Anda di halaman 1dari 8

Journal of Social Empowerment P-ISSN: 2503-5371

jse.stkippacitan.ac.id E-ISSN: 2809-6894


Volume: 07 nomor: 02 Tahun 2022

Empowering SDM Sekolah Penggerak melalui Pembelajaran Berdiferensiasi

Kadek Ayu Astiti1, Putu Agus Indrawan2, Engelbertus Nggalu Bali3


1,2,3 Universitas Nusa Cendana
Email: kadek.ayu@staf.undana.ac.id1, putu.indrawan@staf.undana.ac.id2*,
engelbertus.bali@staf.undana.ac.id3
*Corresponding author: putu.indrawan@staf.undana.ac.id2

Received: 10 Oktober 2022 Accepted: 17 Oktober 2022 Final proof: 28 Oktober 2022

Abstrak
Praktik kolaborasi melalui pengabdian kepada masyarakat memiliki tujuan untuk
membantu mengatasi permasalahan sekolah mitra dalam hal praktik pembelajaran
berdiferensiasi agar tercipta pembelajaran yang memerdekakan siswa. Metode
pelaksanaannya dengan strategi workshop. Dimulai dengan pre test mengenai
pemahaman guru mengenai pembelajaran berdiferensiasi, ceramah materi, praktik
menyusun rencana pembelajaran, dan post test. Berdasarkan hasil tersebut diperoleh
bahwa nilai N Gain nya diperoleh 0, 49 yang masuk kategori sedang yang memiliki makna
bahwa adanya peningkatan nilai dari pretest dan posttest yang diberikan. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya peningkatan pemahaman guru terkait kurikulum merdeka
dan pembelajaran berdiferensiasi. Hal ini ditunjukkan juga dari hasil RPP yang dihasilkan.
Sebelum pemberian materi, banyak peserta yang belum mengetahui pembelajaran
berdiferensiasi dan bagaimana membuat RPP pembelajaran berdiferensiasi. Pada proses
simulasi pembuatan RPP, guru-guru mulai memahai bagaimana cara menyusun RPP
berdiferensiasi dan menerapkannya dalam proses pembelajaran.

Kata Kunci: Pembelajaran Berdiferensiasi, Merdeka Belajar, Sekolah Penggerak

Abstract
The practice of collaboration through community service has the aim of helping to
overcome the problems of partner schools in terms of differentiated learning practices to
create learning that liberates students. The method of implementation is the workshop
strategy. Starting with a pre-test regarding the teacher's understanding of differentiated
learning, lecture material, and practice of preparing lesson plans, and a post-test. Based on
these results, it was obtained that the N Gain value was 0.49 which was in the medium
category which means that there was an increase in the value of the pretest and posttest
given. This shows that there is an increase in teachers' understanding of the independent
curriculum and differentiated learning. This is also shown in the results of the resulting
lesson plans. Before giving the material, many participants did not know about
differentiated learning and how to make differentiated learning lesson plans. In the
simulation process of making lesson plans, teachers begin to understand how to prepare
differentiated lesson plans and apply them in the learning process.

