Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rifqy Firdaus Suud.

Kelas : IQT-A/semester II.

Mata kuliah : Ilmu Kalam.

1. Asal-Usul Aliran Salafiyah

Kata salafiyah berasal dari kata salafa, yaslufu, dan salafan yang berpadanan
dengan kata taqaddama dan mada yang berarti berlalu, sesudah lewat / terdahulu.
As-salaf berarti al-mutaqaddimina fi as-asair, yakni orang yang terdahulu, berlalu
dan sudah lewat tindakannya. (ensiklopedi islam,1997 : 203).  Mahmud Sa’ad
salaf artinya  ulama terdahulu, selain itu juga digunakan untuk merujuk generasi
sahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in, para pemuka abad ke-3H dan para pengikutnya
pada abad ke-4 yang terdiri dari para muhadditsin dan lainnya, yang selanjutnya
sering di sebut salafus salih.

As-salafus salih ialah generasi awal yang terdiri dari kalangan mereka yang
berilmu, mendapat hidayah melalui petunjuk nabi SAW, dan sebagai pemelihara
sunnah nabiyang di ridloi Allah. Sebagaimana al- quran menyebutkan :

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari


golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah
menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya
selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.

Pada awalnya salafi atau salafiyah terbatas pada faham semata, yang
muncul dari para pengikut madzhab Imam Hanbali pada tahun ke-7 H paham ini
makin popular. Pada abad ke-12 H ditangan syaikh al-islam ibn Taimiyah secara
normative salafi merupakan idealisasi palingharfiyah untuk menjalankan praktek
hidup generasi terdahulu. Generasi terbaik pasca nabi.

Salaf as-salih juga dikenal dengan nama-nama :


 Al-Jamaah
Mereka yang berpegang dengan manhaj salaf dinamakan al-jamaah
karena mereka bersatu dalam persaudaraan islamdengan cara berittiba’
kepada al-quran dan as-sunnah.
 Ahli Sunnah Wal-Jamaah atau Jama’atul Muslim
1.) ahli sunnah, sunnah yang dimaksud ialah sunnah Rasuluullah
SAW. Dinamakan ahli sunnah karena berittiba’ kepada sunnah.
Dimana sunnah sangat bertentangn dengan bid’ah, oleh karena
itu ahli sunnah sangat menentang bid’ah
2.) Al-jamaah, menurut bahasa diambil dari kalimah “ jamaah”
yaitu yang mengumpulkan yang bercerai-berai. Kalimat ini
menunjukkan perkumpulan manusia yang berada pada tujuan
yang satu. Menurut ilmu jamaah ialah beberapa kalimat yang
berkisar diatas enam makna :
(a) golongan yang besar / ramai dari kalangan ummat
(b) jamaah ulama yang mujtahid, jamaah yang terdiri dari
para sahabat secara khusus
(c) jamaah umat islam yang bersatu atas satu matlamat
(d) jamaah yang mengikuti kebenaran termasuk semua para
ahli.
 Ahli Al-Hadits, menurut ibnu Qaiyim setiap individu telah mengetahui
bahwa ahli hadits adalah golongan yang palig benar sebagaimana
dikatakan oleh Ibnu Mubarrak : aku dapati agama berada pada ali hadits,
percekcokan pada golongan mu’tazilah, pembohong pada ar-rafidah
(syiah) dan banyak berhelah (beralasan) pada ahli ra’yu. 
 Firqoh An-Najiah (Al-Mansurah), menurut Ibnu Taimiyah firqoh Naji’ah
ialah pengikut para sahabat di zaman Rasulullah SAW sebagai syi’ar ahli
sunnah. Dinamakan fiqoh Najiah karena mereka terdiri dari ahli sunnah
(ittiba’ as-sunnah)
 Ahli Ittiba’, dinamakan ahli ittiba’ karena berittiba’ (mengikuti/mematuhi)
Al-quran, as-sunnah Rasulullah SAW serta atsar para sahabat r.a dan
menentang taqlid.
kaum salaf memiliki beberapa sifat, antara lain :
(a) tidak mencari pertentangan dan pertengkaran yang berkaitan dengan qada
dan qadar
(b) menghindarkan diri dari perdebatan yang tidak berujung, seperti masalah
akidah, warak dan zahid serta kepada Rasulullah SAW
(c) benci terhadap bid’ah 

2. Tokoh-tokoh Salafiyah dan Ajaran-ajarannya


(a) Imam Ahmad Bin Hanbal 
Putra dari pasangan shahifah binti maimunah bin abdul
malil dari bani Amir dengan Muhammad bin Hanbal bin
Hillal bin Anas bin Idris bin Abdullah bin Hayyan. Ibnu
Hanbal dikenal sebagai seorang zahid dan dermawan.
Beliau juga teguh dalam pendiriannya, dan ketika khalifah
Al-Makmun mengembangkan madzhab Mu’tazilah, inu
Hanbal menjadi korban mihnah karena tidak mengakui
bahwa al-quranitu makhluk. Akibatnya beberapa kali ia
harus masuk penjara. Namun setelah Al-Mutawikkil naik
tahta, ibnu Hanbal memperoleh kebebasan, dan kehprmatan
serta kemuliaan
Pemikiran Ibnu Hanbal
(1) tentang ayat-ayat mutasyabbihat, dalam memahami
al-quran Ibn Hanbal lebih suka menerapkan
pendekatan lafdzi daripada pendekatan ta’wil,
terutama yang berkaitan dengan sifat-sifat Tuhan dan
ayat-ayat mutasyabbihat. Selain itu Ibn Hanbal
menyerahkan makna-makna ayat dan hadits
mutasyabbihat kepada Allah dan rasul-Nya, dan
menyucikan dari keserupaan dengan makhluk.
3.) tentang status al-quran, Ibn Hanbal tidak sejalan dengan paham
mu’tazilah yang mengatakan bahwa al-quran tidak bersifat qadim,
tetapi baru dan diciptakan. Faham adanya qadim disamping Tuhan,
berarti menduakan Tuhan sdangkan menduakan Tuhan adalah syirik
dan dosa besar yang tidak diampuni Tuhan.

(b) Ibnu Taimiyah


Nama lengkapnnya adalah Taqiyyuddin Ahmad bin Abi Al-Halim
bin Taimiyah, lahir di Harran. Ayahnya bernama Syihabuddin abu
ahmad bin abdussalam. Ibnu Taimiyah merupakan seorang tokoh
salaf yang ekstrim, karena kurang memberikan ruang gerak leluasa
kepada akal.

Pemikiran Ibnu Tamiyah

(1) sangat berpegang teguh pada nash (al-quran dan hadits)

(2)   tidak memberikan ruang gerak yang bebas kepada akal

(3)   berpendapat bahwa al-quran mengandung semua ilmu agama

(4)   di dalam islam yang diteladani hanya 3 generasi saja ( sahabat, tabi’in dan tabi’it
tabi’in)

(5)   Allah memiliki sifat yang tidak bertentangan dengnan tauhid dan tetap
mentahjihkan-Nya.

Adapun pandangan Ibnu Taimiyah mengenai sifat-sifat Allah ialah :

(1)   percaya sepenuh hati terhadap sifat-sifat Allah yang Ia sendiri atau  Rasul-Nya
menyifati.
(2)   Percaya sepenuhnya terhadap nama-nama-Nya, yang Allah atau Rasulya
sebutkan.

(c) Muhammad Ibn Abdul Wahab

Lahir di perkampung Uyainah di bagian selatan kota najd (Saudi arabia).


Ia mengaku sebagai salah satu penerus ajaran ibu Taimiyah. Pengikut akidahnya
dikenal sebagai wahabi atau dikenal juga dengan salafi. Namun, penganut wahabi
menolak menganut madzhab wahabi. Karena menurut para ulama Muhammad Ibn
Abdul Wahab amat mahir dalam mencampur adukkan antara kebenaran dan
kebatilan. Oleh karena itu, ia mendapat julukan syaikhul Islam dan ajarannya
tersebar, padahal banyak dikecam oleh ulama-ulama pakar karena kebatilan
akidah dan pahamnya. Sehingga penganut wahabi menggelarkan diri sebagai
golongan al-muwahhidin atau madzhab salafiyah (pengikut kaum salaf), karena
mereka ingin mengembalikan ajaran-ajaran tauhid kedalam islam dan kehidupan
Rasulullah SAW.

Muhammad Bin Abdul Wahab mengaku bahwa hanya dirinya sendiri yang
memahami konsep tauhid  dan mengenal islam dengan sempurna. Dia
menafsirkan pemahaman ulama dari golongan manapun dengan konsep tauhid,
termasu dari guru-gurunya sendiri dari madzhab hanbali, apalagi dari madzhab
lain. Dia menuduh para ulama lain yang tidak memahami konsepnya telah
melakukan penyebaran ajaran bathil, yang tidak berlandaskan ilmu dan
kebenaran.  

Anda mungkin juga menyukai