Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN

PROGRAM TB DOTS
RSUD KARAWANG TAHUN 2022
Tim Upaya Penurunan Angka Kesakitan Tuberkulosis
2022
Kata Pengantar

Segala puji bagi Alloh SWT dengan segenap kasih dan sayangNya telah
melimpahkan kesehatan, kesabaran, semangat dan kekuatan kepada Tim Upaya
Penurunan Angka Kesakitan Tuberkulosis RSUD Karawang untuk menyelesaikan
penyusunan Laporan Program TB DOTS RSUD Karawang Tahun 2019.
Semoga Laporan Program TB DOTS RSUD Karawang ini dapat dijadikan bahan
monitoring, evaluasi, analisis dan perbaikan program TB DOTS dimasa yang akan
datang dalam upaya penurunan angka kematian dan meningkatkan kesehatan pasien
TB DOTS
Dalam penyusunan laporan program TB DOTS masih banyak kesalahan dan
kekurangan, kritik dan saran sangat kami harapkan untuk perbaikan dan
kesempurnaan laporan program TB DOTS ini,

Karawang, Juli 2022


Penyusun
Tim Upaya Penurunan Angka Kesakitan Tuberkulosis
RSUD Karawang
Daftar Isi

Kata Pengantar....................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................ ii
Bab I Pendahuluan............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Tujuan ......................................................................................................... 1
Bab II Hasil Pelaksanaan Pelayanan TB DOTS ............................................... 4
Bab III Monitoring dan Evaluasi Pelayanan TB DOTS...................................... 6
Bab IV Analisis Pelayanan TB DOTS................................................................. 1
0
Bab V Tindak lanjut ............................................................................................ 1
1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penanggulangan TB adalah segala upaya kesehatan yang mengutamakan
aspek promotif dan preventif, tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif
yang ditujukan untuk melindungi kesehatan masyarakat, menurunkan angka
kesakitan, kecacatan atau kematian, memutuskan penularan, mencegah
resistensi obat dan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan akibat
Tuberkulosis.
Penanggulangan TB diselenggarakan secara terpadu, komprehensif dan
berkesinambungan. Melibatkan semua pihak terkait baik pemerintah, swasta
maupun masyarakat.
Target program Penanggulangan TB nasional yaitu eliminasi pada tahun
2035 dan Indonesia bebas TB tahun 2050. Target program Penanggulangan TB
dievaluasi dan dapat diperbarui sesuai dengan perkembangan program
Penanggulangan TB.
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari pelaksanaan program
TBperlu dilakukan monitoring dan evaluasi serta analisis kegiatan pelayanan TB
DOTS di RSUD Karawang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penyusunan laporan ini adalah untuk memberikan
gambaran pencapaian pelaksanaan program TB DOTS di RSUD Karawang
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hasil pelaksanaan kegiatan pelayanan TB DOTS di
RSUD Karawang
b. Untuk mengetahui hasil monitoring dan evaluasi kegiatan pelayanan TB
DOTS di RSUD Karawang
c. Untuk mengetahui hasil analisis kegiatan pelayanan TB DOTS di RSUD
Karawang
BAB II
HASIL PELAKSANAAN PELAYANAN TB DOTS

A. Promosi Kesehatan
Melaksanakan promosi kesehatan kepada pasien, keluarga , pengunjung dan staf
rumah sakit tentang pencegahan penularan TB dan Perilaku hidup bersih dan Sehat
(PHBS)
Kegiatan promosi kesehatan dilakukan setiap bulan di minggu pertama, berupa :
1. Pengenalan penyakit TB serta pengobatannya
2. Pencegahan penularan penyakit TB
3. Etika Batuk
4. Cara mencuci tangan yang baik dan benar
Kegiatan dilakukan dengan memberikan perlakuan berupa pre dan post test terhadap
pasien dan keluarga di Poli Rawat Jalan
a. Materi edukasi
Gambar 1.
Contoh
Leaflet TB

Gambar 1. Contoh Leaflet TB

b. Hasil evaluasi

Grafik 1. Rekapitulasi Nilai Pretest dan Post test Responden

Grafik Trend Pengetahuan Responden


Tetap; 20%

Naik; 80%
Grafik 2. Trend Pengetahuan Responden

Berdasarkan hasil rekapitulasi nilai pre test dan post test pada 20 responden,
terdapat 16 responden dengan nilai post test yang meningkat, 4 responden dengan
nilai post test tetap, dan tidak ada responden yang nilai post test menurun. Artinya
dari 20 responden, 80% responden mengalami peningkatan pengetahuan mengenai
upaya pencegahan penularan TB Paru.

