BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rasa strawberry
Rasa mangga
c. Merk atau nama produk yang dipasarkan yaitu :
Susu Segar Nasional
Yoghurt Nasional
Saat ini untuk memenuhi kebutuhan bahan baku susu murni,
CV. CITA NASIONAL bekerjasama dengan beberapa koperasi yang
bergerak dalam bidang persusuan diantaranya : Koperasi Andini Luhur,
Koperasi Banyumanik, dan Koperasi Cepogo. Sehingga secara tidak
langsung dengan adanya pabrik CV. CITA NASIONAL ini masyarakat
disekitar yang khususnya berprofesi sebagai peternak sapi perah sedikit
terbantu dalam hal pemasaran susu murni.
Dalam hal memasarkan produk ”SUSU SEGAR NASIONAL” dan
“YOGHURT NASIONAL” CV. CITA NASIONAL bekerjasama dengan
pihak pemasaran yang bernama CV. CITA KARSA BERSAMA yang
berkantor pusat di Jakarta. Dengan wilayah pemasaran meliputi kota-kota
seperti : Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Bandung, Surabaya,
Purwokerto, Semarang, Solo, Yogyakarta, Magelang, dan Wonosobo.
Perkembangan pemasaran CV.Cita Nasional pada tahun 2008
sampai 2009 mengalami penurunan yang cukup signifikan sehingga ada
rencana dari pihak Direktur untuk menutup perusahaan tersebut, tetapi
setelah dianalisa permasalahan yang muncul kemudian ditemukan titik
pemecahan masalah, sehingga CV. Cita Nasional bangkit lagi pada awal
tahun 2010 sampai saat ini.
Untuk perkembangan wilayah pemasaran terbagi menjadi beberapa
tahap, antara lain :
- November tahun 2000 : Mulai pemasaran produk di Wilayah Surabaya
- Desember tahun 2000: Pemasaran produk di WilayahYogyakarta dan
Solo
- Februari tahun 2001 : Pemasaran produk di Wilayah Jakarta
- April tahun 2001 : Pemasaran produk di Wilayah Semarang
30
2. Lokasi Perusahaan
Lokasi Perusahaan CV. CITA NASIONAL terletak di Jalan Raya
Salatiga Kopeng Km 5 Desa Sumogawe Kecamatan Getasan Kabupaten
Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Jarak dari perusahaan ke kota Salatiga
5 km. Denah lokasi CV. Cita Nasioanal dapat dilihat pada Lampiran 1,
sedangkan denah pabrik CV. Cita Nasional dapat dilihat pada lampiran 2.
Luas areal perusahaan atau tanah perusahaan ini + 5.000 m2, tapi yang
digunakan untuk bangunan pabrik dan lainnya hanya sekitar + 700 m2.
Adapaun batas-batas perusahaan ini adalah :
a. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Jalan Raya Salatiga-Kopeng dan
pemukiman penduduk.
b. Sebelah Barat : Berbatasan dengan perkebunan rakyat.
c. Sebelah Utara : Berbatasan dengan KUD Getasan
d. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan perkebunan.
Pemilihan lokasi berdirinya pabrik Kecamatan Getasan ini
disebabkan karena Provinsi Jawa Tengah, khususnya Kabupaten Semarang
dan Kabupaten Boyolali merupakan sentral pemasok susu murni yang
cukup besar bagi GKSI pusat di Jakarta maupun perusahaan-perusahaan
pengolahan susu sehingga mudah bagi CV. CITA NASIONAL untuk
mendapatkan suplai akan kebutuhan bahan baku susu murni. Faktor-faktor
penunjang lainnya seperti :
a. Tersedianya tenaga kerja yang cukup
b. Tersedianya air yang cukup di daerah sekitar pabrik
c. Sarana transportasi yang memadai
d. Tersedianya fasilitas listrik
e. Fasilitas komunikasi
31
f. Dan lain-lain
3. Jenis produksi
CV. CITA NASIONAL telah memproduksi berbagai jenis produk
susu, antara lain:
a. Produk susu pasteurisasi, yang meliputi :
Rasa coklat
Rasa strawberry
Rasa moka
Rasa milk jus
Plain/tawar
b. Produk yoghurt, yang meliputi :
Set Yoghurt
Yoghurt Metropolitan dengan berbagai rasa, antara lain :
rasa mangga, strawbery, leci, anggur, moka dan plain
Yoghurt Nasional dengan dua rasa yaitu rasa strawberry dan rasa
mangga
B. Manajemen Perusahaan
Manajemen perusahaan yang akan dibahas pada CV. CITA
NASIONAL meliputi struktur organisasi, tugas dan wewenang, ketenaga-
kerjaan, hak dan kewajiban, serta kesejahteraan karyawan.
32
Nama Jabatan
H. Rudi Kurnia Danu Wijaya Direktur Utama
Fajar Santosa Direktur Pelaksana
Iskandar Mukhlis Plant Manager
Enang Komara Asisten manajer
Heri Hidayat Supervisor QC
Nur Asisten Supervisor QC
Asep Suherman Supervisor Proses
Enang Komara Supervisor Filling & Sealing
Bukhari Asisten Filling & Sealing
Ade Herman Supervisor Mekanik
Anjasmara Supervisor Elektrik
Sumber : CV. Cita Nasional, 2010.
Tabel 4.2. Spesifikasi dan Jumlah Tenaga Kerja di CV. Cita Nasional
c. Kesejahteraan Karyawan
Setiap karyawan di CV. Cita Nasional dilindungi keselamatan
kerja dan kesejahteraan dengan didaftarkan menjadi peserta
JAMSOSTEK. Selain itu perusahaan juga memberikan Tunjangan
Hari Raya (THR). Jumlah saldo susu produksi perusahaan dibagikan
kepada setiap karyawan, sehingga setiap karyawan memperoleh jatah
susu sesuai dengan jumlah saldo yang ada di perusahaan. Perusahaan
juga menyediakan tempat tinggal yang berupa mess, uang lembur
sarana peribadatan, pakaian seragam dan perlengkapan kerja
segar (rasa, warna, dan bau), suhu susu dan berat jenis. Uji kimia yang
dilakukan antara lain uji alkohol, pH, kadar lemak dan total bahan padat.
Susu segar yang tidak sesuai dengan standard kualitas yang
ditetapkan di CV. Cita Nasional maka susu segar tidak akan diterima atau
ditolak. CV. Cita Nasional memiliki standard kualitas susu segar untuk
produksi yoghurt dengan suhu 4-8 0C, berat jenis 1, 0250-1,0256 g/ml, uji
alkohol 74% (-), pH 6,6-6,8 dan kadar lemak 3,3 %. Jika susu segar yang
telah diuji memenuhi persyaratan maka susu segar tersebut akan dialirkan
menuju tangki penampungan atau storage tank yang memeliki kapsitas
20.000 liter. Susu segar sebelum dimasukkan tangki penampungan harus
melewati filter, flow meter dan plate cooler. Filter memiliki fungsi sebagai
penyaring agar tidak terkotaminasi secara fisik yang mungkin dapat masuk
ke dalam susu, flowmeter berfungsi untuk mengukur volume susu yang
diterima dan plate cooler berfungsi untuk mendinginkan susu agar
suhunya + 4 0C, untuk mencegah kerusakan susu.
D. Tipe Yoghurt
Yoghurt yang diproduksi oleh CV. Cita Nasional adalah jenis yoghurt
dengan kadar lemak rendah dan menurut metode pembuatannya termasuk
kedalam jenis ”Set Yoghurt” yaitu pembuatan yoghurt dengan cara menaruh
susu dalam kemasan pada saat dilakukan inkubasi dan ”Stirred Yoghurt” yaitu
susu ditempatkan dalam tangki kemudian diinkubasi dan setelah inkubasi
selesai didinginkan baru dikemas. Hal ini sesuai dengan pendapat
Rahman et al. (1992), yang menyatakan bahwa tipe ”Set Yoghurt” merupakan
cara pembuatan yoghurt dimana pada waktu inkubasi atau fermentasi susu
berada di dalam kemasan kecil dan karakteistik koagulumnya tidak berubah.
Sedangkan ”Stirred Yoghurt” fermentasi susu dilakukan pada tangki atau
wadah yang besar dan setelah inkubasi barulah produk dikemas dalam
kemasan kecil sehingga memungkinkan koagulumnya rusak atau pecah
sebelum pendinginan dan pengemasan selesai.
Yoghurt yang diproduksi oleh CV. Cita Nasional ada yang
diberi ”flavor” buah-buahan dan ada yang tidak diberi “flavor” atau yang
disebut ”plain yoghurt”. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahman et al. (1992)
bahwa berdasarkan flavornya yoghurt dibagi menjadi a) Natural yoghurt
atau ”plain yoghurt” yaitu yoghurt tanpa penambahan ”flavor” lain sehingga
rasa asam sangat tajam, b) ”fruit yoghurt” yaitu yoghurt yang diberi ”flavor”
sintetik dan zat pewarna.
