Anda di halaman 1dari 50

EFEKTIVITAS PROGRAM MAHARAGU SUNGAI DI KOTA

BANJARMASIN

(Studi Pelaksanaan Pada Sungai Kelurahan Basirih)

PROPOSAL

Untuk Seminar dalam Penulisan Skripsi

Program Studi Ilmu Pemerintahan

Disusun Oleh:

Nurhalimah (1910413320028)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

BANJARMASIN

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di Indonesia hampir disetiap daerah memiliki sungai yang menjadi sumber

tumpuan bagi masyarakat yang bermukim di sekitar bantarannya. Indonesia

merupakan negara kepulauan terbesar di dunia karena terdiri dari 17.504 pulau, maka

dari itu Indonesia kaya akan sumber daya kemaritiman bahkan 2/3 dari wilayah

Indonesia adalah air. Berdasarkan kondisi geografis Negara Indonesia maka

Indonesia memiliki begitu banyak sungai-sungai yang mana sejak dulu hingga sejak

kini masyarakat tidak bisa mempungkiri bahwa sungai sangat berperan penting bagi

kehidupan masyarakat, meskipun kualitas air pada sungai sudah tidak semaksimal

seperti dulu lagi, namun bagi masyarakat yang tinggal di bantaran sungai masih

membutuhkan fungsi dan keberadaannya.

Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan yaitu Kota Banjarmasin merupakan

kota yang mendapati julukan Kota Seribu Sungai dengan memiliki wilayah seluas

98,46 km2 serta merupakan kepulauan yang terdiri dari kisaran 25 buah pulau kecil

(delta) yang dipisakan oleh sungai-sungai tersebut. Julukan tersebut diberikan karena

dilihat dari beberapa ruas sungai besar yang airnya mengaliri sebagian bahkan hampir

seluruh wilayah Kota Banjarmasin, di mulai dari Sungai Barito sampai Sungai

Martapura. Jika dibandingkan dengan dahulu, diketahui bahwa sungai di Kota

Banjarmasin juga dijadikan sebagai sarana transportasi yang mengangkut penumpang

maupun barang-barang, tetapi seiring berjalannya waktu hal tersebut sudah mulai

berkurang dikarenakan transportasi darat yang sudah memadai dan memiliki banyak

pilihan serta jalan yang dilalui sudah mulus dan tidak rusak. Oleh sebab itu, rasa

kepedulian masyarakat terhadap sungai menjadi berkurang dan menjadikan sungai

1
sebagai tempat pembuangan sampah.

Menurut Badan Pusat Statistik, Kota Banjarmasin memiliki jumlah penduduk

sebanyak 715 703,00 jiwa secara keseluruhan pada tahun 2020 yang terdiri dari 5

(lima) kecamatan yaitu, Banjarmasin Selatan dengan jumlah penduduk 167192,00

jiwa, Banjarmasin Timur dengan jumlah penduduk 127 190,00 jiwa, Banjarmasin

Barat dengan jumlah penduduk 153 548,00 jiwa, Banjarmasin Tengan dengan jumlah

penduduk 96 370,00 jiwa, dan Banjarmasin Utara dengan jumlah penduduk 171

403,00 jiwa. (Sumber: Badan Statistik Kota Banjarmasin).

Berdasarkan data jumlah penduduk tersebut tidak sedikit pula masyarakat

yang bertempat tinggal di bantaran sungai. Salah satu lokasi sungai di Kota

Banjarmasin yang masyarakatnnya masih kurang memiliki kepedulian terhadap

sungai adalah masyarakat Sungai Ampera Kelurahan Basirih Kecamatan Banjarmasin

Barat. Pola kehidupan masyarakat di wilayah ini sangat bergantung kepada sungai

karena mereka hidup di bantaran sungai tersebut, yang mana di tempat tersebut

masyarakatnya melakukan berbagai aktivitas seperti kegiatan MCK (mandi, cuci, dan

kakus), membuang sampah di sungai, mencuci baju, dan menjuci peralatan rumah

tangga lainnya yang menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem sungai beserta

lingungan sekitar sungai. Pemanfaatan sungai oleh sisa aktivitas yang dilakukan oleh

manusia secara terus-menerus menyebabkan pendangkalan sehingga kualitas air

sungai pun ikut memburuk. Jika diperhatikan memang begitu banyak aktivitas yang

dilakukan oleh warga msayarakat sekitar sungai bahkan anak-anak pun juga ikut

memanfaatkan sungai sebagai wadah untuk bermain dan berenang. Bahkan,

masyarakat yang tidak betempat tinggal di bantaran sungai tersebut pun juga

memanfaatkan sungai sebagai sarana untuk memancing.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 37 Tahun 2012 Tentang

2
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 18 Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, sebagian kewenangan

pemerintah dalam pengelolaan sumber daya air dapat diselenggarakan oleh

pemerintah daerah, dalam rangka mendukung terselenggaranya pengelolaan Daerah

Aliran Sungai.

Peraturan Daerah Kota Banjarmasin No 2 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan

Sungai, Sungai adalah life support system bagi manusia sebagaimana diatur dalam

UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya, karena itu perlu dilestarikan. Pelestarian yang dikehendaki adalah

pelestarian fungsi sungai, yang meliputi a) sebagai penyediaan air, b) prasarana

transportasi, c) penyedia tenaga, d) prasarana pengaliran (drainase), dan e) pariwisata

dan aktivitas sosial budaya.

Berdasarkan pada ketentuan Peraturan Daerah Kota Banjarmasin No 15

Tahun 2016 tentang Upaya Peningkatan Pengelolaan Sungai, betujuan agar potensi

sungai bisa dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan, kemakmuran rakyat

dan kelestarian lingkungan hidup serta melahirkan budaya kerjasama para pihak

dalam mengelola sungai menjadi bagian dari ciri daerah dalam kegiatan pengelolaan

sungai, serta mendapat informasi tentang sungai bisa diselenggarakan dan diakses

para pihak untuk dikembangkan sesuai dengan kebutuhannya.

Dalam rangka memlihara serta merevitalisasi fungsi sungai dengan baik

sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah Kota Banjarmasin No 15 Tahun 2016

tentang Upaya Peningkatan Pengelolaan Sungai dan Peraturan Daerah Kota

Banjarmasin No 2 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Sungai, Sungai adalah life

support system bagi manusia sebagaimana diatur dalam UU No 5 Tahun 1990

tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayari dan Ekosistemnya, karena itu perlu

3
dilestarikan. Maka Pemerintah Kota Banjarmasin mengahadirkan Program

“Maharagu Sungai” dalam upaya membangun kembali kepeduliaan serta partisipasi

masyarakat untuk memelihara sungai. Dengan program tersebut pemerintah

mengharapkan budaya kepedulian masyarakat yang bukan hanya membersihkan saja

tetapi juga menjaga, merawat, memelihara, dan memiliki rasa bertanggung jawab

secara terus menerus terhadap sungai.

