Anda di halaman 1dari 11

1

PROGRAM GURU PENGGERAK


AKSI NYATA MODUL 1.1

Penerapan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara di Kelas dan Sekolah


“Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Merdeka”
Oleh: Rina Oktopiani, M. Pd

A. Latar Belakang
Program guru penggerak merupakan satu dari rangkaian merdeka belajar yang dicanangkan
oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim di bulan Juli 2020. Program
tersebut merupakan merdeka belajar episode 5. "Program Guru Penggerak ini adalah program
terpenting di dalam Kemendikbud. Kenapa? Karena mau sebaik apapun teknologi pendidikan,
sebaik apapun kurikulum dan juga infrastruktur pendidikan yang ada, tidak ada yang bisa
menggantikan peran guru penggerak untuk mentransformasi budaya sekolah kepada pembelajaran
yang fokus pada pembelajaran siswa," ungkap Mas Menteri pada Peluncuran "Merdeka Belajar
Episode 5: Program Guru Penggerak" melalui aplikasi Zoom dan YouTube Channel Kemendikbud
RI1.
Seleksi guru penggerak dilakukan melalui serangkaian tes yang cukup panjang. Diawali
dengan seleksi administrasi, kemudian menulis essay dengan waktu yang ditetapkan, mengikuti tes
berbasis komputer, simulasi mengajar, serta diakhiri dengan wawancara. Semua peserta terpilih
kemudian mengikuti program pelatihan yang disusun oleh tim kemendikbud. Menjadi bagian dari
program ini merupakan suatu kesempatan luar biasa untuk melakukan perubahan. Program Guru
Penggerak ditujukkan untuk media pelatihan, identifikasi dan pembibitan calon pemimpin-
pemimpin pendidikan masa depan di Indonesia. Program ini bakal membidik guru-guru bertalenta
melalui skema pelatihan intensif yang bakal disiapkan untuk menjadi kepala sekolah, pengawas
sekolah dan mentor program pelatihan guru ke depan2.
Pendidikan guru penggerak angkatan pertama dimulai sejak Oktober 2020. Calon Guru
Penggerak (CGP) terpilih, mengikuti pendidikan secara daring selama kurang lebih 9 bulan.

1
http://pgdikmen.kemdikbud.go.id/read-news/kemendikbud-luncurkan-kebijakan-merdeka-belajar-episode-5-
program-guru-penggerak
2
ibid
2

Pembelajaran dilakukan melalui Learning Management Sistem (LMS) pada alamat https://sim-
elearning-gp.simpkb.id/. Terdapat 4 modul yang akan dipelajari oleh CGP selama pendidikan, yaitu
modul 1 hingga modul 4. Setiap modul terbagi menjadi beberapa sub modul, seperti pada modul 1
yang terdiri dari sub modul 1.1, 1.2, 1.3 dan 1.4. Pada akhir setiap modul, CGP diminta untuk
melakukan aksi nyata sebagai wujud penerapan materi yang telah dipelajari.
Pada artikel kali ini, penulis sebagai seorang CGP akan berbagi tentang aksi nyata pertama
yang dilakukan di sekolah. Materi perdana kali ini membahas tentang filosofi pendidikan menurut
Ki Hadjar Dewantara. Pendidikan diartikan sebagai ‘tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak’.
Maksud Pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun
sebagai anggota masyarakat3. Ki Hadjar Dewantara (KHD) memiliki konsep tentang pendidikan
yang didasarkan pada asas kemerdekaan yang memiliki arti bahwa manusia diberi kebebasan dari
Tuhan yang Maha Esa untuk mengatur kehidupannya dengan tetap sejalan dengan aturan yang ada
di masyarakat. Siswa harus memiliki jiwa merdeka dalam artian merdeka secara lahir dan batin serta
tenaganya. Jiwa yang merdeka sangat diperlukan sepanjang zaman agar bangsa Indonesia tidak
didikte oleh negara lain. Ki Hadjar Dewantara memiliki istilah sistem among, yakni melarang
adanya hukuman dan paksaan kepada anak didik karena akan mematikan jiwa merdeka serta
mematikan kreativitasnya (Dwiarso, 2010)4. Beranjak dari pemikiran tokoh pendidikan KHD
tersebut, maka penulis ingin melakukan suatu perubahan kecil untuk mewujudkan merdeka belajar.
Penulis merupakan seorang guru di SMP negeri 2 Reteh, salah satu sekolah yang terletak di
Kelurahan Pulau Kijang, Kecamatan Reteh, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Di sekolah
penulis memiliki 6 rombongan belajar, dengan jumlah peserta kurang lebih 131 orang murid. Seperti
halnya sekolah lain di Indonesia, tahun pelajaran 2020/2021 semester 2 menjadi masa yang sangat
berarti, karena Indonesia dan bahkan dunia sedang mengalami masa pandemi akibat virus covid19.
Pembelajaran seketika berubah drastis dari tatap muka menjadi tatap maya, dari papan tulis manual
menjadi papan tulis digital, berbagai media yang awalnya tidak digunakan, menjadi sangat akrab di
telinga guru dan murid. Begitu juga di sekolah tempat CGP bertugas. Pembelajaran jarak jauh (PJJ)
berlangsung sejak bulan Maret tahun 2020.

3
Dasar-Dasar Pendidikan. Keluarga, Th. I No.1,2,3,4., Nov, Des 1936., Jan, Febr. 1937
4
Dela, dkk. Merdeka Belajar dalam Pandangan Ki Hadjar Dewantara dan Relevansinya bagi Pengembangan
Pendidikan Karakter. Jurnal Filsafat Indonesia, Vol 3 No 3 Tahun 2020
3

PJJ dilakukan melalui daring (dalam jaringan) dan luring (luar jaringan). Daring asincronous
dimana penjelasan dilakukan pada satu waktu tertentu, kemudian penugasan dilakukan di luar
jadwal. Hasil rapat dewan guru pada awal semester 2 tahun pelajaran 2020-2021 memutuskan bahwa
pembelajaran dilakukan melalui grup kelas menggunakan media whatsapp. Jadwal pelajaran dibuat
yaitu 2 mata pelajaran perhari. Pembelajaran dimulai pada pukul 08.00 WIB – 11.00 WIB. Setiap
pelajaran mendapatkan porsi 2 x 40 menit di setiap pertemuannya. Setelah pembelajaran
berlangsung selama 3 bulan, muncul berbagai masalah terutama banyaknya murid yang tidak
menyelesaikan tugas yang diberikan tepat waktu. Bahkan sampai pada saat dilakukannya penilaian
tengah semester (PTS), bisa dikatakan hanya 40% murid yang menyelesaikan tugas tepat waktu.
Kondisi tersebut tentunya membutuhkan perbaikan segera, agar hak murid untuk
mendapatkan pengajaran yang merata tidak terabaikan dengan adanya masa pandemic. Penulis
bersama dewan guru kemudian mencari akar permasalahan serta solusi yang tepat. Beberapa
pendapat guru yang juga sebagai orang tua murid menjadi masukan untuk melakukan perubahan.
Beberapa solusi yang penulis tawarkan, kemudian diterapkan di sekolah diharapkan mampu
memberikan solusi yang tepat dan memberikan dampak positif terhadap kepedulian murid
menyelesaikan tugas-tugasnya. Ide tersebut adalah dilakukannya perubahan jadwal pelajaran,
penyampaian laporan hasil belajar murid kepada orang tua/wali, melakukan asesmen diagnostik,
dan merancang pembelajaran berdasarkan hasil diagnostic yang diberikan.
B. Deskripsi dan Hasil Aksi Nyata
1. Perubahan Jadwal Pelajaran
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis di dalam setiap grup whatsapp (WA)
kelas, diperoleh info bahwa siswa masih banyak yang belum mengerjakan tugas sebagaimana yang
ditentukan. Beberapa informasi yang diperoleh dari rekan guru juga menunjukkan bahwa hanya 30%
murid yang serius dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Selain itu, penulis juga melihat
bahwa tugas-tugas yang diberikan oleh beberapa rekan guru cukup lumayan banyak dan tidak bisa
diselesaikan dalam waktu 2 x 40 menit sesuai jadwal yang telah ditentukan. Selain itu keterbatasan
waktu interaksi melalui grup WA juga menjadi kendala bagi rekan-rekan guru melakukan bimbingan
secara intensif. Hal-hal tersebut dianggap sebagai penyebab kurang maksimalnya hasil belajar yang
ditunjukkan oleh murid. Adapun jadwal awal pembelajaran daring yang dibentuk berdasarkan hasil
rapat dewan guru terlihat pada Gambar 1 berikut ini.
4

Gambar 1. Jadwal Pelajaran Daring Juli – September 2020


Penulis kemudian mendiskusikan solusi yang akan diterapkan untuk meringankan beban
murid. Berpedoman kepada konsep merdeka belajar, penulis ingin agar murid diberi kesempatan
yang lebih luas dalam berkomunikasi bersama guru mata pelajarannya masing-masing. Dikarenakan
kondisi yang tidak memungkinkan mengadakan pertemuan tatap muka, maka penulis
menyampaikan ide melalui grup WA guru. Semua guru dan kepala sekolah mendukung perubahan
yang terjadi. Perubahan jadwal pelajaran baru dapat dilihat pada Gambar 2, yang awalnya dua mata
pelajaran perhari menjadi satu pelajaran perhari. Selain perubahan jadwal, dilakukan juga perubahan
grup belajar. Grup baru yang terbentuk adalah grup mata pelajaran, sehingga memberikan
kesempatan murid memiliki waktu yang lebih bebas dalam membahas pelajaran.

Gambar 2. Jadwal Pelajaran Daring Oktober – November 2020


Ide perubahan yang diajukan oleh penulis memberikan dampak positif terhadap hasil belajar
murid. Meningkatnya persentase murid yang mengumpulkan tugas dari 30% menjadi 60%
merupakan suatu hal yang menggembirakan. Selain itu, berdasarkan pendapat dari wali murid juga
memberikan respon positif. Anak mereka yang awalnya terlihat sangat lelah ketika selesai belajar,
setelah perubahan jadwal menjadi lebih santai. Selain dari sisi murid, dari sisi guru sendiri juga
memberikan respon positif. Rekan guru merasa memiliki waktu yang lebih panjang untuk
5

mempersiapkan materi pembelajaran lebih maksimal. Karena tidak dikejar-kejar waktu masuk kelas,
apalagi untuk guru yang jam mengajarnya banyak. Dengan adanya jadwal baru, guru mata pelajaran
masuk di kelas yang sama 1 kali dalam 2 minggu. Guru menjadi lebih maksimal mempersiapkan
video pembelajaran, tugas dan penilaian yang diberikan kepada murid. Berikut hasil tanggapan
murid terhadap perubahan jadwal pelajaran yang dilakukan (48,4% murid sangat senang).

Gambar 3. Tanggapan Murid Terhadap Perubahan Jadwal Pelajaran


2. Pelaporan Hasil Belajar Tengah Semester
Rapor tengah semester adalah perolehan nilai peserta didik setelah mengikuti penilaian tengah
semester5. Adanya rapor tengah semester sebenarnya diharapkan peserta didik dapat menjadikannya
sebagai pedoman untuk memperbaiki yang belum baik sehingga menjadi lebih baik lagi pada rapor
semester. Rapor tengah semester sering juga disebut sebagi rapor bayangan atau rapor sementara.
Sementara rapor yang diterimanya sekali dalam satu semester adalah gambaran hasil belajarnya
selama mengikuti pembelajaran satu semester.
Laporan hasil Belajar Tengah Semester yang disampaikan langsung kepada orangtua/wali
merupakan nilai murni peserta didik selama setengah semester dalam Laporan tersebut disampaikan
Nilai Kognitif (Penilaian Harian dan Penugasan) dan Nilai Psikomotorik dari Kompetensi dasar
yang sudah dinilai oleh Guru selama setengah semester. Fungsi dan tujuan dari penyerahan laporan
hasil belajar tengah semester adalah memberikan gambaran kepada orangtua/wali terkait nilai yang
nantinya akan diinput pada raport tengah semester. Agar orangtua/wali juga dapat memperhatikan
putra putrinya jika ada nilai yang masih dibawah KKM segera dapat diselesaikan sebelum penulisan
nilai raport semester genap6.

5
https://harnietimpd.gurusiana.id/article/2020/08/manfaat-rapor-bagi-peserta-didik-360714
6
https://www.sman10depok.sch.id/home/readmore/270/sman10depok
6

Penyerahan hasil belajar tengah semester ini sebenarnya bukanlah hal yang baru. Banyak
sekolah yang sudah melakukan hal ini sejak beberapa tahun yang lalu. Namun, di sekolah tempat
penulis bertugas hal ini sudah lama sekali tidak dilaksanakan. Persisnya selama penulis bertugas
kurang lebih 10 tahun belum pernah dilakukan penyerahan lapor tengah semester. Terbatasnya
pengetahuan penulis dan rekan guru dalam pentingnya pelaporan dilakukan menyebabkan terabainya
hal penting tersebut. Selama masa pandemic, penulis merasa sangat penting melakukan pelaporan
kepada orang tua/wali murid terhadap hasil belajar anak-anak mereka. Melalui diskusi grup WA guru,
penulis menyampaikan ide untuk melakukan pelaporan hasil belajar tengah semester. Ide tersebut
mendapatkan respon positif baik dari kepala sekolah maupun rekan guru. Mulailah penulis
melakukan pembuatan aplikasi pengolahan nilai dan membagikannya kepada rekan guru.
Hasil aksi nyata yang kedua ini mendukung aksi nyata pertama. Murid semakin banyak yang
mengerjakan tugas dan mengumpulkannya kepada guru mata pelajaran. Apalagi disampaikan bahwa
laporan tengah semester akan diberikan kepada orang tua/wali murid. Hal ini memberikan motivasi
tersendiri bagi murid untuk mengumpulkan tugas yang sebelumnya mereka tidak perduli. Bahkan
ada murid yang mengakui betapa tidak enaknya menumpuk pekerjaan. Mereka ingin melakukan
perubahan dalam belajarn ke depannya, dan tidak ingin lagi menunda-nunda pekerjaan.
Hasil positif lainnya dari kegiatan pelaporan ini diperolehnya informasi dari beberapa orang
tua murid, dimana anak mereka tidak pernah belajar di rumah. Orang tua ternyata tidak melakukan
pengontrolan terhadap anaknya di rumah. Kesibukan dan tuntutan ekonomi di masa pandemic
membuat mereka lupa untuk mendampingi anak-anak mereka belajar di rumah. Bahkan beberapa
orang tua murid mengatakan bahwa mereka melihat anaknya pegang Hp terus menerus dengan alasan
belajar. Namun, ternyata hasil laporan menunjukkan mereka tidak belajar sesuai dengan harapan
orang tua mereka.
Penyerahan hasil belajar tengah semester mendapat tanggapan positif dari semua orang tua
murid. Mereka bersyukur bisa bertemu dengan guru dan wali kelas, sehingga mengetahui
perkembangan anak-anaknya selama ini. Perubahan dari beberapa murid setelah penyerahan raport
bayangan juga dirasakan oleh guru. Semakin banyaknya anak-anak yang hadir dalam belajar dan
aktif melalui diskusi merupakan dampak yang dapat dirasakan. Walaupun motivasi itu muncul dari
luar, tetapi sedikit demi sedikit ditanamkan agar menjadi kesadaran diri untuk belajar lebih baik.
7

3. Asesmen Diagnostik Non Kognitif


Penilaian atau asesmen diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan siswa serta faktor-faktor penyebabnya (Suwarto, 2012: 134)7. Pelaksanaan
penilaian semacam ini biasanya bertujuan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial,
menemukan kasus-kasus dan lain-lain. Terdapat dua bentuk asesmen diagnostic yaitu kognitif dan
non kognitif. Asesmen diagnostic kognitif bertujuan mengetahui pengetahuan murid di awal
pembelajaran terkait dengan topic atau materi pembelajaran yang akan diikutinya. Sedangkan
asesmen diagnostic non kognitif bertujuan mengetahui beberapa kondisi sebagai berikut:
 Kesejahteraan psikologi dan emosional murid
 Aktivitas murid selama belajar di rumah
 Kondisi keluarga murid
 Harapan, minat dan bakat murid
Dalam melaksanakan asesmen diagnosis di awal pembelajaran, penting bagi guru melakukan
tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap tindak lanjut. Terkait persiapan dan pelaksanaan
asesmen diagnosis non kognitif, keterampilan guru untuk bertanya dan membuat pertanyaan dapat
membantu guru mendapatkan informasi yang komprehensif dan cukup mendalam. Pada bagian ini
penulis memberikan sepuluh pertanyaan yang berkaitan dengan kondisi murid serta harapan yang
diinginkan selama PJJ. Terdapat 10 poin pertanyaan yang diberikan melalui google formulir (lebih
lengkap dapat dilihat pada https://bit.ly/37KRApg). Bentuk pertanyaan pilihan jamak, isian singkat,
skala likert dan uraian. Berikut daftar pertanyaan yang diajukan penulis:
 Pilih emoticon yang melambangkan Bagaimana perasaan Ananda selama belajar dari
rumah? (penulis menyajikan beberapa emoticon)
 Siapa yang selalu menemani Ananda belajar di rumah setiap hari?
 Kondisi saat ini memaksa Ananda untuk belajar daring, media mana kah yang ananda
senangi?
 Video pembelajaran yang paling kamu senangi adalah?
 Video pembelajaran yang membuat kamu mengerti dengan materi yang disampaikan adalah
?
 Apakah orang tuamu bekerja setiap hari?
 Hal apa yang paling Ananda inginkan saat ini?

7
https://eurekapendidikan.com/pengertian-penilaian-diagnostik#
8

 Tugas seperti apa yang Ananda senangi selama pembelajaran Daring?


 Silahkan Ananda tuliskan pesan tentang tugas kepada guru mata pelajaran yang Ananda
inginkan
Asesmen ini diberikan setelah anak-anak menerima laporan hasil belajar tengah semester.
Link pertanyaan diberikan melalui grup WA, dari 131 murid yang mengikuti survey ini sebanyak
67 orang mulai dari kelas 7, 8 dan 9. Penulis merasa jumlah itu sudah cukup mewakili keseluruhan
subjek di sekolah penulis. Berikut beberapa ringkasan hasil yang diperoleh setelah melakukan
survey kepada murid (untuk hasil lengkap dapat dilihat pada https://bit.ly/33UIeGk).

Gambar 4. Hasil Asesmen Diagnostik Non Kognitif Terkait Kondisi Murid

Gambar 5. Hasil Asesmen Diagnostik Non Kognitif Terkait Metode Daring

Gambar 6. Hasil Asesmen Diagnostik Non Kognitif Terkait Media Pembelajaran


9

Hasil asesmen diagnostic non kognitif yang dilakukan memberikan beberpa informasi
penting sebagai berikut:
 Kurangnya pendampingan orang tua murid di rumah
 Murid menyenangi pembelajaran dengan menggunakan video-video pembelajaran
menarik dengan penjelasan suara guru serta wajah guru terlihat
 Murid merasa kelelahan dengan tugas yang banyak
 Murid menginginkan sekolah tatap muka
 Beberapa guru masih memberikan tugas yang banyak
Selanjutnya penulis menyampaikan atau mensosialisasikan hasil diagnostic kepada rekan-
rekan guru, dan mengajak untuk melakukan perubahan kecil terutama terkait media pembelajaran
serta tugas yang diberikan. Beberapa rekan sejawat memberikan respon positif, namun masih ada
beberapa yang belum memberikan perubahan secara signifikan. Karena memang semuanya butuh
waktu dan proses yang tidak sebentar.

Gambar 7. Penyampaian Hasil Asesmen Diagnostik Non Kognitif Ke Rekan Guru


4. PJJ Merdeka
Aksi nyata keempat yang penulis lakukan merupakan tindak lanjut dari aksi nyata ketiga.
Hasil asesmen diagnostic non kognitif yang diberikan kepada murid perlu untuk ditindaklanjuti.
Penulis menfokuskan kepada pembelajaran daring khususnya media yang digunakan. Secara umum,
murid menginginkan bahwa dalam menyampaikan materi pembelajaran guru hendaknya
menggunakan video pembelajaran yang ada suara dan wajah gurunya sendiri, Mereka lebih mengerti
jika yang menjelaskan adalah guru mereka sendiri. Terutama pembelajaran matematika yang masih
dianggap sulit dipahami jika hanya dijelaskan mellaui chat di grup WA.
10

Menanggapi hasil tersebut penulis memaksimalkan video pembelajaran yang digunakan.


