Anda di halaman 1dari 35

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan yang

sangat signifikan terhadap berbagai dimensi kehidupan manusia, baik dalam ekonomi,

social, budaya maupun pendidikan. Oleh karena itu, agar pendidikan tidak tertinggal dari

perkembangan iptek tersebut perlu adannya penyesuaian-penyesuaian, terutama sekali yang

berkaitan dengan faktor-faktor pengajaran disekolah. Salah satu faktor teresebut adalah

media pembelajaran. 

Media Pembelajaran merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat

menyalurkan pikiran, perasaan,kepada audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya

proses belajar pada dirinya. Produksi media merupakan segala upaya yang dilakukan untuk

menciptakan dan mengolah (produksi) media (benda visual maupun non visual) dengan cara

mempergunakan segala sumber daya (tenaga, pikiran, dan dana).

Ada banyak media yang dapat di gunakan dalam sebuah pembelajaran. Salah satunya

adalah media realia. Media realia merupakan salah satu media yang sering di gunakan dalam

pembelajaran bahasa inggris

Untuk dapat meningkatkan kemampuan berbahasa inggris maka di perlukan adanya

pembelajaran dalam aspek writing dan speaking. Ke dua aspek tersebut adalah dua hal yang

penting untuk di perhatikan dalam pembelajaran bahasa inggris.

Sebagai seorang guru, sudah sepantasnya untuk memberikan pemahaman yang baik

kepada siswanya. Terlebih untuk mata pelajaran bahasa inggris guru harus mampu

meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami pelajaran yang di sampaikan. Pada kelas
VII A siswa akan di hadapkan pada macam-macam teks dalam bahasa inggris, di antaranya

adalah pada materi kurikulum 2013 kelas VII mapel bahasa inggris yaitu Teks Lisan Dan

Tulis Untuk Menyatakan Dan Menanyakan Tingkah Laku/Tindakan Dari Binatang.

Dalam pembahasan kali ini guru mencoba untuk meningkatkan kemampuan siswa

dalam berbicara (speaking) dan menulis (writing) pada materi pelajaran Teks Lisan Dan

Tulis Untuk Menyatakan Dan Menanyakan Tingkah Laku/Tindakan Dari Binatang.

Speaking skill dalam bahasa inggris sudah tentu menjadi hal utama yang harus di kuasai oleh

siswa, begitu juga dengan writing skill.

Speaking activity dapat diartikan sebagai kegiatan berbicara, dimana kegiatan

berbicara yang dimaksud adalah berbicara dengan bahasa inggris. Jika dilihat dari asal

katanya, kata “speaking” berasal dari kata speak yaitu “speak is to express opinions; to say;

to converse”. Jadi speak disini adalah cara mengeluarkan atau mengekspresikan pendapat,

perkataan yang kita ingin utarakan. Itulah pengertian speaking secara sederhana dan asal kata

dari speaking. Tetapi dalam arti luas speaking memiliki cangkupan yang cukup besar dalam

kehidupan kita. Seharinya banyak orang di dunia ini yang mengeluarkan pendapatnya

sehingga kita dapat menyimak, menyimpulkan dan juga mengambil sikap dari apa yang

mereka utarakan.

Sedangkan menurut Gebhardt dan Dawn Rodrigues (1989: 1) writing is one of the

most important things you do in college. Menulis merupakan salah satu hal paling penting

yang kamu lakukan di sekolah. Kemampuan menulis yang baik memegang peranan yang

penting dalam kesuksesan, baik itu menulis laporan, proposal atau tugas di sekolah

Dalam upaya meningkatkan kemampuan berbicara dan menulis khususnya pada materi

Teks Lisan Dan Tulis Untuk Menyatakan Dan Menanyakan Tingkah Laku/Tindakan Dari
Binatang maka guru bahasa inggris dalam hal ini mencoba memanfaatkan media realia.

Realia adalah salah satu authentic material, yaitu media pembelajaran yang sesungguhnya

dibuat bukan untuk sebagai bahan ajar.

Dari latar belakang itulah kenapa guru yang disini berperan sebagai peneliti hendak

melakukan kajian lebih mendalam dalam sebuah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

berjudul “Pemanfaatan Media Realia Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Dan

Menulis Teks Lisan Dan Tulis Untuk Menyatakan Dan Menanyakan Tingkah

Laku/Tindakan Dari Binatang Pada Siswa Kelas VII A SMP Negeri Tahun Ajaran

2017/2018.”

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas Mata pelajaran bahasa Inggris

semester 2 tahun ajaran 2017/2018 ini adalah bagaimana pemanfaatan media realia untuk

meningkatkan kemampuan berbicara dan menulis Teks Lisan Dan Tulis Untuk Menyatakan

Dan Menanyakan Tingkah Laku/Tindakan Dari Binatang pada siswa kelas VII A SMP

Negeri?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pemanfaatan media realia untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan menulis Teks

Lisan Dan Tulis Untuk Menyatakan Dan Menanyakan Tingkah Laku/Tindakan Dari

Binatang pada siswa kelas VII A SMP Negeri.


1.4 Pembatasan Penelitian

Pada penelitian ini pembahasan terbatas pada :

1. Pemanfaatan media realia

2. Peningkatan ketrampilan berbicara dan menulis (speaking and writing)

3. Materi Teks Lisan Dan Tulis Untuk Menyatakan Dan Menanyakan Tingkah

Laku/Tindakan Dari Binatang

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi para guru mata pelajaran bahasa

inggris agar dapat memilih metode dan media pembelajaran yang tepat dalam mengajar.

Sehingga ada perbaikan kualitas pelajar khususnya di SMP Negeri.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. MEDIA

2.1.2 Pengertian Media

Di dalam pengajaran dikenal beberapa istilah seperti peragaan atau keperagaan.

Tetapi dewasa ini istilah keperagaan ini telah mulai dipopulerkan dengan istilah

media. Kata media berasal dari bahasa latin dan secara harfiah berarti perantara atau

pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima

pesan.

Arif. S. Sardiman (1999: 6) yang mengutip pendapat Gagne menyebut media “

berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk

belajar”.National Education Association ( NEA ) dalam abdul halim ( 2002: 11 )

mendefinisikan media sebagai “ benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar,

dibaca atau dibicarakan dan dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar “

Senada dengan itu Ruseffendi ( 1993: 141 ) menyatakan bahwa “ Media

merupakan alat bantu untuk mempermudah siswa memahami konsep matematika. Alat

bantu itu dapat berwujud benda kongkrit, seperti : batu-batuan, dan kacang-kacangan.

Untuk menerapkan konsep bilangan, kubus ( bendanya ) untuk memperjelas konsep

titik, ruas garis, daerah bujur sangkar dan wujud dari kubus itu sendiri, serta benda-

benda bidang beraturan untuk menerangkan konsep bangun datar dan bangun ruang “.

Pendapat-pendapat di atas memiliki kesamaan yaitu media adalah segala sesuatu

yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa, diharapkan hasil

siswa belajar dapat ditingkatkan setelah menggunakan media.

2.1.2.Jenis-jenis Media

Media Pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya.  Mulai yang paling

kecil sederhana dan murah hingga media yang canggih dan mahal harganya.  Ada

media yang dapat dibuat oleh guru sendiri, ada media yang diproduksi pabrik.  Ada

media yang sudah tersedia di lingkungan yang langsung dapat kita manfaatkan, ada

pula media yang secara khusus sengaja dirancang untuk keperluan pembelajaran.

Meskipun media banyak ragamnya, namun kenyataannya tidak banyak jenis

media yang biasa digunakan oleh guru di sekolah.  Beberapa media yang paling akrab

dan hampir semua sekolah memanfaatkan adalah media cetak (buku).  selain itu

banyak juga sekolah yang telah memanfaatkan jenis media lain gambar, model, dan

Overhead Projector (OHP) dan obyek-obyek nyata.  Sedangkan media lain seperti

kaset audio, video, VCD, slide (film bingkai), program pembelajaran komputer masih

jarang digunakan meskipun sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar

guru.  

Anderson (1976) mengelompokkan media menjadi 10 golongan sebagai berikut :

No Golongan Media Contoh dalam Pembelajaran


Kaset audio, siaran radio, CD,
I Audio telepon
Buku pelajaran, modul, brosur,
II Cetak leaflet, gambar
Kaset audio yang dilengkapi
III Audio-cetak bahan tertulis
Overhead transparansi (OHT),
IV Proyeksi visual diam Film bingkai (slide)
V Proyeksi Audio visual diam Film bingkai (slide) bersuara
VI Visual gerak Film bisu
Audio Visual gerak, film gerak
VII bersuara, video/VCD, televisi
VIII Obyek fisik Benda nyata, model, specimen
IX Manusia dan lingkungan Guru, Pustakawan, Laboran
CAI (Pembelajaran berbantuan
komputer), CBI (Pembelajaran
X Komputer berbasis komputer).[7]

Sedangkan pada Teks Lisan Dan Tulis Untuk Menyatakan Dan Menanyakan

Tingkah Laku/Tindakan Dari Binatang ada beberapa pilihan media yang dapat di

gunakan dalam pembelajaran, di antaranya yaitu :

1. Media Video

Menggunakan video bermanfaat untuk membuat pembelajaran menjadi menarik.

Karena audio visual lebih menambah minat belajar daripada manual tanpa alat.

2. Media Gambar

Kita bisa juga menggunakan gambar sebagai media. Banyak gambar yang bisa

dicari melalui mesin pencari google.