CV. Cita Nasional untuk ”Stirred Yoghurt” memproduksi 2 jenis
yoghurt yaitu “YOGHURT NASIONAL” dan ”YOGHURT
METROPOLITAN”. Perbedaan diantara keduanya yaitu ”Yoghurt Nasional”
tidak menggunakan skim sedangkan ”Yoghurt Metropolitan” menggunakan
skim. ”Yoghurt Nasional” yaitu yoghurt yamg dipasarkan atas nama CV. Cita
Nasional dalam kemasan ”cup” ukuran 150 ml sedangkan ”Yoghurt
Metropolitan” yaitu yoghurt yang dipasarkan kerja sama antara CV. Cita
Nasional dengan CV. Cita Karsa Bersama yang berpusat di Jakarta dalam
kemasan botol plastik 250 ml dan 500 ml.
40
E. Proses Produksi
Alur proses produksi yang dilakukan di CV. Cita Nasional meliputi
beberapa tahap dan dapat dilihat pada Gambar 4.1 dibawah ini :
2. Pengujian Susu
Sebelum susu sampai ditempat penampungan susu, maka pihak
perusahaan selaku penerimaan susu segar melakukan berbagai pengujian
sebelum ke tahap pengolahan susu. Pengujian susu meliputi uji fisikawi,
dan kimiawi. Pada uji kimiawi dan fisikawi dilakukan untuk mengetahui
komposisi kimia air susu dan untuk mengetahui perubahan-perubahan
pada air susu yang bersifat fisik. Uji fisik yang dilakukan antara lain uji
42
organoleptik (warna, bau, rasa), suhu dan berat jenis. Uji kimiawi yang
dilakukan adalah uji alkohol, uji pH, uji kadar lemak, uji lemak nabati, uji
gula (sukrosa) dan uji total bahan padat. Susu yang tidak memenuhi
persyaratan standar kualitas CV. Cita Nasional maka susu tidak diterima
atau ditolak.
Pemeriksaan terhadap susu segar ini untuk menjaga kualitas produk
yang akan dihasilkan nanti. Susu segar yang diterima oleh pihak CV. Cita
Nasional harus memenuhi beberapa standard mutu antara lain rasa, warna
dan bau harus normal, uji alkohol 74 % (-), suhu rata-rata 4-8 0C, berat
jenis rata-rata 1,0250-1,0256 g/ml, pH berkisar antara 6,6-6,8, kadar lemak
3,3 %. Uji tersebut dilakukan di laboratorium sehingga apabila susu yang
diuji tidak memenuhi persyaratan tersebut langsung ditolak. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Hadiwiyoto (1994) bahwa pH susu segar terletak
antara 5,5-8,0 dan Adnan (1984) menambahkan bahwa kadar lemak susu
segar 3,3 %.
3. Pendinginan
Setelah susu segar melewati pengujian mutu dan susu segar yang
diuji ternyata memenuhi persyaratan maka susu tersebut kemudian
dipompa ke alat pendinginan (Plate Cooler). Sebelum masuk ke plate
cooler, susu melewati filter dan flowmeter. Filter ini berfungsi sebagai
penyaring kontaminasi fisik yang mungkin akan masuk ke dalam susu
(Gambar 4.4). Flowmeter berfungsi untuk mengukur volume susu yang
diterima (Gambar 4.5). Plate cooler berfungsi untuk mendinginkan susu
agar suhunya ± 4°C untuk mencegah terjadinya kerusakan pada susu dan
agar susu dapat dipertahankan sampai dua hari (Gambar 4.6). Sesuai
dengan pendapat Gaman dan Sherrington (1994) bahwa pendinginan pada
suhu dibawah 5 0C harus dilakukan secepat mungkin untuk menghambat
tumbuhnya mikrobia dan untuk menginaktifkan bakteri pembusuk.
43
4. Penyimpanan Susu
Setelah air susu didinginkan dalam alat plate cooler selanjutnya susu
tersebut dialirkan ke dalam tangki penampungan (storage tank/ T.301)
melalui pipa-pipa yang saling berhubungan. Susu disimpan dalam tangki
penampungan yang memiliki kapasitas 20.000 liter dengan suhu 4°C.
