Anda di halaman 1dari 11

ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

Rumah Sakit ?

Hospital: → Hostel (Abad Pertengahan)

Hospitum → Tempat menerima tamu (Willa 1990)

1. Perancis kuno:

→ tempat untuk istirahat & hiburan

→ Institusi sosial yang butuh akomodasi lemah dan sakit

→ Tempat merawat orang sakit / cedera

Sejarah Rumah Sakit

2. Mesopotami a (1728-1686 SM): Hummurabi’s Law Code : cara dokter berpraktek & cara
menerima pembayaran

3. Hippocrates (480 SM) : menggunakan stetoskop, melalukan pembedahan & anamnesa


secara tercatat & sistematis

4. RS yg cukup efisien 600 SM di India : (kerajaan Asoka 273-233 SM, mulai menunjukkan
kaidah RS modern al. prinsip sanitasi, sectio caesaria)

Sejarah RS

5. Roma : RS pelayanan bagi tentara, tidak terlalu utk sipil

6. Tahun 369 : Kaum kaya Roma : RS kristen

7. Abad ke-7 : Memberikan sumbangan besar dalam pe-RS modern : organisasi & pelayanan
lebih teratur, dokter berperan sentral dlm perkembangan ilmu kimia, farmasi

a. Bbrp RS yg mashur : Baghdad, Damaskus, Kairo : ruang rawat anggun, perpustakaan


lengkap dan makanan lezat

b. Menempatkan pasien dg penyakit berbeda pd ruang terpisah

Pengertian Rumah Sakit

8. Abad pertengahan : Hostel : Tempat pengungsi yg sakit, menderita, miskin

9. Willan (1990) : Hospitium : tempat/ruang utk menerima tamu

10. Yu (1997) ; hospital, berasal dari bahasa Perancis kuno dan medieval English yg dlm kamus
Oxford didefinisikan sbg :

a. Tempat istirahat & hiburan

b. Institusi sosial utk yg butuh akomodasi, lemah, sakit


c. Institusi sos utk pendidikan & utk kaum muda

d. Institusi utk merawat yg sakit & cedera

Definisi Rumah Sakit

11. Definisi klasik : Institusi yg memberikan pelayanan pasien rawat inap, + penjelasan lain

12. American Hospital Ascociation (1978) : Institusi yg fungsi utamanya memberikan pelayanan
kpd pasien, diagnostik, terapeutik, utk berbagai penyakit & masalah kesehatan baik yg
bersifat bedah, maupun non bedah

Definisi Rumah sakit

Florence Nightingale: hospital Should do no harm

13. Model Kepemimpinan RS yang berhasil

• Pimpinan

• Mengerti makna struktur organisasi

• Punya inisiatif

• Percaya diri

• Mampu mempengaruhi org lain

• Sensitif thd perasaan org lain

• Mampu melakukan persuasi

• Berorientasi hasil

• Tidak kaku, tapi tetap memegang prinsip

Izin Rumah Sakit

• izin kpd Dinkes Prop, tembusan dirjen Yanmed, dilengkapi dg data :

• Fotocopi akte notaris pendirian yayasan

• Fotocopi sertifikat tanah atau surat penunjukan penggunaan lokasi atas nama
pemohon

• Izin lokasi dari Ka dinkes tk II atau yg setingkat

• Studi kelayakan pendirian RS

• Rekomendasi PERSI

• Surat pernyataan : tunduk thd semua peraturan & UU yg berlaku di bidang kes
Izin Sementara

Diberikan oleh Ka Dinkes Tk I a/n Gubernur

Setelah memenuhi persyaratan & dianggap layak : berita acara

Berlaku 1 tahun

Izin Tetap

• Yayasan : permohonan kpd Menkes RI c.q. Dirjen Yanmed, dikirim melalui Dinkes setempat
dg melengkapi :

– Izin sementara

– Berita acara pemeriksaan dari tim pemeriksa

– Semua persyaratan sesuai data yg diminta pd pengajuan izin sementara &


kelengkapannya

• Dirjen yanmed berkonsultasi dg sekjen : menetapkan izin tetap RS

• Berlaku 5 tahun

ETIKA RS

PERSI

Berbagi pengalaman

Sarana membina hub dg pemerintah

Mendapatkan info terbaru mengenai perumah sakitan

PERMAPKIN

PERSANA

BAGAN STRUKTUR RUMAH SAKIT

14. AMERICAN HOSPITAL ASSOCIATION (1978)

Rumah Sakit → Merupakan Institusi yang mempunyai fungsi utama memberikan pelayanan kepada
pasien-pasien diagnotik & Terapeutik untuk berbagai pengakit/ masalah kesehatan bedah/non
bedah

Prof. Farid Boeloeu (1998)

Paradigma Sakit → Paradigma Sehat → Rumah Sakit ?

15. Fungsi :

Pelayanan Medik, Penunjang Medik


Pelayanan dan Asuhan Keperawatan

Rujukan

Pendidikan dan Pelatihan

Penelitian dan Pengembangan

ADM Umum

ADM Keuangan

16. KENAPA ADA BID MGT ADM RS ?

Terdapatnya perkembangan yang pesat jumlah rumah sakit

Menurut Dirjen Pel.Medik (1994) jumlah RS di Indonesia pd akhir REPELITA I → 1.116 bh dg 81.753
TT

Pada REPELITA II Menjadi 1.638 bh dg 123.441 TT

RS Meningkat 47 % dan TT 50 %

Kenaikan jumlah RS UMUM terbanyak pada sektor swasta yaitu 145 %. Dari 113 bh pada Rep. I
menjadi 277 pada Rep. II

Perkembangan RS yang signifikan ini tentu sudah semestinya diikuti dg peningkatan kemampuan
manajerial → Direktur = Pimpinan RS

Jenis Rumah Sakit

17. STRUKTUR ORGANISASI RS

Menurut SK MENKES NO. 543/vi/1994 :

1. Direktur

2. Wadir : - Pelayanan Medik & Keperawatan

- Penunjang Medik & Keperawatan

- Umum & keuangan

- Komite Medik

18. Kepemilikan RS

Permenkes 1988 No 159 B/MenKes/Kes/II/88

(Bab II pasal 3)

tentang kepemilikan RS

a. RS dapat dimiliki & diselenggarakan oleh Pemerintah / swasta


b. RS Pemerintah dimiliki & diselenggarakan

19. Dasar

* berfungsi RS pendidikan

Preker & Harding (2003)

Buku “Innovations in Health Services Delivery The Corporatisation of Public Hospital”

20. Membagi 4 kelompok :

1. RS Subsidi à Aparat pemerintah

2. RS Otonomi à Swadana / BLU

3. RS Korporatisasi à seperti swasta, tapi milik pemerintah (log, OP, SDM, keuangan, mandiri)

4. RS Privatisasi à asset perusahaan. Saham à jual ke masyarakat

LIMBAH MEDIS

1. Limbah Medis dan non medis

sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh
kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah
rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah/limbah klinis dan non klinis
baik padat maupun cair.

Limbah non medis : sampah makanan, kertas, maupun alat lain yang tidak kontak langsung
dengan penderita

2. Sumber limbah medis :

Unit pelayanan kesehatan dasar

Unit pelayanan kesehatan rujukan

Unit pelayanan kesehatan penunjang ( laboratorium)

Unit pelayanan non kesehatan ( farmasi )

3. Klasifikasi limbah medis utama :

Limbah umum

Limbah benda tajam

Limbah patologis

Limbah farmasi
Limbah genotoksik

Limbah kimia

Limbah alat yang mengandung logam berat

Limbah radioaktif

Wadah bertekanan tinggi

4. Limbah Medis, klasifikasi

Limbah umum : limbah yang tidak berbahaya dan tidak membutuhkan penanganan khusus,
contoh : limbah domestik, limbah kemasan non infectious

Limbah benda tajam : obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian
menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik,
perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah

Limbah patologis : Jaringan atau potongan tubuh manusia, contoh bagian tubuh, darah dan
cairan tubuh yang lain termasuk janin

Limbah farmasi : Limbah yang mengandung bahan farmasi contoh obat-obatan yang sudah
kadaluwarsa atau tidak diperlukan lagi

5. Limbah berpotensi menularkan penyakit (infectious): mengandung mikroorganisme patogen


yang dilihat dari konsentrasi dan kuantitasnya bila terpapar dengan manusia akan dapat
menimbulkan penyakit

- jaringan dan stok dari agen-agen infeksi dari kegiatan laboratorium, dari ruang bedah atau
dari autopsi pasien yang mempunyai penyakit menular

- atau dari pasien yang diisolasi, atau materi yang berkontak dengan pasien yang menjalani
haemodialisis (tabung, filter, serbet, gaun, sarung tangan dan sebagainya)

- atau materi yang berkontak dengan binatang yang sedang diinokulasi dengan penyakit
menular atau sedang menderita penyakit menular

6. Limbah reaktif yang berasal dari rumah sakit adalah :

 Shock sensitive: senyawa-senyawa diazo, metal azide, nitro cellulose, perchloric acid, garam-
garam perchlorat, bahan kimia peroksida, asam picric, garam-garam picrat,
polynitroaromatic.

 Water reactive: logam-logam alkali dan alkali tanah, reagen alkyl lithium, larutan- larutan
boron trifluorida, reagen Grignard, hidrida dari Al, B, Ca, K, Li, dan Na, logam halida dari Al,
As, Fe, P, S, Sb, Si, Su dan Ti, phosphorus oxychloride, phosphorus pentoxide, sulfuryl
chloride, thionyl chloride.

 Bahan reaktif lain: asam nitrit diatas 70%, phosphor (merah dan putih).
7. Limbah Medis dan Masalah yang Ditimbulkan

Dari keseluruhan limbah rumah sakit, sekitar

10 sampai 15 persen diantaranya merupakan limbah infeksius yang mengandung


logam berat, antara lain mercuri (Hg).

Sebanyak 40 persen lainnya adalah limbah organik yang berasal dari makanan dan
sisa makanan, baik dari pasien dan keluarga pasien maupun dapur gizi.

Selanjutnya, sisanya merupakan limbah anorganik dalam bentuk botol bekas infus
dan plastik.

8. Temuan ini merupakan hasil penelitian Bapedalda Jabar bekerja sama dengan Departemen
Kesehatan RI, serta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) selama tahun 1998 sampai tahun
1999. Secara terpisah, mantan Ketua Wahana Lingkungan (Walhi) Jabar, Ikhwan Fauzi
mengatakan, volume limbah infeksius dibeberapa rumah sakit bahkan melebihi jumlah yang
ditemukan Bapedalda. Limbah infeksius ini lebih banyak ditemukan di beberapa rumah sakit
umum, yang pemeliharaan lingkungannya kurang baik (Pristiyanto. D, 2000).
9. Kriteria yang ditentukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang diantaranya adalah
sebagai berikut:

 Pengurangan sampah yang efektif

 Lokasi jauh dari area penduduk

 Adanya sistem pemisahan sampah

 Desain yang bagus

 Pembakaran sampah mencapai suhu 1000 derajat

 Emisi gas buang memenuhi standar baku mutu.

 Perawatan yang teratur/periodik

 Ada Pelatihan Staf dan Manajemen

 Insinerator

 Keputusan Bapedal No 03 tahun 1995. Peraturan tersebut mengatur tentang


kualitas incinerator dan emisi yang dikeluarkannya. Incinerator yang diperbolehkan untuk
digunakan sebagai penghancur limbah B3 harus memiliki efisiensi pembakaran dan  efisiensi
penghancuran / penghilangan (Destruction Reduction Efisience) yang tinggi.

 Baku Mutu DRE untuk Incinerator

10. Insinerator Maxpell adalah alat penghancur limbah berupa tungku pembakaran yang
didesain secara sempurna dalam sistem pembakaran dengan menggunakan berbagai media
bahan bakar yang terus dikembangkan baik dari sisi teknologi maupun kapasitas. Insinerator
Maxpell dirancang mudah dioperasikan. Beberapa keunggulan insinerator ini adalah:

Tidak membutuhkan tempat luas;

Bisa membakar sampah kering hingga sampah basah;

Daya musnah sistem pembakaran mencapai suhu diatas 1000 C;

Bekerja efektif dan irit bahan bakar;

Tingkat dari pencemaran rendah. Dalam operasional dibeberapa tempat terbukti


asap hasil pembakaran yang keluar dari cerobong hampir tidak kelihatan dan tidak
mengeluarkan bau yang menganggu;

Suhu pembuangan udara panas pada cerobong asap terkendali secara konstan;

Suhu dinding luar tetap dingin sama dengan suhu udara luar;

Perawatan yang mudah dan murah;

Abu sisa pembakaran bisa diolah menjadi beragam produk bahan bangunan

BLUD

RS(U)D SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

1. Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan DAN PELAYANAN kesehatan profesional
yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya.

Perbandingan antara jumlah ranjang rumah sakit dengan jumlah penduduk Indonesia masih sangat
rendah. Untuk 10 ribu penduduk cuma tersedia 6 ranjang di rumah sakit.

2. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 23 TAHUN 2005
TENTANG
PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM
3. BAB VI TATA KELOLA

Bagian Pertama Kelembagaan, Pejabat Pengelola, dan Kepegawaian

4. Pasal 31

Dalam hal instansi pemerintah perlu mengubah status elembagaannya untuk menerapkan PPK-BLU,
perubahan struktur kelembagaan dari instansi pemerintah tersebut berpedoman pada ketentuan
yang ditetapkan oleh menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara.

5. Pasal 32

(1) Pejabat pengelola BLU terdiri atas:


Pemimpin;

Pejabat keuangan; dan

Pejabat teknis.

