Nama Kelompok
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah senantiasa memberikan rahmat
dan hidayahnya, sehingga Saya dapat menyelesaikan Penulisan Tugas Mandiri ini
dapat diselesaikan dengan baik walaupun masih terdapat kekurangan namun
diharapkan dapat diperbaiki kedepannya.
Saya menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan atau kesalahan yang
harus diperbaiki dan masih jauh dari kesempurnaan. Saya berharap agar pembaca
dapat memaklumi.
2
1. SUMBER-SUMBER HUKUM PIDANA
Sumber hukum merupakan asal atau tempat untuk mencari dan menemukan
hukum. Tempat untuk menemukan hukum disebut dengan sumber hukum dalam
arti formil. Menurut Sudarto sumber hukum pidana Indonesia adalah hukum yang
tertulis Induk peraturan hukum pidana positif atau yang kita kenal dengan Kitab
Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
Adapun nama asli Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) adalah Wetboek
van Strafrecht voor nederlandsch indie (W.v.S) yang merupakan sebuah Titah
Raja (Koninklijk Besluit) tanggal 15 Oktober 1915 No. 33, hal mana mulai
berlaku sejak tanggal 1 Januari 1918.
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) atau Wetboek van Strafrecht voor
nederlandsch indie (WvS) ini merupakan turunan dari Wetboek van
Strafrecht Negeri Belanda yang selesai dibuat pada tahun 1881 dan mulai berlaku
pada tahun 1886.
3
pada tanggal 8 Maret 1942”.
Ini berarti bahwa teks resmi (yang sah) untuk Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP) kita adalah Bahasa Belanda, hal mana Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) itu merupakan kodifikasi dari hukum pidana dan berlaku
untuk semua golongan penduduk, dengan demikian di dalam lapangan hukum
pidana telah ada unifikasi.
4
Undang Republik Indonesia No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi yang kemudian disingkat menjadi Undang-Undang Tindak Pidana
Korupsi (Tipikor).
Undang-Undang Tindak Pidana Terorisme
Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 tahun 2003 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia No. 1
Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-
Undang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia
No. 5 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia
No. 15 tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang yang kemudian disingkat
menjadi Undang-Undang Tindak Pidana Terorisme.
Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang
Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 tahun 2002 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 2003 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2002 tentang
Tindak Pidana Pencucian Uang yang kemudian disingkat menjadi Undang-
Undang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).
Undang-Undang Tindak Pidana Ekonomi
Undang-Undang Darurat Republik Indonesia No. 7 tahun 1955 tentang
Pengusutan, Penuntutan dan Peradilan Tindak Pidana Ekonomi sebagaimana telah
ditambahkan dengan Undang-Undang Darurat Republik Indonesia No. 8 tahun
1958 (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 156) tentang Penambahan Undang-
Undang Darurat Republik Indonesia No. 7 Tahun 1955 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1955 No. 27) tentang Pengusutan, Penuntutan dan
Peradilan Tindak Pidana Ekonomi sebagaimana ditambahkan dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 tahun 1960
tentang Penambahan Undang-Undang Darurat Republik Indonesia No. 7 Tahun
1955 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1955 No. 27) yang ditambah
dengan Undang-Undang Darurat Republik Indonesia No. 8 tahun 1958 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 156) tentang Pengusutan,
5
Penuntutan dan Peradilan Tindak Pidana Ekonomi yang kemudian disingkat
menjadi Undang-Undang Tindak Pidana Ekonomi.
Undang-Undang Narkotika
Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 35
Tahun 2009 tentang Narkotika yang kemudian disingkat menjadi Undang-
Undang Narkotika.
Undang-Undang Psikotropika
Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika yang
kemudian disingkat menjadi Undang-Undang Psikotropika.
B. Hukum Adat
Di dalam Hukum Adat kita tidak mengenal pemisahan antara perdata adat dan
pidana adat atau pemisahan antara perkara sipil dan kriminil. Akan tetapi dengan
mengambil perbandingan antara Hukum Perdata Barat dan Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP), maka pemisahan antara pidana adat dan perdata adat
dapat menjadi jelas.
Dikatakan menjadi jelas karena di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP) banyak kita lihat pasal-pasal yang merupakan
bandingan (equivalent) dari pada Hukum Pidana Adat. Di samping yang ada
bandingannya dengan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) juga ada
aturan-aturan Hukum Pidana Adat yang tidak ada bandingannya dengan pasal-
pasal Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang kadang-kadang bagi
masyarakat setempat merupakan hal yang sangat tercela dan di ancam hukuman
yang cukup berat oleh ketentuan Hukum Adat setempat.
Hukum Adat sebagaimana ditentukan dalam ketentuan yang diatur pada Pasal 5
ayat 3 (b) Undang-Undang Darurat Republik Indonesia No. 1 tahun 1951
tentang Tindakan-Tindakan Sementara Untuk Menyelenggarakan Kesatuan
Susunan Kekuasaan dan Acara Pengadilan-Pengadilan Sipil yang pada dasarnya
menyatakan bahwa untuk sementara waktu hukum materiil pidana sipil yang
sampai kini berlaku untuk kaula-kaula daerah swapraja dan orang-orang yang
6
sebelumnya telah diadili oleh Pengadilan Adat masih tetap dinyatakan berlaku.
7
A. PELAKU
– Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya
berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana [pasal
1(14) KUHAP]
– Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili di
sidang pengadilan [pasal 1(15) KUHAP]
– Terpidana adalah seorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap [pasal 1(32) KUHAP]
B. HAKIM
adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk
mengadili [pasal 1(8) KUHAP]
C. JAKSA/PENUNTUT UMUM
– Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk
bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap. [pasal 1(6) KUHAP]
– Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang ini
untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim [pasal 1(6)
KUHAP]
D. POLISI
– Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai
negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk
melakukan penyidikan[ pasal 1(1) KUHAP]
– Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian negara Republik Indonesia yang
karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan tugas penyidikan yang diatur
dalam undang-undang ini [ pasal 1(3) KUHAP]
– Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi
wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan[ pasal 1(4)
KUHAP]
E. PENASEHAT HUKUM
adalah seorang yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh atau berdasarkan
undang-undang untuk memberi bantuan hukum [pasal 1(13) KUHAP]
8
F. SAKSI –SAKSI
adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan,
penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia
Iihat sendiri dan ia alami sendiri [pasal 1(26) KUHAP]
9
10