Fungsi tangki penampungan adalah untuk mempertahankan suhu susu
serta agar susu tidak terkontaminasi dengan kondisi luar. Di dalam storage
tank dilengkapi dengan agitator dengan bentuk pulay seperti bentuk pulay
pada kipas angin yang dipasang di dalam tangki sebanyak dua buah.
Agitator tersebut berfungsi sebagai pengaduk guna menghomogenkan
partikel-partikel lemak susu sehingga tidak terjadi penggumpalan susu.
Susu segar tersebut dihomogenisasi dengan cara diaduk terus-menerus, ini
dilakukan agar komponen susu tidak terpisah sehingga akan memudahkan
dalam pemindahan dari wadah penyimpanan ke proses selanjutnya.
Difilter
Homogenisasi
(± 1300 - 1400 Psi)
dan Pasteurisasi
(Temp. 82 - 85C, 15 detik)
STARTER F2 Diinkubasi
(T 40-42C, 5-6 jam)
Gula, Pewarna
dan Flavour
Diaduk Sampai Homogen
dan Didinginkan
(T 4C, 1 jam)
Difilter
Homogenisasi
(± 1300 - 1400 Psi)
&
Pasteurisasi
(Temp. 82 - 85C, 15 detik)
Diinkubasi
STARTER F2
(T 40-42C, 5-6 jam)
Gula, Pewarna
dan Flavour
Diaduk sampai homogen
&
Didinginkan
(T 4C, 1 jam)
4) Proses Inkubasi
Susu dari alat pasteurisasi mengalir ke tangki inkubasi (”incubation
tank”) yang mempunyai daya tampung 8000 liter, yang sebelumnya sudah
dipanasi terlebih dahulu 25 0C. Penambahan starter F2 sebanyak 2-3 %,
pencampuran dilakukan pada suhu 42 0C sampai 45 0C dan kemudian
diaduk agar tercampur rata. Selanjutnya diinkubasi pada suhu tersebut
selama 5-6 jam hingga mencapai keasaman yang diinginkan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Rahman et al. (1992) bahwa suhu dan waktu inkubasi
harus diperhatikan agar diperoleh keasaman yoghurt yang sesuai.
Bilamana konsentrat kultur beku maka inkubasinya dilakukan pada suhu
45 0C selama 5 jam. Inkubasi yoghurt tersebut sedikit berbeda dengan
pendapat Hadiwiyoto (1983) yang menyatakan pemeraman dikerjakan
pada suhu 37 0C selama kurang lebih 24 jam, suhu pemeraman dapat lebih
tinggi misalnya 43 0C namun waktu yang digunakan adalah 3 jam.
Pemeraman dinyatakan selesai apabila keasaman telah mencapai 0,85-
0,95 % yang dihitung sebagai asam laktat atau pH 4-4,5. Selama
pemeraman akan timbul senyawa asam laktat, asetaldehid, asam asetat,
diasetil dan senyawa yang mudah menguap yamg dihasilkan oleh bakteri-
bakteri starter.
Buckle et al. (1985) adanya kegiatan mikroorganisme yang
menghasilkan asam laktat, dapat menurunkan pH menjadi 4,0 sampai 4,5
tergantung dari aktivitas dan jumlah bakteri asam laktat. Menurut
Rahman et al.(1992) pada yoghurt mulanya Streptococcus thermophilus
yang tumbuh lebih dulu dan akibat aktivitasnya menyebabkan penurunan
pH hingga 5,0-5,5, selanjutnya pH menurun lagi hingga 3,8-4,4 karena
aktivitas Lactobacillus bulgaricus.
54
7) Penyimpanan
Yoghurt yang telah dikemas diletakkan dalam krat, kemudian
disimpan dalam ”box cooler” yang bersuhu antara 4-6 0C dan dapat juga
diletakkan dalam rak penyimpanan yang telah tersedia, penyusunannya
diusahakan tidak terlalu rapat untuk tempat pertukaran udara didalam
ruang itu sendiri.
DIPANASKAN
DALAM PANCI SKIM MILK &
(T sampai 45C) PEKTIN
DIADUK HOMOGEN
DIDINGINKAN
(T 41C) STARTER F2
DISARING
DIKEMAS DALAM
KALENG 2,5 Kg
INKUBASI
(T 42C, 5 jam)
DIDINGINKAN
(T 4C, 1 jam)
Gambar 4.19. Gudang Bahan Pengemas Gambar 4.20. Gudang Bahan Baku
6. Transportasi
CV. Cita Nasional mempunyai beberapa armada transportasi yang
digunakan untuk memperlancar proses pendistribusian, yaitu terdapat
5 truk kontainer yang dilengkapi dengan alat pendingin dan 1 buah mobil
dinas untuk karyawan.