Key Word: Differentiated Learning, Merdeka Belajar, Sekolah Penggerak


PENDAHULUAN
Merdeka belajar menjadi target pendidikan saat ini karena mewujudkan
merdeka belajar dapat mengoptimalkan potensi yang ada pada diri siswa. Ki Hajar
Dewantara, bapak pendidikan Indonesia menegaskan kemerdekaan adalah tujuan
pendidikan sekaligus paradigma pendidikan yang perlu dipahami oleh seluruh
pemangku kepentingan. Tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada
pada anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setingi-
tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat (Direktur GTK,
2021). Merdeka belajar berarti unit pendidikan yakni sekolah, guru dan siswa memiliki
kebebasan dalam berinovasi, mandiri dan kreatif (GTK, 2019). Pada proses menuntun
dan mengembangkan potensi siswa, pendidik memberikan kebebasan pada siswa
untuk mengeksplorasi kemampuan dengan bimbingan dan arahan yang tepat sehingga
mendorong anak menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Program pemerintah
untuk mewujudkan merdeka belajar adalah membentuk guru penggerak, organisasi
penggerak, sekolah penggerak. Guru penggerak adalah program membentuk guru
menjadi pemimpin dalam pembelajaran yang dilakukan melalui pendidikan guru yang
dilaksanakan selama 8 bulan secara daring dan luring. Guru penggerak merupakan
agen penggerak dalam bidang peningkatan mutu kepemimpinan (Javanisa et al., 2022).
Organisasi penggerak adalah program pemberdayaan masyarakat yang melibatkan
organisasi secara masif melalui dukungan pemerintah untuk meningkatkan kualitas
guru dan kepala sekolah berdasarkan model pelatihan yang telah terbukti efektif
dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Sedangkan sekolah penggerak
merupakan program sekolah yang berfokus pada pengembangan hasil siswa secara
holistik dengan mewujudkan profil pelajar pancasila yang mencakup kompetensi dan
karakter yang diawali dengan SDM (kepala sekolah dan guru) yang unggul. Salah satu
program sekolah penggerak bertujuan meningkatkan kompetensi dan karakter siswa
sesuai profil pelajar pancasila (Mendikbudristek, 2021).
Di NTT terdapat 94 sekolah yang lolos mengikuti program Sekolah penggerak
yang terdiri dari 5 kabupaten/kota yaitu kota kupang, kabupaten manggarai timur,
kabupaten rote ndao, kabupaten sumba tengah, dan kabupaten sumba timur mulai
dari tingkat TK, SD, SMP dan SMA. Sekolah dasar merupakan jenjang sekolah yang
sangat penting untuk membentuk kemampuan dan karakter siswa. Usia sekolah dasar
merupakan masa dimana anak mampu meniru tingkah laku konkrit setiap apa yang
dilihat sehingga membentuk karakter siswa (Amran et al., 2018). Salah satu sekolah
yang mengikuti program sekolah penggerak adalah SD Inpres Liliba yang ada di Kota
Kupang.
Program sekolah penggerak melibatkan kepala sekolah dan stakeholder sekolah
untuk mewujudkan merdeka belajar. Dimana kepala sekolah dan pengawas sekolah
mendapatkan pendampingan dari pelatih ahli sekolah penggerak untuk menerapkan
merdeka belajar di sekolah tersebut. Pada level guru, pemerintah telah melaksanakan
program guru penggerak sebagai upaya mempercepat penerapan merdeka belajar di
sekolah. Saat ini sudah memasuki program guru penggerak angkatan 8 di seluruh
Indonesia. Guru penggerak diharapkan mampu memberikan perubahan dan agen
teladan. Tujuannya adalah menghasilkan pempimpin Indonesia yang akan datang
dengan memiliki enam karakteristik profil pancasila.
Program sekolah penggerak ini masih mengalami beberapa kendala yang
dirasakan pihak sekolah, seperti kurangnya pemahaman kepala sekolah dan guru
terkait kurikulum sekolah penggerak, kurangnya pemahaman pihak sekolah terkait
project penguatan profil pelajar pancasila, serta daya dukung pemerintah yang belum
sepenuhnya dipahami. Tidak terlepas dari kendala tersebut, sekolah penggerak di kota

DOI: 10.21137/jse.2022.7.2.4 | 112


Kupang juga mengalami beberapa kendala, seperti banyak guru yang belum
memahami konsep merdeka belajar dan bagaimana mengaplikasikannya.
Berdasarkan kendala tersebut kami Tim PKM merencanakan melakukan
pengabdian melalui kegiatan workshop pembelajaran berdiferensiasi untuk
mewujdukan merdeka belajar yang dilakukan mulai dari tanggal 17 September 2022
hingga 1 Oktober 2022. Kegiatan pengabdian ini dilakukan untuk mengatasi
permasalahan yang dialami sekolah mitra. Solusi yang kami tawarkan adalah dengan
melakukan berbagi pengetahuan terkait dengan merdeka belajar, budaya positif
termasuk pembelajaran berdiferensiasi yang dapat digunakan untuk mewujudkan
merdeka belajar. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman guru
terkait merdeka belajar serta peningkatan pemahaman akan pembelajaran
berdiferensiasi. Rancangan kegiatan PKM yang dilakukan sesuai bagan berikut.

