A.PENDAHULUAN
PT Kaldu Sari Nabati Indonesia atau Nabati adalah salah satu kelompok bisnis produk konsumen
di Indonesia, yang didirikan pada tahun 1993. Perusahaan ini terkenal memproduksi makanan
ringan bermerek Nabati dengan varian rasa Richeese dan Richoco.
Pada awal berdirinya pada tahun 1993 dengan nama PT Nabati Jaya Indonesia, Nabati hanya
bergerak di bisnis makanan ringan dengan skala industri rumah tangga. Saat itu, Nabati mulai
memproduksi produk pertamanya, yaitu Nabati Chocolate Coated Wafer. Pada bulan Juni 2007,
Nabati Chocolate Coated Wafer dihentikan dan PT Nabati Jaya Indonesia berganti nama menjadi
PT Kaldu Sari Nabati Indonesia, serta meluncurkan POW Snack 2 Warna (dihentikan 2011),
wafer krim keju Richeese Nabati dan makanan ringan ekstrudat berbentuk roll dan panjang
bernama Nabati Siip. Pada tahun 2008, Nabati meluncurkan enam produk lagi, yaitu Pillow Pow,
Pow Donat, Richeese Ahh, Richeese Rolls, Richoco Wafer Coklat dan Richeese Chocochiz.
Sejak tahun 2008, produk Nabati sudah terdaftar dalam Badan POM secara bertahap. Pada tahun
2009, Nabati meluncurkan makanan ringan dengan selai keju Richeese Bretos, biskuit krim keju
Richeese Bisvit, Richeese Pasta Keju dan minuman serbuk sereal dan susu Richeese Bio. Pada
tahun 2010, Nabati mendapatkan sertifikasi ISO 22000.
Pada bulan Februari 2011, Nabati mendirikan PT Richeese Kuliner Indonesia dan membuka
restoran cepat saji Richeese Factory yang pertama di Paris Van Java Mall, Bandung, lalu
Richeese Eat n' Go pada tahun 2012. Pada tahun 2011, Nabati mulai menjalin hubungan
kerjasama bisnis dengan Nabati Food Pte. Ltd. Singapura sebagai perusahaan distribusi produk
Nabati di luar negeri. Pada tahun 2013, PT Pinus Merah Abadi didirikan sebagai perusahaan
distribusi produk Nabati di Indonesia.
Pada tahun 2015, Nabati meluncurkan produk kukis nastar bernama Nextar Nastar. Pada tahun
2017, Nabati bekerja sama dengan PT Simba Indosnack Makmur (Simba) meluncurkan Simba
Siip Pop Caramel. Sejak tahun 2018, nama merek Richeese dan Richoco kini digunakan sebagai
nama varian rasa untuk Nabati Wafer, Nabati Ahh, Nabati Bisvit Selimut, Nabati Gatito, Nabati
Malkiz, Nabati Rolls, Nabati Siip dan Nabati Time Break.
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Pada tahun 2020, Nabati bekerja sama dengan PT Emina Cheese Indonesia meluncurkan Emina
Richeese Stick. Di tahun yang sama, Nabati melalui PT Nutribev Sinergy Indonesia bekerja
sama dengan PT AJE Indonesia meluncurkan minuman berkarbonasi AMO Cola, AMO Lemon
C dan AMO Melon C, menandai pertama kalinya Nabati memasuki bisnis minuman ringan. Pada
tahun 2021, Nabati melalui PT Nutribev Sinergy Indonesia bekerja sama dengan produsen air
mineral PT Puan Mahar Karya yang berlokasi di Gunung Putri, Bogor meluncurkan AMO Air
Mineral. Pada bulan Maret 2021, Nabati meluncurkan kembali Nabati Chocolate Coated Wafer
Richoco setelah hampir 14 tahun berhenti produksi (sempat diluncurkan kembali pada tahun
2010 dengan nama Richoco Kofer). Pada bulan Agustus 2022, Nabati melalui PT Nutribev
Nabati Indonesia meluncurkan mi instan Richeese dalam varian Mi Goreng Keju dan Ramen
Keju dengan tiga pilihan tingkat kepedasan, yaitu Fire Level 0, Fire Level 3 Extra Hot, dan Fire
Level 5 Ultimate Hot.
Saat ini, Nabati memiliki kantor pusat di Kota Bandung, kantor perwakilan di Pasar Minggu,
Jakarta Selatan dan tiga pabrik, yaitu di Rancaekek (Kabupaten Bandung), Sumedang dan
Majalengka di Jawa Barat.