63
G. Produk Akhir
1. Spesifikasi Produk Akhir
Produk akhir yoghurt yang dihasilkan oleh CV. Cita Nasional
mempunyai spesifikasi produk sebagai berikut :
a. Yoghurt Nasional
Nama produk : Yoghurt Nasional rasa Mangga
Netto : 150 ml
Komposisi : susu sapi, gula, Lactobacillus bulgaricus,
aroma mangga, Pewarna Tetazine
Cl 19140, CMC
Pengemas : Cup plastik
Batas kadaluarsa : 1 bulan setelah tanggal produksi (tercantum
ditutup)
Label : informasi gizi
Kondisi penyimpanan : simpan di lemari es
c. Set Yoghurt
Nama produk : Set Yoghurt
Netto : 2,5 liter
Komposisi : Susu, skim milk, pektin TZ-ANZ 4941,
Lactobacillus bulgaricus
Pengemas : Ember kecil
Batas kadaluarsa : 1 bulan setelah tanggal produksi (tercantum
di label)
Label : informasi gizi
Kondisi penyimpanan : simpan di lemari es
H. Pengendalian Mutu
Pengertian mutu menurut Ahza (1969) adalah tingkat keistimewaan, sifat
dan karakter fungsi dan atau ciri yang menunjukkan kesesuaian bahan atau
produk untuk tujuan yang dimaksudkan dan tergantung pada kaitan
permasalahannya sejak bahan diterima, di titik-titik kritis proses
manufacturing atau maksud lain yang menyertainya.
Sistem mutu atau Quality System diterapkan pada industri pangan yang
menghasilkan produk yang dikonsumsi oleh masyarakat luas yang pada
umumnya melibatkan pelaku seperti produsen-pengolah-penyalur-pengecer-
konsumen. Sistem mutu dilakukan untuk menghindari adanya suatu
penyimpangan mutu. Cara untuk menemukan terjadinya suatu penyimpangan
adalah dengan melakukan pemeriksaan dan pengendalian proses terhadap
bahan, peralatan, metode kerja dan kegiatan operasional.
Pengendalian mutu pada CV. Cita Nasional dilakukan oleh bagian
Quality Control (QC) di laboratorium yang bertanggung jawab atas
keseluruhan proses produksi hingga produk akhir yang dihasilkan agar
terjamin kualitasnya.
1. Pengendalian Mutu Bahan Baku dan Bahan Penunjang
Bahan baku adalah bahan-bahan utama yang digunakan dalam
proses produksi, sedangkan bahan penunjang adalah bahan yang
ditambahkan dalam jumlah kecil selama proses, dengan tujuan untuk
membantu proses pengolahan atau untuk memberi karakteristik tertentu
pada makanan. Bahan baku utama dalam pengolahan yoghurt adalah susu
segar, sedangkan bahan baku penunjang yang digunakan adalah pemanis
(gula pasir), susu skim, starter culture, flavour (mangga, strawberry,
lychee, jambu, anggur, sirsak dan mocca) dan pewarna (mangga,
strawberry, lychee, jambu, anggur, sirsak dan mocca).
Pengedalian mutu terhadap bahan baku dan bahn penunjang
merupakan sikap pencegahan terhadap terjadinya kesalahan sedini
mungkin sehingga dapat menjamin produk akhir yang dihasilkan. Proses
produksi tidak akan menghasilkan produk bermutu baik jika bahan baku
67
rasa dan aroma yang lebih mantap. Hal ini sesuiai dengan pendapat
Winarno dan Rahayu (1994) bahwa penambahan flavouring agent
adalah untuk mempertegas rasa dan aroma.
Kualitas flavouring agent harus dapat dijamin kualitasnya, salah
satu caranya adalah dengan melakukan uji organoleptik. Selain itu pad
kemasannya terdapat tanggal kadaluarsa, bila telah mencapai batasnya
maka tidak boleh dipakai lagi. Standar mutu flavouring agent CV. Cita
Nsional dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5. Standar Mutu Flavouring agent pada CV. Cita Nasonal
f. Pewarna
Pewarna adalah cat atau zat warna yang dibuat secara sintetis
atau diperoleh dari ekstrasi suatu cat atau pigmen alami dari tanaman
atau sumber-sumber lain. Pewarna yang dipakai dalam proses
pembuatan yoghurt adalah pewarna merah ”Ponceau 4R”
merk ”Idacol” untuk rasa strawbery. Pewarna ditambahkan untuk
memberikan warna yang khas. Hal ini sesuai dengan pendapat
Winarno dan Rahayu (1994) bahwa pemberian bahan pewarna
bertujuan untuk memberi warna pada makanan yang tidak berwarna.
Standar pewarna pada CV. Cita Nasional berdasarkan pengujian
organoleptik dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Standar Mutu Pewarna pada CV. Cita Nasional
I. Pemasaran
1. Wilayah dan Sistem Pemasaran
Produksi yoghurt pertama kali dipasarkan di Jakarta dan
dipasarkan dalam kemasan ”cup” untuk rasa mangga dan strawberry.
Wilayah pemasaran yoghurt sampai tahun 2010 ini berkembang
dibeberapa kota besar antara lain : Jakarta, Bandung, Surabaya,
Purwokerto, Semarang, Jogjakarta dan Solo. Untuk pemasarannya sendiri
tergantung dari orderan atau pesanan, sehingga setiap hari CV. Cita
78
2. Cara Pendistribusian
Produk yoghurt CV. Cita Nasional dipasarkan dengan
menggunakan krat sebagai media pengangkut dan setiap krat tersebut
berisi 108 ”cup”/krat. Sedangkan untuk kemasan botol volume 500 ml
79
1. Sanitasi Ruangan
Sanitasi ruangan pada CV. Cita Nasional meliputi pembersihan
seluruh ruangan pabrik, baik pada ruangan produksi maupun pada ruangan
pengemasan yang dilakukan sebelum dan sesudah proses. Pembersihan
dilakukan secara fisik, yaitu disikat dan disemprot dengan air bertekanan
dan secara kimia dengan menggunakan tepol dan kaporit. Pembersihan
ruangan dilakukan untuk membersihkan ruangan dari sisa-sisa susu yang
terjatuh di lantai yang dapat menimbulkan bau dan membersihkan ruangan
dari sampah.
2. Sanitasi Peralatan
Sanitasi peralatan produksi dilakukan dengan dua metode, yaitu
Cleaning Out Place (COP) dan Clening In Place (CIP). Sanitasi perlatan
dengan metode COP dilakukan dengan menyikat atau mengelap bagian
luar tangki, sedangkan metode CIP adalah pembersihan alat tanpa
membongkarnya, misal pada bagian pipa dan tangki yang dilewati susu.
Bahan pembersih yang digunakan adalah asam nitrat, caustic soda, air
panas dan air dingin. Proses pembersihan dengan metode CIP biasa
dilakukan setelah proses produksi yoghurt selesai, setelah itu dilakukan
pengecekan dengan menggunakan pH indikator untuk memastikan bahwa
peralatan yang dibersihkan sudah terbebas dari asam atau basa yang
berasal dari bahan pembersih. Sanitasi alat yang dilakukan oleh CV. Cita
Nasional sedah sesuai dengan pendapat Buckle et al. (1985) yang
menyatakan bahwa pencucian yang bersih dan teratur serta desinfeksi atau
sanitasi semua alat pengolahan dan permukaan yang berhubungan dengan
bahan pangan sangat penting untuk menurunkan tingkat pencemaran atau
kontaminasi.
3. Sanitasi Pekerja
Sanitasi pekerja dilakukan dengan memberikan aturan kepada para
pekerja untuk menggunakan peralatan kerja (baju seragam, topi dan sepatu
bot) pada saat bekerja. Pekerja dilarang makan, minum da merokok selama
81
4. Pengolahan Limbah
Penanganan limbah CV. Cita Nasioanal sesuai dengan pendapat
Buckle et al. (1985) yang menyatakan bahwa penanganan limbah terbagi
menjadi dua, yaitu penanganan limbah cair dan limbah padat. Penanganan
limbah cair dilakukan dengan mengalirkan langsung susu yang tumpah di
lantai dengan cara disemprot air ke selokan yang ada pada ruang produksi
yang selanjutnya dialirkan ke sungai. Penanganan limbah padat yang
berupa kardus, plastik, botol-botol dilakukan dengan menjualnya ke
tukang loak yang hasil penjualannnya akan dibagikan kepada karyawan
setiap tahun. Limbah padat yang tidak bernilai akan dibakar pada tempat
khusus yang terletak jauh dari ruang produksi.