Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN

Pada Praktikum Farmakognosi mengenai pembuatan Simplisia terhadap


buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa), mahasiswa dituntut untuk mampu
mengidentifikasi buah Mahkota Dewa, melakukan pembuatan simplisia dan
menganalisa hasil akhir simplisia.

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) adalah salah satu tanaman obat di


Indonesia yang berasal dari Papua. Secara empirik, sebagian masyarakat
menggunakan mahkota dewa untuk berbagai pengobatan tradisional antara lain
untuk penyakit “asam urat” dan rematik, sakit ginjal maupun untuk penyakit
ringan (seperti eksim, jerawat). Mahkota dewa bisa digunakan sebagai obat,
dengan cara dimakan atau diminum, dan sebagai obat luar dengan cara dioleskan
atau dilulurkan, dalam pengobatan bagian tanaman yang diperlukan adalah
batang, daun, dan buah. Penelitian tentang kandungan kimia cangkang biji dan
daging buah mahkota dewa memperlihatkan bahwa pada ekstrak heksan, etil
asetat, dan methanol diperoleh senyawa flavonoid, fenol, tanin, saponin dan
sterol/terpen. Kandungan terbanyak adalah saponin (20,4%) (Fiana, 2016)

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipakai sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga atau yang baru mengalami proses setengah
jadi, seperti pengeringan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia
hewani, dan simplisia pelikan atau mineral. Adapun pembuatan simplisia terbagi
menjadi 4 cara menurut (Prasetyo, 2013):

a. Simplisia yang dibuat dengan cara pengeringan


b. Simplisia yang dibuat dengan proses fermentasi
c. Simplisia yang dibuat dengan proses khusus
d. Simplisia yang pembuatannya memerlukan air

Simplisia buah Mahkota Dewa digolongkan sebagai simplisia nabati yaitu


yang berasal dari tanaman atau bagian tanaman dalam hal ini adalah buahnya.
Simplisia standar adalah simplisia yang telah memenuhi syarat mutu yang telah
ditentukan diantaranya memenuhi kadar air standar yang ditetapkan. Menurut
Farmakope Herbal Indonesia dan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
661/Menkes/SK/VII/1994 tentang Persyaratan Obat Tradisional, standar kadar air
maksimum simplisia adalah 10% (Depkes dalam Manalu, 2016).

Adapun tahapan pembuatan simplisia umumnya dilakukan dalam berbagai


tahapan yaitu sortasi basah, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan
dan penyimpanan serta pemeriksaan mutu simplisia.

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran atau bahan asing dari
bahan simplisia. Pembersihan simplisia ini dapat mengurangi jumlah mikroba
awal. Pencucian bahan juga dilakuakn untuk menghilangkan kotoran yang
melekat pada bahan simplisia, pencucian dilakukan dengan air bersih agar
terhindar dari penambahan jumlah mikroba pada simplisia. Bakteri yang umum
ada dalam air adalah Pseudomonas, Proteus, Bacillus, Sterptococcus, Escherichia.
Selain sortasi dan pencucian, dilakukan pula perajangan untuk mempermudah
proses pengeringan. Semakin tipis bahan yang dikeringkan, semakin cepat
penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan, namun pengirisan yang
terlalu tipis dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang
mudah menguap.

Adapun perlakuan awal yang harus dilakukan untuk pembuatan adalah


penyiapan alat dan bahan yang diperlukan untuk pembuatan simplisia, begitu juga
dengan bahan simplisia yang akan di gunakan. Setelah dilakukan determinasi
terhadap tanaman yang digunakan, buah Mahkota Dewa dicuci dengan air
mengalir untuk membersihkan bahan dari pengotor. Kemudian dilakukan sortasi
basah dalam perajangan simplisia sambil di kupas kulitnya, dilanjutkan ke
penimbangan untuk menentukan berat awal simplisia. Untuk mempercepat
pengeringan, buah di iris tipis-tipis. Kemudian disiapkan sebanyak 30gram buah
mahkota dewa yang disusun secara merata dalam nampan dengan alas perkamen,
nampan berisi mahkota dewa yang sudah siap kemudian dimasukan kedalam oven
dengan suhu 40°C selama 1 jam.
Hasil organoleptik Buah Mahkota Dewa yang diuji adalah bentuk, warna,
bau dan rasa. Bentuk buah Mahkota Dewa yaitu biji bulat yang keras dan
berwarna coklat, bagian daging dalamnya berwarna putih, terdapat serat dan
berair. Sedangkan bagian bijinya berbentuk bulat, keras, dan berwarna coklat, bau
khas wangi dan tidak berasa. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh
Fiana (2016), dimana organoleptis buah mahkota dewa mempunyai bentuk seperti
bola dengan ukuran bervariasi. Saat masih muda, buahnya berwarna hijau, setelah
tua menjadi merah marun. Dagingnya berwarna putih. Begitu juga dengan
cangkangnya. Bijinya bulat dan sangat beracun. Sehingga hanya bagian daun dan
buahnya yang digunakan dalam pengobatan.

Hasil pembuatan simplisia Mahkota Dewa secara pengeringan dengan


bantuan oven mendapatkan hasil sebanyak 23,6 gram. Kondisi hasil pengeringan
yaitu simplisia mahkota dewa sedikit mengering, namun masih basah karena
keterbatasan waktu dan ketidakmaksimal dalam pengaturan penggunaan oven.
Penggunaan oven akan menguntungkan jika digunakan secara optimal dan waktu
yang tepat. Jika waktu pengeringan dilakukan hanya sebentar pada suhu yang
optimal, kadar air dalam simplisia tidak berkurang secara maksimal. Sedangkan
jika waktu pengeringan terlalu lama, akan menyerap kadar air secara maksimal
namun banyak senyawa aktif mahkota dewa yang terbuang.

Persentase hasil simplisia yang diperoleh lewat perhitungan adalah 78,7%


persen. Persentase berat yang hilang diyakini sebagai berat kadar air yang hilang,
walaupun tidak maksimal. Disarankan untuk mengoptimalkan waktu dan
pemanasan yang sesuai untuk memaksimalkan hasil simplisia.

Adapun tujuan dibuatnya simplisia dari bahan obat berfungsi untuk


memudahkan ekstraksi bahan tanaman, pengeringan terhadap bahan obat agar
tidak simplisia tidak mudah rusak sehingga dapat disimpan dalam waktu yang
lebih lama jika sewaktu-waktu ingin digunakan, jumlah mikroba yang lebih
sedikit dibandingkan bahan tanaman yang belum diintervensi.
Referensi:

Fiana, Nuzulut. Oktaria, Dwita. Pengaruh Kandungan Saponin dalam Daging


Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Penurunan Kadar
Glukosa Darah. Jurnal Majority. 2016; 5(4); 128 – 132

Handayani, Indri Astuti. Eliyanoor, Benbasyar. Dea Dira Ulva. Perbandingan


Kadar Flavonoid Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa
[Scheff] Boerl) Secara Remaserasi Dan Perkolasi. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina.
2016; 1(1); 79-87

Manalu, P. Lamhot. Himawan Adinegoro. Kondisi Proses Pengeringan Untuk


Menghasilkan Simplisia Temuputih Standar. Jurnal Standardisasi. 2016;
18(1); 62-68

Prasetyo, M. S. Entang Inoriah. S. Pengelolaan Budidaya Tanaman Obat-Obatan


(Bahan Simplisia). Bengkulu; Badan Penerbitan Fakultas Pertanian UNIB;
2013

Anda mungkin juga menyukai