Berkaitan dengan masalah yang ditimbulkan oleh masyarakat terhadap

kurangnya rasa peduli terhadap menjaga lingkungan sungai, maka Program

“Maharagu Sungai” tersebut dilahirkan oleh Pemerintah Kota Banjarmasin dengan

tujuan untuk merevitalisasi keadaan sungai dengan menciptakan lomba “Maharagu

Sungai” yang diikuti oleh 5 kecamatan di Kota Banjarmasin, yang mana setiap

kecamatan masing-masing mengirimkan 3 sungai untuk mewakilinya. Adapun data

sungai yang mengikuti kegiatan lomba “Maharagu Sungai” yaitu:

Table 1. Data Peserta yang Mengikuti Kegiatan Lomba Maharagu Sungai

No Kecamatan Nama Sungai

1 Banjarmasi 1) Sungai Tapis

. Kandal (RT. 06

Kelurahan Alalak

Tengah )

2) Sungai Tungku

(RT. 34 Kelurahan

Sungai Miai)

4
3) Sungai kubur (RT.

10 dan RT 11

Kelurahan Alalak

Tengah)

1) Sungai Pekapuran

(RT. 17 dan RT.

18 Kelurahan

Karang Mekar)

2) Sungai Guring
2 Banjarmasi
(RT. 33 Kelurahan
. n Timur
Pekapuran Raya)

3) Sungai Simpang

Limau (RT. 09 dan

RT. 10 Kelurahan

Sungai Lulut)

3 Banjarmasi 1) Sungai Antasan

. n Selatan Segera (RT. 23

Kelurahan Murung

Raya)

2) Sungai Skip (RT.

04 dan RT. 05

Kelurahan Basirih

5
Selatan)

3) Sungai Bahaur

(RT. 08 dan RT.

09 Kelurahan

Basirih Selatan)

1) Sungai Baguntan

(RT. 17 dan RT.

26 Kelurahan

Basirih)

2) Sungai Banyiur

(RT. 39 dan RT.


4 Banjarmasi
45 Kelurahan
. n Barat
Basirih)

3) Anak Sungai

Pelambuan (RT.

67 dan RT. 27

Kelurahan

Pelambuan)

5 Banjarmasi 1) Sungai Pekapueran

. n Tengah (RT. 11 dan RT.

12 Kelurahan

6
Pekapuran Laut)

2) Sungai Kuin

(Kelurahan Pasar

Lama)

3) Sungai Baru (RT.

10 dan RT. 11

Kelurahan Sungai

Baru)

Program ini dihadirkan oleh pemerintah Kota Banjarmasin untuk

memberikan motivasi kepada masyarakat untuk memperbaiki keadaan sungai.

Selain itu, pemerintah juga membangkitkan partisipasi masyarakat dengan

memberi feed back kepada wilayah yang berhasil dalam mengikuti program ini,

namun dikutip dalam ANTARAKALSEL, menurut Ketua Tim Juri Lomba

Maharagu Sungai Banjarmasin 2020, Drs.M. Ary Achdyani, M.AP menegaskan

“yang kita cari bukan juara ataupun hadiahnya, tapi kita sama-sama belajar

bagaimana menciptakan kondisi dan membangun kesadaran bersama untuk

menjadikan sungai bersih, sehat, dan warganya patuh dalam menjaga dan

memelihara sungai”.

Efektivitas merupakan patokan untuk membandingkan antara proses

yang dilaksanakan dengan tujuan dan hasil yang diharapkan. Suatu program bisa

dikatakan efektif apabila usaha yang dilakukan sesuai dengan hasil yang

7
diharapkan oleh pelaksana program dan memberikan manfaat serta perubahan

dari program tersebut.

Pada penyelenggaraan Program Maharagu Sungai dengan kegiatan

membangun kesadaran serta menghidupkan kembali fungsi dan kondisi sungai

pada lokasi Sungai Kelurahan Basirih ini yang mana lokasi sungai tersebut

merupakan sungai yang memenangkan perlombaan Maharagu Sungai pada

tahun 2020 akan dikatakan efektif apabila segala proses kegiatan sesuai dengan

hasil yang dicapai dan diharapkan yakni mampu membangun kesadaran warga

masyarakat setempat dengan menjaga dan memelihara sungai tersebut serta tidak

membuang sampah sembarangan ke lokasi sungai.

Berdasarkan fakta dilapangan, maka bagi penulis menarik untuk diteliti

pada wilayah sungai Kelurahan Basirih dengan tujuan ingin mengetahui tingkat

kepeduliaan masyarakatnya yang dianggap mampu untuk menumbuhkan kembali

rasa tanggung jawab sebelum dilaksanakannya Program Maharagu Sungai dan

sesudah dilaksanakannya Program Maharagu Sungai ini serta penulis merasa

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Program

Maharagu Sungai Di Kota Banjarmasin (Studi Pelaksanaan Pada Sungai

Kelurahan Basirih)” sebagai salah satu contoh partisipasi masyarakat yang baik

untuk diikuti.

1.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan ini tidak terlepas dari hasil penelitian-

penelitian yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian

8
yang relevan dengan penelitian yang dilakukan saat ini. Adapun beberapa

penelitian terdahulu yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1) Muhammad Irfan Badruddin (2020), Program Studi Ilmu Pemerintahan,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat

dengan judul “Efektivitas Program Sungai Bebas Jamban Di Kecamatan

Martapura Barat Kabupaten Banjar”. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian ini menemukan

bahwa Pelaksanaan Program Sungai Bebas Jamban di Kecamatan

Martapura Barat Kabupaten Banjar khususnya di desa Sungai Rangas

Tengah dapat dikatakan sudah efektif karena telah memenuhi 5 poin

indikator efektivitas menurut Sutrisno (2007).

2) Moh. Fajar Norrahman (2020), Sekolah Tinggi Ilmu Adiministrasi (STIA

Amuntai) dengan judul “Efektivitas Program Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat (STBM) Melalui Gerakan Stop Buang Air Besar

Sembarangan (BABS) Di Desa Pawalutan Kecamatan Banjang

Kabupaten Hulu Sungai Utara”. Penelitian ini menggunakan metode

kualitatif dengan teknik purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian

ini menemukan bahwa Efektivitas Program Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat (STBM) Melalui Gerakan Stop Buang Air Besar

Sembarangan (BABS) di Desa Pawalutan Kecamatan Banjang

Kabupaten Hulu Sungai Utara tergolong belum efektif ditinjau dari

bebagai aspek Pertama, pada aspek keberhasilan program dalam hal

9
perilaku hidup sehat warga masyarakat tidak terpenuhi disebabkan masih

adanya sebagian warga masyarakat yang melakukan BABS di sejumlah

tempat dari karena tidak memiliki jamban di rumahnya. Di samping itu,

ditemukan fakta tentang kurangnya pengetahuan sebagian warga

masyarakat terhadap dampak yang diakibatkan dari BABS yang mereka

lakukan. Kedua, pada aspek keberhasilan dalam hal sasaran pencapaian

tujuan masih belum terwujud dikarenakan penyediaan jamban sehat

belum mencakup keseluruhan warga masyarakat yang tidak memiliki

jamban di rumahnya. Adapun dalam hal tingkat keberhasilan belum

terwujud dikarenakan baru sebagian kecil warga masyarakat yang telah

menerima bantuan jamban sehat. Ketiga, pada aspek kepuasan terhadap

program dalam hal kebutuhan warga masyarakat selaku pengguna belum

cukup memadai dalam hal pendanaan pembuatan jamban sehat sebab

dana diberikan secara bertahap sedangkan dalam hal kepuasan warga

masyarakat selaku pengguna tergolong rendah dari karena dana

pembuatan jamban sehat diberikan secara bertahap. Keempat, pada aspek

tingkat perbandingan input dan output diketahui dalam hal besaran

anggaran belum memadai untuk membiayai pembuatan keseluruhan

jamban sehat. Adapun dalam hal hasil program masih belum terpenuhi

dikarenakan dana desa juga diperuntukkan bagi pembangunan fisik

lainnya di desa sehingga belum dapat memenuhi kebutuhan keseluruhan

warga masyarakat. Kelima, pada aspek pencapaian tujuan menyeluruh

dalam hal sosialisasi sudah pernah diselenggarakan oleh instansi yang

10
terkait sedangkan dalam hal pembinaan terhadap masyarakat dilakukan

oleh pihak Puskesmas dibantu aparat desa.

3) Fierda Ayu Utami1, Dwi Rini S. Firdaus2, Layung Paramesti Martha3

(2020), Program Ilmu Komunikasi, Universitas Pakuan, Bogor,

Indonesia dengan judul “Efektivitas Kampanye Program Bogor Tanpa

Kantong Plastik Dalam Membangun Kepedulian Masyarakat Pada

Lingkungan”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif.

Berdasarkan hasil penelitian ini menemukan bahwa Efektivitas

kampanye program Bogor Tanpa Kantong Plastik terdiri dari empat

indikator yaitu indikator merebut perhatian khalayak dinyatakan 63%

responden setuju dan 32% sangat setuju, dari indikator penyampaian

pesan dinyatakan 67% responden setuju dan 31% sangat setuju, dari

indikator pesan dapat mempengaruhi keyakinan dinyatakan 54%

responden setuju dan 45% sangat setuju, serta dari indikator pesan

menciptakan konteks sosial dinyatakan 67% responden setuju dan 31%

sangat setuju. Hal tersebut menunjukkan bahwa tanggapan responden

tentang efektivitas kampanye program Bogor Tanpa Kantong Plastik

dapat dikatakan efektif.

4) Dian Anggreini Putri1, Salmin Dengo2,Very Y. Londa3 (2017), Program

Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Sam Ratulangi, Manado dengan

judul “Efektivitas Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis

Komunitas Di Kelurahan Titiwungen Utara Kecamatan Sario Kota

Manado”. Penelitian ini menggunakan metodologi pendekatan kualitatif.

11
Berdasarkan hasil penelitian ini menemukan bahwa Berdasarkan dari

penelitian yang telah dilakukan penulis di Lingkungan II & III,

Kelurahan Titiwungen Utara, Kecamatan Sario, Kota Manado. maka

dapat dikatakan sesuai dengan focus penelitian mengenai pengukuran

efektivitas program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis

Komunitas didapat bahwa tingkat efektifitas dalam pelaksanaan program

PLPBK telah cukup baik.

5) Syarifuddin1, Ahmad Alim Bachri2, Syamsul Arifin3 (2017), Program

Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran,

Universitas Lambung Mangkurat dengan judul “Kajian Efektivitas

Program Studi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Berdasarkan

Karakteristik Lingkungan dan Evaluasi Program di Kabupaten Banjar”.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan

pendekatan deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian ini menemukan

bahwa Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) tidak efektif

sehingga perlu evaluasi terhadap program tersebut mulai dari tingkat

bawah/desa atau masyarakat pengguna hingga pelaksana.

Table 2. Matriks Penelitian Terdahulu

Nama Judul Metode Hasil

Penelitian Penelitian Penelitian

Muhammad Irfan Efektivitas Penelitian ini Berdasarkan

Badruddin (2020), Program menggunaka hasil penelitian

12
Program Studi Ilmu Sungai n pendekatan ini menemukan

Ilmu Pemerintahan, Bebas kualitatif. bahwa

Universitas Lambung Jamban Di Pelaksanaan

Mangkurat. Kecamatan Program Sungai

Martapura Bebas Jamban

Barat di Kecamatan

Kabupaten Martapura

Banjar. Barat

Kabupaten

Banjar

khususnya di

desa Sungai

Rangas Tengah

dapat dikatakan

sudah efektif

karena telah

memenuhi 5

poin indikator

efektivitas

menurut

Sutrisno (2007).

Moh. Fajar Norrahman “Efektivitas Penelitian ini Berdasarkan

13
(2020), Sekolah Tinggi Program menggunaka hasil penelitian

Ilmu Adiministrasi Sanitasi n metode ini menemukan

(STIA Amuntai). Total kualitatif bahwa

Berbasis dengan Efektivitas

Masyarakat teknik Program

(STBM) purposive Sanitasi Total

Melalui sampling. Berbasis

Gerakan Masyarakat

Stop Buang (STBM)

Air Besar Melalui

Sembarangan Gerakan Stop

(BABS) Di Buang Air

Desa Besar

Pawalutan Sembarangan

Kecamatan (BABS) di Desa

Banjang Pawalutan

Kabupaten Kecamatan

Hulu Sungai Banjang

Utara”. Kabupaten

Hulu Sungai

Utara tergolong

belum efektif

ditinjau dari

14
bebagai aspek

Pertama, pada

aspek

keberhasilan

program dalam

hal perilaku

hidup sehat

warga

masyarakat

tidak terpenuhi

disebabkan

masih adanya

sebagian warga

masyarakat

yang

melakukan

BABS di

sejumlah

tempat dari

karena tidak

memiliki

jamban di

rumahnya. Di

15
samping itu,

ditemukan fakta

tentang

kurangnya

pengetahuan

sebagian warga

masyarakat

terhadap

dampak yang

diakibatkan dari

BABS yang

mereka

lakukan. Kedua,

pada aspek

keberhasilan

dalam hal

sasaran

pencapaian

tujuan masih

belum terwujud

dikarenakan

penyediaan

jamban sehat

16
belum

mencakup

keseluruhan

warga

masyarakat

yang tidak

memiliki

jamban di

rumahnya.

Adapun dalam

hal tingkat

keberhasilan

belum terwujud

dikarenakan

baru sebagian

kecil warga

masyarakat

yang telah

menerima

bantuan jamban

sehat. Ketiga,

pada aspek

kepuasan

17
terhadap

program dalam

hal kebutuhan

warga

masyarakat

selaku

pengguna

belum cukup

memadai dalam

hal pendanaan

pembuatan

jamban sehat

sebab dana

diberikan secara

bertahap

sedangkan

dalam hal

kepuasan warga

masyarakat

selaku

pengguna

tergolong

rendah dari

18
karena dana

pembuatan

jamban sehat

diberikan secara

bertahap.

Keempat, pada

aspek tingkat

perbandingan

input dan output

diketahui dalam

hal besaran

anggaran belum

memadai untuk

membiayai

pembuatan

keseluruhan

jamban sehat.

Adapun dalam

hal hasil

program masih

belum terpenuhi

dikarenakan

dana desa juga

19
diperuntukkan

bagi

pembangunan

fisik lainnya di

desa sehingga

belum dapat

memenuhi

kebutuhan

keseluruhan

warga

masyarakat.

Kelima, pada

aspek

pencapaian

tujuan

menyeluruh

dalam hal

sosialisasi

sudah pernah

diselenggarakan

oleh instansi

yang terkait

sedangkan

20
dalam hal

pembinaan

terhadap

masyarakat

dilakukan oleh

pihak

Puskesmas

dibantu aparat

desa.

Fierda Ayu Utami1, Efektivitas Penelitian ini Berdasarkan

Dwi Rini S. Firdaus2, Kampanye menggunaka hasil penelitian

Layung Paramesti Program n metode ini menemukan

Martha3 (2020), Bogor Tanpa penelitian bahwa

Program Ilmu Kantong kuantitatif. Efektivitas

Komunikasi, Plastik kampanye

Universitas Pakuan, Dalam program Bogor

Bogor, Indonesia. Membangun Tanpa Kantong

Kepedulian Plastik terdiri

Masyarakat dari empat

Pada indikator yaitu

Lingkungan. indikator

merebut

21
perhatian

khalayak

dinyatakan 63%

responden

setuju dan 32%

sangat setuju,

dari indikator

penyampaian

pesan

dinyatakan 67%

responden

setuju dan 31%

sangat setuju,

dari indikator

pesan dapat

mempengaruhi

keyakinan

dinyatakan 54%

responden

setuju dan 45%

sangat setuju,

serta dari

indikator pesan

22
menciptakan

konteks sosial

dinyatakan 67%

responden

setuju dan 31%

sangat setuju.

Hal tersebut

menunjukkan

bahwa

tanggapan

responden

tentang

efektivitas

kampanye

program Bogor

Tanpa Kantong

Plastik dapat

dikatakan

efektif.

Dian Anggreini Putri1, Efektivitas Penelitian ini Berdasarkan

Salmin Dengo2,Very Program menggunaka hasil penelitian

Y. Londa3 (2017), Penataan n metodologi ini menemukan

23
Program Studi Ilmu Lingkungan pendekatan bahwa

Pemerintahan, Permukiman kualitatif. Berdasarkan

Universitas Sam Berbasis dari penelitian

Ratulangi, Manado. Komunitas yang telah

Di Kelurahan dilakukan

Titiwungen penulis di

Utara Lingkungan II

Kecamatan & III,

Sario Kota Kelurahan

Manado. Titiwungen

Utara,

Kecamatan

Sario, Kota

Manado. maka

dapat dikatakan

sesuai dengan

focus penelitian

mengenai

pengukuran

efektivitas

program

Penataan

Lingkungan

24
Permukiman

Berbasis

Komunitas

didapat bahwa

tingkat

efektifitas

dalam

pelaksanaan

program

PLPBK telah

cukup baik.

1) Syarifuddin1, Kajian Penelitian ini Berdasarkan

Ahmad Alim Efektivitas menggunaka hasil penelitian

Bachri2, Program n metode ini menemukan

Syamsul Arifin3 Studi penelitian bahwa Program

(2017), Sanitasi kuantitatif Sanitasi Total

Program Studi Total dengan Berbasis

Magister Ilmu Berbasis pendekatan Masyarakat

Kesehatan Masyarakat deskriptif. (STBM) tidak

Masyarakat, Berdasarkan efektif sehingga

Fakultas Karakteristik perlu evaluasi

Kedokteran, Lingkungan terhadap

Universitas dan Evaluasi program

25
Lambung Program di tersebut mulai

Mangkurat. Kabupaten dari tingkat

Banjar. bawah/desa

atau masyarakat

pengguna

hingga

pelaksana.

Dari beberapa penelitian terdahulu yang telah diuraikan di atas,

terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaan antara penelitian ini dan

penelitian terdahulu adalah sama-sama membahas tentang efektivitas,

program pemerintah, dan bagaimana program tersebut berjalan dan

dampaknya terhadap masyarakat, serta beberapa tempat perguruan tinggi

dari peneliti terdahulu yaitu di Universitas Lambung Mangkurat. Perbedaan

antara penelitian ini dan penelitian terdahulu yaitu terdapat pada tempat

penelitian dan waktu penelitian. Fokus penelitian ini terletak pada Efektivitas

Program Maharagu Sungai Di Kota Banjarmasin dan lokusnya terletak pada

pelaksanaan di Sungai Kelurahan Basirih, Kota Banjarmasin.

1.3 Rumusan Masalah

1) Bagaimana Efektivitas Program Maharagu Sungai Di Kota Banjarmasin

(Studi Pelaksanaan Pada Sungai Kelurahan Basirih) ?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah:

26
1) Untuk menganalisis Efektivitas Program Maharagu Sungai Di Kota

Banjarmasin (Studi Pelaksanaan Pada Sungai Kelurahan Basirih).

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

berikut:

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat

memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam memperkaya wawasan,

pengetahuan, dan pemahaman terutama dalam efektivitas Program

Maharagu Sungai dalam rangka merevitalisasi, menjaga konsistensi, dan

meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap sungai di Kota

Banjarmasin, serta bisa dipergunakan dalam pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya yang menyangkut Ilmu Pemerintahan.

1.5.2 Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini secara praktis bisa menjadi bahan

motivasi seluruh masyarakat dalam merevitalisasi dan menjaga kearifan

sungai, mampu menjadikan pemerintah daerah khusus nya Dinas

Lingkungan Hidup Kota Banjarmasin sebagai bahan evaluasi dan bahan

pertimbangan untuk penyusunan program baru di Kota Banjarmasin

untuk memperbaiki kendala-kendala yang timbul dalam pelaksanaannya,

serta mampu menjadi satu bahan pembanding oleh penelitian lain yang

memiliki penelitian serupa.

27
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Efektivitas

2.1.1 Pengertian Efektivitas

Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya sarana dan

prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar telah ditetapkan

sebelumnya untuk menghasilkan barang atau jasa atas suatu kegiatan

atau program yang dijalankanyya. Menurut Richard M.Steers (1985)

dalam Badruddin (2020), mengatakan efektivitas berasal dari kata

efektif, yang mana berarti suatu pekerjaan itu dikatakan efektif jika

pekerjaan yang dilaksanakan tersebut dapat menghasilkan satu unit

keluaran (output). Selain dari itu, dalam proses pelaksanaan suatu

program yang dilakukan pemerintah semestinya mengarah ke

peningkatan kemampuan masyarakat dan juga dipandang sebagai

usaha membangunkan kesadaran terhadap msyarakat.

Menurut Chester I Barner di dalam kebijakan kinerja karyawan

menjelaskan bahwa arti efektif dan efisien adalah sebagai berikut :

When aspecific desired end is attained we shall say that the action is

effective. When the unsought consequences of the action are more

important than the attainment of the desaired end and are unimportant

or trival, the efficient. Accordingly, we shall say that an action is

effective if it specific objective aim. (Bila suatu tujuan yang telah

26
diharapkan akhirnya dapat diperoleh, kita boleh mengungkapkan

bahwa kegiatan tersebut adalah efektif. Tetapi bila dampak yang tidak

diperoleh dari kegiatan mempunyai nilai yang lebih penting

dibandingkan dengan hasil yang dicapai, sehingga berdampak kepada

ketidakpuasan walaupun efektif, hal ini disebut tidak efisien.

Sebaliknya, bila dampak yang tidak dicari-cari, tidak penting atau

remeh, maka kegiatan tersebut efisien. Berkaitan dengan hal tersebut,

kita dapat mengatakan sesuatu efektif bila mencapai tujuan tertentu).

Kemudian Menurut Mardiasmo (2004) dalam Badruddin

(2020), mengatakan bahwa Efektivitas merupakan tolak ukur berhasil

atau tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Apabila

suatu lembaga atau organisasi berhasil dalam mencapai tujuan, maka

organisasi tersebut bisa dikatakan telah berjalan dengan efektif.

Sedangkan menurut Gie (2000), efektivitas adalah keadaan atau

keberhasilan suatu kerja yang dilaksanakan oleh manusia, kelompok,

atau masyarakat untuk memberikan hasil guna yang diharapkan.

2.1.2 Ukuran Teori Efektivitas

Tingkatan efektivitas dapat diukur dengan menumbuhkan

rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah dicapai.

Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan serta tindakan yang telah

dilakukan tidak tercapai atau tepat maka sasaran yang diharapkan

tersebut dikatakan tidak efektif.

27
Campbell J.P. (Mutiarin dan Zainudin, 2014: 96) dalam

Noorrahman (2020), mengatakan pengukuran efektivitas secara umum

dan paling menonjol adalah:

1. Keberhasilan Program

Efektivitas program dapat dilaksanakan dengan kemampuan

operasional dalam menjalankan program-program kerja yang sesuai

dengan tujuan yang telah diinginkan sebelumnya. Kesuksesan serta

keberhasilan program dapat dilihat dari proses mekanisme suatu

kegiatan yang dilakukan di lapangan.

2. Keberhasilan Sasaran

Efektivitas dilihat dari sudut pencapaian tujuan dengan

memfokuskan perhatian terhadap aspek output, artinya efektivitas

dapat diukur dengan seberapa jauh tingkat ouput dalam kebijakan

dan prosedur dari organisasi, lembaga, atau masyarakat untuk

mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.

3. Kepuasan Terhadap Program

Kepuasaan merupakan kriteria efektivitas yang mengacu

pada keberhasilan program dalam memenuhi pengguna. Kepuasan

dirasakan oleh para penggunaan terhadap kualitas suatu produk

atau jasa yang didapatkan. Semakin berkualitas produk dan jasa

tersebut maka semakin tinggi pula kepuasaan yang didapatkan,

sehingga dapat menimbulkan keuntungan bagi lembaga.

28
4. Tingkat Output dan Input

Efektivitas tingkat output dan input dapat ditinjau dari

perbandingan antara keluaran dan masukan. Jika output lebih besar

dari input maka dapat dikatakan efisien dan sebaliknya jika input

lebih besar dari output maka bisa dikatakan tidak efisien.

5. Pencapaian Tujuan Menyeluruh

Sejauh mana organisasi, lembaga, atau masyarakat

melaksanakan tugasnya untuk mencapai suatu tujuan, maka hal ini

merupakan penilaian umum dengan sebanyak mungkin dan

mengahasilkan penilaian umum efektivitas organisasi.

Teori efektivitas menurut Duncan yang dikutip Richard M.

Steers (1985:53) dalam bukunya “Efektivitas Organisasi”dalam

Machfiroh (2015), mengatakan mengenai tolak ukur efektivitas, sebagai

berikut:

1. Pencapaian Tujuan

Pencapaian merupakan keseluruhan upaya kekuatan dalam

proses pencapaian yang dipandang seabagai suatu proses. Oleh

sebab itu, agar pencapaian tujuan akhir menjamin maka diperlukan

tahapan-tahapan baik dalam arti bagian-bagiannya maupun

periodisasinya yang terdiri dari beberapa faktor, yaitu kurun waktu

serta sasaran yang merupakan target awal.

2. Integrasi

29
Intergrasi merupakan pengukuran terhadap tingkat

keberhasilan suatu organisasi, lembaga, atau masyarakat untuk

mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus, dan komunikasi

dengan berbagai macam organisasi lainnya yang menyangkut proses

sosialisasi.

3. Adaptasi

Adaptasi adalah keupayaan organisasi untuk menyesuaikan

diri dengan lingkungannya. Untuk itu digunakan ukuran proses

pengadaan dan pengisian tenaga kerja.

Sebuah kegiatan atau program bisa dibilang efektif apabila

memenuhi beberapa kriteria atau indikator satuan pengukur efektivitas.

Lima indikator efektivias menurut Sutrisno (2007) dalam Badruddin

(2020), yaitu:

1. Pemahaman Program,

2. Tepat Sasaran,

3. Tepat Waktu,

4. Tercapainya Tujuan,

5. Perubahan Nyata.

2.1.3 Faktor Penghambat Efektivitas

Indrawijaya (1983) dalam Badruddin (2020), mengatakan

bahwa organisasi dapat didefinisikan suatu interaksi manusia yang

bekerjasama atau berkelompok dalam mencapai tujuan bersama yang

30
saling terikat dalam suatu ketentuan yang telah disepakati bersama.

Dalam suatu organisasi selalu ada seseorang yang akan

bertanggungjawab untuk mengkoordinasikan sejumlah orang untuk

saling bekerjasama dengan segala aktivitas dan fasilitasnya, dan

organisasi itu sendiri terdari dari individu-individu dan kelompok

masyarakat yang mana merupakan kunci sebuah efektivitas organisasi.

Robbins (1996) dalam Badrudding (2020), mengemukakan

empat (4) fungsi manajemen yang akan berpengaruh terhadap sebuah

efektivitas organisasi, yaitu:

1. Perencanaan yang mencakup tujuan, penegakan strategi dan

pengembangan rencana untuk mengkoordinasikan kegiatan.

2. Pengorganisasian yang mencakup penetapan tugas apa yang harus

dilaksanakan dan siapa yang akan melaksanakannya, lalu

bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan serta kepada siapa

akan dilaporkan dan dimana keputusan harus diambil.

3. Kepemimpinan yang mencakup hal motivasi terhadap bawahan,

mengarahkan orang lain, menyeleksi saluran-saluran komunikasi

yang paling efektif, dan memecahkan segala konflik dan masalah

yang ada.

4. Pengendalian merupakan kegiatan-kegiatan untuk memastikan

kegiatan itu dicapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan

mengoreksi jika terjadi penyimpangan.

31
Allen dalam Sutarto (1991) dalam Badruddin (2020),

menyebutkan bahwa faktor atau azas dalam organisasi yang

berpengaruh terhadap efektivitas organisasi ada enam (6), yaitu (1)

Tujuan, (2) Pembagian Fungsi, (3) Tanggungjawab Wewenang, (4)

Pelimpahan, (5) Pengawasan, dan (6) Kontrol.

2.2 Konsep Partisipasi Masyarakat

2.2.1 Pengertian Partisipasi

Menurut Wazir (1999: 30) dalam Nurdin (2020), Partisipasi

diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar kedalam kegiatan

sosial yang telah dihadirkan oleh pemerintah maupun instansi

terterntu, dengan itu seseorang bisa berpartisipasi bila dia berkelompok

melalui berbagai proses bersama dengan orang lain dan terdapat nilai,

tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan, dan tanggungjawab bersama.

Kemudian menurut Hatiefah (204:188-189), mengemukakan

makan partisipasi yaitu keterlibatan seseorang secara sukarela tanpa

tekanan dan tidak diperintah. Partisipasi pada dasarnya adalah

kerelaan, namun dengan kegiatan yang jelas, apabila suatu kegiatan

tersebut tidak jelas bagaimana seseorang tersebut menyalurkan

kesukarelaannya.

2.2.2 Partisipasi Masyarakat

Koho (20043: 127) dalam Annisya (2017), mengatakan bahwa

32
partisipasi masyarakat dapat dibagi menjadi empat tahapan, yaitu: 1)

Partisipasi dalam pembuatan keputusan, 2) Partisipasi dalam

pelaksanaan, 3) Partisipasi dalam pemanfaatan hasil, 4) Partisipasi

dalam evaluasi.

Kemudian dalam memahami Partisipasi Masyarakat, Sutoro

Eko dalam Triputro dan Superdal (2005:176) dalam Annisya (2017),

juga menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat merupakan kata kunci

utama dalam pemberdayaan, yang mana partisipasi masyarakat

berkaitan dengan hal ini:

1. Arena utama partisipasi adalah kebijakan (baik dalam bentuk

peraturan maupun program) yang merupakan sebagai wadah

mempertemukannya pemerintah dengan warga masyarakat.

2. Substansi partisipasi pada prinsipnya mencakup tiga hal, yakni

suara, akses, dan kontrol warga masyarakat terhadap pemerintahan

dan pembangunan yang akan berdampak kepada kehidupan sehari-

hari.

3. Proses partisipasi adalah berbagai kegiatan yang mempertemukan

antara pemerintah dengan warga masyarakat sebagai ruang

menyampaikan pendapat serta hak warga lainnya.

Dari kedua definisi di atas, partisipasi masyarakat merupakan

suatu keterlibatan masyarakat di semua tahapan proses dalam

perkembanganyang ada di dalam suatu kelompok masyarakat dalam

keikutsertaan sebuah kegiatan yang dihadirkan oleh pemerintah

33
maupun instansi lainnyayang bertujuan untuk mewujudkan suatu visi

dan misi yang telah diatur dan ditetapkan.

2.3 Program Maharagu Sungai

Program Maharagu Sungai merupakan program yang dihadirkan oleh

Pemerintah Kota Banjarmasin, melalui kantor Badan Lingkungan Hidup

Daerah (BLHD) yang akan segara menggelar aksi membersihkan sungai

secara bersama-sama dengan sebanyak mungkin anggota masyarakat yang

terlibat sekaligus memulai lomba “maharagu” (memelihara) sungai di Kota

setempat. Program Maharagu Sungai ini telah direncanakan dan dijadwalkan

sejak 3 April 2016, dalam rencana aksi bersama membersihkan sungai tersebut

telah dikabarkan bahwa Gubernur Kalimantan Selatan Sahibirin Noor juga

turut ikut dalam aksi membersihkan sungai di Ibukota Provinsi yaitu

Banjarmasin.

Aksi bersama itu sekaligus menjadi awal mula lomba Maharagu

Sungai yang akan menetapkan ke lima kecamatan dengan total 15 kelurahan

yang ada di Kota Banjarmasin untuk di ikutsertakan dalam perlombaan

bagaimana cara memelihara sungai dengan baik. Lomba ini dimaksudkan

untuk menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat agar terlibat dalam

revitalisasi sungai dengan cara membentuk kelompok pemangku sungai di

lingkungannya, kemudian dengan secara bersama-sama melakukan aksi nyata

dalam upaya penyelamatan sungai sehingga memberikan pembelajaran bagi

masyarakat secara umum.

34
Tujuan dari Program Maharagu Sungai adalah mengembalikan fungsi dan

kondisi sungai, membangun partisipasi serta mendorong lahirnya berbagai

inovasi revitalisasi sesuai karakteristik dan kondisi lingkungan masing-

masing. Dalam hal ini beberapa diantaranya yang dilombakan adalah

pengolahan dan pemilahan sampah yang baik, tempat pembuangan sampah,

bank sampah, hingga sungai terlihat bersih, selain itu ada pula penghijauan

bantaran sungai, penataan penghijauan, pemanfaatan lahan terbuka hijau,

kemudian yang terpenting partisipasi masyarakat seperti keaktifan pemangku

dan warga dalam membersihkan sungai, kerjasama, serta keterlibatan pemuda

dalam revitalisasi keadaan sungai.

35
2.4 Kerangka Pemikiran

Figure 1. Kerangka Pemikiran

Peraturan Pemerintah Daerah dalam Merevitalisasi keadaan Sungai di


Kota Banjarmasin pada Ketentuan Peraturan Daerah Kota Banjarmasin No
15 tahun 2016 Tentang Upaya Peningkatan Pengelolaan Sungai

Faktor Penghambat
Ukuran Teori Efektivitas
Efektivitas Program
menurut Campbell J.P.
Program Maharagu Sungai, Maharagu Sungai Di Kota
(Mutiarin dan Zainudin,
Kegiatan: Banjarmasin (Studi
2014: 96) :
Berbentuk Pelaksanaan Pada Sungai
Keberhasilan
Perlombaan, Kelurahan Basirih) :
Program
Kesadaran
Membangun
Keberhasilan Masyarakat
Partisipasi
Sasaran
Masyarakat
Kepuasan Terhadap Peduli
Terhadap Sungai,
Program
Mengembalikan
Tingkat output fungsi dan kondisi
dan input Sungai.
Efektivitas Program Maharagu Sungai Di Kota Banjarmasin Pelaksanaan
Pencapaian
Pada Sungai Kelurahan Basirih)
Tujuan
Menyeluruh

36
2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pernyataan singkat yang disimpulkan dari kerangka

pemikiran atau tinjauan pustaka dan merupakan jawaban sementara terhadap

masalah penelitian dan masih harus diuji kebenarannya karena jawaban yang

diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada

fakta-fakta emperis yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono,

2010).

37
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan Penelitian yang digunakan dalam penelitian Efektivitas

Penyelenggaraan Program Maharagu Sungai pada Sungai Kelurahan Basirih

ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Creswell (2009) dalam buku Metode

Penelitian Kombinasi (Mixed Methods) (2018:14) menyatakan penelitian

kualitatif adalah sarana untuk mengesplorasi dan memahami makna individu

atau kelompok yang dikaitkan dengan masalah manusia atau sosial. Proses

penelitian melibatkan prosedur dan pertanyaan yang muncul; mengumpulkan

data dalam pengaturan peserta; menganalisis data secara induktif, membangun

hal-hal khusus hingga umum; dan membuat interpretasi makna data. Laporan

akhir tertulis serta memiliki struktur penulisan yang fleksibel.

Peneliti menggunakan penelitian kualitatif karena berdsarkan tujuan

yang mana peneliti ingin melihat, memaparkan, dan menjelaskan suatu

fenomena secara lebih mendalam tentang pada Efektivitas Penyelenggaraan

Program Maharagu Sungai Di Kota Banjarmasin (Studi Pelaksanaan Pada

Sungai Kelurahan Basirih). Peneliti menggunakan pendekatan ini agar peneliti

dpat mempelajari secara lebih intensif tentang latar belakang masalah yang

sedang berlangsung.

38
3.2 Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif yang berupaya

menggambarkan kejadian atau fenomena sesuai seperti apa yang telah terjadi

di lapangan. Tipe penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan fakta dan

keadaan yang terjadi di saat penelitian berlangsung. Melalui tipe penelitian ini,

peneliti ingin mengetahui dan melihat proses dan faktor penghambat dalam

Efektivitas terhadap Program Maharagu Sungai di Kota Banjarmasin tahun

2020.

Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan

untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah

maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk,

aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara

fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006:72).

Whitney (1960) berpendapat, metode deskriptif adalah pencarian fakta

dengan intepretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-

masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat

serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan,

sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang

berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Dari beberapa definisi di atas tentang penelitian deskriptif, maka dapat

disimpulkan bahwa penelitian ini mempunyai tujuan untuk memberikan

deskripsi, penjelasan, serta validasi suatu fenomena yang sedang diteliti.

39
3.3 Sumber Data dan Instrumen Penelitian

Terdapat dua sumber data yang digunakan dalam penulis yaitu sumber

data primer dan sumber data sekunder:

1) Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah dua data yang diperoleh langsung dari

lapangan baik melalui obeservasi maupun melalui wawancara dengan

pihak informan. Metode pengambilan data primer dilakukan dengan cara

wawancara secara langsung kepada pihak terkait serta masyarakat sekitar

lokasi yang telah ikutserta dalam lomba “Maharagu Sungai” untuk

merevitalisasi keadaan sungai di Kota Banjarmasin.

2) Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain,

tidak langsung diperoleh dari penulis dari sumjek penelitiannya. Data ini

biasanya adalah data dokumentasi atau data laporan yang sebelumnya

telah tersedia (Azwar, 2007). Dalam penelitian ini data yang diambil dari

hasil dokumentasi, laporan, artikel, serta informasi lain yang berhubungan

dengan penelitian partisipasi masyarakat.

Instrumen penelitian adalah pedoman tertulis tentang wawancara, atau

pengamatan, atau daftar pertanyaan, yang dipersiapkan untuk mendapatkan

informasi. Instrumen itu disebut pedoman pengamatan atau pedoman

wawanara atau kuesioner atau pedoman dokumenter, sesuai dengan metode

yang dipergunakam (Gulo, 2000). Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif

40
kehadiran peneliti adalah mutlak untuk berinteraksi dengan lingkungan yang

berkaitan dengan penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2018:308), teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan

data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data

yang ditetapkan. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan

hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia

kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan

sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-

benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh

(benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas. (Nasution:1998).

Dalam penelitian ini observasi dengan melihat dan mencatat apa saja yang

dilihat terkait Partisipasi Masyarakat terhadap Program “Maharagu

Sungai” dalam rangka merevitalisasi keadaan sungai terkhusus pada

Sungai Ampera Kelurahan Basirih.

