Anda di halaman 1dari 47

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas "ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN UNSUR EKSTRINSIK NOVEL CINTA SUCI
ZAHRANA" dengan tepat waktu.

Dalam penyusunan tugas ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah
membantu penulis diantaranya:

1. Bapak Eka Riyono M.Pd, selaku kepala sekolah MA Al-Djufri.

2. Ibu Nuur Amaliyah Safitri, selaku guru pengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyelesaian tugas ini.

3. Teman-teman sekalian yang telah berpartisipasi dalam pembuatan tugas ini.

Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis
mengharap kritik dan saran dari pembaca terhadap kekurangan atau kesalahan dalam penyusunan tugas
ini. Mudah-mudahan tugas ini dapat memberikan hikmah dan manfaat bagi kita semua.

Pamekasan, 09 Maret 2018

Penulis

Sinopsis Novel "CINTA SUCI ZAHRANA"


Ia bernama Dewi Zahrana. Seorang anak dari keluarga sederhana yang dengan prestasi menulisnya bisa
membawa nama Indonesia ke tingkat dunia. Ayahnya bernama Munajat dan ibunya bernama Nuriyah.
Penghargaan demi penghargaan bergengsi yang ia peroleh ternyata tidak membuat kedua orangtuanya
bangga karena yang menjadi keinginan terbesar kedua orangtuanya adalah Zahrana segera menikah.
Sifat optimsnya dalam menuntut ilmu telah membuatnya lalai bahkan lupa akan kewajibannya untuk
menikah. Sewaktu ia menempuh pendidikan S1 dan S2, lumayan banyak lelaki yang hendak
mempersunting dirinya, namun tak satupun ia terima karena alasan takut kehilangan konsentrasi jika
harus menikah sambil kuliah. Yang menjadi prinsip kuatnya adalah belajar tanpa mengenal batas usia.
Karena itu, ia dijuluki perawan tua.

Kedua orangtuanya selalu mendorong Zahrana untuk segera menikah, mengingat usia mereka yang
mulai menyepuh dikhawatirkan ajal menjemput sebelum menimang cucu dari anak semata wayangnya.
Setelah ia berhasil menyelesaikan pendidikan S2-nya, ia mendapat tawaran untuk menjadi dosen di
Universitas Mangunkarsa, Semarang dan ia mengambil tawaran itu. Berkat karya arsitekturnya, ia
menerima penghargaan dari Tsinghua University. Setelah beberapa hari di China, Pak Sukarman,
seorang dekan di Universitas tempat ia mengajar berniat ingin mempersunting dirinya. Namun beliau
juga ia tolak karena ia paham betul siapa Pak Sukarman. Melihat tampilan luar Sukarman, orangtuanya
semakin heran dengan tipe lelaki yang menjadi idamannya. Pasca penolakannya terhadap pinangan Pak
Karman, ia mengajukan surat pengunduran diri dari Universitas Mangunkarsa, Semarang. Ia kemudian
mengajar di STM Al-Fatah.

Meskipun sudah lepas dari Universitas Mangunkarsa, ia tetap saja mendapat teror pedas dari
Sukarman. Bahkan di malam pernikahannya pun ia mendapat kabar yang tidak pernah diinginkan
sebelumnya, calon suaminya meninggal dan kemudian disusul oleh kematian ayahnya. Setelah sekian
lama menderita, ia pun menerima kebahagiaan yang luar biasa. Ia dipinang oleh seorang lelaki bernama
Hasan, yang tak lain adalah seorang mahasiswanya dulu di Universitas Mangunkarsa, Semarang.
Kemudian Zahrana dan Hasan menikah dan hidup bahagia. Dan kini, lunturlah julukan "perawan tua"
yang selama ini sering menjatuhkannya.

Analisis Novel

I. Unsur Intrinsik
1. Tema : Optimisme yang Tinggi

- Analisis

Zahrana adalah anak tunggal dari Bapak Munajat dan Ibu Nuriyah. Sejak kecil ia sudah banyak
mengukir prestasi dibidang akademik. Berkat semangatnya, ia berhasil membawa nama baik Indonesia
ke tingkat dunia. Rasa semangat dalam menuntut ilmu telah membuatnya tuli dengan gunjingan
tetangga-tetangga dekatnya yang menjulukinya sebagai perawan tua.

- Pembuktian I

"Saya katakan anak itu mementingkan dirinya sendiri, kesenangannya sendiri. Yang ia pikirkan
bagaimana meraih penghargaan ini, gelar ini dan itu, mengisi seminar ini dan itu. Itu saja yang ia
pikirkan. Dia tidak pernah mikir kedua orangtuanya tak lama lagi akan mati. Kami sudah tua. Dan dia
masih lajang saja, tidak juga berumah tangga. Berkali-kali dilamar orang tak satu pun yang ia terima.
Sekarang dia sudah tua, tak ada yang datang lagi padanya. Orang-orang banyak yang sudah
menggunjingnya sebagai perawan tua. Beberapa kali kami ingatkan itu, ia malah bilang, 'Bapak dan Ibu
ndak usah mikir omongan orang. Yang terpenting Zahrana tahu apa yang harus Zahrana lakukan dan
Zahrana bahagia.' Kita ini hidup kan bermasyarakat bagaimana mungkin tidak memerhatikan omongan
orang." Jelas Bu Nuriyah panjang lebar.

- Analisis I

Zahrana sangat bersemangat mengejar pendidikannya, ia selalu memikirkan tentang bagaimana


agar ia bisa melanjutkan pendidikan sesuai dengan yang ia harapkan. Ia tidak peduli dengan umurnya
yang hampir memasuki kepala empat. Masukan dari orang-orang terdekatnya yang menganjurkannya
agar segera menikah tak berhasil mematahkan semangat dan niatnya untuk melanjutkan pendidikannya.

- Pembuktian II

Seketika Zahrana menekuri dirinya. Ia sama sekali tidak berpikiran sampai ke sana. Ia terlalu sibuk
mengejar prestasi ilmiah. Ia terlalu fokus untuk karir akademik. Ia terlalu kencang memakai nasihat
Robert J. McKain agar hanya mencurahkan perhatian pada hal-hal yang utama, hal-hal yang paling
penting untuk apa yang hendak ia raih. Karena alasan kebanyakan sasaran tidak tercapai adalah
hilangnya waktu untuk mengerjakan hal-hal yang sekunder. Selama ini ia merasa menikah bukanlah
yanv harus didahulukan. Masih dalam kategori sekunder.

- Analisis II

Rasa semangat dalam belajar dan berkarir telah membuat Zahrana tuli dengan nasihat orangtua
dan sahabatnya yang selalu memaksanya untuk menikah terlebih dahulu. Menurutnya, menikah adalah
suatu kebutuhan sekunder yang tidak harus diutamakan. Baginya mengejar karir dan melanjutkan
pendidikan adalah hal yang harus diutamakan.

- Penjelas
Merujuk pada kalimat 'Ia terlalu fokus untuk karir akademik', terlihat sekali bahwa tokoh Zahrana
dalam novel tersebut memiliki jiwa optimisme yang sangat tinggi. Zahrana sangat bersemangat dalam
menuntut ilmu, sampai ia lalai dengan kewajibannya sebagai wanita dewasa, yaitu menikah.

2. Tokoh dan Penokohan

- Tokoh

1. Protagonis

a. Zahrana

Zahrana adalah seorang dosen di Universitas Mangunkarsa, Semarang. Ia merupakan satu-


satunya dosen Universitas Mangunkarsa yang bisa membawa nama baik kampus ke tingkat
Internasional. Ia selalu melakukan yang terbaik dalam mendidik mahasiswanya. Karena baginya, bisa
membuat mahasiswanya lebih berhasil darinya adalah suatu pencapaian yang besar.

- Pembuktian I

Diam-diam Zahrana iri pada Nina an Hasan yang tampak serasi. Ia mendoakan kedua orang
mahasiswanya itu lulus dengan baik, sukses, dan bisa segera menikah. Ia pernah berbicara pada Nina
agar segera saja menikah dengan Hasan, tapi gadis itu malah tertawa dan hanya menjawab
konsentrasinya adalah kuliah dulu. Dan dia mengatakan Hasan hanyalah seorang teman. Tetapi Zahrana
melihat Nina dan Hasan seperti lebih dari sekadar teman biasa, dan ia sudah mengingatkan agar segera
menikah saja jika sudah dekat seperti itu agar semuanya baik, selamat dan aman. Nina saat itu
menjawab, "Nina jamin inteaksi kami aman dari sudut apa pun Bu. Nina jamin."

- Analisis I

Sebagai seorang dosen, Zahrana selalu mendoakan yang terbaik untuk semua mahasiswanya.
Ia juga selalu berusaha mendidik mahasiswanya, dengan harapan mahasiswa-mahasiswanya bisa lebih
berhasil dari dirinya.

- Pembuktian I

Tak lama setelah itu Lina mengabarkan hendak menikah. Yang ia agak kaget, Lina akan
menikah dengan Mas Andi. Ia sangat bahagia mendengarnya. Dua hari penuh ia sediakan waktu untuk
ikut bantu-bantu di rumah Lina.

- Analisis II

Zahrana termasuk wanita tangguh. Ia tetap baik dan rela meluangkan waktunya untuk
sekedar membantu mempersiapkan acara pernikahan sahabatnya. Padahal ia tahu, calon pendamping
sahabatnya adalah seorang pria yang pernah ditawarkan kepadanya.

b. Pak Munajat
Pak munajat merupakan ayah dari Zahrana. Ia adalah ayah yang baik. Ia selalu mendukung
keberhasilan anak semata wayangnya. Namun terkadang ia bersikap dingin karena ingin menyadarkan
anaknya bahwa selain belajar, ada hal yang sama pentingnya dengan belajar, yaitu berumah tangga.

- Pembuktian I

"Nduk selama ini ayah dan ibu sudah ngalah. Mengikuti semua keinginanmu. Kami ingin
kamu ke pesantren, kamu ingin ke SMA, kami ngalah. Kami ingin kamu lanjut ke IKIP di sini saja, biar
tidak jauh dari kami berdua. Kamu ngotot kuliah di UGM Jogja meninggalkan kami, kami ngalah. Kami
ingin kamu bahagia, kalau kamu bahagia maka kami bahagia. Mesikpun mungkin kamu lihat bapakmu
mungkin diam saja sama kamu. Tetapi sesungguhnya siang malam bapakmu ini selalu mendoakan kamu.
Kamu adalah harta kami yang paling mahal. Kami ingin kamu ada di dekat kami. Kamu anak kami satu-
satunya. Kalau kamu ngajar di Jogja, itu artinya kamu meninggalkan kami. Apa kamu tega meninggalkan
ibumu yang kini sudah beranjak tua Nduk? Kalau kamu tetap ngotot ingin mengajar di Jogja, itu artinya
kamu sendiri yang minta kami agar kami mengikhlaskan kamu, seolah-olah kami tidak memiliki anak lagi.
Kami tidak bisa melarang, kamu sudah dewasa, bisa mikir dan menentukan langkah kamu. Hanya ya
inilah kenyataannya."

Kalimat ayahnya itu menusuk kesadarannya. Ia terhenyak sesaat. Kalimat ayahnya terasa
mengiris dadanya. "Kalau kamu tetap ngotot ingin mengajar di Jogja, itu artinya kamu sendiri yang minta
kami agar kami mengikhlaskan kamu, seolah-olah kami tidak memiliki anak lagi." Itu bahasa halus,
bahwa ayah dan ibunya tidak akan menganggap dirinya sebagai anak lagi jika nekat mengajar di Jogja.
Sangat halus tapi tajam, tajam tapi halus. Tetapi entah kenapa ia tidak bisa berdalih an berdalil apa-apa
kali ini. Ia sama sekali tidak punya alasan yang kuat seperti sebelum-sebelumnya.

- Analisis I

Dibalik sikap dingin yang ia lakukan pada Zahrana, ternyata Pak Munajat menyimpan rasa
sayang yang mendalam pada anak semata wayangnya. Sikap dingin itu ia tunjukkan semata-mata untuk
menyadarkan putrinya akan usianya yang tak muda lagi.

- Pembuktian II

Dan satu lagi, ayahnya dipercaya untuk mengurusi mushalla di dekat situ. Ayahnya begitu
cinta dengan mushalla yang tidak berukuran besar itu. Dengan berat hati, ia memutuskan untuk tidak
mengambil tawaran langka itu. Dekan dan para dosennya berusaha membujuknya dan memikirkan baik-
baik peluang emas ini, tetapi ia lebih memilih membahagiakan kedua orangtuanya dari pada asyik
dengan lebahagiaannya sendiri. Ia berharap Allah akan memberikan gantinya yang lebih baik.

- Analisis II

Pak Munajat adalah orang yang agamis, dengan penuh keikhlasan ia rawat mushalla
sederhana di dekat rumahnya. Rasa cintanya pada mushalla itu ia buktikan dengan rutinitasnya, yaitu
solat berjamaah lima waktu.
c. Bu Nuriyah

Sebagai seorang ibu yang ridhonya selalu dirindukan seorang anak dalam melangkah meraih
masa depan, beliau selalu berdoa dan mendukung keinginan anaknya. Beliau berharap anaknya menjadi
orang yang berhasil dan membanggakan hati kedua orangtuanya.

- Pembuktian I

Lina tersenyum lalu melangkah menuju mobilnya. Hujan telah reda. Bu Nuriyah memandang
gadis berjilbab itu dengan mata berkaca-kaca, berharap seandainya Zahrana seperti Lina yang sudah
berkeluarga dan memiliki tiga anak yang menyejukkan jiwa. Perempuan tua itu lirih berdoa semoga
anaknya Zahrana diberi keselamatan, dimudahkan urusannya dan dibukakan hatinya untuk segera
membina rumah tangga.

- Analisis I

Sebagai seorang ibu, Bu Nuriyah selalu berharap yang terbaik untuk kehidupan Zahrana.
Beliau tak pernah lelah memberi perhatian pada Zahrana melalui Lina.

- Pembuktian II

"Kalau bisa Nduk, senangkanlah hati Bapakmu."

Zahrana tertegun sesaat, tidak bisa menanggapi ucapan ibunya. Bu Nuriyah memegang
tangan Zahrana.

"Senangkanlah hati Bapakmu. Kalau bisa penuhilah permintaan dia. Kau anaknya satu-
satunya, orang yang sangat dikasihinya selain ibu."

- Analisis II

Bu Nuriyah selalu membujuk Zahrana untuk memenuhi apa yang bisa membuat ayahnya
bahagia, yaitu menikah. Mengingat usia ayahnya yang sudah menua, ibunya berharap agar Zahrana bisa
membahagiakan ayahnya sebelum ajal menjemput.

2. Antagonis

a. Pak Sukarman

Pak Sukarman selaku dekan di Universitas Mangunkarsa Semarang terkadang memanfaatkan


kedudukannya dengan semena-mena. Ia melakukan hal-hal di luar dugaan terhadap para dosen dan
mahasiswa yang berani melanggar kemauannya.

- Pembuktian I

Sudah menjadi rahasia umum kalau Pak Sukarman suka main perempuan. Para dosen
semuanya tahu. Juga Bu Merlin. Polisi yang bertugas di kampus ia pernah menangkap basah Pak
Sukarman di sebuah hotel remang-remang di daerah Ungaran. Pak Sukarman tidak diproses hukum dan
khususnya ditutupi karena ia memberi uang tutup mulut pada komandannya dan seluruh personel yang
menggerebek.

- Analisis I

Di balik gelar hajinya, Pak Sukarman memiliki perilaku bejat. Di belakang istrinya, ternyata ia
suka bermain wanita.

- Pembuktian II

Beberapa hari setelah itu teman-temannya berdatangan mengucapkan bela sungkawa. Juga
teman-teman dosen Fakultas Teknik. Hampir semuanya datang. Termasuk Bu Merlin dan Pak Karman.
Zahrana sangat kaget ketika Pak Karman datang. Di hadapan Zahrana Pak Karman berkata pelan sekali,

"Saya ikut berduka. Semoga almarhum berdua diterima di sisi-Nya. Saya berharap semoga
gaun pengantinmu benar-benar telah kau kembalikan ke Solo!"

Zahrana tersentak. Kata-kata Pak Karman bagai aliran listrik yang menyengat. Kata-kata itu
menguatkan keyakinannya bahwa yang menterornya selama ini adalah Pak Karman. Dan bagaimana bisa
Pak Karman tahu ia membeli gaun pengantin itu dari Solo.

- Analisis II

Bukan ucapan bela sungkawa yang dilontarkan Pak Sukarman ketika menjenguk Zahrana yang
sedang tertimpa musibah, akan tetapi Pak Karman malah tertawa di atas penderitaan Zahrana. Dan hal
itu membuat Zahrana semakin tertekan.

3. Tritagonis

a. Lina

Sebagai seorang sahabat, Lina selalu mendukung impian Zahrana. Namun ia selalu
menyarankan Zahrana untuk menikah terlebih dahulu, karena itu merupakan impian kedua orangtua
Zahrana. Mengingat optimisme Zahrana yang terlalu tinggi dalam menuntut ilmu.

- Pembuktian I

Saking baiknya, sahabatnya itu setelah menikah diam-diam telah memikirkan seseorang
untuk dijodohkan dengannya. Ia jadi ingat bagaimana Lina begitu bersemangat hendak menikahkan
dirinya dengan seseorang yang ia juga mengenalnya. Orang itu adalah Mas Andi, kakak sepupunya Lina
yang bekerja di kantor Telkom Semarang. Lina menjamin Andi orangnya saleh dan baik. Tanpa
diberitahu Lina ia tahu siapa Mas Andi. Sebab sebelum kerja di Telkom Mas Andi sering mengisi acara
rohis di SMA-nya. Mas Andi juga sering diundang mengisi acara out bound OSIS. Mas Andi pernah
nyantri di Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak sambil sekolah di SMP disana, lalu melanjutkan ke
SMA Negeri di Solo dan selesai S1 Teknik Industri UNDIP.
- Analisis I

Lina sangat perhatian terhadap kehidupan Zahrana. Hingga masalah jodohpun Lina
membantu mencarikannya, walaupun beberapa kali calon yang ia bawa ditolak oleh Zahrana karena
alasan tertentu, ia tak pernah berputus asa.

- Pembuktian II

"Rana jika kau ingin lanjut S3 aku adalah orang pertama yang mendukungmu." Kata Lina.
Zahrana terkejut mendengar kata-kata Lina.

"Benarkah Lin?"

"Ya benar. Saya pun sekarang sedang daftar mau S2, dan nanti saya juga mau S3. Nabi
kita meminta ummatnya untuk menuntut ilmu, untuk terus menambah ilmu. Laki-laki dan perempuan
mendapat anjuran yang sama. Mendapat dorongan yang sama. Maka aku adalah orang yang pertama
mendukungmu jika kau mau kuliah lagi. Tapi aku adalah orang pertama yang kecewa padamu kalau
sampai kau mengecewakan kedua orangtuamu. Coba kau pikir juga, kalau kau sampai meraih gelar
doktor terus kamu tidak punya prestasi membina keluarga, kau bisa mengajar mahasiswa tapi kau tidak
terbukti bisa mendidik anak, lebih memprihatinkan lagi kalau kau punya anak saja tidak, kurasa kau tidak
layak berbangga. Kau belum terlambat untuk berprestasi secara akademik dan berprestasi juga
melahirkan generasi penerusmu. Dengan begitu kau juga berprestasi bisa membahagiakan kedua
orangtuamu.

- Analisis II

Selain kedua orangtua Zahrana, Lina adalah salah satu orang yang selalu memberi perhatian
kepada Zahrana untuk segera menikah. Namun Zahrana tetap bersikeras ingin melanjutkan
pendidixkannya.

b. Bu Merlin

Bu Merlin adalah Pembantu Dekan I di Universitas Mangunkarsa, Semarang. Ia juga


merupakan alat yang digunakan Pak Sukarman untuk menjalankan misinya, yaitu melamar Zahrana.
Namun ia paham betul siapa Pak Sukarman. Kemudian ia menyelamatkan Zahrana.

- Pembuktian I

"Tolong Bu Merlin yang menemui orangtua Zahrana. Sampaikan lamaranku kepada


mereka. Jika mereka mengizinkan maka aku akan melamar langsung saat Zahrana pulang dari Surabaya.
Itu kan batas waktu yang diberikan Zahrana. Begitu Zahrana sampai rumah kita pun datang. Maka dia
todak akan ada jawaban lain kecuali mengiyakan. Mau kan Bu, menolong saya?" Saat mengucapkan
kalimat terakhir lelaki setengah baya itu sambil memelas. Wajahnya jadi lucu.

- Analisis I
Selaku bawahan, Bu Merlin hanya bisa manut ketika atasannya memerintahkan agar ia
menemui orang tua Zahrana. Ia cukup sportif dalam hal ini, ia menjalanakan tugas dari Pak Sukarman
tanpa mempengaruhi kedua orangtua Zahrana.

- Pembuktian II

"Apa Bu? Mundur?" Jawab Zahrana dengan nada kaget.

"Iya Zahrana. Sebaiknya kau mengundurkan diri saja. Itu saranku sebagai orang yang
sangat paham peta politik di kampus."

"Tidak bu. Jika terjadi ketidakadilan, akan saya lawan sampai titik darah penghabisan!"

- Analisis II

Bu Merlin sangat menyayangi Zahrana. Ia berusaha menyelamatkan Zahrana dari ancaman


Pak Sukarman. Ia tidak tega ketika harus melihat Zahrana tersakiti karena emosi yang sudah tak
terkendali dalam diri Pak Sukarman.

c. Hasan

Hasan merupakan salah satu mahasiswa di Universitas Mangunkarsa, Semarang. Ia juga


mahasiswa yang tugas akhirnya dibimbing langsung oleh Zahrana. Tanpa disangka ternyata Hasan
menaruh hati kepada Zahrana. Ia kemudian melamar Zahrana.

- Pembuktian I

Yang masih sering datang adalah mahasiswanya yang bernama Hasan. Tugas akhir Hasan
memang di baeah bimbinannya. Namun setelah ia keluar, tugas pembimbingan diambil alih oleh Bu
Merlin. Tetapi Bu Merlin memberi ruang bagi Hasan jika mau berkonsultasi pada Zahrana. Apa yang
sudah disarankan Zahrana selalu disetujui oleh Bu Merlin. Hasan dan teman-temannya jadi tetap suka
datang untuk konsultasi dan meminjam refrensi pada Zahrana. Dan Zahrana pun merasa senang dengan
kedatangannya mereka. Ia merasa mereka seperti adiknya sendiri.

- Analisis I

Hasan berhasil menjadi penghibur dikala Zahrana dalam kegamangan. Kunjungannya ke


rumah Zahrana yang hanya sekedar untuk mempererat silaturahmi telah mampu menjadi hiburqn
tersrndiri bagi Zahrana.

- Pembuktian II

Suara di hand phone Zahrana lalu berubah,

"Bu Zahrana ini Hasan. Saya setuju dengan syarat ibu. Ibu siapkan wali dan saksinya saya
akan siapkan maharnya an penghulunya. Kami sekeluarga insya Allah berangkat sekarang, dan kami
shalat Isya di masjid dekat rumah ibu."
"Kau serius Hasan?"

"Iya Bu."

"Kau bisa mencintaiku?"

"Iya Bu."

"Kalau begitu jangan lagi kau panggil aku Ibu. Panggil aku, Dik. Dik Zahrana. Coba kau bisa
nggak?"

Zahrana merasa tak perlu malu.

"Saya coba...Dik Zarana, tunggu aku di masjid."

Mata Zahrana berkaca-kaca mendengarnya. Ribuan hamdalah menyesak dalam dada.

"Te...terima kasih. Kita bertemu di masjid, insya Allah."

- Analisis II

Hasan dapat dikatakan sebagai pahlawan yang bisa mengubah duka yang dialami Zahrana. Ia
mampu membangkitkan semangat hidup Zahrana. Pinangannya terhadap Zahrana telah berhasil
membuat Zahrana melupakan pedih yang dirasakannya setelah kematian calon suaminya yang
kemudian disusul dengan kematian ayahnya.

d. Nina

Nina adalah adik bungsu dari ayah Hasan. Ia selalu menjaga dan membatu Hasan dalam
penyelesaian tugas akhir Hasan. Ia juga selalu menyemangati Hasan.

Pembuktian I

Ia bahagia, Nina langsung menikah begitu selesai S2. Tapi sedikit kecewa karena Nna tidak menikah
dengan Hasan. Seperti yang ia idealkan. Belakangan ia tahu kalau ia salah sangka setelah diberi tahu
Hasan. Nina itu ternyata adik ayahnya Hasan yang paling bungsu. Semestinya Hasan memanggil dia Bibi.
Tapi karena Hasan lebih tua usianya malah sering dipanggil Mas oleh Nina. Hasan cerita Nina orangnya
memang kocak. Bahkan sering ngaku pacar Hasan, yang katanya untuk menjaga Hasan agar tidak digoda
gadis-gadis yang jahil.

Analisis

Sebagai seorang bibi, Nina selalu menjaga dan mengarahkan Hasan ke arah yang lebih baik. Selain itu, ia
juga selalu memberi semangat kepada Hasan.

e. Rahman
Rahman adalah seorang penjual kerupuk keliling sekaligus seseorang yang menjadi salah satu sumber
kebahagiaan Zahrana.

Pembuktian

Akhirnya Rahmad juga menyatakan cocok. Jadilah dua keluarga itu cocok. Saat musyawarah dua
keluarga itu, Zahrana mengutarakan keinginannya untuk mempercepat pernikahannyan. Usul Zahrana
diterima dengan penuh semangat oleh dua keluarga

Analisis

Rahmad bersedia menikah dengan Zahrana setelah mengetahui bahwa Zahrana tidak memandang
status sosialnya. Kebahagiaan Zahrana kembali muncul oleh kehadiran Hasan.

- Penokohan

1. Zahrana

1.1 Analitik

¤ Cantik

Zahrana merupakan tokoh yang cantik jelita. Kecantikan parasnya membuat semua orang
terkesima melihatnya. Hal ini tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi semua orang untuk mendekatinya.
Namun di usia produktifnya ia memilih untuk terus menempuh pendidikan dan tidak begitu
menghiraukan kewajibannya yang lain, yaitu menikah.

- Pembuktian I

Baru kali ini ia mendapat SMS yang begitu panjang dari Pak Sukarman, dekannya di Fakultas
Teknik. Ia bisa menerima SMS itu, tetapi ia merasa kurang nyaman ketika beberapa kali Pak Sukarman
memanggilnya dengan : Bu Zahrana yang cantik. Ia merasakan ada aroma rayuan gombal di sana. Ia
malah merasa itu seprti pelecehan bukan pujian. Ia lebih suka dipanggil Bu Zahrana saja, atau Bu
Zahrana yang saya hormati akan terasa lebih elegan.

- Analisis I

Pak Sukarman diam-diam menyukai Zahrana. Ia terpesona dengan kecantikan paras Zahrana.
Bukan hanya Pak Sukarman saja yang terpesona dengan paras cantik Zahrana akan tetapi pak Didik,
rekan kerja Zahrana di Universitas Mangunkarsa juga menyukainya.

- Pembuktian II
Dengan sangat mantap, Zahrana melangkah ke podium. Tangan kanannya memegang piala.
Tangan kirinya memegang podium. Zahrana tampak anggun dan berwibawa dalam balutan hijab putih,
bawahan putih dan jas berwarna merah marun. Hadirin diam ingin mendengarkan kalimat-kalimat yang
diucapkan Zahrana. Ruangan auditorium itu hening. Dengan bahasa Inggris yang fasih, Zahrana mulai
pidatonya.

- Analisis II

Kecantikan paras Zahrana yang juga ditopang dengan kehebatannya dalam bidang arsitektur
telah membuat orang lain terpukau melihatnya. Di masa mudanya, banyak sekali pemuda yang datang
untuk melamarnya, namun ia tetap berpegang teguhvpada pendiriannya dan memilih melanjutkan
pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi.

