoneum dari sisi atas. Irisan
median ats dan bawah dapat disambung dengan melingkari umbilicus.
Pada bedah laparatomi ini dilakukan eksplorasi organ-organ ruang abdomen. Organ
yang akan ditemui adalah omentum, usus, vesical urinaria, lambung, ginjal, hati dan saluran
reproduksi (seperti tuba falopii, uterus dan ovarium). Organ-organ yang ditemukan di dalam
rongga abdomen pada saat operasi antara lain adalah usus halus, usus besar, ginjal kiri, ginjal
kanan, vesika urinaria dan lambung. usus merupakan organ yang paling mudah ditemukan
karena posisi penyayatan yang dilakukan tepat di ventromedial abdomen. usus memiliki
konsistensi yang lunak, licin, dan lumenya kosong Ketika di palpasi
vesika urinaria dapat diketahui dengan palpasi bagian hipogastricum. vesika urinaria berisi
urin memiliki konsistensi lunak dan padat. Ginjal kanan dan kiri dapat teraba ketika
3
4
dilakukan palpasi. Bentuk dari kedua ginjal bulat seperti kacang dengan konsistensi yang
lunak dan padat. Organ lainnya tidak terpalpasi pada saat eksplorasi abdomen
(Sjamsuhidajat,2005).
Semua organ yang berada di dalam ruang abdomen tersebut diselubungi oleh omentum.
untuk mempermudah mengenali organ dalam rongga abdomen, maka rongga abdomen
dibagi menjadi tiga wilayah yaitu epigastrium, mesogastrium dan hipogastrium. wilayah
epigastrium dapat ditemukan lambung, limpa, hati, ginjal kanan dan kiri. ginjal
kananterkesan lebih ke cranial dibandingkan yang kiri karena pada bagian kiri rongga
abdomenterdapat organ perut yang mendorong ginjal kiri dari posisi yang seharusnya. usus
danovarium ditemukan di mesogastrium, sedangkan di hipogastrium berada vesica urinaria
danuterus (Sjamsuhidajat,2015).
a. Mid-line incision
Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit perdarahan, eksplorasi dapat
sedikit lebih luas, cepat dibuka dan ditutup, serta tidak memotong ligamen dan saraf. Namun
demikian, kerugian jenis insisi ini adalah terjadi hernia cikatrialis, indikasinyapada
eksplorasi gaster, pankreas, hepar, dan klien serta di bawah umbilikus untuk eksplorasi
ginekologis, restosigmoid dan organ dalam pelvis.
b. Paramedian
Yaitu; sedikit ke tepi dari garis tengah (2,5cm), panjang (12,5cm), terbagi menjadi dua
yaitu paramedian kanan dan kiri, dengan indikasi jenis operasi lambung, eksplorasi
pankreas, organ pelvis, usus bagian bawah serta splenoktomi.
5
Yaitu; insisi melintang dibagian bawah4cm diatas anterior spinailiaka, misalnya pada
operasi apendictomy. Latihan-latihan fisik seperti latihan napas dalam, batuk efektif,
menggerakan otot kaki, menggerakan otot bokong, latihan alih baring dan turun dari tempat
tidur. Semuanya dilakukan hari ke-2 post operasi.
1) Neoplasma Jinak.
2) Neoplasma Ganas.
1. Tromboplebitis
Tromboplebitis post opersi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi. Bahaya besar
tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut
aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu
latihan kaki post operasi, dan ambulatif dini.
2. Infeksi
lnfeksi luka sering muncul pada 36-46 jam setelah operasi. Organisme yang paling sering
menimbulkan infeksi adalah stapilokokus aureus, organisme gram positif. Stapilokokus
mengakibatkan pernanahan. Untuk menghindari infeksi luka yang paling penting adalah
perawatan luka dengan mempertahankan aseptik dan antiseptik
Eviserasi
Eviserasi luka adalah keluarnya organ-organ dalam melalui insisi. Faktor penyebab
eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutup waktu pembedahan, ketegangan yang berat
pada dinding abdomen sebagai akibat dari batuk dan muntah
7
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44
tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul
dan tembusserta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2011). Trauma
abdomen adalahcedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma
yang disengaja atautidak disengaja (Smeltzer, 2011).
Trauma abdomen merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau
tanpatembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat
kedaruratandapat pula dilakukan tindakan laparatomi. Tusukan/tembakan , pukulan,
benturan, ledakan,deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set-belt) dapat mengakibatkan
terjadinya traumaabdomen sehingga harus di lakukan laparatomy.(Arif Muttaqin, 2013).
Hospitalisasi
Laparatomi
(Pembedahan Abdomen)
Pemasangan
Terpasang Pembentukan Post Laparotomi Terbentuknya
kantong
Selang Abdomen stoma
kolostomi
NG/usus
Kerusakan
NYERI Luka insisi Gangguan
integritas
Keluaran cairan citra tubuh
kulit
Melalui selang
banyak
Perubahan Pergerakan
status Adanya peningkatan leukosit
terbatas takut
Resiko tinggi kesehatan luka terbuka
Kekurangan
Volume cairan RESIKO
Respon Hambatan TINGGI
fisiologis kemampuan INFEKSI Gangguan
berpindah pada tidur
Ansietas
c. Penatalaksanaan Keperawatan
Perawatan pasca operasi (Haryono, 2012): - Monitor kesadaran,
tanda-tanda vital, intake dan output. - Observasi dan catat sifat drain (warna,
jumlah) drainase. - Atur posisi dan gerakkan pasien harus hati-hati, agar
selang tidak tercabut. - Perawatan luka operasi secara steril.
Mengonsumsi makanan berserat tinggi seperti sayur, buah, roti, dan sereal gandum
sehari atau dua hari sebelum operasi dilakukan.
Mengonsumsi 6 hingga 8 gelas air putih sehari.
Mengonsumsi obat pencahar untuk membersihkan usus. Obat ini akan memicu diare.
11
Perdarahan
Infeksi
Kerusakan organ dalam
Terbentuknya adhesi (perlengketan) dalam perut
Sumbatan usus atau nyeri perut, yang dapat disebabkan oleh adhesi
Adanya nanah
Jahitan dinding perut terbuka kembali
Adanya lubang di saluran cerna (fistula)
Hernia
Pencegahan Laparatomy
Tanya jawab mengenai riwayat medis, riwayat operasi, obat-obatan, dan kebiasaan
merokok pasien.
Pemeriksaan fisik atau tanda-tanda vital, yaitu pemeriksaan tekanan darah, suhu,
detak jantung, dan frekuensi pernapasan.
Pemeriksaan fisik paru-paru, jantung, abdomen dan organ lainnya juga dapat
dilakukan sesuai dengan indikasi laparotomi.
Melakukan pemeriksaan pencitraan, seperti rontgen, CT Scan, MRI, dan tes darah
pada pasien.
Menjelaskan tentang operasi dan mendiskusikan kemungkinan operasi lanjutan
setelah diagnosis pasien ditegakkan.
Meminta pasien untuk menandatangani formulir persetujuan operasi.
Selain menjalani berbagai pemeriksaan di atas, dokter juga akan menyarankan Anda
untuk:
12
Penanganan Laparatomy
Dokter anestesi akan memberikan anestesi umum atau bius total pada pasien.
Dokter bedah akan membuat sayatan pada kulit dan otot perut, sehingga organ di
dalamnya dapat terlihat dengan jelas. Ukuran sayatan tergantung dari kondisi dan
tindakan yang dilakukan.
Dokter lalu akan melakukan eksplorasi dengan cara memeriksa kondisi organ dengan
teliti.
Ketika masalah pasien dapat didiagnosis, dokter akan menanganinya secara
langsung. Pada beberapa kasus, operasi kedua mungkin diperlukan.
Otot dinding perut dan kulit kemudian ditutup dengan jahitan.
13
Sesudah operasi, Anda akan dipindah ke ruang pemulihan. Di ruangan ini, dokter dan
staf medis akan memantau suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah, dan area luka operasi
Anda. Dokter juga akan memasang selang drainase di lokasi sayatan untuk mengalirkan
cairan. Setelah kondisi Anda stabil, Anda akan dipindah ke ruang perawatan biasa untuk
menjalani rawat inap.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Bagi institusi pendidikan, dapat menjadi bahan masukan khususnya untuk menambah
referensi dalam proses belajar mengajar mengenai pelaksanaan mobilisasi dini
terhadap pemulihan fungsi kandung kemih pada pasien post operasi laparatomi.
Bagi institusi rumah sakit, tindakan mobilisasi dini dalam mempercepat pemulihan
fungsi kandung kemih harus ditingkatkan karena masih terdapat pasien yang tidak
14
15
melakukan mobilisasi dini dan juga dapat menjadi bahan masukan dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan terutama pada pasien post
operasi laparatomi dengan cara melakukan SOP pelaksanaan mobilisasi dini yang
lebih baik lagi dan mewajibkan perawat maupun dokter untuk lebih memperhatikan
dan memotivasi pasien untuk melakukan pelaksanaan mobilisasi dini
Bagi perawat, lebih memperhatikan dan memotivasi pasien post operasi laparatomi
dengan cara perawat harus selalu mengontrol ruangan pasien setiap saat untuk
mengingatkan dan membimbing pasien untuk melakukan pelaksanaan mobilisasi
dini agar meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan sehingga mempercepat
kesembuhan pasien dan hari rawat pasien.
Bagi klien, bahan informasi kepada klien mengenai pentingnya melakukan
mobilisasi dini setelah dilakukan prosedur operasi laparatomi dan dapat menjadikan
mobilisasi dini pada klien post operasi laparatomi sebagai cara untuk meningkatkan
kesembuhan dan kesehatan klien post operasi laparatomi terutama mempercepat
pemulihan fungsi kandung kemih.
DAFTAR PUSTAKA
Flynn, Ë. J. and Waldo, B. (2005) ‘Laparotomi Ilmu Bedah Umum’, pp. 1–8.
McAneny, D. (2019) ‘Batu Empedu’, Surgical Clinics of North America, 88(6), pp. 1273–
1294.
Utami, Ratna Nur, and Khoiriyah Khoiriyah. 2020. “Penurunan Skala Nyeri Akut Pasca
Laparatomi Menggunakan Aromaterapi Lemon.” Ners Muda 1 (1): 23
16