Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KONSELING KRISIS

Dosen Pembimbing :
Agustaria Ginting,SKM.,MKM
Disusun Oleh :
Angel Kristina Ginting : 032021049
Cahaya A. S Hutabarat : 032021054
Jesischa Sipahutar : 032021071
Ririn Verawati Sirait : 032021084
Winda Liana Purba : 032021094
May Fenty Gea : 032021095
Aprianda Sirait : 032021096

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH MEDAN
TA : 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmatnya sehingga makalah telah tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen Bruder Agustaria Ginting yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini hingga selesai.

Makalah ini memberikan penjelasan mengenai konseling krisis.Kami berharap


dengan adanya makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, pentunjuk dan
pedoman bagi pembaca dan seluruh mahasiswa S1 Keperawatan untuk menambah
pengetahuan.

Kami menyadari adanya kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu, saran dan
kritik diharapkan demi perbaikan makalah. Karena, keterbatasan dan pengalaman kami.
Terimakasih.

Medan, 15 September 2022

Kelompok 8
DAFTAR ISI

Halaman Judul ..........................................................................................................


Kata Pengantar .........................................................................................................
Daftar Isi ...................................................................................................................

Bab I Pendahuluan .................................................................................................


1.1 Latar Belakang ......................................................................................
1.2 Rumusan Malasah .................................................................................
1.3 Tujuan ...................................................................................................
1.4 Manfaat .................................................................................................
Bab II Pembahasan .................................................................................................
2.1 Penggembalaan dan Konseling .............................................................
2.2 Konseling Krisis....................................................................................
2.3 Penggunaan Metode Krisis....................................................................
Bab III Penutup ........................................................................................................
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................
3.2 Saran .....................................................................................................

Daftar Pustaka...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada abad ke-21, gereja sebagai tubuh Kristus yang melayani di dunia ini, dengan
dihadapkan pada tantangan yang tidaklah ringan. Indonesia termasuk kategori tersebut. Era ini
menimbulkan banyak sekali perubahan yang mendasar kaitannya dalam penggunaan sistem
teknologi Informasi.1 Era globalisasi pada abad ini membuat tantangan-tantangan pastoral di
gereja menjadi semakin kompleks dan saling berkaitan antara satu faktor dengan faktor yang
lainnya bagi hamba Tuhan (pendeta, pastor, gembala, penginjil, diaken, tua-tua gereja, konselor
dan hamba Tuhan lainnya) dan jemaat (konseli; anggota gereja). Pesatnya perkembangan
teknologi (komunikasi dan berbagai proses instan) menjadikan persoalan jemaat berada diantara
persoalan kemajuan era globalisasi: ekonomi, budaya, politik, keamanan, sosial, pendidikan dan
lainnya tidak heran apabila berbagai strategi penggembalaan yang dilakukan terhadap persoalan
jemaat berubah-ubah dengan pesatnya (dari zaman gereja mula-mula hingga kini) dan selalu saja
ada hal-hal yang kontemporer yang perlu dirumuskan sesuai dengan konteksnya. (Saputri n.d.)
Pendeta memegang peranan yang sangat penting dalam aspek pelayanan konseling di Rumah
Sakit. Beberapa penelitian yang mengkaji peranan pendeta dalam pelayanan di Rumah Sakit
dilakukan oleh John L. Young, dkk. Mereka mengemukakan bahwa para pastor/pendeta Afrika-
Amerika berbicara langsung tentang berbagai pendekatan yang mereka lakukan untuk menangani
berbagai permasalahan yang berhubungan dengan mental, mulai dari hal yang berfokus pada
pengalaman dan masalah religius sampai pendekatan klinik dan isu psikologis.
Di salah satu rumah sakit di Amerika, yaitu Westchester Division of the New York Hospital,
Weill Cornell Medical Center para pendeta dilibatkan bersama para dokter dan perawat dalam
menetapkan rencana perawatan pasien, terutama mereka yang merupakan jemaat dari gereja yang
dilayani tersebut.2 Pelayanan seorang pendeta dalam menangani konseling dijelaskan oleh
Ingeborg yang memberi istilah Pendeta psikoterapi sebagai seorang ahli kesehatan mental
profesional yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan baik kependetaan maupun
psikoterapi.
Keterkaitan antara pelayanan terhadap pasien di rumah sakit, pelayanan konseling yang
dilakukan oleh pendeta dikenal dengan istilah konseling pastoral yang merupakan dimensi
pendampingan pastoral dalam melaksanakan fungsinya yang bersifat memperbaiki yang
dibutuhkan ketika orang mengalami krisis yang merintangi pertumbuhannya
Pada periode post-modern, pendampingan dan konseling ditandai dengan pendekatan multi
budaya, lintas budaya, antar budaya dan antar agama. Misalnya dalam pelayanan kesehatan bagi
suku Aborigin, dikemukakan bahwa kompetensi pemahaman lintas budaya dalam kesehatan
memerlukan integrasi yang efektif dari pengetahuan dan praktik baik pengetahuan tradisional dan
kontemporer.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan penggembalaan dan konseling?
2. Apa yang dimaksud dengan konseling krisis?
3. Apa yang dimaksud dengan penggunaan metode -krisis?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan penggembalaan dan konseling
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan konseling krisis
3. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan metode-krisis

1.4 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai
penggembalaan konseling krisis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi penggembalaan dan konseling


Penggembalaan berasal dari kata “pastor” dimana di dalam kata ini mencakup pelayaan
untuk hadir, mendengarkan, memberikan kehangatan dan dukungan praktis oleh orag-orang
yang dianggap sebagai gembala (pendeta atau pastor) sebagai pendamping. Pelayanan
penggembalaan tidak hanya berbicara mengenai keberadaan rohani umat, namun juga
menjangkau hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan lahiriah. “Melalui
bantuan-bantuan yang berhubungan dengan kebutuhan lahiriah akan membuka kemungkinan
bagi jemaat-jemaat yang merasa tertolak karena masalah perekonomian yang tidak mencukupi
untuk kembali menemukan kehidupan yang baru”.
Dalam melakukan penggembalaan maka ada konselor (gembala) dan konseli.
Konseling adalah hubungan timbal balik antara dua individu, yaitu konselor yang dipimpin
Roh Kudus berusaha untuk menolong atau membimbing dalam mengaplikasikan kebenaran
sabda Tuhan atas persoalanpersoalan hidup, dan konseli yang membutuhkan penerapan untuk
mengatasi persoalan yang dihadapi.konseling adalah tindakan yang dilakukan oleh gembala
atau konselor dengan pimpinan Roh Kudus dalam membimbing dan menolong jemaat atau
klien yang membutuhkan pertolongan untuk keluar dari permasalahan yang terjadi di dalam
kehidupan.

2.2 Konseling Krisis

krisis didefinisikan sebagai “titik balik ditandai oleh kemajuan atau kemunduran yang
tajam”.[1] Selanjutnya juga menyebutkan juga bahwa krisis adalah “satu keputusan yang besar
dan sangat penting bagi seseorang”Orang yang berada dalam situasi krisis sering bergerak
bolak-balik di an tara kebutuhan akan penggembalaan yang bersifat mendukung dan kebutuhan
akan konseling krisis ketika menghadapi pengambilan keputusan yang sulit. Tiap orang
membutuhkan pemeliharaan dan perawatan yang makin besar ketika melalui masa sulit. Hanya
se jumlah kecil yang membutuhkan konseling formal, lebih kecil lagi yang membutuhkan
terapi yang bersifat memperbaiki (reparatif). Untuk membantu orang lain memperbaiki sebab
dan akibat psikolo gis dari krisis yang hebat,ada tiga kemungkinan usaha pertolongan:

1) Pelayanan penggembalaan umum, adalah suatu pelayanan yang mencakup kehadiran,


mendengar, kehangatan, dan dukungan praktis. Para pendamping yang terlatih dari
warga jemaat dapat ber bagi tanggung-jawab bersama pastor untuk pelayanan yang
penting dan mendesak
2) Konseling krisis jangka pendek, informal atau formal, diperlukan oleh orang yang
dapat menggerakkan sumber penanggu langan mereka lebih cepat, dan mengatasi krisis
mereka lebih kon struktif dengan menerima suatu bantuan dalam hal menguji realitas
dan dalam hal perencanaan pendekatan yang efektif kepada situasi baru yang diciptakan
oleh krisis itu.
3) Konseling dan terapi jangka panjang, dibutuhkan oleh orang yang terluka berat
secara kejiwaan dan dilumpuhkan oleh ke hilangan yang amat besar atau krisis yang
terjadi berkali-kali se hingga mereka tidak mampu lagi menggerakkan sumber penang
gulangan mereka tanpa bantuan penyembuhan. Sering sangat baik untuk mengarahkan
orang yang hidupnya sudah demikian hancur agar meminta bantuan kepada ahli
psikoterapi pastoral atau sekular yang mempunyai waktu dan berpendidikan untuk
melakukan psiko terapi yang bersifat membangun kembali.

2.2.1 Sifat dan Dinamika Krisis


Dalam bukunya Gerald Caplan, Principles of Preventive Psychiatry, dijelaskan
bahwa setiap orang terus-menerus dihadapkan pada situa si yang menuntut kegiatan
penanggulangan masalah Suatu krisis terjadi pada diri seseorang ketika kegiatan
penanggulangan masalah tidak efektif, artinya stress yang berasal dari kebutuhan
mereka yang tidak terpenuhi dibiarkan terus meningkat tanpa pemah mere da. Tekanan
itu berasal dari terhalangnya pemuasan dari beberapa kebutuhan fisik dan kejiwaan
mereka. Caplan melukiskan empat tahap yang khas pada perkembangan krisis
seseorang:
1) Masalah sebagai stimulus (perangsang, dorongan) menyebabkan ketegangan
dalam organisme, yang menggerakkan tanggap an penanggulangan-masalah
yang biasanya digunakan orang.
2) Kegagalan dari tanggapan ini dan tidak terpuaskannya kebutuhan secara terus-
menerus, menghasilkan gangguan batin termasuk perasaan cemas, bingung,
bersalah, tidak berguna, dan kekacauan fungsi hingga tingkat tertentu.
3) Bila ketegangan akibat dari masalah yang nampaknya tidak dapat ditanggulangi
melampaui suatu ambang tertentu, maka kete gangan itu menjadi suatu stimulus
yang kuat untuk menggerakkan sumber cadangan menghadapi krisis. Ia menulis:
Individu sampai kepada penggunaan cadangan kekuatan dan mekanisme
penanggulangan masalah darurat. Ia menggunakan metode baru untuk
menyerang masalah itu. Lambat laun ia da pat merumuskan masalah dalam cara
baru, sehingga masalah itu datang dalam jajaran pengalaman terdahulu. Aspek-
aspek yang diabaikan dari masalah itu, dengan akibatnya yang ber hubungan
dengan kapasitas dan teknik ekstra dalam penang gulangan masalah, yang dulu
diabaikan karena dianggap tidak relevan, sekarang dapat dibawa masuk ke
dalam kesadaran. Mungkin terjadi penarikan diri (resignation) yang aktif dan
membuang aspek-aspek dari tujuan tertentu karena dianggap tidak dapat dicapai.
Melalui percobaan dan kesalahan, ia dapat menyelidiki, baik dalam tindakan
maupun pemikiran abstrak nya, jalan mana yang masih terbuka dan yang sudah
tertutup.Sehingga masalah itu dapat diatasi atau dihindarkan dengan penarik an
diri. Konseling krisis bertujuan untuk menolong orang dalam ke tiga tahap ini
dengan cara mendorong mereka mengerahkan sumber penanggulangan mereka
yang tersembunyi.
4) Jika masalah itu tidak diatasi, maka tekanan batin karena kebutuhan yang tidak
dipuaskan meningkat hingga ambang lain, yaitu titik awal terjadinya kekacauan
kepribadian yang parah (penyakit psikologis, psiko-somatik, antar-pribadi, atau
spiritual).