METODE PENELITIAN
Kegiatan pengabdian ini dilakukan di salah satu sekolah penggerak yaitu SD
Inpres Liliba dengan turut mengundang guru-guru di sekolah penggerak lainnya.
Jumlah peserta kegiatan sebanyak 40 orang guru yang berasal dari 6 sekolah dasar
yang merupakan sekolah penggerak, diantaranya: SD inpres liliba, SD Canosa, SDK
Citra Bangsa, SD Inpres Perumnas 2, SD GMIT Bonipoi 3456, dan SD GMIT airnona 1.
Kegiatan PKM ini dibagi menjadi 2 sesi yaitu pemberian materi dan pendampingan.
Sesi pemberian materi dimulai dengan pemberian soal pretest untuk mengetahui
pemahaman guru terkait materi yang akan disampaikan. Selanjutnya pemberian
materi yang mana materi yang disampaikan mulai dari kurikulum merdeka belajar,
budaya positif dan pembelajaran berdiferensiasi. Guru juga langsung praktik dalam
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdiferensiasai. Pada akhir
pertemuan di hari pertama ini dilakukan penilaian posttest untuk mengetahui
peningkatan pemahaman konsep siswa terkait materi yang telah disampaikan. Sesi
berikutnya adalah melakukan pendampingan pada guru-guru dalam
mengimplementasikan RPP berdiferensiasi yang dibuat di dalam kelas pembelajaran.
Adapun rancangan pengabdian yang penulis lakukan dapat dilihat pada gambar
1 di bawah ini.

Gambar 1 Rancangan Program PKM

DOI: 10.21137/jse.2022.7.2.4 | 113


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari hasil PreTest dan PostTest Workshop, diperoleh data sebagaimana
ditampilkan pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1 Hasil Workshop

No Nama Pretest Postest post- max- gain


pre pre
1 elisabeth wego 50 70 20 50 40,0
2 yufita gula 70 80 10 30 33,3
3 roberto kolo 60 80 20 40 50,0
nhak
4 sofrit soinbala 60 70 10 40 25,0
5 nawa kesia 70 80 10 30 33,3
6 refina rika 70 90 20 30 66,7
7 abiyati isu 80 90 10 20 50,0
8 autoniko jo 70 80 10 30 33,3
9 kaleb l 60 80 20 40 50,0
10 agustine hana 70 80 10 30 33,3
11 ajai 80 90 10 20 50,0
12 feriana neno 70 90 20 30 66,7
13 dina I amabi 70 80 10 30 33,3
14 yuani ere 70 80 10 30 33,3
15 aprillia bardama 80 90 10 20 50,0
16 agnes k. 50 70 20 50 40,0
17 nurhayati 80 100 20 20 100,0
husain
18 r. bata 70 90 20 30 66,7
19 mana p wangga 70 90 20 30 66,7
20 nevensius sari 70 80 10 30 33,3
21 agustina ry. R. 70 80 10 30 33,3
22 penina 70 80 10 30 33,3
belisrolai
23 erni tala 60 80 20 40 50,0
24 maria rada 70 80 10 30 33,3
25 adonia s. 60 80 20 40 50,0
26 oliva doe meo 60 80 20 40 50,0
27 yenni n. 90 90 0 10 0,0
28 julansi ndun 70 90 20 30 66,7
29 debora tiran 60 80 20 40 50,0
30 nofianti m.m 60 80 20 40 50,0
31 rosi amelia 70 90 20 30 66,7
32 manayaw 70 90 20 30 66,7
33 m. quraism 60 80 20 40 50,0

DOI: 10.21137/jse.2022.7.2.4 | 114


No Nama Pretest Postest post- max- gain
pre pre
34 kristina uly 80 90 10 20 50,0
35 charla a. berhitu 60 90 30 40 75,0
36 sarleina here 60 90 30 40 75,0
37 luisa ojo 70 80 10 30 33,3
38 Maria P. 70 80 10 30 33,3
Wangga
39 Minty Carmila 60 90 30 40 75,0
40 Sefrit Soinbala 70 90 20 30 66,7
N Gain 49,08
% N Gain 0,49