Walaupun selama ini penulis termasuk guru yang paling sering menggunakan youtube sebagai
sumber belajar. Namun kali ini penulis akan lebih optimal dalam pemanfaatan media yang beragam.
Beberapa video materi pembelajaran matematika sudah tersedia di channel youtube penulis yaitu di
https://www.youtube.com/channel/UCQyHWKM_Q5_ScCKG6buoRdQ. Penulis memberikan
video yang menghadirkan suara serta wajah penulis untuk memberikan kepuasan kepada murid,
sesuai dengan keinginan mereka. Selain mengirimkan video materi pembelajaran melalui grup WA,
penulis juga beberapa kali melakukan pembelajaran dengan video conference menggunakan Google
Meet. Hal ini dilakukan penulis untuk memberikan pengalaman yang bervariasi bagi murid,
sehingga murid tidak mengalami kebosanan.

Gambar 8. Bagian Video Pembelajaran (https://youtu.be/Yqrd5C5_OoQ)


Beberapa perubahan kecil yang dilakukan penulis dalam menyajikan materi pembelajaran
mendapat respon positif dari murid. Mulai dari aksi nyata pertama hingga aksi nyata keempat yang
dilakukan pada modul 1.1 mampu memberikan dampak positif terhadap hasil belajar murid. Ketika
diminta testimoni atau pendapat murid terhadap pembelajaran yang dilakukan, hampir 95% murid
yang mengikuti pembelajaran daring menyenangi dan merasa merdeka dalam belajar. Gambaran
aksi nyata yang dilakukan sejak awal hingga akhir dapat dilihat pada channel youtube penulis di
https://youtu.be/R4_9J6sFU38.
C. Pembelajaran dari Aksi Nyata
Pada modul 1.1 ini penulis melakukan empat aksi nyata yang saling keterkaitan satu dengan
yang lainnya. Beberapa pembelajaran yang penulis peroleh dari setiap aksi nyata dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Perubahan bisa dilakukan jika ada kerja sama yang baik antar warga sekolah.
2. Penting bagi guru mengetahui apa yang diinginkan oleh murid dalam pembelajaran.
11

3. Komunikasi guru dan orang tua menjadi hal penting yang harus terus dijaga terutama
di masa pandemic
4. Melaporkan hasil belajar murid menjadi salah satu cara untuk mengajak orang tua
murid bersama mendampingi putra putrinya belajar di rumah.
5. Saran diperlukan untuk melakukan perubahan yang lebih baik, namun kritikan adalah
hal biasa dan perlu juga menjadi bahan pertimbangan.
6. Melalui asesmen diagnostic non kognitif, guru bisa mengetahui kondisi awal murid
dan kesiapannya mengikuti pembelajaran.
7. Perubahan tidak bisa dipaksa, namun perlahan mengajak rekan dengan cara yang
lebih persuasive dan tidak menggurui.
D. Rencana Perbaikan
Perubahan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan terutama jika melibatkan keseluruhan
warga sekolah. Beberapa aksi nyata yang dilakukan masih belum optimal, sehingga perlu adanya
perbaikan demi tujuan mulia yaitu merdeka belajar. Merdeka bukan hanya dari sisi murid, tetapi
juga guru dan orang tua. Hal-hal yang akan diperbaiki ke depannya adalah sebagai berikut:
1. Mengoptimalkan kemampuan diri dalam penguasaan media pembelajaran terutama
selama PJJ.
2. Meningkatkan kemampuan komunikasi dengan cara mengikuti berbagai webinar
atau sharing terkait materi komunikasi efektif.
3. Melibatkan lebih banyak rekan sejawat dalam melakukan perubahan.
4. Meluangkan waktu untuk lebih memahami karakter murid dengan cara
meningkatkan frekuensi berkomunikas melalui WA.
5. Menyusun strategi khusus bagi murid yang mengikuti pembelajaran Luring.

Anda mungkin juga menyukai