Anda di halaman 1dari 3

TUGAS BAHASA INDONESIA

KOMPETENSI DASAR 4.6


TEKS EKSPOSISI

NAMA : Hafizh Andriano

NOMOR PRESENSI : 12

KELAS : 8-9

SMPN 216

JAKARTA
Bullying di Sekolah Indonesia
1. TESIS

Pembullyan di sekolah-sekolah Indonesia sudah umum terjadi dan, tampaknya pemerintah


sudah melakukan berbagai usaha untuk mengatasi permasalahan ini, seperti halnya saja
melakukan kunjungan kedinasan ke sekolah-sekolah di berbagai tempat dengan membawa
materi ‘Sekolah tanpa bullying’. Tapi sepertinya upaya dari pemerintah ini tidak
membuahkan hasil yang maksimal karena pembullyan dan perundungan masih kerap terjadi
di lingkungan sekolah. Apalagi dengan sekolah yang dihuni oleh anak-anak yang ‘kurang’
kasih sayang. Jika pembullyan dan perundungan tidak bisa segera diatasi maka mungkin
saja membawa sekolah-sekolah di Indonesia ke masa depan yang tidak sejahtera.

2. RANGKAIAN ARGUMEN

Berdasarkan wilayah, rata-rata, Asia Selatan dan Afrika Barat dan Tengah memang
mengalami paling banyak bullying, sementara negara-negara dari Eropa Tengah dan Timur
dan Persemakmuran Independent States (CEE/CIS) mengalami tingkat bullying terendah.
Data tersebut diambil dari dokumen Developing a Global Indicator on Bullying of School-aged
Children milik Unicef. Dengan data tersebut kita bisa mengetahui Indonesia memang menjadi
salah satu negara di benua asia selatan yang termasuk negara dengan bullying paling
banyak.

Dikutip dari HAI-Online.com - Kasus perundungan atau yang lebih dikenal 'bullying'
terhadap anak terus muncul di Indonesia. Pada tahun 2020, Komisi Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI) mencatat adanya 119 kasus perundungan terhadap anak. Jumlah ini
melonjak dari tahun-tahun sebelumnya yang berkisar 30-60 kasus per tahun. Tentu dengan
jumlah kasus bullying diatas termasuk banyak dan harus segera diatasi. Dan jika kita telusuri
lebih lanjut, pembullyan ini juga berdampak pada mental (psikis) maupun fisik seorang
korban bully. Tentu saja hal ini menjadi tidak baik karna jika berpikir luas, hal ini sangat
mungkin mempengaruhi masa depan para siswa. Dalam hal ini, menjadi tidak sejahtera
dikarenakan pembullyan.

Tetapi jika dilihat dari data statistik, dikutip dari databooks.katadata.co.id terlihat bahwa
kasus bully di Indonesia yang ‘teradukan’ semakin berkurang dari tahun ke tahun. Ambil
contoh saja tahun 2016 terdapat 122 kasus bully yang diadukan dan pada tahun 2020 hanya
terdapat 76 kasus bully yang teradukan. Itupun baru yang ‘teradukan’, sebenarnya jika
diambil dari data KPAI tercatat adanya 119 kasus yang ditemukan itu artinya, jika kita amati
di lingkungan sekolah, ternyata masih banyak kasus pembullyan yang tidak dilaporkan oleh
korban karena beberapa alasan seperti takut, diancam, dan masih banyak lagi. Tentu
dikarenakan hal itu, masih banyak kasus-kasus bully di Indonesia yang tidak dilaporkan ke
sekolah ataupun dinas. Hal tersebut harus diatasi karena jika tidak diatas bisa berdampak
kepada kehidupan siswa yang hidup di bayang-bayang pembullyan.

3. PENEGASAN ULANG

Tentu saja hal-hal yang telah disebutkan belum cukup untuk menggambarkan bagaimana
Kejamnya pembullyan di Indonesia terjadi dan seberapa banyaknya kasus-kasus pembullyan

yang tidak dibicarakan (bisu) yang telah terjadi di banyak sekolah di Indonesia.
Bukan waktunya untuk bersantai dan membiarkan para pembully terus menghantui bayang-
bayang korban. Sudah waktunya untuk menanggapi serius kasus bullying di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai