Anda di halaman 1dari 8

Nama Mahasiswa: Nihayah Sholihah Roziqien

ID Mahasiswa: 10003320

Nama/Kode Mata Kuliah: Sirah 101/SER 101

Pertanyaan Tugas:

1. Para orientalis menuduh bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam

mendapatkan pengajaran agama dari pendeta Bahira ketika beliau berniaga bersama

pamannya Abu Thalib ke Syam. Demikian pula dengan tuduhan mereka, bahwa sebelum

mengaku menjadi Nabi, beliau belajar kepada Waraqah bin Naufal. Bagaimana pendapat

anda tentang tuduhan ini? Jelaskan dengan menyertakan alasan dan dalil!

Jumlah Percobaan: 1
PENDAHULUAN

Alhamdulillahi robbil ‘alamin. Allahumma sholli ‘ala Muhammad, wa ‘ala alihi wa shohbihi

wa sallam.

Kaum kafir selalu berlomba mencari skenario untuk menjatuhkan kredibilitas Rasulullah ‫ﷺ‬

dan Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam. Mereka bermaksud melemahkan keunggulan

Islam sebagai satu-satunya agama samawi yang kitabnya terjaga dari campur tangan manusia.

Jika Al-Qur'an sebagai pedoman utama mulai diragukan keasliannya di tengah-tengah umat

Islam, orang-orang akan berbondong-bondong meninggalkan Islam.. Tuduhan yang paling

populer adalah mengatakan Al-Qur'an merupakan hasil karangan Muhammad belaka, atau

bahwa beliau membuat-buat ajaran Islam dengan menggunakan Injil dan Taurat sebagai

referensi di bawah bimbingan Pendeta Bahira dan/atau Waraqah bin Naufal. Pada

kenyataannya mereka tak mampu mendatangkan bukti apapun yang mendukung tuduhan

yang penuh kerancuan dan kontradiksi dari sisi pendalilan maupun fakta sejarah ini. Allah

Ta'ala Subhanahu Wa Ta'ala telah berfirman, “Tunjukkan bukti kebenaranmu jika kamu

orang yang benar.” (Quran 2:111) (Islamweb, 2013).

Esai ini Insya Allah berisi argumen-argumen singkat yang menegaskan ketidakabsahan

tuduhan keterlibatan Pendeta Bahira dan Waraqah bin Naufal dalam pengajaran agama bagi

Nabi Muhammad. Semoga tulisan ini membawa manfaat bagi penulis, pembaca dan seluruh

pihak yang terlibat, atas izin Allah.


A. Keabsahan hadits

1. Pertemuan Nabi Muhammad dengan Pendeta Bahira

Hadits yang mengisahkan peristiwa ini bersifat Mursal, diriwayatkan At-Tirmidzi dari Abu

Musa al-Asyari. Ahli hadits dan Sirah berselisih mengenai status hadits ini, namun mayoritas

menerimanya. Derajatnya shahih karena seluruh perawinya dipakai oleh Bukhari dan

Muslim, dengan catatan penyebutan Bilal bin Rabah dan Abu Bakar dalam hadits tersebut

munkar. (Purnama, 2013). Ibnu Taimiyah menolak detail awan yang membayangi

rombongan Rasulullah. Narasi dari Imam Tirmidzi juga tidak menyebutkan nama Bahira,

namun nama itu tercantum di buku-buku Sirah. (Shabbir, 2018).

2. Pertemuan Nabi Muhammad dengan Waraqah bin Naufal

Hadits ini diriwayatkan dari Aisyah radhiallahu ‘anha lewat beberapa jalur, di antaranya

Abdullah bin Yusuf - Al Laits - 'Uqail - Ibnu Syihab – ‘Urwah – Aisyah. (Hadits.id, n.d).

Terdapat dalam Shahih Bukhari Jilid 1, Bab 1, No. 3. (Shahih Bukhari.com, n.d).

B. Fakta-fakta yang menyangkal tuduhan Nabi Muhammad belajar pada Pendeta

Bahira dan Waraqah bin Naufal

1. Jangka waktu yang lama antara pertemuan dengan Pendeta Bahira dengan diutusnya Nabi

Muhammad ‫ﷺ‬

Purnama (2013) menjelaskan bahwa telah diriwayatkan dari salah seorang sahabat, Abu

Musa al-Asyari mengenai kisah pertemuan Nabi Muhammad tatkala berusia 12 tahun dengan

Pendeta Bahira dalam perjalanan dagangnya ke Syam. Sebagian ulama berpendapat usianya

ketika itu lebih tua, yakni 17 tahun. Maka Nabi Muhammad yang menerima wahyu pertama

di usia 40 tahun jika dikatakan mendapat pengajaran agama dari Pendeta Bahira telah

menunggu dua puluh tahun lebih sebelum menampakkan kenabiannya. Pernyataan ini saja
sudah bertentangan dengan peristiwa turunnya wahyu pertama di Gua Hira, dimana

Rasulullah pulang dalam kondisi sangat terkejut dan ketakutan hingga harus ditenangkan oleh

Khadijah. Beliau baru memahami apa yang terjadi setelah Waraqah bin Naufal menjelaskan

tanda-tanda kenabian pada diri Nabi Muhammad dan kabar berita dari Taurat.