1.2 Dramatik

a) Melalui penggambaran tempat tinggal atau lingkungan tokoh

- Menyukai keindahan

Baru beberapa bagian saja, Zahrana harus mengakui keindahan kampus lama Tsinghua
University. Bangunan-bangunan klasik China masih dipertahankan dan dirawat dengan cantik. Salah satu
bangunan yang memesona dirinya adalah Grand Auditoriumnya. Arsitekturnya bergaya campuran
Yunani dan Romawi. Beratap bulat. Memiliki empat pilar marmer putih. Dindingnya berwarna merah
kecoklatan. Bangunan itu tampak berwibawa sekaligus menggemaskan. Perpaduan antara kemegahan,
keanggunan, keindahan dan sekaligus kesederhanaan.

Analisis

Zahrana sangat termotivasi dengan keindahan bangunan-bangunan yanv ada di China.


Sebagai seorang arsitek ia sangat kagum dengan karya-karya arsitek jaman dulu.

b) Melalui percakapan tokoh atau tokoh lain

- Tegas

"Nin, kamu tanya dulu apa beliau ada waktu nerima aku." Kata pemuda itu sambil berjalan.

"Ayolah San, Bu Rana itu orangnya baik. Bu Rana memeng dikenal dosen yang tegas.
Bahkan ada yang menganggap dosen killer. Tetapi setegas-tegasnya Bu Rana dia tidak akan gigit Hasan.
Apalah!"

"Kamu ini Nin. Ya pastilah. Masak Bu Rana menggigit. Memangnya anjing galak." Jawab
pemuda itu. Nina tertawa ngikik mendengarnya.

Analisis
Sikap tegas Zahrana sudah sangat terkenal, baik di kalangan dosen maupun para
mahasiswanya. Hal itu membuatnya disegani banyak orang. Tak banyak yang bisa bergaul bebas
dengannya.

c) Melalui pikiran tokoh atau tokoh lain

- Egois

Seketika Zahrana menekuri dirinya. Ia sama sekali tidak berpikiran sampai ke sana. Ia terlalu
sibuk mengejar prestasi ilmiah. Ia terlalu fokus untuk karir akademik. Ia terlalu kencang memakai nasihat
Robert J. McKain agar hanya mencurahkan perhatian pada hal-hal yang utama, hal-hal yang paling
penting untuk apa yang hendak ia raih. Karena alasan kebanyakan sasaran tidak tercapai adalah
hilangnya waktu untuk mengerjakan hal-hal yang sekunder. Selama ini ia merasa menikah bukanlah
yanv harus didahulukan. Masih dalam kategori sekunder.

- Analisis

Zahrana tergolong egois dalam mengambil keputusan. Ia cenderung tidak memikirkan


dampak yang akan ia peroleh karena keputusannya.

d) Melalui perbuatan atau tingkah laku tokoh

- Agamis

Selesai sahur Zahrana membaca Al-Quran sementara ibunya shalat. Begitu azan subuh
berkumandang mereka berdua pergi ke masjid. Selain untuk shalat subuh berjamaah mereka juga ingin
mendengarkan Kuliah Subuh yang diadakan selama Bulan Suci Ramadhan.

Analisis

Zahrana hidup di tengah-tengah orang-orang yang agamis, sehingga ia berhasil tumbuh


menjadi seorang perempuan yang agamis. Ia hampir selalu menghadiri setiap acara pengajian yang ada
di kampungnya.

2. Pak Munajat

2.1 Analitik

¤ Tua

Di masa tuanya Pak Munajat lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Setelah di PHK ia
hanya mengisi waktu luangnya dengan mengabdikan dirinya di mushalla sederhana dekat rumahnya.

Pembuktian I

Ayahnya saat itu sudah tua. Masih aktif kerja sebagai pesuruh di sebuah kantor kelurahan di
daerah Semarang Atas. Sudah menjelang pensiun. Suatu ketika ia pulang dari Jogja ke rumahnya. Ia
menemukan ibunya sedang menangis tersedu-sedu di kamarnya. Ia menanyakan apa yang terjadi? Di
mana ayahnya? Sang ibu lalu berkata sambil tersedu-sedu. "Maka Nduk, kamu sekolahlah setinggi-
tingginya. Jangan sampai nasibmu kayak ibu dan bapakmu. Kalau sekolahnya rendah itu tidak diajeni
sama orang."

Analisis I

Di usianya yang sudah memasuki tahap lansia Pak Munajat tetap bersemangat dan sabar
menjalani pekerjaannya sebagai pegawai negeri tingkat bawah walaupun cacian dan makian sering ia
terima dari atasannya.

Pembuktian II

"Kami memang tidak kuliah, tidak sekolah tinggi, tapi kami tahu dari penyuluhan Bu Bidan atau
Bu Dokter kalau pas Posyandu bahwa rata-rata perempuan kalau sudah umur tiga puluh lima tahun itu
rawan untuk melahirkan. Kalau Zahrana tidak juga menikah kan kami jadi sangat khawatir. Terus terang
kami ingin punya cucu. Kalau misalnya dia sibuk tidak bisa ngopeni anak biar kamibyang ngopeni, kami
yang merawat."

Analisis II

Pak Munajat yang sudah tua, ia tidak lagi membutuhkan penghargaan dari keberhasilan
putrinya dalam bidang akademik, namun yang ia harapkan di masa tuanya adalah seorang cucu dari
anak semata wayangnya.

2.2 Dramatik

a) Melalui penggambaran lingkungan tokoh

i. Pegawai negeri tingkat bawah

"Kalau Perumahan Klipang yang kita tempati Pak? Apa juga sama?" Tanya Zahrana.

"Hampir sama. Cuma kalau ini tanahnya tandus. Batu cadas, bukan tanah subur sesubur
daerah Tlogosari zaman dulu. Dan ayah tinggal di sini karena terpaksa. Saat itu ada teman ayah sudah
beli rumah secara kredit tetapi baru empat tidak kuat bayar lagi. Ia menawarkan paa ayah untuk
meneruskannya. Ya akhirnya ayah teruskan. Pikir ayah juga agar gaji ayah yang kecil bisa jadi sesuatu
yang berharga."

Analisis

Sebagai pegawai negeri tingkat bawah, Pak Munajat cukup bijak dalam mengelola gajinya
yang pas-pasan. Sangat efisien ia menggunakan gajinya, di tengah keadaannya yang pas-pasan ia masih
bisa membayar cicilan rumah sederhana untuk tempat tinggalnya dan keluarga kecilnya.

b) Melalui percakapan antar tokoh


i. Perhatian

"Nduk selama ini ayah dan ibu sudah ngalah. Mengikuti semua keinginanmu. Kami ingin
kamu ke pesantren, kamu ingin ke SMA, kami ngalah. Kami ingin kamu lanjut ke IKIP di sini saja, biar
tidak jauh dari kami berdua. Kamu ngotot kuliah di UGM Jogja meninggalkan kami, kami ngalah. Kami
ingin kamu bahagia, kalau kamu bahagia maka kami bahagia. Mesikpun mungkin kamu lihat bapakmu
mungkin diam saja sama kamu. Tetapi sesungguhnya siang malam bapakmu ini selalu mendoakan kamu.
Kamu adalah harta kami yang paling mahal. Kami ingin kamu ada di dekat kami. Kamu anak kami satu-
satunya. Kalau kamu ngajar di Jogja, itu artinya kamu meninggalkan kami. Apa kamu tega meninggalkan
ibumu yang kini sudah beranjak tua Nduk? Kalau kamu tetap ngotot ingin mengajar di Jogja, itu artinya
kamu sendiri yang minta kami agar kami mengikhlaskan kamu, seolah-olah kami tidak memiliki anak lagi.
Kami tidak bisa melarang, kamu sudah dewasa, bisa mikir dan menentukan langkah kamu. Hanya ya
inilah kenyataannya."

Analisis

Pak Munajat adalah seorang ayah yang sangat perhatian. Ia rela melakukan apapun demi
kebahagiaan Zahrana. Namun di balik itu, ia bisa berlaku tegas ketika Zahrana tidak mau mengikuti
arahannya.

c) Melalui pikiran tokoh lain

i. Perhatian

Kalimat ayahnya itu menusuk kesadarannya. Ia terhenyak sesaat. Kalimat ayahnya terasa
mengiris dadanya. "Kalau kamu tetap ngotot ingin mengajar di Jogja, itu artinya kamu sendiri yang minta
kami agar kami mengikhlaskan kamu, seolah-olah kami tidak memiliki anak lagi." Itu bahasa halus,
bahwa ayah dan ibunya tidak akan menganggap dirinya sebagai anak lagi jika nekat mengajar di Jogja.
Sangat halus tapi tajam, tajam tapi halus. Tetapi entah kenapa ia tidak bisa berdalih an berdalil apa-apa
kali ini. Ia sama sekali tidak punya alasan yang kuat seperti sebelum-sebelumnya.

Analisis

Pak Munajat tidak rela ketika harus jauh dari anak semata wayangnya. Ia selalu
mengarahkan hal baik pada Zahrana. Ia memberi perhatian pada Zahrana agar tidak mengambil tawaran
untuk mengajar di Jogja, karena itu akan membuatnya jarang bertemu dengan anak semata wayangnya.

d) Melalui perbuatan atau tingkah laku tokoh

i. Agamis

Mbak Mar heran melihat sikap Pak Munajat yang sama sekali tidak tertarik untuk melihat
anak semata wayangnya menerima penghargaan di luar negeri yang disiarkan televisi. Pak Munajat pergi
begitu saja. Perempuan muda itu menganggap Pak Munajat itu kolot, seharusnya ia bisa melihat televisi
sebentar baru ke mushalla. Tetapi diam-diam dari hati yang paling dalam ia kagum juga pada orang tua
itu, kalau azan berkumandang tak ada yang boleh menghalanginya untuk datang ke mushalla. Sikap Pak
Munajat itu sudah terkenal di daerah situ. Bahkan jika ada tamu penting ke rumahnya sekali pun, ia
tetap akan pergi ke mushalla, bahkan mengajak tamunya sekalian jika azan berkumandang.

Analisis

Pak Munajat adalah seorang yang sangat agamis. Ia rela meninggalkan segala perkara dunia
ketika azan berkumandang.

3. Bu Nuriyah

3.1 Analitik

¤ Tua

Di masa tuanya, Bu Nuriyah lebih memperbanyak amalannya untuk nantinya dijadikan bekal
ketika ia sudah dihadapkan kembali di alam akhirat. Setiap hari ia hanya beraktivitas di rumah,
mengurus suami, dan memperbanyak bacaan istighfar.

Pembuktian I

Sesaat lama kedua orang tua itu duduk berdua dalam kebisuan. Keduanya memandang ke
depan. Ke arah halaman dan jalan. Seorang anak kecil berusia lima tahun berlari-lari bermain-main
hujan dengan riang. Ibunya yang agak gemuk dengan gemas mencoba mengejar dan menangkap, tetapi
sang anak seperti ingin memainkan ibunya. Ia sepertinya tahu sang ibu akan kesusahan mengejarnya
karena memegang payung. Sang ibu mulai geram berkali-kali ia minta agar anaknya berhenti dan segera
kembali ke rumah.

Analisis I

Bu Nuriyah terkadang iri ketika melihat ibu muda yang sedang berbahagia dengan anaknya. Ia
selalu berandai-andai, betapa bahagianya ketika Zahrana mau menikah dan memberinya cucu.

Pembuktian II

Sang anak sama sekali tidak menghiraukan. Sang ibu semakin geram, ia tutup payungnya dan ia
kejar anaknya itu secepat-cepatnya. Tetapi sang anak lebih cepat larinya. Jadilah adegan kejar-kejaran
ibu dan anak di tengah hujan. Para tetangga melihat hal itu dengan tesenyum dan cekikikan. Dua orang
tua itu juga tertawa. Kebisuan di antara keduanya dipecah oleh tawa.

Analisis II

Bu Nuriyah yang sudah tua renta sangat menginginkan anaknya agar segera menikah. Ia sangat
merindukan kehadiran cucu dari anak semata wayangnya itu.

3.2 Dramatik
a) Melalui penggambaran tempat tinggal tokoh

i. Sederhana

Bunyi rintik hujan di genteng bersahutan dengan bunyi guntur yang menyambar-nyambar.
Daun-daun menari bergesekan tertiup angin. Rerumputan meringkuk dalam basah. Air berlarian masuk
selokan bersama daun-daun kering dan sampah. Dua orang tua itu duduk membisu di beranda rumah
mereka. Rumah tembok yang sederhana dan tua. Perawatan yang baik dan penataan bunga-bunga dan
tanaman hidup lainnya yang menglirkan nyawa membuatnya tetap berwibawa. Kelemahannya tertutupi
dengan nyaris sempurna. Dalam guyuran hujan rumah itu tetap tampak hangat. Warna hijau muda
membuatnya tetap tampak segar.

Analisis

Sebagai seorang istri, ia berkewajiban memelihara dan merawat sesuatu yang dimiliki
suaminya, termasuk rumah. Ia merupakan istri yang telaten merawat rumah sederhana hingga rumah
itu tetap kelihatan indah.

b) Melalui percakapan antar tokoh

i. Lemah lembut

"Kali ini Ibu harus mendukung Bapak sepenuhnya. Ibu jangan lemah, tidak tegas seperti
sebelum-sebelumnya. Ibu harus tegas sama Zahrana. Ini bukan semata-mata kesenangan kita Bu. Tapi
demi Zahrana. Anak itu harus diberi teguran keras kali ini!" Kata Pak Munajat kepada Bu Nuriyah.

Analisis

Bu Nuriyah memiliki hati yang lembut. Sebagai seorang ibu, ia tidak tega ketika melihat
anaknya menderita akibat sikap dinginnya dengan suaminya yang semata-mata untuk menyadarkan
putrinya.

c) Melalui pikiran tokoh lain

i. Bijak

Pesan dari ibunya itu benar-benar menancap dalam dadanya. Pesan dan kejadian itu selalu
ia hadirkan setiap kali ia merasa lemah dan setiap kali ia merasa ada godaan yang akan menggeser
tujuannya ke kota pelajar Jogjakarta, yaitu menuntut ilmu. Bahkan ketika ia sudah mendapatkan
beasiswa dan mendapatkan hadiah dari memenangkan lomba menulis karya ilmiah mahasiswa. Uang itu
ia gunakan untuk mendaftar di sebuah perguruan tinggi. Ia masuk Fakultas Teknik juga di Universitas itu
tapi Jurusan Teknik Sipil. Ia bisa mengkreditkan mata kuliah yang sudah ia ambil di UGM. Ia ingin
memiliki kematangan ilmu dasar teknik. Ia ingin matang di bidang arsitektur dan tiknik sipil sekaligus

Analisis
Segala ucapan dan pesan yang keluar dari lisannya selalu menjadi sumber penyemangat
untuk Zahrana, putri semata wayangnya dalam melangkah meraih masa depan.

d) Melalui tingkah laku tokoh

i. Peduli

Lina tersenyum lalu melangkah menuju mobilnya. Hujan telah reda. Bu Nuriyah
memandang gadis berjilbab itu dengan mata berkaca-kaca, berharap seandainya Zahrana seperti Lina
yang sudah berkeluarga dan memiliki tiga anak yang menyejukkan jiwa. Perempuan tua itu lirih berdoa
semoga anaknya Zahrana diberi keselamatan, dimudahkan urusannya dan dibukakan hatinya untuk
segera membina rumah tangga.

Analisis

Sebagai seorang ibu, Bu Nuriyah sangat mempedulikan status anaknya yang masih tetap
lajang di usianya yang sudah sangat dewasa. Ia selalu berdoa agar putri semata wayangnya cepat
menikah

4. Pak Sukarman

4.1 Analitik

¤ Lelaki paruh baya

Pak Sukarman adalah seorang duda yang ditinggal mati istrinya karena serangan jantung. Di
usianya yang sudah memasuki masa tua, ia mengagumi seorang dosen di Universitas Mangunkarsan,
Semarang.

Pembuktian I

"Pak Dekan sibuk ya Bu?"

"Iya. Kali ini bukan kesibukan di kampus. Dia sedang punya gawe."

"Apa itu Bu?"

"Anak perempuannya yang sulung mau nikah katanya. Dia menerima lamaran di rumahnya."

"O begitu."

Analisis I

Statusnya sebagai duda dengan beberapa anak, Pak Karman masih sangat jeli dalam hal jodoh.
Selepas acara lamaran putri sulungnya, ia berniat melamar seorang perempuan yang masih perawan. Ia
sama sekali tidak memikirkan umurnya.

Pembuktian II
Ia sangat yakin Zahrana tidak akan menolak lamarannya. Sudah lama ia mengamati dan
memerhatikan Zahrana. Ada beberapa faktor yang membuat ia yakin Zahrana akan berhasil dinikahinya.
Yang pertama ia adalah atasan Zahrana, ia memanfaatkan betul kultur ewuh pakewuhnya orang Jawa.
Bisa jadi Zahrana kurang menyukainya karena ia lebih tua dan ia seorang duda. Tetapi Zahrana akan
merasa tidak enak jika menolak lamarannya. Zahrana akan menerimanya karena pakewuh, karena
segan. Yang penting ia diterima dulu dan nikah. Setelah itu ia akan membuat Zahrana jatuh cinta
padanya.

Analisis II

Sebagai seorang yang memiliki kedudukan spesial di Universitas Mangunkarsa, Semarang, Pak
Karman merasa memiliki kuasa lebih sehingga semua bawahannya harus mengikuti segala keinginannya.

4.2 Dramatik

a) Melalui penggambaran lingkungan tokoh

i. Seorang Dekan

Pak Karman memasuki ruang kerjanya dan duduk di kursinya. Tiba-tiba matanya
menangkap sepucuk surat tergeletak di atas meja kerjanya. Ia baca surat itu. Dari Zahrana.
Kemarahannya seketika meluap,

"Kurang ajar!" Ia seperti petinju yang nyaris meng-KO lawan, tiba-tiba malah dipukul KO. Ia
sama sekali tidak memperhitungkan Zahrana akan membuat keputusan nekat itu.

Namun ia tetap akan membuat perhitungan dengan satu-satunya dosen Fakutas Teknik yang
masih gadis itu.

"Kau benar-benar ingin mengajak bermain api denganku Zahrana. Baik. Tunggu
pembalasanku. Kau akan tahu akibatnya mempermainkan seorang Insinyur Haji Sukarman, MSc. Tunggu
saja. Akan kubuat kau menangis sing dan malam dan merasakan penyesalan yang tiada berkesudahan!"
Geram Pak Karman.

Analisis

Sebagai seorang Dekan di Universitas Mangunkarsa, Semarang, ia memiliki ruang kerja


khusus atau bisa dikatakan ruangannya lebih spesial dari pada ruang kerja para dosen.

b) Melalui percakapan tokoh lain

i. Lelaki hidung belang

"Lha seperti apa dia?"

"Di kalangan kampus sudah jadi rahasia umum kalau moralnya kurang baik. Ada aktivis
kampus yang memergoki dia bersama perempuan tidak jelas di daerah Bandungan. Dan saat istrinya
masih hidup dulu. Ia sering bertengkar dengan istrinya di ruang kerjanya di kampus. Entah benar apa
tidak, istrinya itu meninggal karena serangan jantung mengetahui suaminya malam-malam pulang
dalam kondisi mabuk diantar seorang perempuan muda."

Analisis

Pak Karman sudah memiliki catatan buruk di mata para dosen dan mahasiswanya di
Universitas Mangunkarsa, Semarang. Walaupun sudah sangat berumur, dia masih suka menggauli
perempuan-perempuan muda untuk sekadar memuaskan nafsunya.

c) Melalui pikiran tokoh lain

i. Bermuka dua

Tetapi secara logika apakah semudah itu Sukarman yang dimatanya tidak hanya kurang ajar
tetapi sangat bejat akan berubah. Ia bahkan sudah haji. Ia sering mengikuti acara pengajian. Ia kalau
ramadhan jadi panitia Tarawih Keliling para pejabat teras Provinsi Jawa Tengah. Tetapi mentalitas dan
moralitas tidak terpujinya tetap dia pelihara dalam dirinya.

Analisis

Ketika melamar Zahrana, Pak Sukarman menggunakan topeng hajinya untuk


menyembunyikan catatan buruknya dengan berpenampilam alim layaknya seorang ustadz agar dapat
mengambil hati kedua orangtua Zahrana.

d) Melalui perilaku tokoh

i. Bejat

Beberapa hari setelah itu teman-temannya berdatangan mengucapkan bela sungkawa.


Juga teman-teman dosen Fakultas Teknik. Hampir semuanya datang. Termasuk Bu Merlin dan Pak
Karman. Zahrana sangat kaget ketika Pak Karman datang. Di hadapan Zahrana Pak Karman berkata
pelan sekali,

"Saya ikut berduka. Semoga almarhum berdua diterima di sisi-Nya. Saya berharap semoga
gaun pengantinmu benar-benar telah kau kembalikan ke Solo!"

Zahrana tersentak. Kata-kata Pak Karman bagai aliran listrik yang menyengat. Kata-kata itu
menguatkan keyakinannya bahwa yang menterornya selama ini adalah Pak Karman. Dan bagaimana bisa
Pak Karman tahu ia membeli gaun pengantin itu dari Solo.

Analisis

Bukan ucapan bela sungkawa yang dilontarkan Pak Sukarman ketika menjenguk Zahrana
yang sedang tertimpa musibah, akan tetapi Pak Karman malah tertawa di atas penderitaan Zahrana. Dan
hal itu membuat Zahrana semakin tertekan.
5. Lina

5.1 Analitik

¤ Wanita berhijab

Sejak duduk di bangku SMA Lina sudah menggunakan hijab. Sikap terpujinya itu tidak hanya ia
terapkan pada dirinya sendiri, namun ia juga memotivasi Zahrana untuk menutup auratnya dengan cara
berhijab. keluar dan membuka payungnya, lalu berjalan ke arah beranda. Perempuan tua
mengurungkan niatnya mengambil payung.

Pembuktian I

"Itu pasti Lina."

"Iya Pak benar. Itu mobilnya Lina."

"Bu ambil payung. Kalau-kalau Lina tidak bawa payung."

"Iya Pak."

Saat perempuan tua itu beranjak hendak mengambil payung, pintu depan mobil itu terbuka.
Seorang perempuan muda berjilbab keluar dan membuka payungnya, lalu berjalan ke arah beranda.
Perempuan tua mengurungkan niatnya mengambil payung.

Analisis I

Lina termasuk wanita yang berpegang teguh pada agama. Hal ini ia buktikan dengan menutupi
auratnya sebagai wanita, yaitu berhijab. Ia tak pernah sekalipun melepas hijabnya.

Pembuktian II

Seharusnya mobil alpard itu menuju Pedurungan lalu belok kanan ke daerah Klipang Asri, tetapi
Zahrana mengarahkan untuk tetap menyusuri jalan tol ke arah selatan. Sampai di Tembalang barulah
Zahrana memerintahkan keluar tol lalu memasuki kawasan kampus UNDIP. Zahrana meminta sopir
masuk ke Jalan Pujangga. Begitu sampai di depan toko buku At-Thayyibah, Zahrana minta berhenti.
Seorang perempuan berhijab keluar melihat. Begitu Zahrana keluar dari mobil Alpard, perempuan
berjilbab itu menghambur.

"Ranaa!"

"Linaa!"

Keduanya berpelukan erat. Agak lama.

Analisis II
Lina adalah satu-satunya orang yang berhasil memotivasi Zahrana untuk mengenakan hijab. Ia
benar-benar sahabat terbaik dan telaten ketika harus membimbing Zahrana yang lumayan egois untuk
segera berhijab.

5.2 Dramatik

a) Melalui penggambaran tempat tinggal tokoh

i. Pemilik toko buku At-Thoyyibah

Keduanya duduk di kursi dekat kasir. Lina menawarkan kepada Zahrana kalau makan dan
minum. Zahrana mengatakan kalau dirinya masih kenyang. Zahrana lalu bercerita panjang lebar
pengalamannya pergi ke Beijing. Dia bercerita sedetai-detailnya terutama hal yang menakjubkan dirinya
berkaitan dengan semangat dan kemajuannya bangsa China.

Analisis

Lina adalah pemilik buku At-Thayyibah. Hari-harinya sering ia habiskan di toko buku itu.
Aktivitasnya sebagai penjaga sekaligus pemilik toko buku dapat menjadi hiburan tersendiri bagi Lina.

b) Melalui percakapan antar tokoh

i. Penyayang

"Pikirkanlah masak-masak sebelum nanti kamu menyesal. Umurmu semakin bertambah.


Aku dengar dari ibumu. Ada orang yang siap melamarmu dan siap menyertaimu menyelesaikan S2mu."

"Sudahlah Lin, jangan kita bicarakan masalah ini. Aku sudah punya rencana yang matang
untuk jalan hidupku."

"Ya sudah kalau begitu. Jangan salah, aku berkata seperti itu katena aku sangat
menyayangimu."

"Ya aku ngerti."

Analisis

Lina sangat menyayangi Zahrana layaknya ia menyayangi saudara kandungnya sendiri. Ia tak
pernah jemu memberi peringatan pada Zahrana agar segera menikah.

c) Melalui pikiran tokoh lain

i. Baik

Wajah sejuk sahabatnya terbayang di pelupuk matanya. Ia sangat beruntung punya sahabat
sebaik Lina. Meneduhkan di kala susah, mengobati di kala sakit, dan mesra di kala bahagia. Itulah
sahabat sejati. Itulah Lina. Ia bersahabat dengan Lina sejak di SMA. Sama-sama dari kalangan keluarga
menengah ke bawah. Karena mereka akrab, meskipun aktivitas saat sekolah agak berbeda. Lina aktif di
OSIS bagian kerohanian islam atau bisa dikenal dengan sebutan Rohis. Sementara dirinya lebih suka aktif
di LKIR, Lembaga Karya Ilmiah Remaja. Penampilan saat di SMA pun berbeda. Ia berjilbab dan memakai
rok di bawah lutut dengan kaos kaki putuh sampai lutut. Sementara Lina berjilbab dengan roknya
sampai mata kaki.

Analisis

Sebagai seorang sahabat, Lina selalu setia menemani Zahrana di kala suka maupun duka. Ia
rela membagi tawa untuk sahabat yang sangat ia sanyangi.

d) Melalui tingkah laku

i. Baik

Lina bahkan lebih dari seorang sahabat, ia sudah seperti kakak atau adik kandungnya. Saat
ia sakit demam dan terkapar di Jogja karena kelelahan mengerjakan tugas akhir, ia iseng mengirim sms
kepada Lina. Seketika hari itu juga Lina datang dan menunggui dirinya sampai sembuh.

Analisis

Saking baiknya, Lina rela menghabiskan waktunya untuk sekadar merawat Zahrana yang
sedang terbaring lemah di rumah sakit. Ia setia menunggu Zahrana hingga sembuh.

6. Hasan

6.1 Analitik

¤ Ganteng

Hasan merupakan salah satu mahasiswa yang dikagumi banyak wanita di kampusnya.
Ketampanannya selaras dengan ketampanan hatinya. Walaupun memiliki wajah tampan, ia mampu
menjaga sikap sehingga tidak sembarang wanita bisa mendekatinya.

Pembuktian I

Nina mengajak Hasan ke arah perpustakaan. Di jalan mereka berpapasan dengan tiga orang
mahasiswi. Seorang mahasiswi berbisik, "Ada si Hasan. Yuk kita samperin."

Analisis I

Banyak gadis yang terpesona ketika melihat ketampanan Hasan. Namus sikap cueknya mampu
menyelamatkannya dari rayuan gila gadis yang sering menhampirinya.

Pembuktian II

Ia bahagia, Nina langsung menikah begitu selesai S2. Tapi sedikit kecewa karena Nna tidak menikah
dengan Hasan. Seperti yang ia idealkan. Belakangan ia tahu kalau ia salah sangka setelah diberi tahu
Hasan. Nina itu ternyata adik ayahnya Hasan yang paling bungsu. Semestinya Hasan memanggil dia Bibi.
Tapi karena Hasan lebih tua usianya malah sering dipanggil Mas oleh Nina. Hasan cerita Nina orangnya
memang kocak. Bahkan sering ngaku pacar Hasan, yang katanya untuk menjaga Hasan agar tidak digoda
gadis-gadis yang jahil.