Analisa kendala dalam proses edukasi antara lain:

1. Terdapat beberapa responden yang tidak bisa membaca atau menulis


Solusi: perlu bantuan dari rekan untuk membacakan soal dan mengisi jawaban
dalam mengisi soal pretest dan post test.
2. Terdapat kendala bahasa, masih ada beberapa responden yang hanya mengerti
bahasa daerah dan tidak mengerti bahasa Indonesia sehingga ada kendala
dalam memahami pemaparan materi dalam bahasa Indonesia.
Solusi: Dalam menyampaikan materi diselingi dengan bahasa daerah terutama
untuk poin-poin penting. Dapat dijadikan rencana kedepannya untuk membuat
video edukasi dengan pengisi suara bahasa daerah jika memungkinkan, agar
dapat dipahami beberapa kelompok tertentu yang memiliki kendala bahasa.

B. Pencegahan Penularan TB
1. Vaksinasi BCG bagi bayi baru lahir
Tidak dilakukan untuk pemberian vaksinasi BCG di RSUD Karawang , karena
dikembalikan ke Faskes tingkat 1 ataupun Posyandu
2. Pemberian profilaksis INH pada anak di bawah lima tahun yang kontak erat
dengan pasien TB aktif
Tidak dilakukan
3. Pemberian profilaksis INH pada ODHA selama 6 bulan
Jenis kelamin Pemberian INH Jumlah
Ya Tidak
Laki-laki 94 7 101
Perempuan 20 12 32
Jumlah 114 19 133
Table 1. tabel Pemberian Profilaksis INH
Berdasarkan tabel diatas sebanyak 114 pasien dengan ODHA diberikan
profilaksis dengan pemberian INH (Isoniazid) selama 6 bulan dari 133 kasus TB.

C. Surveilans tuberkulosis
a. Jumlah suspek/tersangka TB pada berbagai usia tahun 2022

Tabel 2. Jumlah kasus tersangka TB

Berdasarkan table diatas didapatkan data pasien terduga TB-SO dari triwulan
pertama hingga triwulan empat terdapat 1.591 pasien. Jumlah penderita TB-SO
mengalami peningkatan setiap triwulannya, yaitu sebanyak 411 orang pada triwulan
pertama , 456 triwulan dua, 553 orang triwulan 3 dan 171 triwulan 4 ( dihitung sampai
awal November). Sedangkan untuk TB-RO tedapat 37 pasien, dimana triwulan 3 paling
banyak ditemukan yaitu 24 orang.
gr afi k k as us tb
Triwulan 1 Triwulan 2
250
225
200 211

150
135
129
100
79
70
50
12
10 1
0 0 0
s +) is -) ru h i n l
gi lin M pa bu -l
a ta
ir o
lo
TC
M
ik TC tra m n To
( as ( s Ka i
te Ek La
ak rm
iB onfi
as rk
rm Te
onfi
rk
Te

Grafik 3. Grafik Temuan Kasus TB


Grafik diatas menunjukan terdapat peningkatan temuan kasus terduga TB-SO
( sensitive obat ) dari triwulan pertama hingga triwulan 4 dan juga pada kasus TB-RO
( resisten obat ) mengalami kenaikan setiap triwulannya, kenaikan palingsignifikan pada
triwulan ke dua.

b. Jumlah kasus TB-SO Tahun 2022


Tabel 3. Jumlah Kasus TB-SO dan Jenisnya pada Tahun 2022

Proporsi Kasus TB-SO Tahun 2022

terkonfirmasi bakteriologis terkonfimasi klinis ekstraparu


kambuh lain - lain

Grafik 4. Proporsi Kasus TB-SO Tahun 2022

Berdasarkan tabel diatas terdapat 272 kasus TB-SO pada yang terkonfirmasi
secara bakteriologis, 456 kasus yang terkonfirmasi secara klinis, 40 kasus TB ekstra
paru, 3 kasus kambuh dan 5 Kasus diluar ketiganya, dengan jumlah 776 kasus yang
ditemukan pada tahun 2022. Dari grafik diatas disimpulkan bahwa paling banyak kasus
didiagnosis secara klinis.

c. Jumlah kasus TB anak tahun 2022


Tabel 4 dan grafik 5. Kasus TB anak
Berdasarkan table dan grafik diatas didapatkan pasien terduga TB-SO pada
anak sebanyak 117 kasus, diantaranya usia kurang dari 1 tahun berjumlah 24 orang, 1
– 4 tahun 56 orang dan 5 – 14 tahun 37 orang. Tidak ditemukannya kasus dengan TB-
RO.

d. Jumlah kasus TB-RO Tahun 2022


Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Triwulan 4 Jumlah
TB-RO yang 7 4 15 1 27
terkonfirmasi
Tabel 5. Jumlah kasus TB-RO yang terkonfirmasi

Berdasarkan tabel 5 jumlah pasien TB-RO yang sudah terkonfirmasi yaitu 27


orang, paling banyak ditemukan pada triwulan ke tiga. Keseluruhan kasus dirujuk ke
Rumah Sakit Khusus Paru untuk ditangani lebih lanjut.
e. Jumlah kasus TB dengan DM pada tahun 2022

No TB dengan DM Tw1 Tw2 Tw Tw 4 Total


3
1 Laki - laki 8 8 3 4 23
2 Perempuan 6 6 0 5 17
Total 14 14 3 9 40
Tabel 6. Jumlah Kasus TB dengan Komorbid DM Tahun 2022

Berdasarkan table diatas didapatkan jumlah pasien TB dengan DM pada triwulan


1 berjumlah 14 orang, triwulan 2 berjumlah 14 orang dan triwulan 3 berjumlah 3 orang ,
dan triwulan 4 9 orang. Secara keseluruhan pasien TB dengan DM ditahun 2022
berjumlah 40 orang.

f. Jumlah kasus TB dengan HIV tahun 2022

Tabel 7 dan Grafik 6. Jumlah Kasus TB dengan HIV Tahun 2022

Berdasarkan table dan grafik diatas didapatkan data kasus TB dengan


HIV pada pasien anak berjumlah 9 kasus dan 207 kasus dengantotal keseluruhan 216
kasus.
g. Hasil Pengobatan TB Tahun 2022

Berdasarkan table diatas didapatkan pasien yang terdaftar dan diobati berjumlah 556 pasien, diantaranya 4 orang sudah
dinyatakan sembuh, 23 orang sudah menjalani pengobatan lengkap dan 22 orang meninggal dunia.
0
D. Melakukan pengendalian faktor risiko tuberkulosis melalui kegiatan
membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat, membudayakan perilaku etika
berbatuk, penanganan penyakit penyerta TB, penerapan pencegahan dan
pengendalian infeksi TB di rumah sakit
1. Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat di rumah sakit, dengan cara:
a. Penggunaan air bersih menggunakan sumber air dari PDAM Karawang
b. Cuci tangan (hand rub dan hand wash)
c. Pemberian PMT (pemberian makanan tambahan) dalam bentuk susu
dalam kemasan, vitamin dalam bentuk tablet 1 (satu) bulan 1 (satu) kali
d. Melakukan aktivitas fisik melalui kegiatan senam setiap hari jum`at pagi
e. Memberlakukan area bebas rokok dan pembentukkan satgas rokok
2. Membudayakan perilaku etika berbatuk dalam kegiatan sosialisasi terhadap
pasien, keluarga dan staf rumah sakit
a. Tutup hidung dan mulut anda dengan menggunakan tisu/ saputangan
atau lengan dalam baju
b. Segera buang tisu yang sudah dipakai kedalam tempat sampah
c. Cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau pencuci
tangan berbasis alkohol
d. Gunakan masker
3. Penanganan penyakit penyerta TB
a. Melakukan penatalaksanaan penyakit penyerta (komorbid TB) yang
mempermudah terjangkitnya TB, misalnya HIV, diabetes, dll.
4. Penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi TB di rumah sakit
a. Membuat kebijakan pelaksanaan PPI TB
b. Membuat Standar Prosedur Operasional (SPO) mengenai alur pasien
untuk semua pasien batuk, alur pelaporan dan surveilans.
c. Membuat perencanaan program PPI TB secara komprehensif.
d. Memastikan desain dan persyaratan bangunan serta pemeliharaannya
sesuai PPI TB.
e. Menyediakan sumber daya untuk terlaksananya program PPI TB, yaitu
tenaga, anggaran, sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
f. Pemanfaatan Alat Pelindung Diri

0
E. Melakukan penemuan dan penanganan kasus tuberkulosis secara aktif, pasif
dan setelah dilakukan penegakan diagnosis, penetapan klasifikasi dan tipe
pasien TB
1. Melakukan penemuan kasus TB secara aktif melalui:
a. Investigasi dan pemeriksaan kasus kontak;
b. Skrining pada kelompok rentan dan kelompok berisiko (penderita HIV)
c. Skrining pada kondisi situasi khusus
2. Penemuan kasus TB secara pasif dilakukan melalui pemeriksaan pasien yang
datang ke rumah sakit
3. Penemuan kasus TB ditentukan setelah dilakukan penegakan diagnosis,
penetapan klasifikasi dan tipe pasien TB
F. Pemberian kekebalan dalam rangka Penanggulangan TB dilakukan melalui
imunisasi BCG terhadap bayi dalam upaya mengurangi risiko tingkat keparahan
TB tidak diilakukan di rumah sakit (dilakukan di PPK I)
G. Melakukan pemberian obat pencegahan TB ditujukan pada:
a. Anak usia di bawah 5 (lima) tahun yang kontak erat dengan pasien TB aktif;
b. Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) yang tidak terdiagnosa TB;
c. Pemberian obat pencegahan TB pada anak dan orang dengan HIV dan AIDS
(ODHA) dilakukan selama 6 (enam) bulan

1
BAB III

MONITORING DAN EVALUASI PELAYANAN TB DOTS

1. Monitoring dan Evaluasi (Monev) Pelayanan TB


Indikator Program TB Untuk mempermudah analisis data diperlukan indikator
sebagai alat ukur kinerja dan kemajuan program (marker of progress). Dalam
menilai kemajuan atau keberhasilan program pengendalian TB digunakan
beberapa indikator yaitu indikator dampak, indikator utama dan indikator
operasional.
A. Indikator Dampak
Merupakan indikator yang menggambarkan keseluruhan dampak atau
manfaat kegiatan penanggulangan TB. Indikator ini akan diukur dan di
analisis di tingkat pusat secara berkala. Yang termasuk indikator dampak
adalah:
a. Angka Prevalensi TB
b. Angka Insidensi TB
c. Angka Mortalitas TB
B. Indikator Utama
Indikator utama digunakan untuk menilai pencapaian strategi nasional
penanggulangan TB di tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Pusat. Adapun
indikatornya adalah:
a. Cakupan pengobatan semua kasus TB (case detection rate/CDR) yang
diobati
b. Angka notifikasi semua kasus TB (case notification rate/CNR) yang
diobati per 100.000 penduduk
c. Angka keberhasilan pengobatan pasien TB semua kasus
d. Cakupan penemuan kasus resistan obat
e. Angka keberhasilan pengobatan pasien TB resistan obat
f. Persentase pasien TB yang mengetahui status HIV

2
2. Hasil
a. Cakupan pengobatan semua kasus TB (Case Detection Rate/CDR) yang
diobati

Jumlah semua kasus TB yang diobati dan dilaporkan di antara


perkiraan jumlah semua kasus TB (insiden) X 100%
Jumlah semua kasus TB yang diobati dan dilaporkan

