0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
10 tayangan2 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang asuransi menurut beberapa sumber hukum di Indonesia seperti KUH Perdata, KUHD, peraturan pemerintah, dan keputusan menteri keuangan. Dokumen tersebut juga membahas bahwa asuransi dianggap haram dalam Islam karena mengandung unsur riba dan kezaliman.
Dokumen tersebut membahas tentang asuransi menurut beberapa sumber hukum di Indonesia seperti KUH Perdata, KUHD, peraturan pemerintah, dan keputusan menteri keuangan. Dokumen tersebut juga membahas bahwa asuransi dianggap haram dalam Islam karena mengandung unsur riba dan kezaliman.
Dokumen tersebut membahas tentang asuransi menurut beberapa sumber hukum di Indonesia seperti KUH Perdata, KUHD, peraturan pemerintah, dan keputusan menteri keuangan. Dokumen tersebut juga membahas bahwa asuransi dianggap haram dalam Islam karena mengandung unsur riba dan kezaliman.
1. KUHPerdata Menurut Pasal 1774 KUH Perdata, “Suatu persetujuan untung–untungan (kans- overeenkomst) adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak maupun bagi sementara pihak, bergantung kepada suatu kejadian yang belum tentu”. Beberapa hal penting mengenai asuransi: Merupakan suatu perjanjian yang harus memenuhi Pasal 1320 KUH Perdata; Perjanjian tersebut bersifat adhesif artinya isi perjanjian tersebut sudah ditentukan oleh Perusahaan Asuransi (kontrak standar). Namun demikian, hal ini tidak sejalan dengan ketentuan dalam Undang-undang No.8 tahun 1999 tertanggal 20 April 1999 tentang Perlindungan Konsumen; Terdapat 2 (dua) pihak di dalamnya yaitu Penanggung dan Tertanggung, namun dapat juga diperjanjikan bahwa Tertanggung berbeda pihak dengan yang akan menerima tanggungan; Adanya premi sebagai yang merupakan bukti bahwa Tertanggung setuju untuk diadakan perjanjian asuransi; Adanya perjanjian asuransi mengakibatkan kedua belah pihak terikat untuk melaksanakan kewajibannya. 2. KUHD, UU Nomor 2 Tahun 1992 Ketentuan Undang–undang No.2 tahun 1992 tertanggal 11 Pebruari 1992 tentang Usaha Perasuransian (“UU Asuransi”), Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. 3. Keppres RI No.40 Tahun 1988 Usaha di bidang Asuransi Kerugian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan oleh Perusahaan Asuransi Kerugian, Perusahaan Reasuransi, Perusahaan Broker Asuransi, dan Adjuster Asuransi dengan ketentuan sebagai berikut : a. Perusahaan Asuransi Kerugian hanya dapat melakukan usaha asuransi kerugian dan/atau reasuransi kerugian; b. Perusahaan Reasuransi hanya dapat melakukan usaha reasuransi kerugian dan/atau reasuransi jiwa. c. Perusahaan Broker Asuransi hanya dapat melakukan usaha sebagai perantara asuransi dan/atau perantara reasuransi, bertindak untuk kepentingan tertanggung; d. Adjuster Asuransi hanya dapat melakukan usaha adjuster asuransi kerugian. 4. Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1249/KMK.013/1988 Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1249/KMK.013/1988 ttg Ketentuan & Tata Cara Pelaksanaaan Usaha di Bidang Asuransi Kerugian. 5. KMK RI No. 1250/KMK.013/1988 Tentang Usaha Asuransi Jiwa 6. Asuransi Dalam Islam Asuransi bukanlah termasuk bentuk perniagaan yang dihalalkan dalam Islam, sebab perusahaan asuransi tidaklah pernah melakukan praktik perniagaan sedikitpun dengan nasabahnya. Hal ini akan menjadi jelas bila kita kembali menerapkan berbagai hukum hutang-piutang, Asuransi di haramkan karna mengandung unsur riba, yaitu bila nasabah menerima uang klaim, dan ternyata jumlah uang klaim yang ia terima melebihi jumlah total setoran yang telah dibayarkan. Asuransi mengandung tindakkedzaliman, yaitu perusahan asuransi memakan harta nasabah dengan cara-cara yang tidak dibenarkan dalam syariat islam.