Anda di halaman 1dari 4

Rencana Allah Swt Memang Terbaik Bagi Hamba Nya

Cerpen Karangan: Lailatul Nafik Atusholicha

Kategori: Cerpen Pendidikan, Cerpen Perjuangan, Cerpen Remaja

Lolos moderasi pada: 7 January 2022

Ada seorang remaja perempuan bernama Rara. Saat ini, Rara sedang menempuh pendidikan tingkat
SMA. Rara merupakan siswa kelas dua belas di SMAN 11 Surabaya. Tahun ajaran ini merupakan tahun
yang cukup sulit bagi Rara. Rara harus siap untuk melaksanakan berbagai ujian, seperti UNBK, SBMPTN,
Tes masuk kedinasan, dan masih banyak yang lainnya. Selain itu, Rara juga harus bisa menjaga kondisi
tubuhnya, mengingat di tahun ajaran ini, ia akan melaksanakan UNBK (Ujian Nasional Berbasis
Komputer).

Rara adalah seorang murid yang pintar dan rajin. Sehingga, ia berkesempatan untuk mendapat kuota
SNMPTN atau jalur undangan untuk masuk PTN. Ketika Rara melihat pengumuman bahwa ia mendapat
SNMPTN, Rara sangat bahagia. Rara sangat ingin masuk PTN melalui jalur SNMPTN, mengingat ayahnya
sudah tidak bekerja lagi karena sudah pensiun dari pekerjaannya. Ketika, pemilihan PTN dan jurusannya,
Rara dan teman-teman yang lainnya mengalami kendala. Mereka mengalami kendala pada saat akan
mengirim pilihan PTN beserta jurusannya ke pusat. Mereka baru bisa mengirimnya setelah beberapa
jam kemudian. Setelah berhasil mengirim, Rara mendapat kartu peserta SNMPTN.

Beberapa hari telah berlalu, hari ini adalah hari pengumuman kelulusan SNMPTN. Rara sangat tidak
sabar menunggu hasilnya. Setiap hari Rara selalu berdoa agar pengumumannya nanti baik. Ketika
melihat pengumumannya, Rara mendapatkan hasil yang buruk. Ia dinyatakan tidak lulus SNMPTN. Akan
tetapi, Rara masih tidak percaya dengan hasil tersebut. Rara menganggap hasil tersebut palsu dan tidak
benar. Kemudian, Rara bertanya ke teman-temannya mengenai hasil mereka. Ternyata hampir seluruh
teman-temannya mendapatkan hasil yang sama dengan Rara. Hanya beberapa anak saja dari kelasnya
yang mendapat hasil baik. Mendapat hasil yang diluar ekspektasinya, Rara merasa sedih. Rara sedih
karena ia merasa sudah kehilangan kesempatan untuk melanjutkan kuliah tanpa biaya yang besar.
Namun, Rara akhirnya kembali berpikir positif lagi. Rara berpikir mungkin Allah SWT memiliki rencana
yang lebih baik dari ini. Sehingga, Rara perlahan-lahan bisa menerimanya.

Kegagalan dalam seleksi SNMPTN, tidak membuat Rara putus asa. Rara kembali mencoba jalur SBMPTN
atau jalur masuk PTN melalui tes secara nasional. Akan tetapi, Rara kembali mengalami kegagalan untuk
kedua kalinya. Rara tidak lulus masuk PTN melalui jalur SBMPTN tersebut. Namun, Rara masih ingin
mencoba jalur tes masuk kedinasan. Rara ingin masuk STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara). Dimana,
ketika lulus dari STAN, ia akan langsung menjadi PNS. Akan tetapi, Rara kembali lagi mengalami
kegagalan untuk ketiga kalinya. Akhirnya, Rara memutuskan untuk melanjutkan kuliah tahun depan.
Karena untuk tahun ini, sepertinya tidak mungkin untuk Rara melanjutkan ke jenjang kuliah. Rara tidak
ingin masuk kuliah melalui jalur mandiri. Rara tidak ingin membebani orangtuanya dengan biaya kuliah
yang besar.

Melihat Rara yang mengalami kegagalan dalam seleksi masuk PTN, orangtua Rara akhirnya bertanya
kepada Rara. Orangtuanya bertanya mengenai kesungguhan Rara dalam berkuliah. Karena, jika Rara
bersungguh-sungguh, maka orangtuanya akan berusaha untuk mebiayai kuliahnya meskipun melalui
jalur mandiri. Mengingat, hanya Rara satu-satunya anak yang bisa diandalkan untuk bisa lulus menjadi
seorang sarjana. Kemudian, orangtua Rara menyarankan agar Rara berkuliah di UINSA (Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel), dan untuk perihal jurusan, orangtuanya menyerahkan sepenuhnya kepada Rara.
Jika Rara yakin pada satu jurusan, maka orangtuanya akan selalu mendukungnya. Karena Rara adalah
anak yang penurut, akhirnya ia mengikuti saran orangtuanya untuk melanjutkan kuliah di UINSA.

