Anda di halaman 1dari 2

Tugas Hukum Asuransi Syariah

Rifda Zulfia 17421114

Apa yang dimaksud dengan Asuransi menurut


1. KUHPerdata
Menurut Pasal 1774 KUH Perdata, “Suatu persetujuan untung–untungan (kans-
overeenkomst) adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi
semua pihak maupun bagi sementara pihak, bergantung kepada suatu kejadian yang belum
tentu”.
Beberapa hal penting mengenai asuransi:
Merupakan suatu perjanjian yang harus memenuhi Pasal 1320 KUH Perdata;
Perjanjian tersebut bersifat adhesif artinya isi perjanjian tersebut sudah ditentukan oleh
Perusahaan Asuransi (kontrak standar). Namun demikian, hal ini tidak sejalan dengan
ketentuan dalam Undang-undang No.8 tahun 1999 tertanggal 20 April 1999 tentang
Perlindungan Konsumen;
Terdapat 2 (dua) pihak di dalamnya yaitu Penanggung dan Tertanggung, namun dapat juga
diperjanjikan bahwa Tertanggung berbeda pihak dengan yang akan menerima tanggungan;
Adanya premi sebagai yang merupakan bukti bahwa Tertanggung setuju untuk diadakan
perjanjian asuransi;
Adanya perjanjian asuransi mengakibatkan kedua belah pihak terikat untuk melaksanakan
kewajibannya.
2. KUHD, UU Nomor 2 Tahun 1992
Ketentuan Undang–undang No.2 tahun 1992 tertanggal 11 Pebruari 1992 tentang
Usaha Perasuransian (“UU Asuransi”), Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara
dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung
dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu
peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas
meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
3. Keppres RI No.40 Tahun 1988
Usaha di bidang Asuransi Kerugian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya
dapat dilakukan oleh Perusahaan Asuransi Kerugian, Perusahaan Reasuransi, Perusahaan
Broker Asuransi, dan Adjuster Asuransi dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Perusahaan Asuransi Kerugian hanya dapat melakukan usaha asuransi kerugian dan/atau
reasuransi kerugian;
b. Perusahaan Reasuransi hanya dapat melakukan usaha reasuransi kerugian dan/atau
reasuransi jiwa.
c. Perusahaan Broker Asuransi hanya dapat melakukan usaha sebagai perantara asuransi
dan/atau perantara reasuransi, bertindak untuk kepentingan tertanggung;
d. Adjuster Asuransi hanya dapat melakukan usaha adjuster asuransi kerugian.
4. Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1249/KMK.013/1988
Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1249/KMK.013/1988 ttg Ketentuan & Tata
Cara Pelaksanaaan Usaha di Bidang Asuransi Kerugian.
5. KMK RI No. 1250/KMK.013/1988
Tentang Usaha Asuransi Jiwa
6. Asuransi Dalam Islam
Asuransi bukanlah termasuk bentuk perniagaan yang dihalalkan dalam Islam, sebab
perusahaan asuransi tidaklah pernah melakukan praktik perniagaan sedikitpun dengan
nasabahnya. Hal ini akan menjadi jelas bila kita kembali menerapkan berbagai hukum
hutang-piutang, Asuransi di haramkan karna mengandung unsur riba, yaitu bila nasabah
menerima uang klaim, dan ternyata jumlah uang klaim yang ia terima melebihi jumlah total
setoran yang telah dibayarkan. Asuransi mengandung tindakkedzaliman, yaitu perusahan
asuransi memakan harta nasabah dengan cara-cara yang tidak dibenarkan dalam syariat islam.

Anda mungkin juga menyukai