Analisis II

Ketampanan Hasan seringkali mengundang gadis-gadis jahil untuk merayunya. Namun sikap
Hasan yang tegas mampu melindunginya dari segala godaan-godaan syahwat yang dapat merusak
imannya.

6.2 Dramatik

a) Melalui percakapan antar tokoh

i. Optimis

"Saya siap menjalankan arahan Bu Zahrana. Apapun arahannya demi mendapat hasil
skripsi terbaik." Sahut Hasan mantap.

"Benar?" Tanya Zahrana meyakinkan.

"Benar Bu. Saya siap."

Analisis

Sebagai seorang mahasiswa, Hasan selalu siap menerima segala tantangan yang diberikan
oleh dosen demi kesuksesannya di masa yang akan datang."

b) Melalui pikiran tokoh lain

i. Pintar

Kabar yang membuatnya bahagia. Mahasiswa penuh dedikasi seperti Hasan memang
pantas mendapatkan beasiswa. Dalam hati ia berdoa semoga semua mahasiswanya berhasil dan sukses.

Analisis

Hasan adalah salah satu mahasiswa yang pintar. Karena preatasinya, ia mendapat beasiswa
untuk melanjutkan S2 di salah satu universitas ternama di Malaysia.

7. Bu Merlin

7.1 Analitik

¤ Wanita paruh baya

Di usianya yang hampir memasuki masa tua, Bu Merlin masih aktif menjalankan tugasnya
sebagai pembantu Dekan I di Universitas Mangunkarsa, Semarang.
Pembuktian I

Tiba-tiba mobil sedan tampak datang menerobos hujan yang sangat deras itu. Mobil itu
memasuki halaman rumah Pak Munajat. Seketika Pak Munajat mengambil payung dan bergegas ke
pintu mobil tamunya. Seorang perempuan mendekati lima puluh tahun keluar. Pak Munajat langsung
tahu bahwa yang datang adalah Bu Merlin.

Analisis I

Di usianya yang hampir mamasuki kepala empat Bu Merlin masih sangat lincah melakukan apa
yang diperintahkan Pak Karman. Ia selalu siap sedia ketika tenaganya dibutuhkan oleh atasannya.

7.2 Dramatik

a) Melalui percakapan antar tokoh

i. Amanah

"Pak Karman meminta saya mewakili beliau menyampaikan hal yang sangat penting. Tetapi
saya harap kamu bisa menyikapinya dengan bijaksana. Pak Karman diam-diam selama ini selalu
memerhatikan kamu. Dia jatuh cinta sama kamu."

Analisis

Bu Merlin menyampaikan apa yang diamanahkan oleh Pak Karman untuk ia sampaikan pada
Zahrana. Bu Merlin selalu berusaha melakukan yanv terbaik untuk Pak Karman selaku atasannya.

b) Melalui pikiran tokoh lain

i. Baik

Iya yakin tujuan Bu Merlin baik, hanya saja Bu Merlin mungkin tidak tahu visi hidupnya saat
ini. Bukan sekadar materi dan kedudukan yang ia harapkan dari calon suaminya. Ia mencari calon suami
yang bisa dijadikan imam. Imam yang menjadi bagian tak terpisahkan dalam ibadahnya kala mengarungi
kehidupan. Karena itulah posisinya benar-benar sulit kali ini. Bu Merlinlah yang selami ini banyak
membantunya di kampus. Dia jugalah yang dulu memberi bocoran adanya lowongan dosen di
kampusnya.

Analisis

Bu Merlin merupakan salah satu dosen senior yang baik, ia menawari Zahrana untuk
mengajar di Universitas Mangunkarsa, Semarang. Bahkan di saat Zahrana sedang dalam keadaan
tercekik, ia selalu hadir memberikan pengertian pada Zahrana.
7. Nina

7.1 Analitik

¤ Cantik

Nina adalah seorang mahasiswi di Universitas Mangunkasa, Semarang yang berwajah cantik.
Kecantikan wajah yang juga diimbangi dengan kecantikan hatinya membuat orang lain terpesona
melihatnya.

Pembuktian I

Ia teringat Nina. Bagaimana dengan Nina? Nina tak kalah hebatnya dengan Hasan. Tiba-tiba ia
tersenyum simpul. Hasan dan Nina itu cocok. Kalau mereka menikah itu pas. Hasan ganteng, Nina cantik.
Sama-sama aktivis. Sama-sama cerdas dan bisa diandalkan.

Analisis I

Nina adalah seorang mahasiswa yang berwajah cantik. Kecantikan wajahnya mampu membuat
Zahrana terkagum melihatnya.

7.2 Dramatik

a) Melalui percakapan antar tokoh

i. Baik

Hasan agak kaget lalu melihat ke arah Nina seperti minta pertimbangan.

"Jangan kejam-kejam lah Bu. Kasihan Hasan sudah mau selesai masak harus dirombak
lagi." Kata Nina.

"Maaf Nin, aku tidak tanya sama kamu. Aku tanya sama Hasan." Tegas Zahrana.

Analisis

Nina berusaha merayu Bu Zahrana agar tidak terlalu ketat dalam membimbing tugas akhir
ponaannya, Hasan.

b) Melalui pikiran tokoh lain

i. Cerdas

Ia teringat Nina. Bagaimana dengan Nina? Nina tak kalah hebatnya dengan Hasan. Tiba-
tiba ia tersenyum simpul. Hasan dan Nina itu cocok. Kalau mereka menikah itu pas. Hasan ganteng, Nina
cantik. Sama-sama aktivis. Sama-sama cerdas dan bisa diandalkan.

Analisis
Bu Zahrana mengagumi kecerdasan Lina yang setara dengan kecerdasan Hasan. Ia sangat
berharap kedua mahasiswanya itu benar-benar berjodoh dan secepatnya menikah.

7. Rahman

7.1 Analitik

i. Ganteng

Rahman adalah seorang penjual kerupuk. Ia masih muda dan memiliki wajah ganteng. Meskipun
begitu ia tidak pernah merasa minder dengan pekerjaannya sebagai penjual kerupuk.

Pembuktian I

Penjual kerupuk itu menepi menghentikan sepedanya. Ia melakukan hal yang sama. Penjual
krupuk itu membuka topi lebarnya dan mengipas-ngipaskannya ke tubuhnya. Semarang memang panas,
meskipun hari telah senja. Zahrana terperanjat. Masih muda dan ganteng. Keringat yang mengalir,
lengan yang kekar terbakar matahari menambah pesona tersendiri. Sesaat lamanya ia memandangi
penjual kerupuk itu.

Analisis I

Rahmad adalah penjual kerupuk yang berwajah ganteng. Ia tidak pernah takut wajah
gantengnya hilang dan kulitnya menghitam karena sengatan sinar matahari.

7.2 Dramatik

a) Melalui percakapan antar tokoh

i. Agamis

Jantung Zahrana berdegup kencang. Azan Maghrib mengalun.

"Boleh tahu, siapa nama Mas?"

"Nama saya Rahmad Bu. Sudah ya Bu saya jalan dulu. Sudah Maghrib, saya harus cari
masjid.

Analisis

Rahmad merupakan seorang santri lulusan pondok pesantren yang masih menerapkan ilmu
yang telah ia dapatkan dari pesantren dalam kehidupannya sehari-hari. Ia meninggalkan aktivitas
keduniaannya ketika adzan berkumandang.

b) Melalui pikiran tokoh lain

i. Sederhana
"... Ia dari keluarga pas-pasan. Anak kedua dari tujuh bersaudara. Pekerjaannya sekarang
jualan kerupuk keliling. Dia duda tanpa anak. Istrinya meninggal satu tahun yang lalu karena demam
berdarah...!"

Analisis

Rahmad berasal dari keluarga sederhana. Kesehariannya bekerja sebagai penjual kelupuk
keliling demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

3.Latar

3.1 Latar tempat

a. Bandara

Zahrana pergi ke China dan mendarat di Capital Internasional Airport Beijing. Sekembalinya ke
Indonesia Zahrana mendarat di Bandara Internasional Adi Sumarmo Solo.

i. Capital Intenational Airport Beijing

Pembuktian

Jam di Capital International Airport Beijing menunjukkan angka 23.25 ketika pesawat SQ 810
diumumkan telah mendarat. Artinya pesawat itu tiba tepat seperti yang dijadwalkan, bahkan datang
lebih awal lima menit.

Analisis

Ketika memenuhi undangan ke Tsinghua University pesawat yang membawa Zahrana mendarat
di Capital International Airport Beijing.

ii. Bandara International Adi Sumarmo Solo

Pembuktian

Pesawat terbang semakin rendah. Rumah-rumah tampak semakin besar. Roda-roda pesawat itu
artinya menapak dan meluncur di atas landasan Bandara Internasional Adi Sumarmo Solo. Zahrana
mengucapkan hamdalah. Ia lega, akhirnya sampai ke tanah air tercinta dengan dengan selamat. Pesawat
berjalan pelan dan merapat ke garbarata. Setelah pesawat berhenti dengan sempurna dan pintu
pesawat dibuka para penumpang berhamburan keluar. Ada yang langsung bergegas ke kamar kecil
untuk buang hajat. Ada yang langsung keluar bandara karena tidak membawa bagasi. Sebagian besar
menuju tempat barang-barang bagasi dikeluarkan.

Analisis
Pesawat yang membawa Zahrana dari China mendarat di Bandara International Adi Sumarmo
Solo.

b. Kampus

Zahrana menjadi dosen tetap di Universitas Mangunkarsa, Semarang. Setiap hari ia menyalurkan
ilmunya kepada seluruh mahasiswa yang belajar di kampus itu. Berkat prestasi menulisnya, ia diundang
ke Tsinghua University, China.

i. Universitas Mangunkarsa

Pembuktian

Rombongan Alpart hitam itu menyusur Jalan Pandaran, sampai di Simpang Lima, lalu lurus ke
timur. Orang-orang memandangi rombongan itu. Dalam hati mereka bertanya-tanya, siapa yang lewat.
Pejabat tinggikah? Pejabat politikkah? Kok ada mobil Universitas Mangunkarsa, apa tamu kehormatan
universitas itu? Rombongan itu memasuki Jalan Majapahit, sampai di kawasan Gayamsari mereka masuk
tol dan terus melaju ke utara. Keluar dari tol langsung masuk Jalan Kaligawe. Tak lama kemudian itu
sampailah rombongan di kampus Universitas Mangunkarsa. Mereka berhenti di depan gedung utama
Fakultas Teknik.

Analisis

Setelah kepulangannya dari Tsinghua University, Zahrana dijemput oleh pihak-pihak kampus ke
bandara. Zahrana dijemput dengan mobil khusus kampus dan mobil itu langsung membawanya ke
Universitas Mangunkarsa, Semarang.

ii. Tsinghua University

Pembuktian

Baru beberapa bagian saja, Zahrana harus mengakui keindahan kampus lama Tsinghua
University. Bangunan-bangunan klasik China masih dipertahankan dan dirawat dengan cantik. Salah satu
bangunan yang memesona dirinya adalah Grand Auditoriumnya. Arsitekturnya bergaya campuran
Yunani dan Romawi. Beratap bulat. Memiliki empat pilar marmer putih. Dindingnya berwarna merah
kecoklatan. Bangunan itu tampak berwibawa sekaligus menggemaskan. Perpaduan antara kemegahan,
keanggunan, keindahan dan sekaligus kesederhanaan.

Analisis

Zahrana mendapat undangan ke Tsinghua University untuk menerima penghargaan bakat karya
ilmianya di bidang arsitektur. Di Tsinghua University Zahrana menjumpai bangunan-bangunan klasik
hasil tangan para arsitek handal.

3.2 Latar waktu

a. Pagi
Setiap pagi kedua orangtua Zahrana terbiasa melaksanakan ibadah solat dhuha. Dan setiap pagi
pula Zahrana menjalankan aktivitas rutinnya sebagai seorang dosen.

i. Pagi di kampus

Pembuktian

Pagi itu Zahrana ke kampus dengan mengendarai sepeda motor maticnya. Kampus sudah ramai.
Mahasiswa sudah banyak yang sampai. Zahrana memasuki kawasan parkir, ia melewati satpam. Zahrana
mengangguk ramah pada satpam. Penjaga keamanan parkir itu membalas mengangguk dengan
tersenyum. Zahrana memarkir motornya lalu berjalan cepat masuk gedung utama menuju ruang dosen.

Analisis

Di pagi hari, Zahrana pergi ke kampus untuk menunaikan kewajibannya sebagai dosen, yaitu
menyalurkan ilmu yang ia peroleh kepada para mahasiswanya.

ii. Pagi di rumah

Pembuktian

Rumah itu lengang. Jam dinding di ruang tengah menunjukkan pukul sembilan. Pak munajat dan
Istrinya sudah selesai shalat Dhuha dan sarapan. Mereka berdua memandang pintu kamar Zahrana.
Masih tertutup rapat. Bu Nuriyah ingin membangunkan Zahrana, tetapi dicegah oleh Pak Munajat.

Analisis

Ketika Pak Munajat dan Bu Nuriyah selesai shalat Dhuha Zahrana belum juga bangun dari tidurnya.
Ibunya berniat ingin membangunkannya, tetapi Pak Munajat tidak membolehkannya.

b. Malam

Zahrana menikmati suasana malam di negeri tirai bambu dengan takjub. Ia sempat tercengang
melihat kemajuan negeri tirai bambu yang sangat pesat.

i. Malam di bandara

Pembuktian

Hampir tengah malam, bandara terbesar di daratan China itu masih ramai. Ribuan orang berlalu
lalang menyeret dan menenteng barang bawaannya. Ada yang baru keluar dari pesawat. Ada yang
duduk-duduk sambil membaca koran. Ada yang sedang milih-milih barang belanjaan. Ada yang sedang
menukar uang. Ada juga yang asyik ngobrol sambil makan di restoran.

Analisis

China memiliki bandaran yang amat besar dan dapat dapat menampung ribuan calon penumpang.
Walaupun tengah malam bandara tersebut selalu ramai.
ii. Malam di rumah

Pembuktian

Malam itu setelah memeriksa tugas-tugas anak didiknya Zahrana membuka komputer. Ia hendak
berselancar di dunia maya internet. Ia ingin melihat apakah ada email yang masuk. Apakah ada berita
yang menarik. Dan ia mau membuat blog. Siapa tahu dengan membuat blog ia bisa menemukan
jodohnya.

Analisis

Ketika hendak tidur malam Zahrana masih menyempatkan membuka beberapa jejaring sosial dan
membuat blog untuk memudahkannya dalam menemukan jodoh.

3.3 Latar suasana

a. Kecewa

i. Kecewa karena sikap dingin orangtuanya

Dengan penuh rasa bahagia ia ceritakan semua keberuntungan yang menghampirinya kepada
ayah dan ibunya. Tetapi tanggapan mereka berdua jauh dari yang ia duga. Ibunya malah berkaca-kaca
sedih, bukan sedih, bukan bahagia. Tak ada kalimat yang keluar dari mulut ibundanya tercinta.

Analisis

Zahrana menceritakan keberhasilannya kepada ayah dan ibunya dengan harapan kedua
orangtuanya bangga akan keberhasilannya, namun ternyata ucapan selamat pun tidak ia dapatkan.

ii. Kecewa dengan dirinya sendiri

Pembuktian

Zahrana agak kecewa, bukan karena kesalahan pihak hotel. Ia kecewa pada dirinya sendiri,
kenapa bisa tidak membawa teks pidatonya itu? Pikirannya jadi tidak tenang. Ia yang seharusnya bisa
istirahat dengan tenang jadi cemas dan bimbang. Paling cepat ia baru bisa mencetak teks pidatonya jam
delapan. Katakanlah jam delapan seperempat. Bisa jadi ia sudah dijemput. Apa ia harus berterus terang
pada Vincent, bahwa ia perlu mencetak naskah pidatonya? Vincent pasti bisa menolongnya. Tetapi apa
itu tidak memalukan dirinya sendiri. Seolah-olah ia datang tanpa persiapan sama sekali. Sampai naskah
pidato saja belum dicetak.

Analisis

Pada saat Zahrana sampai di China, ia sadar bahwa teks pidatonya tertinggal di tumahnya. Ia
sangat kecewa dengan keteledorannya sendiri.

b. Sedih
Keluarga Zahrana dirundung kesedihan, mulai dari kesedihan karena hinaan dari atasan ayahnya
dan kesedihan saat calon suaminya meninggal di malam pernikahannya.

i. Sedih karena dihina

Pembuktian

Ayahnya saat itu sudah tua. Masih aktif kerja sebagai pesuruh di sebuah kantor kelurahan di
daerah Semarang Atas. Sudah menjelang pensiun. Suatu ketika ia pulang dari Jogja ke rumahnya. Ia
menemukan ibunya sedang menangis tersedu-sedu di kamarnya. Ia menanyakan apa yang terjadi? Di
mana ayahnya? Sang ibu lalu berkata sambil tersedu-sedu. "Maka Nduk, kamu sekolahlah setinggi-
tingginya. Jangan sampai nasibmu kayak ibu dan bapakmu. Kalau sekolahnya rendah itu tidak diajeni
sama orang.

Analisis

Bu Nuriyah sangat sedih ketika suaminya yang hanya berprofesi sebagai pegawai negeri tingkat
bawahan diperlakukan secara tidak adil oleh atasannya.

ii. Kematian calon suami Zahrana

Pembuktian

Pagi harinya bukan pesta pernikahan yang digelar tapi upacara belasungkawa kematian. Tak ada
lagu bahagia. Tak ada gelak tawa. Yang ada adalah mata yang berkaca-kaca dan rinai tangis jiwa.

Analisis

Bertepatan dengan hari pernikahan Zahrana, keluarga Zahrana merasakan kesedihan yang begitu
mendalam dengan adanya kabar bahwa calon suami Zahrana meninggal tertabrak kereta api.

4. Alur

4.1 Jenis Alur

Alur maju

Sejak pertama kali menduduki bangku sekolah Zahrana sudah banyak mengukir prestasi. Setelah
lulus SMP ia melanjutkan ke SMA terbaik di Semarang. Kemudian ia melanjutkan ke Fakultas Teknik
UGM Jurusan Arsitektur. Setelah lulus kuliah ia menjadi dosen di Universitas Mangunkarsa. Ia kemudian
melanjutkan pendidikan S2. Ia menikah di usia yang hampir memasuki kepala empat.

4.2 Tahapan Alur

a) Eksposisi

Zahrana merupakan anak tunggal dari Bapak Munajat dan Ibu Nuriyah. Ia dan keluarganya
hidup dalam kesederhanaan, namun hal itu tidak membuatnya patah semangat dalam meraih cita-cita.
- Pembuktian I

Prestasi demi prestasi ia raih, termasuk mahasiswi teladan tingkat nasional. Namanya dikenal
banyak orang di kampusnya, baik dosen, mahasiswa maupun karyawan. Tidak sedikit mahasiswa laki-laki
mendekatinya tetapi ia mengacuhkannya begitu saja. Yang ia pikirkan adalah belajar, belajar dan
menjadi yang terbaik di kampusnya. Sampai akhirnya ia diwisuda dengan prestasi sebagai mahasiswa
terbaik di angkatannya. Ayah dan ibunya menyaksikan peristiwa itu.

- Analisis I

Berdasarkan pembuktian I menunjukkan adanya pengenalan terhadap tokoh Zahrana, yaitu


Zahrana merupakan anak yang terlahir dari keluarga sederhana dan berprestasi.

- Pembuktian II

Dua bulan setelah diwisuda ia mendapat tawaran dari UGM untuk ikut mengajar. Ia ditawari
jadi asisten dosen. Ia langsung menghadap Dekan Fakultas Teknik. Dari Dekan ia mendapat penjelasan
bahwa ia diproyeksikan untuk menjadi dosen dan akan dikirim ke Belanda untuk mengambil S2, itu jika
ia bersedia. Ia langsung menjawab prinsipnya ia bersedia, hanya ia perlu bermusyawarah dengan kedua
orangtuanya. Ia keluar dari ruangan Dekan dengan hati berbunga-bunga. Ia seperti melayang. Dunia
terasa begitu indah. Ia akan jadi dosen UGM, tanpa harus melamar, tetapi ia yang dilamar. Dan ia akan
disekolahkan ke Delft University of Technology, Belanda. Oh, alangkah indahnya.

- Analisis II

Berdasarkan pembuktian II menunjukkan adanya pengenalan terhadap langkah yang ditempuh


Zahrana untuk menempuh pendidikannya.

b) Komplikasi

Kedua orangtua Zahrana tidak turut menghantarkan Zahrana ke bandara. Mereka bersikap
dingin kepada Zahrana karena mereka kurang menyukai sikap egois Zahrana yang lebih mementingkan
pendidikannya dan mengesampingkan urusan menikah.

- Pembuktian I

Pak Karman memasuki ruang kerjanya dan duduk di kursinya. Tiba-tiba matanya menangkap
sepucuk surat tergeletak di atas meja kerjanya. Ia baca surat itu. Dari Zahrana. Kemarahannya seketika
meluap,

"Kurang ajar!" Ia seperti petinju yang nyaris meng-KO lawan, tiba-tiba malah dipukul KO. Ia
sama sekali tidak memperhitungkan Zahrana akan membuat keputusan nekat itu.

Namun ia tetap akan membuat perhitungan dengan satu-satunya dosen Fakutas Teknik yang
masih gadis itu.
"Kau benar-benar ingin mengajak bermain api denganku Zahrana. Baik. Tunggu
pembalasanku. Kau akan tahu akibatnya mempermainkan seorang Insinyur Haji Sukarman, MSc. Tunggu
saja. Akan kubuat kau menangis sing dan malam dan merasakan penyesalan yang tiada berkesudahan!"
Geram Pak Karman.

Analisis I

Berdasarkan pembuktian I membuktikan adanya permasalahan dalam perjalanan hidup


Zahrana, yaitu berawal dari penolakan Zahrana terhadap lamaran Pak Sukarman.

Pembuktian II

Yang tampak dari jendela hanyalah awan pekat. Sesekali pesawat goyang. Ia sama sekali tidak
cemas an tegang. Sebab ia tahu pegitu pesawat berhasil mengangkasa masa kritisnya telah lewat. Dari
jendela ia melihat garis kilat menyambar. Pesawat terus melesat menerobos awan. Lampu tanda
kenakan sabuk pengaman belum dipaamkan. Pesawat kembali goyang. Ia mendengar beberapa orang
menyebut nama Tuhan. Ia pun ikut menyebut nama Tuan. Tetapi ingatannya masih pada wajah ayah
dan ibunya yang tampak dingin dan kuranf senang.

Analisis II

Berdasarkan pembuktian II membuktikan adanya permasalahan dalam perjalanan hidup


Zahrana, yaitu prestasi yang ia raih ternyata tidak dapat membahagiakan hati orangtuanya.

c) Klimaks

Karena telat menikah Zahrana dijuluki Perawan Tua oleh masyarakat. Menjelang hari
pernikahannya, Rahmad, calon suami Zahrana meninggal tertabrak kereta api.

Pembuktian I

Pagi harinya bukan pesta pernikahan yang digelar tapi upacara belasungkawa kematian. Tak
ada lagu bahagia. Tak ada gelak tawa. Yang ada adalah mata yang berkaca-kaca dan rinai tangis jiwa.

Analisis I

Berdasarkan pembuktian I membuktikan adanya peningkatan masalah saat calon suami


Zahrana meninggal tepat di malam pernikahannya.

Pembuktian II

"Gara-gara kamu masuk TV kemarin, banyak orang yang tanya, 'Selamat ya Pak anaknya dapat
penghargaan, tapi kapan Pak Munajat punya mantu?' atau 'Kenapa Zahrana belum juga nikah? Hati-hati
nanti jadi perawn tua lho Pak'. Terus Bapak sampai di Mushalla, orang pada nanya itu juga diantaranya.
Di pasar ketemu kenalan itu juga yang ditanya. Bapak musti jawab apa?"

Analisis II
Berdasarkan pembuktian II membuktikan adanya peningkatan masalah ketika kedua orangtua
Zahrana terus-terusan menekan Zahrana untuk segera menikah.

d) Resolusi

Zahrana menyadari bahwa menikah juga merupakan kewajiban. Zahrana berikhtiar agar segera
bertemu dengan jodohnya. Ia dipersunting oleh Hasan untuk dijadikan pendamping hidup.

Pembuktian I

Azan Maghrib berkumandang. Tanda waktu buka puasa tiba. Zahrana meneguk kolak dan
makan mendoan. Ada kenikmatan luar biasa saat buka. Kenikmatan yang susah diungkapkan dengan
kata-kata. Hanya orang-orang yang berpuasa saja yang bisa merasakannya. Pembicaraan dengan Bu Zul
tidak Zahrana sampaikan kepada ibunya. Ia tak ingin ibunya kecewa jika yang diharapkan tak terjadi lagi.
Setelah shalat Maghrib Zahrana mendapat telpon dari Bu Zul,

"Bu Zahrana. Mengenai keputusan syarat yang Bu Zahrana ajukan, ini ibu langsung dengar
sendiri suara Hasan ya.."

Suara di hand phone Zahrana lalu berubah,

"Bu Zahrana ini Hasan. Saya setuju dengan syarat ibu. Ibu siapkan maharnya dan penghulunya.
Kami sekeluarga insya Allah berangkat sekarang, dan kami shalat Isya di masjid dekat rumah Ibu."

"Kau serius Hasan?"

"Iya Bu."

"Kau bisa mencintaiku?"

"Iya Bu."

Analisis I

Berdasarkan pembuktian I membuktikan adanya penyelesian masalah saat Zahrana menikah


dan hidup bahagia.

Pembuktian II

Namun ia kemudian berusaha menghibur, "Yang kedua Yah, Zahrana berharap mengajar di
lingkungan pesantren jadi jalan bagi Zahrana menemukan jodoh Zahrana. Bertahun-tahun di kampus
jodoh yang Zahrana harap tidak juga datang".

Wajah ayahnya itu sedikit cerah, "Semoga harapanmu terkabul. Kalau perlu kamu harus berani
minta tolong pada Pak Kiai. Siapa tahu beliau bisa membantu menemukan jodohmu."

Analisis II
Berdasarkan pembuktian II membuktikan adanya penurunan masalah saat Zahrana
membahagiakan hati ayahnya karena kesediaannya untuk menikah.

e) Penutup

Zahrana dan Hasan hidup bahagia bersama menjalani kehidupan rumah tangga yang sakinah
mawaddah warahmah.

Pembuktian I

Dua sejoli yang dipenuhi rasa bahagia dan saling mencintai itu berjalan-jalan di Tembok
Raksasa sambil menghirup sejuknya musim semi. Zahrana merasakan bahwa kesabarannya selama ini
benar-benar dilihat dan dibalas oleh Allah dengan sebaik-baik balasan.

Analisis I

Berdasarkan pembuktian I membuktikan adanya penurunan masalah saat Hasan datang untuk
melamar Zahrana.

Pembuktian II

Sambungan ditutup. Zahrana menangis tersedu-sedu. Melihat itu sang ibu bingung dan
bertanya-tanya pada Zahrana. Dengan terisak-isak Zahrana menjelaskan apa yang terjadi. Sang ibu turut
menangis. Zahrana lalu sujud syukur. Dalam sujudnya Zahrana memohon kepada Allah agar akad nikah
itu benar-benar terjadi. Tidak sekadar angan-angan dan mimpi. Dan pada malam kedua di Bulan Suci
Ramadhan itu, apa yang diharapkan Zahrana terjadi. Akad nikah setelah shalat tarawih disaksikan oleh
jamaah yang membludak. Sebagian besar adalah tetangga Zahrana. Mereka turut terharu. Saat akad
nikah ibu Zahrana menangis tersedu-sedu. Beberapa ibu-ibu juga menangis

Analisis II

Bedasarkan pembuktian II membuktikan adanya penyelesaian masalah ketika Zahrana berhasil


membuat ibunya bahagia karena Zahrana mau menerima lamaran Hasan.

5. Sudut Pandang

i. Sudut pandang orang ketiga serba tahu

Novel 'CINTA SUCI ZAHRANA' menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Hal ini dapat
dilihat dari pemakaian subjek dia, ia, dan nama orang. Selain itu, tokoh Zahrana yang menjadi tokoh
utama dalam novel ini dapat menjelaskan jalan pikiran tokoh lain.

Pembuktian I

Acara penyambutan itu ditutup dengan doa yang dipimpin dosen pengampun mata kuliah agama
Islam, yang bernama Drs. Fadholan, M.Ag. Selesai berdoa Pak Sukarman minta waktu sebentar kepada
Zahrana untuk berbincang dan bahkan Pak Sukarman hendak mentraktirnya bersama para dosen untuk
makan di restoran Kampung Laut, tetapi Zahrana menolak dengan alasan sudah sangat keletihan. Jika ia
tidak segera istirahat ia takut dirinya jatuh sakit. Sebab ia sudah merasa mulai demam. Pak Sukarman
tidak bisa menahan, meskipun dalam hati ia menanggung kekecewaan.

Analisis

Berdasarkan pembuktian II, menunjukkan bahwa novel 'CINTA SUCI ZAHRANA' menggunakan
sudut pandang orang ketiga serba tahu karena menggunakan subjek Zahrana, Pak Sukarman dan subjek
'ia' sebagai pengganti tokoh.

Pembuktian II

"Oh tidak! Tidak! Tidak!" Zahrana menjerit histeris. Jeritannya menyayat hati siapa saja yang
mendengarnya. Setelah itu ia pingsan seketika. Semua yang ada di rumah itu terpukul. Para tetangga
Zahrana yang mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi ikut sedih dan meneteskan airmata.

Analisis

Berdasarkan pembuktian III menunjukkan bahwa novel 'CINTA SUCI ZAHRANA' menggunakan sudut
pandang orang ketiga serba tahu kerena menggunakan nama orang, yaitu penggunaan nama Zahrana.

6. Amanat

Jangan pernah putus harapan. Selagi masih ada kesempatan dan kemauan, maka jalan keluar akan
terbuka lebar bagi siapa saja yang ingin meraih kejayaan di masa depan.

Pembuktian I

Pesan dari ibunya itu benar-benar menancap dalam dadanya. Pesan dan kejadian itu selalu ia
hadirkan setiap kali ia merasa lemah dan setiap kali ia merasa ada godaan yang akan menggeser
tujuannya ke kota pelajar Jogjakarta, yaitu menuntut ilmu. Bahkan ketika ia sudah mendapatkan
beasiswa dan mendapatkan hadiah dari memenangkan lomba menulis karya ilmiah mahasiswa. Uang itu
ia gunakan untuk mendaftar di sebuah perguruan tinggi. Ia masuk Fakultas Teknik juga di Universitas itu
tapi Jurusan Teknik Sipil. Ia bisa mengkreditkan mata kuliah yang sudah ia ambil di UGM. Ia ingin
memiliki kematangan ilmu dasar teknik. Ia ingin matang di bidang arsitektur dan tiknik sipil sekaligus.

Analisis

Zahrana berasal dari keluarga sederhana, namun karena semangat dan kemauan yang tinggi
dalam menuntut ilmu ia berhasil menyelesaikan pendidikannya dan mendapatkan prestasi sesuai
dengan yang ia cita-citakan.

Pembuktian II

"Jika benar Bu Zahrana, eh maaf Dik Zahrana diberi beasiswa penuh oleh Fudan University, maka
saya dukung penuh. Dik Zahrana sebaiknya ambil Ph.D, saya yang akan ikut. Kan kuliah di Malaysia baru
beberapa bulan. Saya pindah saja ikut kuliah di Fudan. Selesai S3 semoga Dik Zahrana bisa mengajar di
sana, saya terus lanjut sampai selesai S3, setelah kita berdua meraih gelar Doktor, kita pulang. Kalau
tidak ada universitas yang mau menerima kita, kita dirikan perguruan tinggi sendiri." Kata Hasan.

"Mas Hasan serius?"

"Serius. Sekarang coba kontak Prof Jiang, apa tawarannya masih berlaku."

Analisis

Hasan mendukung penuh keinginan Zahrana untuk melanjutkan pendidikannya meraih gelar
Doktor di Fudan University. Zahrana menyatakan kesediaannya kepada pihak Fudan University untuk
mengambil tawaran yang pernah ditawarkan kepadanya.

7. Gaya Bahasa

a) Majas personifikasi atau majas penginsanan

Ialah majas yang melekatkan sifat-sifat atau ciri-ciri manusia pada benda lain atau penginsanan
yang menggambarkan benda-benda tak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat manusia.

Penjabaran

Derasnya air hujan membuat lingkungan di sekeliling rumah Zahrana basah. Air hujan yang sudah
sampai di tanah mengalir masuk ke selokan menghanyutkan daun kering.

Pembuktian

Bunyi rintik hujan di genteng bersahutan dengan bunyi guntur yang menyambar-nyambar. Daun-
daun menari bergesekan tertiup angin. Rerumputan meringkuk dalam basah. Air berlarian masuk
selokan bersama daun-daun kering dan sampah. Dua orang tua itu duduk membisu di beranda rumah
mereka. Rumah tembok yang sederhana dan tua. Perawatan yang baik dan penataan bunga-bunga dan
tanaman hidup lainnya yang menglirkan nyawa membuatnya tetap berwibawa. Kelemahannya tertutupi
dengan nyaris sempurna. Dalam guyuran hujan rumah itu tetap tampak hangat. Warna hijau muda
membuatnya tetap tampak segar.

Analisis

Berdasarkan kalimat 'Air berlarian masuk selokan bersama daun-daun kering, ranting-ranting
patah dan sampah' termasuk ke dalam majas personifikasi atau majas penginsanan karena air
digambarkan layaknya makhluk hidup, yaitu bisa berlari.

b) Majas hiperbola

Ialah majas yang melebih-lebihkan atau membesar-besarkan apa yang sebenarnya dimaksudkan.

Penjabaran
Tepuk tangan hadirin yang hadir dalam acara pemberian penghargaan kepada anak bangsa yang
berprestasi terdengar sangat bergemuruh dan memenuhi gedung.

Pembuktian

Hadirin terkesima dan tepuk tangan membuat gedung itu terasa mau runtuh. Kamera wartawan
terus membidik wajah Zahrana. Setelah mengucapkan terimakasih kepada Tsinghua University, ayah dan
ibunya di Indonesia dan kepada semua yang berjasa kepadanya, Zahrana mengakhiri pidatonya dengan
sepenggal doa.

Analisis

Berdasarkan kalimat 'Hadirin terkesima dan tepuk tangan membuat gedung itu terasa mau
runtuh' termasuk ke dalam majas hiperbola karena tepuk tangan dijadikan sebagai penyebab runtuhnya
gedung.

c) Majas sinekdoke pars prototo

Ialah majas pertautan yang menyebutkan nama bagiannya untuk keseluruhannya sebagai
pengganti nama keseluruhan.

Penjabaran

Zahrana kembali ke Indonesia dengan mengendarai pesawat. Ia membawa banya barang dari
Beijing. Barang-barang tersebut ia letakkan di bagasi pesawat.

Pembuktian

Zahrana mencari bagasinya, ia mendekati ban berjalan, juga ratusan penumpang lainnya. Satu
persatu barang keluar menari di atas ban berjalan. Yang merasa memiliki barang itu langsung
mengambilnya. Mengangkatnya ke atas troly lalu pergi. Koper dan satu kardus besar Zahrana keluar dan
berjalan di atas ban, Zahrana menunjukkan pada petugas porter. Dengan sigap petugas porter yang
kekar itu mengangkat koper Zahrana ke atas troly juga kardusnya.

Analisis

Berdasarkan kalimat 'ia mendekati ban berjalan' termasuk ke dalam majas sinekdoke pars prototo
karena hanya menyebutkan ban sebagai perwakilan dari pesawat.

d) Majas repetisi

Ialah gaya bahasa yang mengulang sepatah kata beberapa kali untuk menegaskan arti gaya bahasa.

Penjabaran

Disaat Zahrana tengah dirundung permasalahan yang sangat rumit, Lina selalu berusaha
menguatkan hati Zahrana untuk tetap tabah dalam menghampiri cobaan.
Pembuktian

"Tidak Rana. Kau tidak boleh pupus harapan. Ingatlah Allah Mahaluas kasih sayang-Nya. Percayalah ini
cuma ujian kecil. Masih banyak hamba Allah di muka bumi ini yang diuji dengan ujian yang jauh lebih
besar dari yang kualami. Ayolah Rana, kau harus tabah! Kau harus tegar! Kau harus kuat! Kau harus
terus maju! Kau tak boleh menyerah. Putus asa berarti kau menyerahkan dirimu dalam perangkap
setan!"

Analisis

Berdasarkan kalimat ' Ayolah Rana, kau harus tabah! Kau harus tegar! Kau harus kuat! Kau harus
terus maju! Kau tak boleh menyerah' termasuk ke dalam majas repetisi karena mengulang 'kau harus'
beberapa kali untuk membangkitkan semangat paa diri seseorang.

e) Majas simile

Ialah perbandingan dua hal yang berlainan, akan tetapi sengaja dianggap sama.

Penjabaran

Zahrana sangat kaget ketika ia mengetahui bahwa calon suaminya meninggal di malam
pernikahannya. Ia benar-benar tidak bisa menerima kenyataan pahit ini.

Pembuktian

"Rahmad telah tiada, Anakku! Rahmad meninggal dunia!"

"Apa!!?" Ia kaget bagai tersengat listrik beribu-ribu volt.

Analisis

Berdasarkan kalimat 'Ia kaget bagai tersengat listrik beribu-ribu volt' termasuk ke dalam majas
simile karena perasaan kaget diumpamakan sengatan aliran listrik.

II. Unsur Ekstrinsik

1. Latar Belakang Pengarang

Habiburrahman El Shirazy adalah Novelis No. 1 Indonesia (dinobatkan oleh INSANI UNIVERSITAS
DIPONEGORO Semarang, tahun 2008). Sastrawan terkemuka Indonesia ini juga ditahbiskan oleh Harian
Republika sebagai TOKOH PERUBAHAN INDONESIA 2007. Ia dilahirkan di Semarang, Jawa Tengah, 30
September 1976.
Sarjana Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir ini, selain dikenal sebagai novelis, juga dikenal sebagai
sutradara, dai, dan penyair. Karya-karyanya banyak diminati tak hanya di Indonesia, tetapi juga di
mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Hongkong, Taiwan, dan Australia. Banyak kalangan
menilai, karya-karya fiksinya dinilai dapat membangun jiwa dan menumbuhkan semangat berprestasi
pembaca.

Sastrawan yang akrab disapa dengan panggilan "Kang Abik" ini, memulai pendidikan menengahnya di
MTs Futhuhiyyah I Mranggen sambil belajar kitab kuning di Pondok Pesantren Al Anwar, Mranggen,
Demak di bawah asuhan K.H. Abdul Bashir Hamzah. Pada tahun 1992 ia merantau ke kota budaya
Surakarta untuk belajar di Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta, lulus pada tahun 1995.
Setelah itu melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke Fakultas Ushuluddin, Jurusan Hadits
Universitas Al-Azhar, Kairo dan selesai pada tahun 1999. Pada tahun 2001 lulus Postgraduate Diploma
(Pg. D) S2 di The Institute for Islamic Studies di Kairo yang didirikan oleh Imam Al-Baiquri.

Antara tahun 2003-2004, ia mendedikasikan ilmunya di MAN I Jogjakarta. Selanjutnya sejak tahun 2004
hingga 2006, ia menjadi dosen Lembaga Pengajaran Bahasa Arab dan Islam Abu Bakar Ash Shiddiq UMS
Surakarta. Kini, ia lebih sering menjadi 'dosen terbang' untuk memberikan kuliah dan stadium general di
pelbagai perguruan tinggi terkemuka di Indonesia. Juga menjadi pembicara dalam seminar di dalam dan
di luar negeri. Di forum Internasional, misalnya, pernah menjadi pembicara di University Petronas
Malaysia, di Masjid Camii Tokyo dalam SYIAR ISLAM GOLDEN WEEK 2010 TOKYO, di Grand Auditorium
Griffit University Brisbane, Australia, juga menjadi pembicara dalam Seminar Asia-Pacific di University Of
Neu South Wales at ADFA, Canberra, dan lain sebagainya.

Selama di Kairo, ia telah mengahsilkan beberapa naskah drama dan menyutradarainya, diantaranya:
Wa Islama (1999), Sang Kyai dan Sang Durjana (gubahan atas karya Dr. Yusuf Qardhawi yang berjudul
'Alim Wa Thaghiyyah, 2000), Darah Syuhada (2000). Tulisannya berjudul Membaca Insanniyah al Islam
dimuat dalam buku Wacana Islam Universal (diterbitkan oleh kelompok Kajian MISYKATI Kairo, 1998).
Berkesempatan menjadi ketua TIM Kondifikasi dan Editor Antologi Puisi Negeri Seribu Menara Nafas
Peradaban (diterbitkan oleh ICMI Orsat Kairo). Beberapa karya terjemahan yang telah ia hasilkan seperti
Ar-Rasul (GIP, 2001), Biografi Bin Abdul Aziz (GIP, 2002), Menyucikan Jiwa (GIP,2005), Rihlah Ilallah (Era
Intermedia, 2004), dan lain-lain. Cerpen-cerpennya dimuat dalam antologi Ketika Duka Tersenyum (FBA,
2001), Merah di Jenin (FBA,2002), dan Ketika Cinta Menemukanmu (GIP, 2004), dan lain-lain.