Perhitungan perbedaan hasil pretest dan postest dilakukan dengan menggunakan rumus
N-gain yang dikembangkan oleh Hake (1998) berikut:

𝑆Post − 𝑆Pr𝑒
𝑁 − GAIN = 𝑥100
𝑆Max − 𝑆Pr𝑒

Keterangan :

% N-Gain = presentase gain ternormalisasi


Spost = skor penilaian setelah pelatihan
Spre = skor penilaian sebelum pelatihan
Smax = skor maksimal

Tabel 2 Kategori Gain Ternormalisasi

Nilai N-Gain Kategori


0,00 < g< 0,3 rendah
0,3 ≤ g < 0,7 Sedang
0,7 ≤ g ≤ 100 Tinggi

DOI: 10.21137/jse.2022.7.2.4 | 115


Gambar 2. Pembukaan PKM Gambar 3. Peserta PKM

Gambar 4. Peserta PKM Gambar 5. Narasumber PKM

Gambar 6. Foto Penutupan PKM Gambar 7. Tim PKM

Pembahasan
Berdasarkan hasil tersebut diperoleh bahwa nilai N Gain nya diperoleh 0, 49
yang masuk kategori sedang yang memiliki makna bahwa adanya peningkatan nilai dari
pretest dan posttest yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan
pemahaman guru terkait kurikulum merdeka dan pembelajaran berdiferensiasi. Hal ini
ditunjukkan juga dari hasil RPP yang dihasilkan. Sebelum pemberian materi, banyak
peserta yang belum mengetahui pembelajaran berdiferensiasi dan bagaimana membuat
RPP pembelajaran berdiferensiasi. Pada proses simulasi pembuatan RPP, guru-guru
mulai memahai bagaimana cara menyusun RPP berdiferensiasi dan menerapkannya
dalam proses pembelajaran.
Hasil yang diperoleh dari kegiatan PKM ini adalah adanya peningkatan
pemahaman konsep guru terkait merdeka belajar serta adanya peningkatan
pemahaman guru terhadap pembelajaran berdiferensiasi. Peningkatan pemahaman
tersebut diharapkan memberi dampak pada siswa, sebagaimana yang diteliti oleh
(Pratama, 2022), bahwa dengan pemberian pembelajaran berdiferensiasi, kemampuan
literasi membaca siswa menjadi meningkat. Melalui sebuah workshop yang dilakukan
oleh (Mastuti & Rumodar, 2022) kepada guru SMK Kesehatan di Kota Ambon yang

DOI: 10.21137/jse.2022.7.2.4 | 116


menunjukkan terjadi peningkatan kualitas pembelajaran. Sebagaimana juga ditemukan
oleh (Astiti et al., 2021) bahwa guna memudahkan guru dalam memberikan
pembelajaran kepada siswa maka dibutuhkan modul pembelajaran yang disesuaikan
dengan kebutuhan.
Pembelajaran yang berdiferensiasi adalah suatu bentuk upaya dalam rangkaian
pembelajaran sadar kebutuhan siswa dalam hal kemauan belajar dan profil belajar
siswa, minat dan keterampilan. Melalui pembelajaran ini pula kompetensi guru
diharapkan mampu memberikan kemerdekaan kepada siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran itu sendiri (Aprima, 2022; Sutaga, 2022; Wulandari & Dewi, 2021). Akan
tetapi ompetensi yang perlu ditingkat terlebih dahulu adalah kompetensi pedagogik
(Sutaga, 2022). Hal ini disebabkan karena pemahaman guru masih rendah dari segi
konseptual pendekatan pembelajaran.
Sementara itu kendala yang dominan yang dialami peserta bahwa mereka
beropini apabila pembelajaran diferensiasi adalah hal baru bagi mereka. Peserta merasa
kerepotan ketika wajib memetakan profil siswa pada awal pembelajaran. Profil siswa
mengkategorikan dari gaya belajar, kemampuan siswa, dan bakat. Hal-hal yg awalnya
kurang sebagai perhatian peserta pada memulai pembelajaran, sehabis mereka tahu
pembelajaran berdiferensiasi sebagai keharusan peserta memperhatikan setiap peserta
didiknya. Setiap peserta hanya membutuhkan motivasi untuk berubah menjadi lebih
profesional.