Adapun penjelasan mengenai tugas dan tanggung jawab Secara Keseluruhan untuk
masing-masing jabatan adalah sebagai berikut :
1. Owner
Adapun tugas dan wewenang dari owner perusahaan adalah sebagai berikut :
2. Commisioners
3. President Director
Adapun tugas dan wewenang dari President Director perusahaan adalah sebagai
berikut :
c. Melakukan hubungan dengan pihak luar baik swasta maupun pemerintah yang
bertujuan untuk kelancaran perusahaan,
4. . Operational Director
5. General Manager
Adapun tugas dan wewenang dari General Manager perusahaan adalah sebagai
berikut :
3.Untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen pengampu mata kuliah pengantar
ekonomi
Adapun jenis laporan atau subpokok yang saya pilih yaitu pengertian investasi,
pengertian investasi menurut para ahli, dan kriteria investasi. Investasi adalah
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
aktivitas penanaman uang atau modal (aset berharga) untuk tujuan memperoleh
keuntungan. Pihak atau orang yang melakukan investasi disebut dengan investor.
Dikutip dari buku 'Dasar-Dasar Manajemen Investasi' karya Nila Firdausi Nuzula
dan Ferina Nurlaily, dalam pengertian lain, investor adalah pihak yang melakukan
investasi dengan membeli aset keuangan dan mengharapkan kenaikan harganya
pada saat ia akan menjual asetnya.
Investasi merupakan kesediaan seseorang mengalokasikan uang atau sumber daya berharga nya
saat ini dan menahannya hingga waktu yang ditentukan agar menerima keuntungan (laba) di
kemudian hari.
Investasi adalah penanaman modal yang biasanya dilakukan dalam jangka panjang, untuk
pengadaan pembelian saham-saham dan surat berharga lain untuk memperoleh keuntungan.
Kriteria investasi
Masalah kriteria investasi menyangkut hal-hal yang mendasari alokasi investasi dengan cara
yang rasional agar memaksimalkan pendapatan nasional yang diperoleh pada suatu
perekonomian. Adapun kriteria-kriteria yang digunakan sebagai ukuran agar investasi yang
ditanamkan di negara tujuan menjadi efektif dan efisien mencapai sasaran akan dipaparkan
sebagai berikut ini (Jhingan, 2000: 636):
Kriteria ini dikemukakan oleh J.J. Polak dan N.S. Buchanan. Logika yang terkandung di
dalamnya adalah bahwa karena modal di negara terbelakang adalah begitu langka maka teknik
yang harus dipilih adalah yang menghasilkan output maksimum per unit modal yang
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
dipergunakan. Dengan kata lain, harus dipilih proyek investasi dengan tingkat putaran modal
yang tinggi. Proyek yang cepat menghasilkan dengan intensitas modal rendah memungkinkan
pemakaian sumber modal langka secepat mungkin untuk kemudian diinvestasikan kembali ke
dalam proyek lainnya. Proyek seperti itu juga memberikan pekerjaan maksimum persumber di
negara terbelakang. Di sini kriteria penyerapan penggunaan modal bergabung dengan kriteria
putaran modal. Menurut Chenery, kriteria ini bermanfaat terutama dalam pemilihan antara
berbagai proyek dalam sektor tertentu.
Kriteria ini dikemukakan pertama kali oleh A.E. Kahn yang kemudian disempurnakan oleh
Hollis Chenery. Kriteria ini didasarkan pada pendekatan produktivitas marginal konvensional.
Semakin banyak modal yang dipergunakan pada suatu proyek dalam kombinasinya dengan
sejumlah input lainnya yang ada maka produk marginalnya pada berbagai pemakian sama.
Tujuannya adalah mengalokasikan sumber investasi yang terbatas dengan cara sedemikian rupa
sehingga memaksimalkan output nasional. Artinya, modal harus dipergunakan pada proyek yang
paling produktif. Kriteria inipun memiliki beberapa kelemahan, antara lain sebagai berikut.
Pertama, produktivitas marginal modal tidak pernah sama karena kemungkinan investasi terlalu
besar atau bahkan terlalu kecil karena alasan-alasan teknis. Kedua, produktivitas marginal modal
dalam berbagai proyek disamakan atas dasar teknologi yang tidak memerlukan pengalokasian
kembali dana yang dapat diinvestasikan. Ketiga, kriteria PMS hanya mempertimbangkan
dampak saat ini.
