Anda di halaman 1dari 4

ALAT PENGUBAH PERASAAN

Penulis : Chandra

Lala adalah seorang anak gadis yang tinggal di sebuah desa bersama kedua
orang tua nya dan juga bersama kakak dan adiknya. Lala adalah seorang gadis yang
menghormati kedua orang tuanya. Lala selalu mendengarkan dan juga mengerjakan
apapun yang orang tuanya perintahkan. Lala juga sangat menyayangi kakak dan
adiknya. Kakak Lala bernama Lili dan adik Lala bernama Lulu. Lala juga dikenal
sebagai gadis yang baik dan ramah kepada orang sekitarnya.
Lala juga dikenal sebagai seorang anak yang sangat pandai dan berprestasi.
Lala sekolah di sekolah yang ternama di kampungnya. Semenjak dari awal masuk
sekolah, Lala selalu mendapatkan peringkat terbaik di sekolahnya. Lala sangat
disayangi oleh guru-guru di tempat dia sekolah. Sewaktu kelas lima SD, Lala
mengikuti suatu lomba di sekolah di kota.
Lala mengikuti lomba bersama empat orang temannya yang bernama Andi,
Anton, Titi dan Tari. Lomba itu bertemakan “Kreatifitas Anak Bangsa”. Dalam
perlombaan itu, Lala dan teman-temannya dituntut untuk bisa menciptakan suatu
benda yang bermanfaat untuk kehidupan di masa depan. Menjelang perlombaan itu,
Lala dan teman-temannya dan dibimbing oleh gurunya. Lala sangat dan teman-
temannya sangat antusias untuk mengikuti perlombaan tersebut.
Setiap bahan yang diperlukan untuk membentuk alat yang canggih tersebut
mereka siapkan bersama-sama. Lala dan teman-temannya mencoba berbagai hal
untuk bisa menciptakan alat tersebut. Sudah banyak alat dan berbagai cara
mereka lakukan untuk bisa menciptakan alat tersebut. Dan mereka sudah
menghabiskan waktu selama sebulan untuk membuat alat tersebut. Disaat itu
terjadilah perdebatan antara Lala dan teman-temannya. Mereka mulai menyerah
dan ingin mengundurkan diri dari perlombaan tersebut.
Saat mendengar kabar itu, kepala sekolah dan guru-guru di sekolah itu
berusaha untuk memotivasi Lala dan teman-temannya. Namanya juga anak-anak
yang mudah bosan untuk melakukan hal yang sama untuk berulang kali. Namun, guru
dan kepala sekolah tetap berusaha membujuk dan memotivasi Lala dan temannya
supaya mau menciptakan alat yang canggih tersebut. Salah satu teman Lala merasa
bosan dengan celotehan dan motivasi dari gurunya. Temannya itu bernama Andi,
bahkan dia hampir seminggu tidak mau masuk sekolah.
Seiring berjalannya waktu, hari untuk perlombaan itu semakin dekat. Kepala
sekolah mulai merasa khawatir akan perlombaan itu. Bu guru yang bernama Bu Risa
juga mulai merasa khawatir karena semangat para murid-muridnya mulai menurun.
Bahkan sampai ada yang tidak mau masuk sekolah karena hal itu. Bu guru mencoba
untuk menemui Andi ke rumah orang tua Andi. Bu guru pergi ke rumah Andi
bersama kepala sekolah dan teman-teman Andi. Di perjalanan ke rumah Andi, Lala
terserempet motor.
Setelah beberapa meter Lala terseret oleh motor tersebut, teman-
temannya berteriak dan berlari mendekati Lala. Akibat kecelakaan itu Lala tidak
sadarkan diri. Lala tergeletak lemah dan tak sadarkan diri di tengah jalan itu. Bu
guru dan kepala sekolah langsung membawa Lala ke rumah sakit. Lala dirawat di
ruang IGD, setelah beberapa lama akhirnya Lala dipindahkan ke ruang ICU. Karena
benturan yang sangat keras Lala pun tidak sadarkan diri beberapa jam.
Ketika melihat anaknya tidak sadarkan diri, orang tua Lala hanya bisa
menangis dan sangat membenci keadaan. Ayah Lala yang sangat menyayanginya
sangat tidak bisa menerima kondisi anaknya saat ini. Setelah beberapa minggu
dirawat di rumah sakit, Lala diizinkan untuk dirawat di rumah oleh dokter. Ayahnya
segera mengurus surat-surat kepulangan Lala dari rumah sakit tersebut. Karena
keadaan itu, ayah Lala yang dulu sangat mendukung apapun yang dilakukan Lala.
Perlahan Lala mulai sembuh dan Lala pun diizinkan untuk masukl sekolah kembali.
Sejak kejadian itu ayahnya tak lagi mengizinkan anaknya untuk mengikuti
lomba serta kegiatan apapun di sekolahnya. Lala merasa sangat sedih dengan
keputusan ayahnya. Lala tetap ingin mengikuti lomba itu dan dia pun pergi membuat
alat itu secara diam-diam. Karena melihat kegigihan Lala untuk mengikuti lomba
itu, akhirnya Andi bersedia bergabung kembali dengan temannya untuk mengikuti
lomba itu. Mereka kembali mencoba menciptakan alat tersebut.
Hari demi hari Lala sering terlambat pulang sekolah. akhirnya, ayahnya mulai
curiga dan mencari tau alasan anaknya terlambat pulang sekolah. Setelah beberapa
hari mencari tau kegiatannya anaknya, ayah Lala akhirnya mengetahui penyebab
anaknya sering terlambat pulang sekolah. Sampai di rumah, Lala dimarahi oleh
ayahnya dan mengurung Lala dan tidak mengizinkan Lala untuk masuk sekolah lagi.
Karena hukuman itu Lala tidak bisa pergi kemana-mana lagi dan dia merasa sangat
sedih.
Beberapa hari Lala tidak ada kabar, Bu guru mulai mencemaskan Lala dan
menanyakannya kepada teman Lala. Salah satu teman Lala menjelaskan kepada Bu
guru alasan Lala tidak masuk sekolah. Setelah jam pelajaran selesai, Bu guru
langsung berangkat ke rumah Lala bersama teman Lala untuk menemuinya. Saat
sampai di rumah Lala, Bu guru dan teman Lala disambut dengan muka masam oleh
ayah Lala. Namun, Bu guru tetap memberikan senyuman dan menanyakan
keberadaan Lala kepada ayahnya. Bu guru menanyakannya berkali-kali.
Bu guru tidak mendapatkan jawaban apapun dari ayah Lala. Bu guru mencoba
untuk berteriak di rumah itu sambil memanggil nama Lala. Di sudut rumah dalam
sebuah kamar, terdengar sahutan dari Lala. Bu guru berlari menghampiri Lala ke
ruangan tersebut. Ayah Lala mencoba menghalangi Bu guru. Namun, teman-teman
Lala membuat kekacauan di rumah itu dan perhatian ayah Lala teralihkan oleh
mereka. Bu guru sampai ke ruangan itu, melihat kondisi itu dia sangat sedih.
Bu guru mencoba menenangkan Lala dengan keadaan itu. Pada akhirnya, Lala
mulai menerima keadaannya. Setelah selesai berbincang dengan Lala, Bu guru
akhirnya pulang bersama teman Lala. Ayah Lala tampak sangat kesal kepada Bu
guru. Karena kejadian itu, Bu guru merasa kasian kepada Lala dan memikirkan
bagaimana cara untuk melepaskan Lala dari hukuman ayahnya itu. Pada malam
harinya, Bu guru berfikir apa yang harus ia lakukan untuk membebaskan ana itu.
Dan mucul sebuah ide yaitu “ Membuat alat pengubah perasaaan”.
Siang hari di sekolah, Bu guru dan teman Lala mencoba membuat alat
tersebut. Dan perlombaanpun semakin dekat. Selama dua minggu mereka mencoba
membuat alat tersebut. Alat tersebut pada akhirnya berhasil mereka ciptakan
bersama-sama. Bu guru merasa bangga terhadap anak didiknya. Teman-teman Lala
mencobakan alat tersebut kepada ayah Lala. Benar saja, ayah Lala yang tadinya
keras kepada Lala dengan otomatis menggunakan alat itu ayahnya kembali bersikap
lembut. Berkat alat itu dan atas izin Allah SWT. Lala mendapatkan izin dari
ayahnya untuk mengikuti lomba tersebut.
Hari yang ditunggu telah tiba, Lala dan teman-teman berangkat ke sekolah
yang menagadakan lomba tersebut. Setelah beberapa jam di perjalanan, mereka
akhirnya sampai di sekolah itu. Mereka langsung masuk ke ruangan dan bersiap
untuk melihatkan dan membuktikan alat yang mereka buat. Tak lama kemudian
acara dimulai. Tibalah saatnya Lala dan temannya menampilkan alat yang telah
dibuat itu. Alat itu ditampilkan dengan baik dan dijelaskan rinciannya dengan
sangat baik oleh Lala dan teman-temannya.
Setelah beberapa lama penampilan alat-alat karya anak bangsa itupun
akhirnya selesai. Pemenang lomba tersebut diumumkan satu jam kemudian. Sambil
menunggu pengumuman itu, Lala dan teman-teman istirahat dan makan di kantin
bersama guru mereka. Setelah satu jam, mereka bergegas untuk kembali ke
ruangan tadi untuk mendengarkan pengumuman lomba tersebut. Lala, teman-
teman, Bu guru, dan kepala sekolah sangat berharap agar sekolah mereka bisa
memenangkan lomba tersebut.
Dan hal yang ditunggu-tunggu akhirnya datang, panitia lomba mulai
mengumumkan pemenang dari lomba tersebut. Dengan hati yang berdebar Lala,
teman-teman, Bu guru dan kepala sekolah mendengarkan setiap pemenang dari
lomba tersebut. Sampailah di puncak acara, panitia acara menyebutkan pemenang
dari lomba tersebut yaitu.... sekolah SDN 30 Teratak Tengah. Lala dan teman-
temannya berteriak dengan sangat keras. Karena nama sekolah itu adalah nama
sekolah mereka.
Akhirnya usaha mereka tidak sia-sia, penghargaan dan piala serta hadiah
lain mereka dapatkan. Kepala sekolah dan Bu guru merasa sangat bangga kepada
anak-anaknya. Dan mereka merayakan kemenangan mereka dengan bahagia dan
penuh rasa syukur kepada Allah SWT. mereka tampak sangat bahagia.

Anda mungkin juga menyukai