211
Triwulan 1 X 100% = 137%
153

225
Triwulan 2 X 100% = 147%
153

246
Triwulan 3 X 100% = 160%
153

78
Triwulan 4 X 100% = 51 %
153

Kesimpulan: cakupan pengobatan semua kasus TB (Case Detection


Rate/CDR) yang diobati:
Triwulan 1 didapatkan 137%
Triwulan II didapatkan 147%
Triwulan III didapatkan 160%
Triwulan IV didapatkan 51%

3
b. Angka notifikasi semua kasus TB (Case Notification Rate/CNR) yang diobati
per 100.000 penduduk

Jumlah semua kasus TB yang diobati dan dilaporkan


X 100.000
Jumlah penduduk yang ada di suatu wilayah penduduk tertentu

586
CNR = X 26.065 = 153 kasus
100.000

Kesimpulan: Angka notifikasi semua kasus TB (Case Notification Rate/CNR) pada


tahun 2022 didapatkan 153 /100.000 penduduk,

c. Angka keberhasilan pengobatan pasien TB semua kasus

Jumlah semua kasus TB yang sembuh dan pengobatan lengkap


X 100
Jumlah semua kasus TB yang diobati dan dilaporkan

64
Triwulan 1 X 100 = 30 %
211

30
Triwulan 2 X 100 = 13%
225

0
Triwulan 3 X 100 = 0 %
246

4
0
Triwulan 4 X 100 = 0 %
78

Kesimpulan: Angka keberhasilan pengobatan pasien TB semua kasus.


Triwulan I didapatkan angka 30 %
Triwulan II didapatkan angka 13%
Triwulan III didapatkan angka 0 %
Triwulan IV didapatkan angka 0 %

d. Cakupan penemuan kasus TB resistan obat

Jumlah kasus TB yang hasil pemeriksaan tes cepat molekuler maupun


konvensionalnya menunjukkan resistan terhadap rifampisin (RR) dan
X 100
atau TB-MDR
Perkiraan Jumlah kasus TB resisten obat

7
Triwulan 1 X 100 = 100 %
7

4
Triwulan 2 X 100 = 80 %
5

15
Triwulan 3 X 100 = 62,5 %
24

0
Triwulan 4 X 100 = 0 %
0

5
Kesimpulan: Cakupan penemuan kasus TB resistan obat.
Triwulan I didapatkan angka 100%
Triwulan II didapatkan angka 80%
Triwulan III didapatkan angka 62,5%
Triwulan IV didapatkan angka 0%

e. Persentase pasien TB yang mengetahui status HIV

Jumlah pasien TB yang mempunyai hasil tes HIV yang dicatat di formulir
pencatatan TB yang hasil tes HIV diketahui termasuk pasien TB yang
X 100
sebelumnya mengetahui status HIV positif
Jumlah seluruh pasien TB terdaftar (ditemukan dan diobati TB)

73
Triwulan 1 X 100 = 34 %
211

49
Triwulan 2 X 100 = 21%
225

82
Triwulan 3 X 100 = 33%
246

28
Triwulan 4 X 100 = 35%
78

Berdasarkan hasil diatas didapatkan jumlah pasien TB dengan status HIV


positif pada triwulan 1 sebesar 34 % , triwulan 2 sebanyak 21 % , triwulan 3
33% dan triwulan 4 35%.