Beberapa karya populer yang telah terbit antara lain, Ketika Cinta Berbuah Surga (MQS Publishing,
2005), Pudarnya Pesona Cleopatra (Republika, 2005), Ayat-Ayat Cinta (Republika-Basmala, 2004, telah
difilmkan), Diatas Sajadah Cinta(telah disinetronkan Trans TV, 2004), Ketika Cinta Bertasbih (Republika-
Basmala, 2007, telah difilmkan), Ketika Cinta Bertasbih 2(Republika-Basmala, 2007, telah difilmkan),
Dalan Mihrab Cinta (Republika-Basmala, 2007), Bumi Cinta (Author Publishing, 2010), The Romance
(Ilmiah, 2010), dan Cinta Suci Zahrana yang ada di genggaman Anda. Kini sedang merampungkan Langit
Makkah Berwarna Merah, Bidadari Bermata Bening, Bulan Madu di Yerussalem, Dari Sujud ke Sujud
(kelanjutan dari Ketika Cinta Bertasbih), dan Ayat Ayat Cinta 2.
Dengan karya-karyanya yang fenomenal itu, Kang Abik yang oleh banyak kalangan dijuluki "penulis
bertangan emas" telah diganjar banyak penghargaan bergengsi tingkat nasional maupun Asia Tenggara,
diantaranya:

- PENA AWARD 2005, Novel Terpuji Nasional, dari Forum Lingkar Pena

- THE MOST FAVOURITE BOOK 2005, versi Majalah Muslimah

- IBF AWARD 2006, sebagai TOKOH PERUBAHAN INDONESIA 2007

- ADAB AWARD 2008 dalam bidang novel Islami diberikan oleh Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta

- UNDIP AWARD sebagai Novelis No. 1 Indonesia, diberikan oleh INSANI UNDIP tahun 2008

- PENGHARGAAN DARI MENPORA sebagai sastrawan yang berjasa mengembangkan sastra Indonesia
bermutu sehingga memberikan inspirasi tumbuhnya film nasional yang bermartabat.

- PENGHARGAAN SASTRA NUSANTARA 2008 sebagai sastrawan kreatif yang mampu menggerakkan
masyarakat membaca sastra oleh PUSAT BAHASA dalam Sidang Majelis Sastra Asia Tenggara (MASTERA)

- PARAMADINA AWARD 2009 for Outstanding Countribution to the Advancement of Literature and Art
in Indonesia.

- PENGHARGAAN PENULIS SKENARIO TERBAIK/TERPUJI untuk skenario Sinetron Ketika Cinta Bertasbih
Spesial Ramadhan 2010, dalam Festifal Film Bandung 2011.

Adapun sebagai sutradara, Kang Abik mengawali debutnya dengan film Dalam Mihrab Cinta yang
diangkat dari novelnya dengan judul yang sama. Film tersebut menjadi film paling laris di penghujung
tahun 2010 dan awal tahun 2011.

Kini selain menulis dan berdakwah, Kang Abik dipercaya untuk menjadi Ketua Liga Sastra Islami Dunia
(The International League for Islamic League) atau Rabithahul Adab Al Islami Al 'Alamiyyah, cabang
Indonesia, sebuah wadah bagi sastrawan muslim terkemuka di dunia Islam yang berpusat di Riyadh,
Saudi Arabia.

Sehari-hari Kang Abik tinggal di kota kecil Salatiga bersama keluarganya. Dan untuk berkomunikasi
dengannya, bisa melalui email my.kangabik@gmail.com.

2. Situasi dan Kondisi

Situasi dan kondisi pengarang saat mengarang novel CINTA SUCI ZAHRANA adalah penulis sangan
kental dengan kehidupan dunia pesantren. Penulis sering menghabiskan waktunya di pesantren. Hampir
semua pendidikan yang ia tempuh berbasis Islam yang berada di bawah naungan pondok pesantren,
sehingga penulis sangat memahami adab berbicara dengan orang yang lebih tua dan orang yang
tingkatnya di atas kita.

Selain itu, penulis juga merupakan penduduk kota kecil Salatiga, Jawa Tengah yang letaknya di lereng
timur Gunung Merbabu, sehingga penulis sangat paham dengan budaya dan istilah-istilah yang biasa di
terapkan penduduk Jawa. Pemandangan-pemandangan sawah mudah pengarang gambarkan, juga
kondisi sosial ekonomi masyarakat desa mudah pengarang jabarkan.

3. Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Novel

3.1 Nilai Budaya

Nilai budaya adalah nilai-nilai yang berkenaan dengan kebiasaan atau tradisi yang berlaku pada
suatu daerah.

Penjabaran

Nilai budaya yang terkandung di masyarakat biasanya dapat berupa budaya ewuh pakewuh, yaitu
budaya menghormati orang yang sudah berjasa dalam kehidupan, serta budaya memeriahkan pesta
pernikahan dengan nyanyi-nyanyian.

Pembuktian I

Kedua, juga masih memanfaatkan budaya ewuh pakewuh, ia meminta Bu Merlin yang bicara pada
Zahrana. Kalau misalnya Zahrana kurang menghormati dirinya, ia yakin Zahrana sangat menghormati Bu
Merlin. Sebab Bu Merlin adalah orang yang menarik Zahrana untuk mengajar di kampus dan ia adalah
orang yang ikut memberi rekomendasi agar Zahrana diberi SK sebagai dosen tetap. Zahrana akan
berpikir ulang kalau harus menolak lamaran yang disampaikan lewat lisan Bu Merlin.

Analisis I

Berdasarkan pembuktian tersebut, novel ini mengandung nilai budaya yang ditunjukkan oleh
adanya budaya ewuh pakewuh yang berisi anjuran untuk menghormati orang yang sudah berjasa dalam
kehidupan.

Pembuktian II

Pengeras suara telah dipasang. Lagu-lagu khas pesta pernikahan dinyalakan. Sore itu syair lagu
dari group kasidah Nasyida Ria berkumandang,

Duhai senangnya pengantin baru.

Duduk bersanding bersenda gurau.


Zahrana tersenyum. Besok ia akan mengalaminya. Duduk bersanding dengan suaminya. Zahrana
ingin membantu kaum ibu di dapur menyiapkan segala sesuatu. Tapi mereka meminta Zahrana istirahat
saja. Maka setelah shalat Isya ia langsung tidur, agar besok ia benar-benar fresh dan segar.

Analisis II

Berdasarkan pembuktian tersebut, terdapat nilai budaya yang berupa perayaan hari pernikahan
yang biasa dimeriahkan dengan lagu-lagu khas pengantin.

3.2 Nilai Sosial

Nilai sosial adalah nilai-nilai yang berkenaan dengan tata pergaulan antara individu dalam
masyarakat.

Penjabaran

Nilai sosial yang terkandung di masyarakat biasanya dapat berupa interaksi umum maupun
khusus, misalnya gotong royong membangun sekolah darurat yang sederhana dan mengajar anak-anak
yang sudah putus sekolah dan tidak berpendidikan.

Pembuktian I

Persiapan perhelatan akad nikah dan walimatul ursy di rumah Zahrana nyaris sempurna. Besok
acara pernikahan itu akan berlangsung. Rumah itu kini ramai dengan orang. Anak-anak kecil berlarian
bermain kejar-kejaran.

Analisis I

Berdasarkan pembuktian tersebut, novel ini mengandung nilai sosial yang ditunjukkan oleh
adanya sikap tolong menolong yang dilakukan tetangga-tetangga Zahrana ketika ada pesta pernikahan
di rumah Zahrana.

Pembuktian II

Beberapa hari setelah itu teman-temannya berdatangan mengucapkan bela sungkawa. Juga
teman-teman dosen Fakultas Teknik. Hampir semuanya datang. Termasuk Bu Merlin dan Pak Karman.
Zahrana sangat kaget ketika Pak Karman datang.

Analisis II

Berdasarkan pembuktian II, novel ini mengandung nilai sosial, yaituvsaling berbagi kasih sayang
kepada sesama yang mendapatkan musibah.

3.3 Nilai Moral

Nilai moral adalah nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan akhlak atau etika. Nilai moral
dalam cerita bisa jadi nilai moral yang baik, bisa pula nilai moral yang buruk.
Penjabaran

Nilai moral yang terkandung di masyarakat biasanya dapat dilihat dari pola hidup tetangga-
tetangga sekitar. Perilaku moral tetangga yang buruk tidak boleh ditiru dan moral tetngga yang baik
patut atau bahkan wajib dipertahankan.

Pembuktian I

Bagaimana mungkin ia bisa menikah dan hidup serumah seterusnya dengan orang yang moralnya
sudah bejat seperti itu. Sebenarnya ia bahkan sudah tidak betah mengajar di kampus itu. Faktornya tak
lain dan tak bukan ya kepemimpinan Pak Sukarman. Tetapi setiap teringat kedua orangtuanya dan
teringat Bu Merlin dan teman-teman dosennya yang baik-baik ia bisa kuat bertahan. Prinsipnya selama
ia tidak diganggu Pak Sukarman maka ia bertahan. Tetapi apa yang terjadi sekarang?

Analisis I

Berdasarkan pembuktian tersebut, novel ini mengandung nilai moral, yaitu moral buruk Pak
Sukarman yang membuat bawahannya tidak betah bekerja di bawah kepemimpinannya.

Pembuktian II

Ia sangat disegani oleh sesama dosen dan dicintai oleh mahasiswanya. Ia juga disayang oleh
keluarga dan para tetangganya. Bagi perempuan seusianya, nyaris tidak ada yang kurang pada dirinya.
Sudah berapa kali ia mendengar pujian tentang kesuksesannya. Hanya ia seorang yang tahu bahwa
sejatinya ia sangat menderita.

Analisis II

Berdasarkan pembuktian II, novel ini mengandung nilai moral yang baik, yaitu tetap bersikap ceria
meskipun hatinya tengah dirundung masalah.

3.4 Nilai Estetika

Nilai estetika adalah nilai-nilai yang memiliki kemampuan untuk menilai keindahan atau
berapresiasi terhadap karya seni berdasarkan standar dan kriteria estetika.

Penjabaran

Nilai estetika dalam novel ini terlihat pada penyajian gaya bahasa dalam cerita. Pengarang sangat
lihai dalam pemilihan diksi untuk lebih memperindah cerita.

i. Kelebihan

Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini sangat indah dan penuh makna. Sehingga dapat
menarik minat pembaca.

Pembuktian I
Bunyi rintik hujan di genteng bersahutan dengan bunyi guntur yang menyambar-nyambar.
Daun-daun menari bergesekan tertiup angin. Rerumputan meringkuk dalam basah. Air berlarian masuk
selokan bersama daun-daun kering dan sampah. Dua orang tua itu duduk membisu di beranda rumah
mereka. Rumah tembok yang sederhana dan tua. Perawatan yang baik dan penataan bunga-bunga dan
tanaman hidup lainnya yang menglirkan nyawa membuatnya tetap berwibawa. Kelemahannya tertutupi
dengan nyaris sempurna. Dalam guyuran hujan rumah itu tetap tampak hangat. Warna hijau muda
membuatnya tetap tampak segar.

Analisis I

Berdasarkan pembuktian I dapat dinilai bahwa gaya bahasa yang digunakan sangat indah dan
dapat menarik minat pembaca. Hal ini dapat dilihat pada kalimat ' Bunyi rintik hujan di genteng
bersahutan dengan bunyi guntur yang menyambar-nyambar', kalimat tersebut cukup memberi
gambaran kepada para pembaca akan lebatnya hujan yang disertai dengan adanya guntur.

Pembuktian II

Hadirin terkesima dan tepuk tangan membuat gedung itu terasa mau runtuh. Kamera wartawan
terus membidik wajah Zahrana. Setelah mengucapkan terimakasih kepada Tsinghua University, ayah dan
ibunya di Indonesia dan kepada semua yang berjasa kepadanya, Zahrana mengakhiri pidatonya dengan
sepenggal doa.

Analisis II

Berdasarkan pembuktian I dapat dinilai bahwa gaya bahasa yang digunakan sangat indah dan
dapat menarik minat pembaca. Hal ini dapat dilihat pada kalimat 'Hadirin terkesima dan tepuk tangan
membuat gedung terasa mau runtuh', kalimat tersebut cukup memberi gambaran kepada pembaca
akan banyaknya hadirin yang berada di dalam gedung.

ii. Kekurangan

Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini masih ada kekurangan dalam pemakaian majas
karena bahasa yang digunakan sulit dipahami oleh para pembaca mengenai maksud yang ingin
disampaikan pengarang.

Pembuktian I

Zahrana mencari bagasinya, ia mendekati ban berjalan, juga ratusan penumpang lainnya. Satu
persatu barang keluar menari di atas ban berjalan. Yang merasa memiliki barang itu langsung
mengambilnya. Mengangkatnya ke atas troly lalu pergi. Koper dan satu kardus besar Zahrana keluar dan
berjalan di atas ban, Zahrana menunjukkan pada petugas porter. Dengan sigap petugas porter yang
kekar itu mengangkat koper Zahrana ke atas troly juga kardusnya.

Analisis I
Berdasarkan pembuktian I dapat dinilai bahwa gaya bahasa yang digunakan cukup membuat
pembaca kebingungan dalam hal pemahaman terhadap kata 'ban', pembaca kesulitan menafsirkan ban
yang dimaksud penulis, apakah ban pesawat terbang ataukah ban troly.

Pembuktian II

Penjual kerupuk itu menepi menghentikan sepedanya. Ia melakukan hal yang sama. Penjual krupuk itu
membuka topi lebarnya dan mengipas-ngipaskannya ke tubuhnya. Semarang memang panas, meskipun
hari telah senja. Zahrana terperanjat. Masih muda dan ganteng. Keringat yang mengalir, lengan yang
kekar terbakar matahari menambah pesona tersendiri. Sesaat lamanya ia memandangi penjual kerupuk
itu.

Analisis II

Berdasarkan pembuktian II dapat dinilai bahwa gaya bahasa yang digunakan pengarang sulit
ditafsirkan oleh para pembaca. Hal ini dapat dilihat pada kalimat 'lengan yang kekar terbakar matahari
menambah pesona tersendiri', pembaca kesulitan menafsirkan kalimat tersebut. Kalimat tersebut
menimbulkan dua penafsiran, yakni kulit yang hitam manis dan kulit yang hitam dengan wajah manis.

KESIMPULAN

Dari keseluruhan uraian yang dilakukan oleh penulis, mengenai unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik
dalam novel CINTA SUCI ZAHRANA karya Habiburrahman El Shirazy, maka dapat disimpulkan bahwa
setiap tahapan alur dalam novel ini mengisahkan perjuangan seorang wanita dalam meraih prestasi dan
jati diri yang dapat menumbuhkan semangat berprestasi bagi para pembaca, utamanya para pembaca
yang masih duduk di bangku sekolah maupun di bangku perkuliahan. Selain itu, novel ini juga
mengisahkan perjuangan seseorang dalam menjemput takdir dan bersabar dalam penantiannya
menunggu takdir Sang Maha Kuasa.

Anda mungkin juga menyukai