Anda di halaman 1dari 2

Nama : ElroyGAS Manalu

NIM : 112110641
Mata Kuliah : Pancasila
Jurusan : Manajemen S1
Dosen : Primarga S. Indra W., S.Pd.,S.E.,M.M
Kelas : MA.21.C.08
Hari/Tanggal : Jum’at, 20 Mei 2022
Tugas : Pelanggaran Ham Berat
JAWABAN
Hak asasi manusia adalah hak-hak yang melekat pada manusia dan berfungsi sebagai
jaminan moral dalam menunjang klaim atas penikmatan sebuah kehidupan yang layak
pada taraf yang paling minimum. Pelanggaran HAM berat belum mendapatkan
kesepakatan yang diterima secara umum. Biasanya kata “berat” menerangkan kata
“pelanggaran”, yaitu merupakan betapa seriusnya pelanggaran yangdilakukan. Akan
tetapi, kata “berat” juga berhubungan dengna jenis-jenis HAM yang dilanggar.
Pelanggaran HAM terjadi jika yang dilanggar adalah hak-hak berjenis non-derogable.
Adapun unsur-unsur yang menyertai dari pelanggaran berat HAM dilakukan secara
sistematis dan bersifat meluas. Secara sistematis dapat diartikan hal tersebut dilakukan
sebagai suatu kebijakan yang sebelumnyatidak direncanakan.
Contoh Kasus : Tragedi Rumah Geudong, Aceh
Rumah Geudong dibangun tahun 1818 oleh Ampon Raja Lamkuta, Hulubalang atau
pemimpin yang tinggal di Rumoh Raya. Pada masa perang Belanda, Rumah Geudong
kerap dijadikan sebagai pos pengatur strategi perang oleh Raja Lamkuta. Setelah Raja
Lamkuta wafat, Rumah Geudong dipakai adiknya, Teuku Cut Ahmad, kemudian Teuku
Keujren Rahmad, Teuku Keujren Husein, dan Teuku Keujren Gade. Lalu, ketika
pemerintah Indonesia melakukan operasi militer di Aceh, pada April 1990, Rumah
Geudong sementara ditempati oleh tentara tanpa sepengetahuan pemiliknya.
Rumah Geudong dijadikan sebagai kamp konsentrasi militer sekaligus tempat untuk
mengawasi masyarakat bagi pasukan Kopassus ketika Aceh dalam status Daerah Operasi
Militer (DOM) pada 1989-1998. Misi pasukan Kopassus saat itu ialah memburu pasukan
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang ingin memisahkan Aceh dari Indonesia. Ketika
sedang menjalankan misi mereka, tidak sedikit juga pasukan Kopassus melakukan
tindakan di luar perikemanusiaan. Mereka melakukan penyekapan, penyiksaan,
pembunuhan, dan pemerkosaan terhadap rakyat Aceh atau yang diduga anggota GAM di
Rumah Geudong.
Peristiwa tragis itu terus berlangsung hingga 7 Agustus 1998, di mana Menteri
Pertahanan/Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto mencabut status DOM di Aceh. Dua
pekan setelahnya, tepatnya tanggal 20 Agustus 1998, Rumah Geudong dibakar oleh
massa.

Penyelesaian kasus :
Kasus belum selesai sampai saat ini, karena berkas penyelidikan itu sendiri telah
dikirimkan kepada Jaksa Agung R.I pada 28 Agustus 2018. Hal ini sesuai dengan
ketentuan Pasal 1 angka 5 juncto Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, dimana Komnas HAM wajib
meneruskan hasil penyelidikan proyustisianya kepada Jaksa Agung untuk
ditindaklanjuti dengan penyidikan dan penuntutan.

Pendapat Saya Tentang Kasus Ini :


Menurut pendapat saya, tentang kasus ini adalah banyak nya kejanggalan yang terjadi
karena banyaknya oknum TNI yang dilindungi oleh pihak kejaksaan dengan alasan
sebuah tugas operasi militer karena untuk mengintai organisasi Gerakan Aceh Merdek
(GAM) agar tidak meluas kesebuah pemukiman yang ada di sekitar Rumoh Geudong dan
menurut saya, belum terpecahkan kasus ini karena adanya seorang pejabat tinggi yang
ada di pihak TNI dan pemerintah untuk memanipulasi kasus ini agar tidak adanya pihak
TNI yang di hukum atas pelanggaran HAM tersebut.

Anda mungkin juga menyukai