Kriteria ini dikemukakan oleh Galenson dan Leibenstein pada tahun 1995 yang sering dikenal
sebagai kriteria tingkat surplus atau hasil bagi investasi per kapita marginal. Investasi per kapita
marginal didefinisikan sebagai produktivitas neto per pekerja dikurangi konsumsi per pekerja.
Penekanan dari kriteria ini terletak pada maksimisasi output per kapita dimasa datang daripada
saat ini. Hal ini bisa dimungkinkan apabila tingkat tabungan yang berasal dari pendapatan
dimaksimalkan ke arah penginvestasian kembali. Pendapatan dibagi menjadi upah yang
digunakan untuk konsumsi dan laba untuk tabungan dengan tujuan investasi.
Kriteria ini dikemukakan oleh A.K. Sen yang bertujuan untuk memaksimalkan output dalam
jangka tertentu. Penentuan teknik produksi hendaknya mempertimbangkan unsur waktu agar
menjadi lebih realistis. Suatu negara yang berpenduduk padat kemudian memilih teknik padat
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
tenaga kerja dalam produksinya, sebenarnya secara terselubung lebih mengutamakan saat ini
daripada saat yang akan datang oleh karena itu diperlukan perencanaan jangka panjangnya.
Kelemahan kriteria ini antara lain sebagai berikut ini. Pertama, pengambilan rentang waktu
adalah arbiter sifatnya. Kedua, tidaklah mungkin mendapatkan deret waktu tertentu untuk
kesuluruhan waktu yang akan datang. Ketiga, berubahnya faktor-faktor produksi menyebabkan
ramalan investasi dan output dimasa yang akan datang menjadi keliru (Jhingan, 2000: 644-646).
PT Kaldu Sari Nabati atawa Nabati Group tetap melaju, melanjutkan ekspansi
bisnis meski perekonomian masih lesu.
Produsen makanan ringan Richeese ini bahkan mantap mulai merealisasikan dua
pabrik anyar tahun ini.
Yang pasti, dana investasi akan mereka keluarkan secara bertahap, karena
pembangunan kedua pabrik dilakukan bertahap dalam lima tahun.
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Rancangan kapasitas terpasang pabrik tersebut sebesar 250 ton - 300 ton wafer per
hari. Nabati Group akan memulai pembangunan pada tahun 2016. Kelak saat
pabrik Bandung jadi, Nabati Group berencana mencuil 30% produksi pabrik
Bandung untuk pasar ekspor China. Barulah 70% selebihnya untuk pasar domestik.
Bahan baku lokal Penambahan pabrik tak ayal menuntut pasokan bahan baku yang
makin besar. Nabati Group mengaku tak khawatir karena mayoritas bahan baku
berasal dari dalam negeri.
"Bahan baku yang diimpor 13%, seperti keju dari Eropa," aku Crisitian. Di luar
dua pabrik yang akan dibangun, Nabati Group sudah mengoperasikan dua pabrik,
yakni di Bandung dan Sumedang, Jawa Barat. Lokasi pabrik di Bandung yang
sudah beroperasi, bersebelahan dengan lokasi pabrik anyar yang juga akan mereka
bangun di Kota Kembang itu.
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Sama seperti rencana pembangunan dua pabrik anyar tadi, pembangunan pabrik
Sumedang juga bertahap, sejak lima tahun yang lalu.
Kalau pembangunan rampung, kapasitas produksi akan mencapai 130 ton biskuit
per hari. Nilai investasinya sekitar Rp 3 triliun.
"Tahun ini kami masih merekrut ribuan karyawan, tahun depan akan merekrut
1.500 karyawan," beber Christian. Nabati tak menyebutkan total pendapatan.
Namun, dari pengoperasian 70% lini produksi di pabrik Sumedang saja, mereka
mengaku mencatatkan pendapatan Rp 2 triliun.
PT. Industri Nabati Lestari memiliki tenaga kerja sebanyak 143 orang. Karyawan tersebut ditempatkan
sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Untuk menjalankan kegiatan operasionalnya, Jam kerja di PT.
Industri Nabati Lestari dibagi menjadi shift dan non-shift. Jam kerja shift untuk karyawan produksi dan
petugas keamanan. Sedangkan Jam kerja non-shift untuk karyawan kantor. Karyawan lantai produksi
dan petugas keamanan bekerja selama 6 hari 3 shift untuk hari senin – kamis (8 jam kerja) dan 2 shift
untuk hari jumat – minggu (12 jam kerja) dengan pembagian shift seperti yang ditunjukkan pada Tabel
4.1 berikut.
Sistem pengupahan pada PT. Industri Nabati Lestari adalah upah bulanan berdasarkan dengan jam kerja,
hari kerja, dan kerja lembur. Apabila terdapat pegawai yang bekerja di luar hari kerja maupun melebihi
batas waktu 8 jam, maka pegawai tersebut berhak atas upah lembur yang diberikan perusahaan.
Uraian sistem pengupahan pada PT. Industri Nabati Lestari adalah sebagai berikut:
1. Gaji Pokok untuk pegawai tetap yang diterima setiap bulan dan besarannya sesuai dengan Upah
Minimum Kota (UMK).
2. Pemberian upah karyawan tetap ditetapkan setelah melihat jam kerja, hari kerja, dan jam kerja
lembur. Upah diberikan secara bulanan dan dibayarkan pada setiap akhir bulan.
Sebagai bentuk apresiasi terhadap loyalitas dan kesediaan karyawan berkontribusi dalam serangkaian
aktivitas penunjang produksi PT. Industri Nabati Lestari, disamping memberikan upah yang layak,
perusahaan juga memberikan jaminan sosial dan tunjangan serta berbagai fasilitas kepada
karyawannya. Fasilitas-fasilitas yang diberikan berupa:
1. Upah lembur yang diberikan kepada karyawan yang telah bekerja melebihi jam kerja yang telah
ditetapkan,
2. Bonus / insentif yang diberikan kepada setiap karyawan tetap, yang dipengaruhi oleh pencapaian
tahunan perusahaan,
3. Fasilitas kerja yang diberikan untuk menunjang keselamatan kerja yaitu baju, safety helmet, safety
boot, dan lain sebagainya,
4. Asuransi kesehatan berupa BPJS Kesehatan yang secara khusus menjamin biaya kesehatan atau
perawatan para karyawan ketika jatuh sakit dan mengalami kecelakaan kerja,
5. Jaminan sosial tenaga kerja (JAMSOSTEK) yang diberikan kepada setiap karyawan,
6. Izin libur (cuti) kepada karyawan yang bersifat akumulasi per tahun dan akan hangus/gugur apabila
tidak dipakai selama periode tahunan tersebut,
Sistem informasi yang digunakan oleh PT. Industri Nabati Lestari adalah melalui
komunikasi antar departemen secara langsung seperti pengumuman gaji, dan
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
pekerja yang masuk. Selain itu perusahaan juga menggunakan komputer yang
dilengkapi dengan software pendukung seperti microsoft office, SAP, Impact,
APG, dll, dalam membantu kinerja manajemen perusahaan seperti pembuatan
administrasi perusahaan atau sistem komputerisasi. Sistem komputerisasi
diperusahaan sudah dapat terhubung dengan komputer lain. Dikerenakan
perusahaan ini baru berdiri, jadi untuk sistem informasi yang di berikan masih
belum kompleks dan masih dalam tahap pengembangan.
PT. Industri Nabati Lestari menggunakan struktur organisasi line of staff functional
system. Pada sistem ini, kekuasaan tertinggi berada pada pemegang saham, yaitu
PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dan PT. Perkebunan Nusantara IV.
1. Adanya pembagian tugas yang jelas antara pimpinan, staf, dan pelaksana,
Adapun beberapa kelemahan dari penggunaan struktur organisasi tipe ini, antara
lain:
F.SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan secara online pada Pt. Kaldu sari
nabati maka dapat ditarik kesimpulan. Manajemen Nabati Group mengklaim akan
mengucurkan dana investasi sekitar Rp 6 triliun - Rp 7 triliun. Hitungan mereka,
biaya pembangunan satu pabrik sekitar Rp 3 triliun - Rp 3,5 triliun. Manajemen
Nabati Group tak menerangkan sumber dana investasi mereka. Selain itu Pt kaldu
sari nabati juga akan memproduksi bisvit selimut dan nextar.
G. DAFTAR PUSTAKA
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kaldu_Sari_Nabati
https://luchakamala.wordpress.com/2016/10/16/pt-indofood-cbp-sukses-makmur-
tbk/
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
https://bayusuwandira.blogspot.com/2019_10_27_archive.html?m=1