SIMPULAN
Workdhop yang diberikan kepada guru-guru kelas pada sekolah penggerak di
Kota Kupang untuk level Sekolah Dasar diperoleh hasil adanya peningkatan
pemahaman. Peningkatan pemahaman guru dalam menerapkan pembelajaran
berdiferensiasi tentu masih perlu diberikan pendampingan agar bisa konsisten terjaga
kualitasnya. Maka keterbatasan ini perlu diikuti dengan pemberian pendampingan yang
berkelanjutan. Oleh karena itu disarankan kepada pimpinan sekolah penggerak agar
mengontrol guru-guru kelas untuk senantiasa mempraktikkan pembelajaran
berdiferensiasi. Dengan demikian diharapkan, peserta didik mampu mengembangkan
potensi mereka secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA
Amran, M., Sahabuddin, Suryani, E., & Muslimin, M. (2018). Peran Pendidikan Karakter
di Sekolah Dasar. Seminar Nasional Administrasi Pendidikan Dan Manajemen
Pendidikan "Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Menuju Era Disrupsi
Teknologi. http://eprints.unm.ac.id/id/eprint/11744
Aprima, D. (2022). Cendikia : Media Jurnal Ilmiah Pendidikan Analisis Penerapan
Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam Implementasi Kurikulum Merdeka Pada
Pelajaran Matematika SD. Cendikia: Media Jurnal Ilmiah Pendidikan, 13(1), 95–101.
Astiti, K. A., Supu, A., Sukarjita, I. W., & Lantik, V. (2021). Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Sains Pengembangan Modul IPA Terpadu Tipe Connected Berbasis
Pembelajaran Berdiferensiasi pada Materi Lapisan Bumi Kelas VII. Jurnal Pendidikan
Dan Pembelajaran Sains Indonesia (JPPSI), 4(2), 112–120.
Direktur GTK. (2021). Materi Pelatihan Program Sekolah Penggerak (p. ).
GTK, S. (2019). Mengenal Konsep Merdeka Belajar dan Guru Penggerak (p. ).
https://gtk.kemdikbud.go.id/read-news/mengenal-konsep-merdeka-belajar-dan-
guru-penggerak.
Javanisa, A., Fauziah, F. F., & Melani, R. Z. (2022). Implementasi Kurikulum Sekolah
Penggerak terhadap Motivasi Peserta Didik. Jurnal Kalam Pendidikan PGSD
Kebumen, (1), 34–37.
Mastuti, A. G., & Rumodar, M. (2022). Peningkatan Kualitas Pembelajaran Guru Melalui

DOI: 10.21137/jse.2022.7.2.4 | 117


Workshop Dan Pendampingan. JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri), 6(5), 1–9.
Mendikbudristek. (2021). SK No. 162/M/2021 tentang Program Sekolah Penggerak (p. ).
Pratama, A. (2022). Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi untuk Meningkatkan
Kemampuan Literasi Membaca Pemahaman Siswa. Jurnal Didaktika Pendidikan
Dasar, 6(2), 605–626. https://doi.org/10.26811/didaktika.v6i2.545
Sutaga, I. W. (2022). Tingkatkan Kompetensi Guru melalui Pembelajaran Berdiferensiasi.
Jurnal Inovasi, 8(9), 58–65.
Wulandari, A. D., & Dewi, D. A. (2021). Urgensi Membumikan Pancasila Bagi Karakter
Penerus Bangsa di Era Globalisasi. Jurnal Pendidikan Tambusai.
https://www.jptam.org/index.php/jptam/article/view/1054

DOI: 10.21137/jse.2022.7.2.4 | 118

Anda mungkin juga menyukai