2. Waraqah bin Naufal beriman dan wafat tak lama setelah bertemu Rasulullah.

Az-Zarqani menuliskan, “mereka berharap bisa mengecoh para pengikut mereka dengan

mengatakan Rasulullah belajar dari pembesar Nasrani yang menguasai bahasa Ibrani–sebagai

bahasa Taurat & Injil–padahal Waraqah jelas-jelas yang mengonfirmasi kerasulan beliau dan

termasuk yang paling pertama beriman.” (Islamweb, 2016).

Dalam hadits shahih riwayat Al-Hakim Rasulullah bersabda, “Jangan kalian mencela

Waroqoh, karena sungguh saya melihat beliau mendapat satu atau dua surga.” Waraqah

mengutarakan dukungannya terhadap dakwah Nabi Muhammad, namun Allah Ta'ala

mewafatkannya sebelum ayat pengangkatan menjadi Rasul turun. Hadits di atas

mengimplikasikan keimanan Waraqah kepada Nabi Muhammad dan berpindahnya dia dari

agama Nasrani yang semula dianutnya. Maka bagaimana mungkin seorang pengikut

mengajarkan agama kepada rasul yang diikutinya?

Mubarakfuri (1976) menjelaskan bahwa tak lama setelah pertemuan Nabi Muhammad

dengan Waraqah, wahyu terhenti selama beberapa waktu. Nabi Muhammad kembali merasa

bingung dan sedih, sampai-sampai beliau hendak melemparkan dirinya dari jurang yang

kemudian dihentikan Malaikat Jibril. Jika Waraqah sempat memberikan pengajaran sebelum

wafat, tentu Rasulullah telah mantap dan tidak gundah menapaki masa awal kenabian.

3. Nabi Muhammad tidak bisa membaca dan menulis.


Strategi kaum orientalis lainnya adalah menuduh Nabi Muhammad menerima kitab Injil dan

Taurat dari kedua sosok tersebut, sehingga walau tidak pernah menerima pengarahan

langsung beliau bisa mempelajari kitab-kitab itu secara mandiri. Sanggahan telak untuk

tuduhan ini berupa fakta bahwa Nabi Muhammad, selain tidak bisa berbahasa Ibrani adalah

seorang yang ummi (tidak bisa membaca dan menulis). Kondisi beliau ini mengandung

hikmah yang agung karena membebaskannya dari tuduhan mengarang isi Al-Quran dengan

membaca Taurat dan Injil sebagai referensi. (Quran 29:48). Allah mengajarkan &

menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur sesuai keadaan.

Jika dikatakan Rasulullah membuat-buat Al-Quran seorang diri, maka bertentangan dengan

banyak periwayatan di mana beliau terkadang menanti turunnya wahyu sebagai jawaban

suatu permasalahan.

Tuduhan ini sering dilontarkan mengingat kisah nabi dan umat terdahulu yang dimuat dalam

Al-Quran serupa dengan kisah dalam Taurat dan Injil. padahal Rasulullah tidak mengetahui

kisah-kisah tersebut selain karena wahyu dari Allah. Al-'Utsaimin (2005) menukil penafsiran

Surah al-Kahfi ayat 23-24 oleh Ibnu Katsir, yakni peristiwa ketika pemuka Yahudi

mengajukan tiga pertanyaan pada Rasulullah mengenai kisah pemuda di gua (Ashabul Kahfi),

kisah seorang penguasa barat dan timur (Iskandar Dzulkarnain), dan perihal ruh. Rasulullah

‫ ﷺ‬menyanggupi akan memberikan jawaban esok hari, namun beliau lupa mengucapkan

Insya Allah sehingga wahyu terhenti dan beliau harus menanti selama 15 hari.

4. Tidak ada satupun bukti autentik dari Al-Qur'an ataupun Hadits yang membenarkan

tuduhan ini. Kalau lah tuduhan Rasulullah belajar ke Pendeta Bahira dianggap benar, lalu

mengapa umat Nasrani tidak menjadi yang terdepan mengikuti beliau yang menyerukan

batilnya konsep trinitas, penyaliban, dan penanggungan dosa, yang ajaran tersebut berasal

dari pendeta besar mereka? (Tusaikal, 2017).


5. Allah menjaga Nabi ‫ ﷺ‬dari pengaruh orang lain. Mubarakfuri (1976) menuturkan

bagaimana Abdullah, Aminah, dan Abdul Muthalib, sanak keluarga sejatinya berperan

merawat Nabi Muhammad semasa kecilnya meninggal dalam tempo waktu singkat sehingga

beliau berganti-ganti pengasuhan, terkecuali paman beliau, Abu Thalib yang melindungi Nabi

Muhammad bahkan setelah beliau diutus menjadi Rasul. Walau demikian Allah Ta'ala

menghendaki Abu Thalib meninggal masih di atas agama nenek moyangnya. Hal ini seolah

menegaskan bahwa pengajaran Islam yang dibawa Rasulullah terbebas dari pengaruh orang

lain.. Lalu bagaimana bisa dikatakan bahwa dakwah Nabi Muhammad dipengaruhi oleh

pendeta yang hanya pernah bertemu dengannya sekali, dua puluh tahun lebih sebelum risalah

kenabian tiba? Demikian pula, bagaimana mungkin Rasulullah belajar kepada Waraqah bin

Naufal yang baru beliau temui setelah menerima wahyu pertama, yang juga wafat beberapa

hari setelahnya.

KESIMPULAN

Kaum orientalis dan musuh-musuh Islam menuduh bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬mendapat

pengajaran agama dari Pendeta Bahira yang berjumpa dengan Rasulullah ketika beliau

berniaga ke Syam bersama Abu Thalib. Sosok lain yang juga dianggap terlibat dalam

periwayatan al-Qur’an–menurut mereka merupakan tiruan Taurat & Injil–yaitu Waraqah bin

Naufal, penganut agama Nasrani yang bertemu dengan Nabi Muhammad setelah turunnya

wahyu pertama. Tuduhan keterlibatan dua sosok ini dalam pengajaran terhadap Nabi

Muhammad ‫ ﷺ‬sama sekali tidak benar. Beberapa fakta yang mematahkan pemikiran ini:

1. Selisih waktu kejadian antara pertemuan dengan Pendeta Bahira dan diutusnya Nabi

Muhammad ‫ﷺ‬.
2. Waraqah baru bertemu Nabi ‫ ﷺ‬setelah peristiwa turunnya wahyu pertama, langsung

beriman terhadap yang disampaikan Nabi Muhammad dan tutup usia tak lama

setelahnya.

3. Nabi ‫ ﷺ‬seorang yang buta huruf sehingga tidak mungkin mempelajari Taurat dan

Injil seorang diri.

4. Tidak ada bukti autentik yang mendukung kebenaran tuduhan ini.

5. Allah menjaga akidah dan akhlak Rasulullah ‫ ﷺ‬jauh sebelum diutus dari pengaruh

orang-orang di sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Al-‘Utsaimin, M. S. (2005). Tafsir Al-Kahfi. Jakarta: Pustaka as-Sunnah.

Hadits.id. (n.d). Hadits Shahih Al-Bukhari No. 3141 – Kitab Hadits-hadits yang meriwayatkan

tentang para Nabi. Diakses 17 Mei 2022 dari https://www.hadits.id/hadits/bukhari/3141

Islamweb. (2016, 18 Maret). Refuting claim that Waraqah ibn Naufal is source of Quran. Diakses 20

April 2022 dari https://www.islamweb.net/en/fatwa/317437/

Islamweb. (2013, 6 Februari). The Quran was not revealed by other than Allaah. Diakses 20 April

2022 dari https://www.islamweb.net/en/fatwa/196005/

Mubarakfuri, S. R. (1976). Ar-Rahiq Al-Makhtum [Sealed Nectar]. Translated and provided by

International Open University.

Purnama, Y. (2013). Kisah perginya Rasulullah ke Syam bersama Abu Thalib. Diakses 19 April

2022 dari https://muslim.or.id/10789-kisah-perginya-rasulullah-ke-syam-bersama-abu-

thalib.html

Sahih Bukhari. (n.d). Volume 1, Book 1, Number 3. Diakses 17 Mei 2022 darihttps://www.sahih-

bukhari.com/Pages/Bukhari_1_01.php

Shabbir, Y. (2018, 28 Juli). Is the story of the Bahira monk authentic?. Diakses 19 April 2022 dari

https://islamicportal.co.uk/is-the-story-of-bahira-the-monk-authentic/

Tusaikal, M. A. (2017). Faedah sirah nabi: seorang pendeta menceritakan kenabian Muhammad.

Diakses 19 April 2022 dari https://rumaysho.com/16538-faedah-sirah-nabi-seorang-pendeta-

menceritakan-kenabian-muhammad.html

Anda mungkin juga menyukai