Hari ini adalah hari terakhir pendaftaran jalur mandiri di UINSA. Pagi ini, Rara pamit untuk melakukan
pendaftaran ke bank kepada orangtuanya. Rara berangkan sendiri tanpa ditemani oleh siapapun.
Setelah Rara membayar pendaftaran jalur mandiri di bank, Rara langsung pulang. Sesampainya di
rumah, Rara langsung mengisi data pribadi dan menguplod dokumen yang diperlukan, pemilihan
jurusan, serta jadwal untuk melaksanakan tes mandiri. Sebelum hari pelaksanaan tes, Rara
mempersiapkan dirinya dengan giat belajar dan mencari info apa saja materi yang akan keluar pada tes
mandiri nantinya.

Rara memilih jurusan KPI (Komunikasi Penyiaran Islam) di UINSA. Rara memilih jurusan itu karena, Rara
ingin belajar menjadi seorang yang pandai dalam berkomunikasi. Rara juga menginginkan agar dirinya
menjadi orang yang berani tampil di depan orang banyak ketika masuk di jurusan KPI. Rara juga ingin
merasakan bagaimana rasanya jika bekerja di sebuah perusahaan media penyiaran. Rara ingin
mengetahui bagaiamana sebuah media penyiaran dapat menyajikan sebuah acara yang menarik. Dan
yang paling mendorong Rara untuk masuk di jurusan KPI adalah Rara ingin mejadi seorang penyiar yang
mengisi berbagai acara di beberapa media.

Hari ini adalah hari pelaksanaan tes mandiri di UINSA. Rara berangkat dengan diantar ojek. Tidak lupa,
Rara pamit dan meminta doa kepada kedua orangtuanya. Sesampainya di UINSA, Rara bertanya kepada
satpam yang berjaga mengenai lokasi tes. Setelah menemukan lokasi tes, Rara langsung masuk ke
gedungnya. Karena waktu tes belum dimulai dan peserta dilarang masuk ke ruangan sebelum ujian
dimulai, akhirnya Rara mencoba berkenalan dengan peserta lain. Rara berkenalan dengan dua orang
peserta perempuan, Bernama Kiki dan Ayu. Rara juga mengobrol bersama mereka ketika menunggu
waktu ujian. Kemudian, setelah ujian Rara juga berjanjian dengan Kiki dan Ayu untuk melaksanakan
sholat bersama di masjid UINSA. Rara juga tidak lupa bertukaran nomor telepon dengan Kiki dan Ayu.
Menurut Rara, Kiki dan Ayu adalah teman yang baik. Mereka berdua enak ketika diajak ngobrol. Obrolan
Rara, Kiki dan Ayu mengalir begitu saja, sehingga Rara merasa bahwa sudah berteman lama dengan Kiki
dan Ayu. Tidak lupa juga, mereka bertiga berfoto bersama untuk mengabadikan pertemuan pertama
mereka. Akan tetapi, mereka bertiga harus berpisah. Rara harus segera pulang ke rumahnya. Begitu juga
dengan Ayu dan Kiki.

Pelaksanaan tes tulis mandiri telah selesai, kini Rara hanya menunggu pengumumannya. Jika Rara lulus
dalam tes tulis ini, maka Rara akan melaksanakan tes lisan di kemudian hari. Selama menunggu
pengumuman, Rara selalu giat belajar untuk mempersiapkan tes lisannya nanti jika ia lulus di tes lisan.
Hari pengumuman tes tulis akhirnya tiba. Rara langsung mencari info mengenai pengumuman tes tulis.
Kemudian, Rara mendapat info bahwa pengumuman dapat diakses melalui web resmi UINSA. Rara
langsung mengakses web tersebut dan melihat pengumumannya. Hasil dari pengumuman tersebut
manyatakan bahwa Rara lulus tes tulis dan harus melaksanakan tes lisan keesokan harinya. Mendapat
hasil yang baik, Rara sangat senang. Rara juga tidak lupa memberikan kabar baik tersebut kepada
orangtuanya.

Keesokan harinya, Rara melaksanakan tes lisan di fakultas Dakwah dan Komunikasi. Ketika menunggu
namanya dipanggil, Rara kembali mengajak berkenalan peserta lain. Akan tetapi, Rara merasa bahwa
lawan bicaranya kali ini tidak seasik Ayu dan Kiki. Lawan bicaranya kali ini adalah tipe orang yang sedikit
berbicara. Sehingga, Rara merasa bahwa ia kurang nyaman jika mengobrol dengan orang yang seperti
itu. Akhirnya Rara mencoba berkenalan dengan peserta lainnya lagi. Rara kemudian menemukan
peserta yang enak diajak ngobrol, ia bernama Elok. Selama menunggu, Rara dan elok banyak mengobrol.
Mereka saling bertanya asal tempat tinggal, memilih jurusan apa, asal sekolahnya dulu, dan masih
banyak lagi.

Beberapa menit menunggu, akhirnya Rara dipanggil untuk masuk ke ruangan tes lisan. Perasaan Rara
sangat cemas, gerogi, bahkan ia sampai berkeringat dingin. Penguji bertanya kepada Rara beberapa
pertanyaan. Penguji bertanya nama, asal sekolah, asal daerah. Kemudian, penguji juga menyuruh Rara
untuk membaca al-qur’an, membaca doa sehari-hari, serta menulis salah satu surah pendek. Setelah
menjawab semua pertanyaan dari penguji, akhirnya Rara selesai melaksanakan tes lisan dan diizinkan
keluar ruangan. Sebelum keluar ruangan, tidak lupa Rara bersalaman dengan penguji dan asisten
penguji. Setelah selesai tes lisan, Rara bertemu dengan Kiki terlebih dahulu. Mereka berdua berjanji
akan bertemu di masjid. Mereka berdua saling menceritakan kesan-kesan pada saat melaksanakan tes
lisan.

Beberapa hari setelah tes lisan, akhirnya pengumuman kelulusan tiba. Rara langsung melihat
pengumumannya dan akhirnya Rara dinyatakan lulus dan diterima menjadi mahasiswa UINSA jurusan
KPI. Rara sangat Bahagia, akhirnya keinginannya untuk kuliah bisa terwujud. Rara langsung memberikan
kabar baik tersebut kepada orangtuanya. Ibu Rara sangat senang mendengar anaknya lulus dan bisa
berkuliah di UINSA. Kemudian, ayah Rara terharu ketika mendengar kabar baik bahwa anaknya diterima
di UINSA.

Beberapa bulan menjalani kuliah sebagai mahasiswa UINSA, Rara mendapat informasi mengenai
beasiswa. Salah satunya adalah beasiswa Generasi Emas dari Pemerintah Kota Surabaya. Karena Rara
memenuhi seluruh persyaratan yang dibutuhkan untuk mendaftar beasiswa GENMAS, maka ia
memutuskan untuk mendaftarkan diri. Rara dibantu oleh kakaknya dalam mengumpulkan berbagai
berkas yang dibutuhkan. Setelah semua berkas terkumpul, Rara langsung menyerahkannya ke Dinas
Pendidikan Kota Surabaya. Kemudian, tidak berapa lama datanglah pihak dispendik Kota Surabaya di
rumah Rara untuk melakukan survey. Setelah survey dilakukan, Rara hanya perlu menunggu
pengumuman hasil beasiswa. Beberapa hari menunggu, akhirnya pengumuman beasiswa keluar. Rara
dinyatakan lulus sebagai penerima beasiswa GENMAS. Rara mendapat beasiswa berupa biaya UKT
sampai delapan semester, mendapat uang saku dan uang kebutuhan perkuliahan setiap satu bulan.

Rara benar-benar sangat bersyukur dan bahagia atas apa yang diberikan Allah SWT kepadanya. Pada
awalnya, Rara tidak menyangka bahwa ia akan mendapat beasiswa, bahkan biaya perkuliahan
seluruhnya akan ditanggung oleh beasiswa. Sekarang, Rara tidak lagi membebani orangtuanya dengan
biaya kuliah yang besar. Rara menjadi yakin bahwa rencana Allah SWT memang terbaik bagi hamba-Nya.
Meskipun Rara masuk melalui jalur mandiri yang terkenal dengan biaya besar, namun karena kebesaran
Allah SWT, orangtua Rara tidak perlu mengeluarkan biaya sedikit pun untuk kuliah anaknya tersebut.
Tidak hanya itu, Rara juga menjadi yakin ketika seseorang melakukan sesuatu dengan niat yang baik,
maka pertolongan Allah SWT akan selalu ada di saat yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai