Rumah Sakit ?
1. Perancis kuno:
2. Mesopotami a (1728-1686 SM): Hummurabi’s Law Code : cara dokter berpraktek & cara
menerima pembayaran
4. RS yg cukup efisien 600 SM di India : (kerajaan Asoka 273-233 SM, mulai menunjukkan
kaidah RS modern al. prinsip sanitasi, sectio caesaria)
Sejarah RS
7. Abad ke-7 : Memberikan sumbangan besar dalam pe-RS modern : organisasi & pelayanan
lebih teratur, dokter berperan sentral dlm perkembangan ilmu kimia, farmasi
10. Yu (1997) ; hospital, berasal dari bahasa Perancis kuno dan medieval English yg dlm kamus
Oxford didefinisikan sbg :
11. Definisi klasik : Institusi yg memberikan pelayanan pasien rawat inap, + penjelasan lain
12. American Hospital Ascociation (1978) : Institusi yg fungsi utamanya memberikan pelayanan
kpd pasien, diagnostik, terapeutik, utk berbagai penyakit & masalah kesehatan baik yg
bersifat bedah, maupun non bedah
• Pimpinan
• Punya inisiatif
• Percaya diri
• Berorientasi hasil
• Fotocopi sertifikat tanah atau surat penunjukan penggunaan lokasi atas nama
pemohon
• Rekomendasi PERSI
• Surat pernyataan : tunduk thd semua peraturan & UU yg berlaku di bidang kes
Izin Sementara
Berlaku 1 tahun
Izin Tetap
• Yayasan : permohonan kpd Menkes RI c.q. Dirjen Yanmed, dikirim melalui Dinkes setempat
dg melengkapi :
– Izin sementara
• Berlaku 5 tahun
ETIKA RS
PERSI
Berbagi pengalaman
PERMAPKIN
PERSANA
Rumah Sakit → Merupakan Institusi yang mempunyai fungsi utama memberikan pelayanan kepada
pasien-pasien diagnotik & Terapeutik untuk berbagai pengakit/ masalah kesehatan bedah/non
bedah
15. Fungsi :
Rujukan
ADM Umum
ADM Keuangan
Menurut Dirjen Pel.Medik (1994) jumlah RS di Indonesia pd akhir REPELITA I → 1.116 bh dg 81.753
TT
RS Meningkat 47 % dan TT 50 %
Kenaikan jumlah RS UMUM terbanyak pada sektor swasta yaitu 145 %. Dari 113 bh pada Rep. I
menjadi 277 pada Rep. II
Perkembangan RS yang signifikan ini tentu sudah semestinya diikuti dg peningkatan kemampuan
manajerial → Direktur = Pimpinan RS
1. Direktur
- Komite Medik
18. Kepemilikan RS
(Bab II pasal 3)
tentang kepemilikan RS
19. Dasar
* berfungsi RS pendidikan
3. RS Korporatisasi à seperti swasta, tapi milik pemerintah (log, OP, SDM, keuangan, mandiri)
LIMBAH MEDIS
sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh
kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah
rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah/limbah klinis dan non klinis
baik padat maupun cair.
Limbah non medis : sampah makanan, kertas, maupun alat lain yang tidak kontak langsung
dengan penderita
Limbah umum
Limbah patologis
Limbah farmasi
Limbah genotoksik
Limbah kimia
Limbah radioaktif
Limbah umum : limbah yang tidak berbahaya dan tidak membutuhkan penanganan khusus,
contoh : limbah domestik, limbah kemasan non infectious
Limbah benda tajam : obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian
menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik,
perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah
Limbah patologis : Jaringan atau potongan tubuh manusia, contoh bagian tubuh, darah dan
cairan tubuh yang lain termasuk janin
Limbah farmasi : Limbah yang mengandung bahan farmasi contoh obat-obatan yang sudah
kadaluwarsa atau tidak diperlukan lagi
- jaringan dan stok dari agen-agen infeksi dari kegiatan laboratorium, dari ruang bedah atau
dari autopsi pasien yang mempunyai penyakit menular
- atau dari pasien yang diisolasi, atau materi yang berkontak dengan pasien yang menjalani
haemodialisis (tabung, filter, serbet, gaun, sarung tangan dan sebagainya)
- atau materi yang berkontak dengan binatang yang sedang diinokulasi dengan penyakit
menular atau sedang menderita penyakit menular
Shock sensitive: senyawa-senyawa diazo, metal azide, nitro cellulose, perchloric acid, garam-
garam perchlorat, bahan kimia peroksida, asam picric, garam-garam picrat,
polynitroaromatic.
Water reactive: logam-logam alkali dan alkali tanah, reagen alkyl lithium, larutan- larutan
boron trifluorida, reagen Grignard, hidrida dari Al, B, Ca, K, Li, dan Na, logam halida dari Al,
As, Fe, P, S, Sb, Si, Su dan Ti, phosphorus oxychloride, phosphorus pentoxide, sulfuryl
chloride, thionyl chloride.
Bahan reaktif lain: asam nitrit diatas 70%, phosphor (merah dan putih).
7. Limbah Medis dan Masalah yang Ditimbulkan
Sebanyak 40 persen lainnya adalah limbah organik yang berasal dari makanan dan
sisa makanan, baik dari pasien dan keluarga pasien maupun dapur gizi.
Selanjutnya, sisanya merupakan limbah anorganik dalam bentuk botol bekas infus
dan plastik.
8. Temuan ini merupakan hasil penelitian Bapedalda Jabar bekerja sama dengan Departemen
Kesehatan RI, serta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) selama tahun 1998 sampai tahun
1999. Secara terpisah, mantan Ketua Wahana Lingkungan (Walhi) Jabar, Ikhwan Fauzi
mengatakan, volume limbah infeksius dibeberapa rumah sakit bahkan melebihi jumlah yang
ditemukan Bapedalda. Limbah infeksius ini lebih banyak ditemukan di beberapa rumah sakit
umum, yang pemeliharaan lingkungannya kurang baik (Pristiyanto. D, 2000).
9. Kriteria yang ditentukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang diantaranya adalah
sebagai berikut:
Insinerator
10. Insinerator Maxpell adalah alat penghancur limbah berupa tungku pembakaran yang
didesain secara sempurna dalam sistem pembakaran dengan menggunakan berbagai media
bahan bakar yang terus dikembangkan baik dari sisi teknologi maupun kapasitas. Insinerator
Maxpell dirancang mudah dioperasikan. Beberapa keunggulan insinerator ini adalah:
Suhu pembuangan udara panas pada cerobong asap terkendali secara konstan;
Suhu dinding luar tetap dingin sama dengan suhu udara luar;
Abu sisa pembakaran bisa diolah menjadi beragam produk bahan bangunan
BLUD
1. Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan DAN PELAYANAN kesehatan profesional
yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya.
Perbandingan antara jumlah ranjang rumah sakit dengan jumlah penduduk Indonesia masih sangat
rendah. Untuk 10 ribu penduduk cuma tersedia 6 ranjang di rumah sakit.
4. Pasal 31
Dalam hal instansi pemerintah perlu mengubah status elembagaannya untuk menerapkan PPK-BLU,
perubahan struktur kelembagaan dari instansi pemerintah tersebut berpedoman pada ketentuan
yang ditetapkan oleh menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara.
5. Pasal 32
Pejabat teknis.
6. (2) Pemimpin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berfungsi sebagai penanggung
jawab umum operasional dan keuangan BLU yang berkewajiban:
mengusulkan calon pejabat keuangan dan pejabat teknis sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan
7. (3) Pejabat keuangan BLU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berfungsi sebagai
penanggung jawab keuangan yang berkewajiban:
8. (4) Pejabat teknis BLU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berfungsi sebagai
penanggung jawab teknis di bidang masing-masing yang berkewajiban:
9. Pasal 33
(1) Pejabat pengelola BLU dan pegawai BLU dapat terdiri dari pegawai negeri sipil dan/atau tenaga
profesional non-pegawai negeri sipil sesuai dengan kebutuhan BLU.
(2) Syarat pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola dan pegawai BLU yang berasal dari
pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang kepegawaian.
10. Bagian Kedua
Pasal 34
(1) Pembinaan teknis BLU dilakukan oleh menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD terkait.
(2) Pembinaan keuangan BLU dilakukan oleh Menteri Keuangan/PPKD sesuai dengan
kewenangannya.
(3) Dalam pelaksanaan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dibentuk
dewan pengawas.
11. (4) Pembentukan dewan pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku hanya
pada BLU yang memiliki realisasi nilai omzet tahunan menurut laporan realisasi anggaran
atau nilai aset menurut neraca yang memenuhi syarat minimum yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan.
(5) Dewan pengawas BLU di lingkungan pemerintah pusat dibentuk dengan keputusan
menteri/pimpinan lembaga atas persetujuan Menteri Keuangan.
12. (6) Dewan pengawas BLU di lingkungan pemerintah daerah dibentuk dengan keputusan
gubernur/bupati/walikota atas usulan kepala SKPD
13. Pasal 35
(1) Pemeriksaan intern BLU dilaksanakan oleh satuan pemeriksaan intern yang merupakan unit kerja
yang berkedudukan langsung di bawah pemimpin BLU.
(2) Pemeriksaan ekstern terhadap BLU dilaksanakan oleh pemeriksa ekstern sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Remunerasi
Pasal 36
(1) Pejabat pengelola, dewan pengawas, dan pegawai BLU dapat diberikan remunerasi berdasarkan
tingkat tanggung jawab dan tuntutan profesionalisme yang diperlukan.
(2) Remunerasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan/gubernur/bupati/ walikota atas usulan menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD, sesuai
dengan kewenangannya.
15. Penjelasan
Pasal 31
Ketentuan ini dimaksudkan untuk menetapkan status kelembagaan instansi pemerintah yang
menerapkan PPK-BLU yang mengakibatkan perubahan satuan kerja struktural atau menjadi non-
struktural pada kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah.
16. Pasal 32
Ayat (1)
Sebutan pemimpin, pejabat keuangan, dan pejabat teknis dapat disesuaikan dengan nomenklatur
yang berlaku pada instansi pemerintah yang bersangkutan.
17. Pasal 33
Ayat (1)
Pejabat pengelola BLU dan pegawai BLU tenaga profesional non-pegawai negeri sipil sebagaimana
dimaksud dapat dipekerjakan secara tetap atau berdasarkan kontrak.
18. Pasal 36
Ayat (1)
Remunerasi sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah imbalan kerja yang dapat berupa gaji,
tunjangan tetap, honorarium, insentif, bonus atas prestasi, pesangon, dan/atau pensiun.
20. Pasal 37
Ayat (1)