6. (2) Pemimpin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berfungsi sebagai penanggung
jawab umum operasional dan keuangan BLU yang berkewajiban:

menyiapkan rencana strategis bisnis BLU;

menyiapkan RBA tahunan;

mengusulkan calon pejabat keuangan dan pejabat teknis sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan

menyampaikan pertanggungjawaban kinerja operasional dan keuangan BLU.

7. (3) Pejabat keuangan BLU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berfungsi sebagai
penanggung jawab keuangan yang berkewajiban:

mengkoordinasikan penyusunan RBA;

menyiapkan dokumen pelaksanaan anggaran BLU;

melakukan pengelolaan pendapatan dan belanja;

menyelenggarakan pengelolaan kas;

melakukan pengelolaan utang-piutang;

menyusun kebijakan pengelolaan barang, aset tetap, dan investasi BLU;

menyelenggarakan sistem informasi manajemen keuangan; dan

menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan

8. (4) Pejabat teknis BLU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berfungsi sebagai
penanggung jawab teknis di bidang masing-masing yang berkewajiban:

a. menyusun perencanaan kegiatan teknis di bidangnya;

b. melaksanakan kegiatan teknis sesuai menurut RBA; dan

c. mempertanggungjawabkan kinerja operasional di bidangnya

9. Pasal 33

(1) Pejabat pengelola BLU dan pegawai BLU dapat terdiri dari pegawai negeri sipil dan/atau tenaga
profesional non-pegawai negeri sipil sesuai dengan kebutuhan BLU.

(2) Syarat pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola dan pegawai BLU yang berasal dari
pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang kepegawaian.
10. Bagian Kedua

Pembinaan dan Pengawasan

Pasal 34

(1) Pembinaan teknis BLU dilakukan oleh menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD terkait.

(2) Pembinaan keuangan BLU dilakukan oleh Menteri Keuangan/PPKD sesuai dengan
kewenangannya.

(3) Dalam pelaksanaan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dibentuk
dewan pengawas.

11. (4) Pembentukan dewan pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku hanya
pada BLU yang memiliki realisasi nilai omzet tahunan menurut laporan realisasi anggaran
atau nilai aset menurut neraca yang memenuhi syarat minimum yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan.

(5) Dewan pengawas BLU di lingkungan pemerintah pusat dibentuk dengan keputusan
menteri/pimpinan lembaga atas persetujuan Menteri Keuangan.

12. (6) Dewan pengawas BLU di lingkungan pemerintah daerah dibentuk dengan keputusan
gubernur/bupati/walikota atas usulan kepala SKPD
13. Pasal 35

(1) Pemeriksaan intern BLU dilaksanakan oleh satuan pemeriksaan intern yang merupakan unit kerja
yang berkedudukan langsung di bawah pemimpin BLU.

(2) Pemeriksaan ekstern terhadap BLU dilaksanakan oleh pemeriksa ekstern sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

14. Bagian Ketiga

Remunerasi

Pasal 36

(1) Pejabat pengelola, dewan pengawas, dan pegawai BLU dapat diberikan remunerasi berdasarkan
tingkat tanggung jawab dan tuntutan profesionalisme yang diperlukan.

(2) Remunerasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan/gubernur/bupati/ walikota atas usulan menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD, sesuai
dengan kewenangannya.

15. Penjelasan

Pasal 31
Ketentuan ini dimaksudkan untuk menetapkan status kelembagaan instansi pemerintah yang
menerapkan PPK-BLU yang mengakibatkan perubahan satuan kerja struktural atau menjadi non-
struktural pada kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah.

16. Pasal 32

Ayat (1)

Sebutan pemimpin, pejabat keuangan, dan pejabat teknis dapat disesuaikan dengan nomenklatur
yang berlaku pada instansi pemerintah yang bersangkutan.

17. Pasal 33

Ayat (1)

Pejabat pengelola BLU dan pegawai BLU tenaga profesional non-pegawai negeri sipil sebagaimana
dimaksud dapat dipekerjakan secara tetap atau berdasarkan kontrak.

18. Pasal 36

Ayat (1)

Remunerasi sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah imbalan kerja yang dapat berupa gaji,
tunjangan tetap, honorarium, insentif, bonus atas prestasi, pesangon, dan/atau pensiun.

19. Ayat (2)

Penetapan remunerasi dalam peraturan dimaksud harus mempertimbangkan prinsip


proporsionalitas, kesetaraan, dan kepatutan.

20. Pasal 37

Ayat (1)

Proses peralihan kepemilikan atas nama Menteri Keuangan gubernur/bupati/walikota termasuk


kepemilikan atas badan usaha berbentuk yayasan, dilakukan dalam waktu paling lambat 2 (dua)
tahun sejak penetapan BLU.

Anda mungkin juga menyukai