2.3 Penggunaan Metode Krisis

2.3.1 Metode Pendukung Dalam Konseling Krisis

Tanggapan-tanggapan yang tidak sesuai dengan situasinya dapat menjadi suatu bagian
dari sarana penanggulangan situasi krisis di masa mendatang,yang selalu salah.Berpaling
pada pastor adalah suatu tanggapan yang berorientasi pada realitas,yang memampupakan
dia mencegah lingkaran setan ini.

Secara khusus,tanggapan yang bagaimana yang tidak konstruktif terhadap krisis yang
menuju kepada kehancuran emosional dan yang menambah kerentanan terhadap
kegagalan dan masalah kepribadian

1) Penolakan adanya suatu masalah


2) Menghindar dari masalah (mis. melalui alkohol, obat bius).
3) Penolakan mencari atau menerima pertolongan.
4) Ketidak-mampuan mengungkapkan dan menguasai perasa an negatif.
5) Gagal menyelidiki sifat dari krisis dan kesimpulan alteratif.
6) Memproyeksikan pertanggungjawaban utama kepada orang lain berkaitan
dengan penyebab dan penyembuhan krisis
7) Menjauhkan diri dari kawan, keluarga, dan orang lain yang secara potensial dapat
menolong.

Konselor krisis sepantasnya peka terhadap hadimya tanggapan berbahaya ini agar dapat
menolong orang lain bergerak menjauhinya menuju cara penanggulangan yang sehat,
seperti di bawah ini:

1) Menghadapi masalah.
2) Memperluas pengertiannya tentang masalah itu.
3) Mengungkapkan dan menyelesaikan perasaan negatif seperti kebencian,
kecemasan, dan perasaan bersalah.
4) Menerima tanggung jawab menanggulangi masalah itu.
5) Menyelidiki cara alternatif untuk menanggulanginya.
6) Memisahkan hal-hal yang bisa dan yang tidak bisa diubah dalam situasi itu,
mencegah pemborosan energi yang berharga dengan mencoba mengubah hal
yang tidak dapat diubah.
7) Melepaskan aspek-aspek yang berlebihan dari harapan orang tentang dirinya dan
yang memberatkan diri sendiri.
8) Membuka saluran komunikasi dengan orang yang sifatnya menolong di antara
keluarga, teman, dan orang profesional.
9) Mengambil langkah, betapa pun kecilnya, untuk mengatasi masalah itu secara
konstruktif.

2.3.2 Pendekatan Analisis Transaksional

Konseling krisis, dalam istilah TA, terdiri dan pengurangan rasa ta kut dan rasa
bersalah bagian Anak batiniah dengan mengizinkan dia mengambil kekuatan dari
pemeliharaan bagian Orangtus konselor secara temporer, dan pada saat yang sama
menggerakkan dan mem perkuat bagian Dewasa dengan mendorong orang itu
menghadapi realitas dan bergerak ke dalam aksi. Bagian Dewasa konselor mem
persatukan dirinya dengan bagian Dewasa konseli dalam suatu stra tegi bersama yang
diarahkan untuk membawa bagian Anak berada di bawah kontrol dan membebaskan
bagian Dewasa menanggulangi masalah dalam suatu cara yang berorientasi pada realitas
2.3.3 Model Latihan A-B-C-D

Di bawah ini dicantumkan suatu model yang berguna dalam men perkenalkan
langkah-langkah dari proses menolong orang dalam situani krisis kepada calon pastor,
dan mereka yang dididik untuk tim penggembalian dari kalangan warga jemaat. "Metode
A-B-C-D" dari bantuan krisis dikembangkan oleh psikiatris Warren Jones untuk
pendidikan staf dari salah satu pusat krisis masyarakat