2. Wawancara

Esterberg (2002) dalam buku Sgiyono (2018:316), mendefinisikan

interview sebagai berikut, “Wawancara adalah merupakan pertemuan dua

41
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga

dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu”. Teknik

pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri

atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau

keyakinan pribadi.

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara yang

mana penulis tidak melakukan wawancara berlandaskan pada pertanyaan-

pertanyaan yang disusun bersamaan dengan jawaban yang telah dibuat

tetapi berdasarkan pertanyaan umum yang kemudian didetailkan dan

dikembangkan pada saat wawancara berlangsung.

3. Dokumentasi

Dalam buku Sugiyono (2018:326), dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentu tulisan, gambar,

atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk

tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera,

biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya

foto, gambar hidup, dan sketsa. Dokumen yang berbentuk karya misalnya

karya seni yang dapat berupa gambar, patung, dan film. Studi dokumen

merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara

dalam penelitian kualitatif.

Dalam penelitian ini, dokumentasi dilakukan dengan mencari,

mengumpulkan dan mempelajari dokumen yang terkait dengan Efektivitas

Program Maharagu Sungai Di Kota Banjarmasin (Studi Pelaksanaan Pada

42
Sungai Kelurahan Basirih).

3.5 Teknik Analisis Data

Agar terciptanya data yang akurat dan objektif sesuai dengan tujuan

penelitian, maka peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif yang

dirumuskan oleh Miles and Huberman (1984) dalam buku Sugiyono

(2018:334), yaitu mereka mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus

sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data

yaitu data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan

conclusion drawing/verification (menggambarkan kesimpulan/verivikasi).

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan

kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan yang tinggi. Tahap

reduksi data merupakan tahap pengkodingan, maksudnya ialah penulis

memberikan nama terhadap hasil penelitian. Dalam penelitian ini peneliti

menulis ulang hasil dari catatan-catatan atau rekaman yang telah dilakukan

pada tahap wawancara dan observasi yang berikaitan dengan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia No 37 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan

Daerah Aliran Sungai bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 18 Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, sebagian

kewenangan pemerintah dalam pengelolaan sumber daya air dapat

diselenggarakan oleh pemerintah daerah, dalam rangka mendukung

43
terselenggaranya pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Setelah itu peneliti

akan memilah dan memilih informasi yang cocok dalam masalah

penelitian.

2. Penyajian Data

Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan “yang

paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif

adalah teks yang bersifat naratif”. Tahap penyajian data untuk penelitian

kualitatif, maka peneliti menyajikan data yang bisa dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan

sejenisnya mengenai Efektivitas Program Maharagu Sungai Di Kota

Banjarmasin (Studi Pelaksanaan Pada Sungai Kelurahan Basirih).

3. Penarikan Kesimpulan

Langkah ketiga dan terakhir dalam analisis data kualitatif menurut

Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi. Pada

tahap penarikan kesimpulan ini, peneliti membaca kembali hasil penelitian

yang telah disajikan dalam pembahasan sehingga diperoleh sebuah

kesimpulan. Bentuk kesimpulan ini dikemukakan pada tahap awal dengan

bukti yang konkrit, valid, dan konsisten sehingga kesimpulan yang didapat

akan bersifat kredibel.

Berikut adalah hubungan antara analisis data dan pengumpulan data

yang dikemukakan oleh Miles and Huberman dalam buku Sugiyono (2018).

44
Figure 2. Teknik Analisis Data

Pengumpulan
Data Penyajian
Data

Reduksi
Data
Kesimpulan/
Verifikasi

Sumber: Miles and Huberman dalam buku


Sugiyono 2018)

3.6 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Sungai Kelurahan Basirih. Lokasi ini

dipilih karena merupakan wilayah yang mampu menduduki juara 1 (satu) pada lomba

Program “Maharagu Sungai” se Kota Banjarmasin pada tahun 2020, sehingga peneliti

ingin tahu dan melihat efektivitas penyelenggaraan serta kontribusi yang dilakukan

oleh masyarakat yang berada dilokasi Sungai Kelurahan Basirih tersebut sebagai

contoh yang baik salam membangun partisipasi masyarakat terhadap peduli sungai

serta m engembalikan fungsi dan kondisi sungai di Kota Banjarmasin.

45
DAFTAR PUSTAKA

Hayat, S. A. (2017). Manajemen Pelayanan Publik. Depok: Rajawali Pers.

Rahmadana, M. F., Mawati, A. T., Siagian, N. H., Angin, M. A., Revelino, J., & dkk, M.

Y. (2020). Pelayanan Publik. Yayasan Kita Menulis.

Sugiyono, P. D. (2018). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:

Alfabeta.

Akmaliyah, M. (2013). 済無No Title No Title. Journal of Chemical Information

and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Annisya, N. (2017). Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Infrastruktur

di Desa Sungai Pinang Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan

Singingi Provinsi Riau. Jom Fisip, 4(2), 1–13.

Fajar Noorrahman, M., & Tinggi ilmu Administrasi, S. (2020). Efektivitas

Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (Stbm) Melalui Gerakan Stop

Buang Air Besar Sembarangan (Babs) Di Desa Pawalutan Kecamatan

Banjang Kabupaten Hulu Sungai Utara. Al’iidara Balad, 2(2), 1–10.

http://ojs-al-iidara-balad.web.id/index.php/ANE2018/article/view/76

Lestanata, Y., & Pribadi, U. (2016). Efektivitas Pelaksanaan Program

Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga Di Kabupaten Sumbawa Barat

Tahun 2014 – 2015. Journal of Governance and Public Policy, 3(3), 368–

389. https://doi.org/10.18196/jgpp.2016.0063

Nurdin, M. F. (2020). Partisipasi Masyarakat Pada Program Bersih-Bersih

Sungai Sekretariat Bersama Jeletreng Kelurahan Setu Kecamatan Setu Kota

Tangerang Selatan.

46
Putri, D. A., Dengo, S., & Londa, V. Y. (2017). Efektivitas Program Penataan

Lingkungan Permukiman. Jurnal Adminitasi Publik, 3(046), 1–8.

Syarifuddin, Bachri Ahmad Alim, & Arifin, S. (2017). Kajian Efektivitas Program

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Jurnal Berkala Kesehatan, 3(1), 1–9.

Utami, F. A., Firdaus, D. R. S., & Martha, L. P. (2020). Efektivitas Kampanye

Program Bogor Tanpa Kantong Plastik Dalam Membangun Kepedulian

Masyarakat Pada Lingkungan. Jurnal Penelitian Sosial Ilmu Komunikasi,

4(2), 102–112.

https://journal.unpak.ac.id/index.php/apik/article/view/2509/1830

47

Anda mungkin juga menyukai