6
BAB IV
ANALISIS PELAYANAN TB DOTS

a. Cakupan pengobatan semua kasus TB (Case Detection Rate/CDR) yang


diobati
Dari angka cakupan CDR menggambarkan peningkatan kasus TB yang
terjangkau oleh program, dari target yg ditentukan oleh dinas Kesehatan yaitu
586 kasus dalam setahun, RSUD mencapai 776 kasus yang ditemukan dan
diobati.
b. Angka notifikasi semua kasus TB (Case Notification Rate/CNR)
Dari angka cakupan CNR menggambarkan peningkatan penemuan kasus
dari triwulan I ke triwulan IV hal ini dikarenakan pada tahun 2020 terjadi
pandemic covid sehingga kunjungan pasien TB di tahun 2022 meningkat
c. Angka keberhasilan pengobatan pasien TB semua kasus
Angka yang didapatkan dari triwulan I sampai triwulan ke III didapatkan
penurunan keberhasilan dari 30 % menjadi 13 % hal ini bisa diakibatkan
karena pasien meninggal, pindah, putus obat ataupun gagal dalam
pengobatan, ataupun pengobatan dilanjutkan di Faskes Tingkat 1, dimana
bila pihak Faskes tidak menginput datanya tidak keluar.
d. Cakupan penemuan kasus TB resistan obat.
Terdapat penurunan cakupan penemuan kasus reistensi obat dari triwulan I
hingga triwulan 3, indicator ini menggambarkan cakupan penemuan kasus TB
resisitensi obat,hal ini diakibatkan pemeriksaan resisten obat hanya pada
pasien yang berobat ke RSUD Karawang
e. Persentase pasien TB yang mengetahui status HIV
Angka yang didapatkan 34 % kasus pada triwulan I, 21% pada triwulan II dan
34 % pada triwulan 3. hal ini mengalami penurunan karena tidak semua
pasien TB segera diperiksa status HIVnya.

7
BAB V
TINDAK LANJUT

A. Peningkatan Mutu
Kegiatan peningkatan mutu dilaksanakan sebagai tindak lanjut, dengan membuat
usulan perencanaan peningkatan mutu, meliputi:
1. Tenaga: Pelatihan, penyegaran, mutasi, penetapan kriteria/kualifikasi tenaga
pelaksana program TB.
a. Pelatihan program TB masuk dalam RBA (Rencana Belanja dan
Anggaran) rumah sakit
b. Pemenuhan kebutuhan tenaga yang bersertifikasi dapat terlaksana
c. Tugas pokok dan fungsi tim Upaya Penurunan Angka Kesakitan
Tuberkulosis dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku
2. Sarana dan prasarana: standarisasi, pemeliharaan, pengadaan, uji fungsi.
a. Pemanfaatan ruangan yang ada direalisasikan
b. Usulan penambahan jaringan dan komputer set masuk dalam RBA
(Rencana Belanja dan Anggaran) rumah sakit
c. Ketersediaan perbekalan farmasi dapat dilengkapi sesuai kebutuhan
pasien
d. Pengadaan alat pelindung diri untuk staf dan pasien serta keluarga
mendapat perhatian
e. Desain dan persyaratan bangunan serta pemeliharaannya mengikuti
persyaratan PPI TB
3. Regulasi: revisi SPO, pemantauan kepatuhan staf klinis terhadap penerapan
PPK-CP TB.
a. Revisi, penerapan dan pemantauan PPK-CP terintegrasi dapat
terlaksana
b. Pembuatan dan revisi SPO (Standar Operasional Prosedur) pelayanan
TB DOTS secara bertahap dapat dilaksanakan
c. Penguatan jejaring internal pelayanan TB perlu ditingkatkan

8
B. Manajemen Sistim Informasi Laboratorium TB
Pelayanan pemeriksaan mikrokopis (Laporan TB.12) menunggu integrasi
kedalam Sistem Informasi Terpadu Tuberkulosis (SITT) untuk menjamin
pelayanan pemeriksaan mikrokopis dapat dimonitor dengan baik; dan eTB
Manager, untuk pelayanan pemeriksaan biakan, uji kepekaan dan tes cepat
molekuler (TCM).
C. Keamanan dan Keselamatan Kerja
Komponen yang berperan pada keselamatan dan keamanan pelayanan program
TB yaitu: infrastruktur, peralatan, bahan yang dipakai, proses dan keterampilan
kerja. Komponen-komponen tersebut harus diselaraskan baik dari aspek
pengelolaan (manajemen) dan teknis pelayanan program TB agar terjamin
keselamatan dan keamanan petugas serta lingkungan.

Karawang, November
2022
Tim Upaya Penurunan Angka
Kesakitan Tuberkulosis
Ketua

dr. Hj. Nurhayati, Sp.P

Anda mungkin juga menyukai