a. Membangun hubungan kepercayaan dan pemeliharaan


b. Memfokuskan masalah pada bagiannya
c. Menantang untuk mengambil tindakan konstruktif
d. Menyusun rencana pertumbuhan terus-menerus
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Seiring perkembangan zaman, hidup manusia semakin kompleks dan tantangan semakin
beragam, salah satunya dalam penggembalaan dan konseling. Oleh karena itu, pastoral gereja
dalam hal penggembalaan harus lebih kritis dalam menanggapi perubahan yang terjadi di
dalam masyarakat agar pastoral gereja tetap unggul dan relevan dalam usaha penggembalaan
dan konselingnya.
Pastoral adalah tindakan penggembalaan yang menekankan pada pelayanan yang berkata-
kata tentang Allah dan manusia yang mengalami masalah. Objek pelayanannya adalah
menyelamatkan
manusia yang sudah menjadi anggota Allah. Konseling adalah hubungan timbal balik antara
dua individu, yaitu konselor yang dipimpin Roh Kudus berusaha untuk menolong atau
membimbing dalam mengaplikasikan kebenaran sabda Tuhan atas persoalanpersoalan hidup,
dan konseli yang membutuhkan penerapan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi. Pastoral
konseling adalah tindakan yang dilakukan oleh gembala atau konselor dengan pimpinan Roh
Kudus dalam membimbing dan menolong jemaat atau klien yang membutuhkan pertolongan
untuk keluar dari permasalahan yang terjadi di dalam kehidupan.
Konselor, Alkitab dan konseli adalah unsur pastoral konseling. Gereja adalah persekutuan
orang-orang percaya kepada Kristus baik yang disatu tempat maupun keseluruhan persekutuan
Kristen. Gereja sebagai saranakesaksian. Tugas pelayanan gereja meliputi: koinonia, marturia
dan diakonia, sertaditambah dengan pelayanan konseling. Gereja yang sehat dan ingin
bertumbuh wajib melakukan pelayanan tersebut.

3.2 Saran

Kebutuhan akan penggembalaan dan konseling krisis ini semakin terasa di berbagai sektor
kemasyarakatan, baik masyarakat kristiani maupun bukan kristiani. Krisis ekonomi, sosial,
politik,yang berakibat pada krisis bidang-bidang lain, termasuk kesehatan, pendidikan, maupun
moral, menjadikan krisis total negara Indonesia, sadar atau tidak sadar telah memicu kebutuhan
masyarakat akan pendampingan pastoral dan konseling. suatu tindakan nyata dan merespon apa
yang telah terjadi di masyarakat tersebut di atas. Sangatlah jelas, bahwa mereka memerlukan
penggembalaan dan konseling untuk menyembuhkan, menopang, menuntun, merekonsiliasi,
dan menolong: hati, jiwa, emosi, maupun pikiran yang sedang sakit, yang terpuruk, yang
merintih tanpa daya,hatinya berteriak mengharapkan datang nya pertolongan.
DAFTAR PUSTAKA

Anon. n.d. “View of PASTORAL KONSELING: DESKRIPSI UMUM DALAM TEORI DAN
PRAKTIK.” Retrieved August 28, 2022 (https://journal.stt-abdiel.ac.id/JA/article/view/63/49).

Saputri, Jelitha. n.d. “Pastoral Konseling Sebagai Strategi Penggembalaan Untuk Menuju Gereja
Yang Bertumbuh.” doi: 10.31219/OSF.IO/NDJ5F.

Buku Konseling Krisis, Pusat Pastoral Yogyakarta 2000 NO, 10

Ernesater A, Holmstrom & Engstrom, (2009), Telenurses’ experience of working with


computerized decision support : supporting, inhibiting and quality improving. Diakses melalui
http://id.search.yahoo.com.Te lenurses Tanggal 11 Nopember 2012Heil, M., Hazel, A. and Smith,
J. (2008). The mechanics of airway closure. RespiratoryPhysiology & Neurobiology, 163(1-3),
pp.214-221. Heil, M., Hazel, A. and Smith, J. (2008). The mechanics of airway closure.
RespiratoryPhysiology & Neurobiology, 163(1-3), pp.214-221.Cara kerja pernapasan manusia
ternyata bisa kita pelajari menggunakan ilmu fisika.
Dalam ilmu fisika setidaknya ada tiga hukum yang menjelaskan tentang pernapasan
yaitu,
Hukum Dalton, Hukum Boyle, dan Hukum Laplac

Anda mungkin juga menyukai