A. Latar Belakang
Program guru penggerak merupakan satu dari rangkaian merdeka belajar yang dicanangkan
oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim di bulan Juli 2020. Program
tersebut merupakan merdeka belajar episode 5. "Program Guru Penggerak ini adalah program
terpenting di dalam Kemendikbud. Kenapa? Karena mau sebaik apapun teknologi pendidikan,
sebaik apapun kurikulum dan juga infrastruktur pendidikan yang ada, tidak ada yang bisa
menggantikan peran guru penggerak untuk mentransformasi budaya sekolah kepada pembelajaran
yang fokus pada pembelajaran siswa," ungkap Mas Menteri pada Peluncuran "Merdeka Belajar
Episode 5: Program Guru Penggerak" melalui aplikasi Zoom dan YouTube Channel Kemendikbud
RI1.
Seleksi guru penggerak dilakukan melalui serangkaian tes yang cukup panjang. Diawali
dengan seleksi administrasi, kemudian menulis essay dengan waktu yang ditetapkan, mengikuti tes
berbasis komputer, simulasi mengajar, serta diakhiri dengan wawancara. Semua peserta terpilih
kemudian mengikuti program pelatihan yang disusun oleh tim kemendikbud. Menjadi bagian dari
program ini merupakan suatu kesempatan luar biasa untuk melakukan perubahan. Program Guru
Penggerak ditujukkan untuk media pelatihan, identifikasi dan pembibitan calon pemimpin-
pemimpin pendidikan masa depan di Indonesia. Program ini bakal membidik guru-guru bertalenta
melalui skema pelatihan intensif yang bakal disiapkan untuk menjadi kepala sekolah, pengawas
sekolah dan mentor program pelatihan guru ke depan2.
Pendidikan guru penggerak angkatan pertama dimulai sejak Oktober 2020. Calon Guru
Penggerak (CGP) terpilih, mengikuti pendidikan secara daring selama kurang lebih 9 bulan.
1
http://pgdikmen.kemdikbud.go.id/read-news/kemendikbud-luncurkan-kebijakan-merdeka-belajar-episode-5-
program-guru-penggerak
2
ibid
2
Pembelajaran dilakukan melalui Learning Management Sistem (LMS) pada alamat https://sim-
elearning-gp.simpkb.id/. Terdapat 4 modul yang akan dipelajari oleh CGP selama pendidikan, yaitu
modul 1 hingga modul 4. Setiap modul terbagi menjadi beberapa sub modul, seperti pada modul 1
yang terdiri dari sub modul 1.1, 1.2, 1.3 dan 1.4. Pada akhir setiap modul, CGP diminta untuk
melakukan aksi nyata sebagai wujud penerapan materi yang telah dipelajari.
Pada artikel kali ini, penulis sebagai seorang CGP akan berbagi tentang aksi nyata pertama
yang dilakukan di sekolah. Materi perdana kali ini membahas tentang filosofi pendidikan menurut
Ki Hadjar Dewantara. Pendidikan diartikan sebagai ‘tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak’.
Maksud Pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun
sebagai anggota masyarakat3. Ki Hadjar Dewantara (KHD) memiliki konsep tentang pendidikan
yang didasarkan pada asas kemerdekaan yang memiliki arti bahwa manusia diberi kebebasan dari
Tuhan yang Maha Esa untuk mengatur kehidupannya dengan tetap sejalan dengan aturan yang ada
di masyarakat. Siswa harus memiliki jiwa merdeka dalam artian merdeka secara lahir dan batin serta
tenaganya. Jiwa yang merdeka sangat diperlukan sepanjang zaman agar bangsa Indonesia tidak
didikte oleh negara lain. Ki Hadjar Dewantara memiliki istilah sistem among, yakni melarang
adanya hukuman dan paksaan kepada anak didik karena akan mematikan jiwa merdeka serta
mematikan kreativitasnya (Dwiarso, 2010)4. Beranjak dari pemikiran tokoh pendidikan KHD
tersebut, maka penulis ingin melakukan suatu perubahan kecil untuk mewujudkan merdeka belajar.
Penulis merupakan seorang guru di SMP negeri 2 Reteh, salah satu sekolah yang terletak di
Kelurahan Pulau Kijang, Kecamatan Reteh, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Di sekolah
penulis memiliki 6 rombongan belajar, dengan jumlah peserta kurang lebih 131 orang murid. Seperti
halnya sekolah lain di Indonesia, tahun pelajaran 2020/2021 semester 2 menjadi masa yang sangat
berarti, karena Indonesia dan bahkan dunia sedang mengalami masa pandemi akibat virus covid19.
Pembelajaran seketika berubah drastis dari tatap muka menjadi tatap maya, dari papan tulis manual
menjadi papan tulis digital, berbagai media yang awalnya tidak digunakan, menjadi sangat akrab di
telinga guru dan murid. Begitu juga di sekolah tempat CGP bertugas. Pembelajaran jarak jauh (PJJ)
berlangsung sejak bulan Maret tahun 2020.
3
Dasar-Dasar Pendidikan. Keluarga, Th. I No.1,2,3,4., Nov, Des 1936., Jan, Febr. 1937
4
Dela, dkk. Merdeka Belajar dalam Pandangan Ki Hadjar Dewantara dan Relevansinya bagi Pengembangan
Pendidikan Karakter. Jurnal Filsafat Indonesia, Vol 3 No 3 Tahun 2020
3
PJJ dilakukan melalui daring (dalam jaringan) dan luring (luar jaringan). Daring asincronous
dimana penjelasan dilakukan pada satu waktu tertentu, kemudian penugasan dilakukan di luar
jadwal. Hasil rapat dewan guru pada awal semester 2 tahun pelajaran 2020-2021 memutuskan bahwa
pembelajaran dilakukan melalui grup kelas menggunakan media whatsapp. Jadwal pelajaran dibuat
yaitu 2 mata pelajaran perhari. Pembelajaran dimulai pada pukul 08.00 WIB – 11.00 WIB. Setiap
pelajaran mendapatkan porsi 2 x 40 menit di setiap pertemuannya. Setelah pembelajaran
berlangsung selama 3 bulan, muncul berbagai masalah terutama banyaknya murid yang tidak
menyelesaikan tugas yang diberikan tepat waktu. Bahkan sampai pada saat dilakukannya penilaian
tengah semester (PTS), bisa dikatakan hanya 40% murid yang menyelesaikan tugas tepat waktu.
Kondisi tersebut tentunya membutuhkan perbaikan segera, agar hak murid untuk
mendapatkan pengajaran yang merata tidak terabaikan dengan adanya masa pandemic. Penulis
bersama dewan guru kemudian mencari akar permasalahan serta solusi yang tepat. Beberapa
pendapat guru yang juga sebagai orang tua murid menjadi masukan untuk melakukan perubahan.
Beberapa solusi yang penulis tawarkan, kemudian diterapkan di sekolah diharapkan mampu
memberikan solusi yang tepat dan memberikan dampak positif terhadap kepedulian murid
menyelesaikan tugas-tugasnya. Ide tersebut adalah dilakukannya perubahan jadwal pelajaran,
penyampaian laporan hasil belajar murid kepada orang tua/wali, melakukan asesmen diagnostik,
dan merancang pembelajaran berdasarkan hasil diagnostic yang diberikan.
B. Deskripsi dan Hasil Aksi Nyata
1. Perubahan Jadwal Pelajaran
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis di dalam setiap grup whatsapp (WA)
kelas, diperoleh info bahwa siswa masih banyak yang belum mengerjakan tugas sebagaimana yang
ditentukan. Beberapa informasi yang diperoleh dari rekan guru juga menunjukkan bahwa hanya 30%
murid yang serius dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Selain itu, penulis juga melihat
bahwa tugas-tugas yang diberikan oleh beberapa rekan guru cukup lumayan banyak dan tidak bisa
diselesaikan dalam waktu 2 x 40 menit sesuai jadwal yang telah ditentukan. Selain itu keterbatasan
waktu interaksi melalui grup WA juga menjadi kendala bagi rekan-rekan guru melakukan bimbingan
secara intensif. Hal-hal tersebut dianggap sebagai penyebab kurang maksimalnya hasil belajar yang
ditunjukkan oleh murid. Adapun jadwal awal pembelajaran daring yang dibentuk berdasarkan hasil
rapat dewan guru terlihat pada Gambar 1 berikut ini.
4
mempersiapkan materi pembelajaran lebih maksimal. Karena tidak dikejar-kejar waktu masuk kelas,
apalagi untuk guru yang jam mengajarnya banyak. Dengan adanya jadwal baru, guru mata pelajaran
masuk di kelas yang sama 1 kali dalam 2 minggu. Guru menjadi lebih maksimal mempersiapkan
video pembelajaran, tugas dan penilaian yang diberikan kepada murid. Berikut hasil tanggapan
murid terhadap perubahan jadwal pelajaran yang dilakukan (48,4% murid sangat senang).
5
https://harnietimpd.gurusiana.id/article/2020/08/manfaat-rapor-bagi-peserta-didik-360714
6
https://www.sman10depok.sch.id/home/readmore/270/sman10depok
6
Penyerahan hasil belajar tengah semester ini sebenarnya bukanlah hal yang baru. Banyak
sekolah yang sudah melakukan hal ini sejak beberapa tahun yang lalu. Namun, di sekolah tempat
penulis bertugas hal ini sudah lama sekali tidak dilaksanakan. Persisnya selama penulis bertugas
kurang lebih 10 tahun belum pernah dilakukan penyerahan lapor tengah semester. Terbatasnya
pengetahuan penulis dan rekan guru dalam pentingnya pelaporan dilakukan menyebabkan terabainya
hal penting tersebut. Selama masa pandemic, penulis merasa sangat penting melakukan pelaporan
kepada orang tua/wali murid terhadap hasil belajar anak-anak mereka. Melalui diskusi grup WA guru,
penulis menyampaikan ide untuk melakukan pelaporan hasil belajar tengah semester. Ide tersebut
mendapatkan respon positif baik dari kepala sekolah maupun rekan guru. Mulailah penulis
melakukan pembuatan aplikasi pengolahan nilai dan membagikannya kepada rekan guru.
Hasil aksi nyata yang kedua ini mendukung aksi nyata pertama. Murid semakin banyak yang
mengerjakan tugas dan mengumpulkannya kepada guru mata pelajaran. Apalagi disampaikan bahwa
laporan tengah semester akan diberikan kepada orang tua/wali murid. Hal ini memberikan motivasi
tersendiri bagi murid untuk mengumpulkan tugas yang sebelumnya mereka tidak perduli. Bahkan
ada murid yang mengakui betapa tidak enaknya menumpuk pekerjaan. Mereka ingin melakukan
perubahan dalam belajarn ke depannya, dan tidak ingin lagi menunda-nunda pekerjaan.
Hasil positif lainnya dari kegiatan pelaporan ini diperolehnya informasi dari beberapa orang
tua murid, dimana anak mereka tidak pernah belajar di rumah. Orang tua ternyata tidak melakukan
pengontrolan terhadap anaknya di rumah. Kesibukan dan tuntutan ekonomi di masa pandemic
membuat mereka lupa untuk mendampingi anak-anak mereka belajar di rumah. Bahkan beberapa
orang tua murid mengatakan bahwa mereka melihat anaknya pegang Hp terus menerus dengan alasan
belajar. Namun, ternyata hasil laporan menunjukkan mereka tidak belajar sesuai dengan harapan
orang tua mereka.
Penyerahan hasil belajar tengah semester mendapat tanggapan positif dari semua orang tua
murid. Mereka bersyukur bisa bertemu dengan guru dan wali kelas, sehingga mengetahui
perkembangan anak-anaknya selama ini. Perubahan dari beberapa murid setelah penyerahan raport
bayangan juga dirasakan oleh guru. Semakin banyaknya anak-anak yang hadir dalam belajar dan
aktif melalui diskusi merupakan dampak yang dapat dirasakan. Walaupun motivasi itu muncul dari
luar, tetapi sedikit demi sedikit ditanamkan agar menjadi kesadaran diri untuk belajar lebih baik.
7
7
https://eurekapendidikan.com/pengertian-penilaian-diagnostik#
8
Hasil asesmen diagnostic non kognitif yang dilakukan memberikan beberpa informasi
penting sebagai berikut:
Kurangnya pendampingan orang tua murid di rumah
Murid menyenangi pembelajaran dengan menggunakan video-video pembelajaran
menarik dengan penjelasan suara guru serta wajah guru terlihat
Murid merasa kelelahan dengan tugas yang banyak
Murid menginginkan sekolah tatap muka
Beberapa guru masih memberikan tugas yang banyak
Selanjutnya penulis menyampaikan atau mensosialisasikan hasil diagnostic kepada rekan-
rekan guru, dan mengajak untuk melakukan perubahan kecil terutama terkait media pembelajaran
serta tugas yang diberikan. Beberapa rekan sejawat memberikan respon positif, namun masih ada
beberapa yang belum memberikan perubahan secara signifikan. Karena memang semuanya butuh
waktu dan proses yang tidak sebentar.
3. Komunikasi guru dan orang tua menjadi hal penting yang harus terus dijaga terutama
di masa pandemic
4. Melaporkan hasil belajar murid menjadi salah satu cara untuk mengajak orang tua
murid bersama mendampingi putra putrinya belajar di rumah.
5. Saran diperlukan untuk melakukan perubahan yang lebih baik, namun kritikan adalah
hal biasa dan perlu juga menjadi bahan pertimbangan.
6. Melalui asesmen diagnostic non kognitif, guru bisa mengetahui kondisi awal murid
dan kesiapannya mengikuti pembelajaran.
7. Perubahan tidak bisa dipaksa, namun perlahan mengajak rekan dengan cara yang
lebih persuasive dan tidak menggurui.
D. Rencana Perbaikan
Perubahan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan terutama jika melibatkan keseluruhan
warga sekolah. Beberapa aksi nyata yang dilakukan masih belum optimal, sehingga perlu adanya
perbaikan demi tujuan mulia yaitu merdeka belajar. Merdeka bukan hanya dari sisi murid, tetapi
juga guru dan orang tua. Hal-hal yang akan diperbaiki ke depannya adalah sebagai berikut:
1. Mengoptimalkan kemampuan diri dalam penguasaan media pembelajaran terutama
selama PJJ.
2. Meningkatkan kemampuan komunikasi dengan cara mengikuti berbagai webinar
atau sharing terkait materi komunikasi efektif.
3. Melibatkan lebih banyak rekan sejawat dalam melakukan perubahan.
4. Meluangkan waktu untuk lebih memahami karakter murid dengan cara
meningkatkan frekuensi berkomunikas melalui WA.
5. Menyusun strategi khusus bagi murid yang mengikuti pembelajaran Luring.