3. Media Audio

Untuk listening comprehension kita bisa menggunakan rekaman mp3. Caranya

adalah dengan memperdengarkan teks lisan kemudian siswa menulis bahan makanan

atau minuman yang didengar. Atau menjodohkan langkah membuat sesuatu dari apa

yang didengar.

4. Media Realia

Nah, yang terakhir adalah menggunakan media nyata (realia). Ini sangat menarik

dan menantang. Kalau yang ini mungkin sangat efektif namun tidak bisa diterapkan

setiap pertemuan pelajaran Bahasa Inggris. Cara belajar menggunakan realia adalah
dengan memberikan siswa selembar resep memasak makanan atau minuman dalam

Bahasa Inggris dan beri mereka waktu untuk membuatnya.

2.2. MEDIA REALIA

2.2.1. Pengertian Media Realia

Realia adalah salah satu authentic material, yaitu media pembelajaran yang

sesungguhnya dibuat bukan untuk sebagai bahan ajar. Beberapa contoh realia adalah

calendar, peta, buku-buku resep makanan dan minuman, brosur, dan masih banyak

lagi.

Penggunaan realia ini sangat baik karena akan menghindarkan kita dari

kebosanan-kebosanan yang biasa kita temukan dari media-media pembelajaran yang

kuno. Selain itu, dalam realia banyak sekali ditemukan beberapa kosakata fungsional.

Contoh penggunaan realia misalnya, kita bisa menggunakan peta untuk

mempelajari penggunaan prepositiondan giving and asking for direction,

menggunakan buku resep makanan dan minuman untuk mempelajariprocedure text,

dan lain-lain.

Realia merupakan benda nyata yang digunakan sebagai media pembelajaran di

dalam kelas. Sebenarnya objek nyata yang sederhana pun dapat digunakan tidak hanya

untuk pengajaran kosa kata tetapi juga dapat dipakai untuk pengajaran tata bahasa dan

pengembangan situasi.

Kegunaan realia adalah:

a.       Untuk mengajar kosa kata


b.      Untuk mengajarkan struktur baru

c.       Untuk membantu siswa masuk dalam karakter tatkala berperan dalam sebuah

dialog ataupun role-play. Jika siswa berperan sebagai polisi, dia dapat

mengenakan helm seorang polisi; dsb.

d.      Sebagai penguatan untuk dialog ataupun role-play, jika ceritanya terjadi di

sebuah toko; banyak realia yang bisa ditambahkan jika uang atau objek nyata itu

digunakan.

e.       Sebagai bantuan untuk beragam permainan seperti Kim’s game.

2.2.2.  Karakteristik Realia

Dalam dunia pendidikan, realia sering dianggap sebagai media informasi yang

paling mudah diaskes dan menarik. Sebagai media informasi, realia mampu

menjelaskan hal-hal yang abstrak dengan hanya sedikit atau tanpa keterangan verbal.

Dengan berinteraksi langsung dengan realia, diharapkan hal-hal yang kurang jelas,

apabila diterangkan secara verbal akan menjadi jelas. Realia memiliki kemampuan

untuk merangsang imajinasi pengguna dengan membawa kehidupan di dunia nyata ke

dalam perpustakaan ataupun ke dalam kelas.

Realia akan sangat membantu apabila digunakan dalam suatu proses

memperoleh informasi dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan melalui

pengalaman sendiri atau sering disebut sebagai tujuan kognitif. Dalam proses ini,

realia dilibatkan sebagai suatu obyek nyata yang belum dikenal dan para pengguna

akan belajar untuk mengenalnya. Realia dapat memberikan pengguna pengalaman


langsung dan nyata; pengalaman keindahan yang tidak bisa didapat melalui media

lain.

Untuk memungkinkan suatu realia ditampilkan dalam suatu ruangan kadang

sangat sulit karena ukuran yang terlalu besar (contoh: lokomotif, pesawat, mobil), atau

terlalu kecil (contoh: kuman) atau memang tidak memungkinkan untuk ditampilkan

(contoh: bulan). Kadangkala menghadirkan realia dapat berbahaya misalnya

menampilkan ular. Cara mengatasinya dapat menggunakan ular mati yang telah

diawetkan agar pengguna bisa mengamati dengan aman. Dengan jalan ini, pengguna

masih merasakan pengalaman langsung. 

Sebagai media pembelajaran, realia memiliki potensi untuk digunakan dalam

berbagai topik mata pelajaran. Realia mampu meemberikan pengalaman belajar

langsung (Hands on Experience) bagi siswa. Dengan menggunakan benda nyata

sebagai media, siswa dapat menggunakan berbagai indera untuk mempelajari suatu

objek. Siswa dapat melihat, meraba, mencium, bahkan merasakan objek yang tengah

dipelajari. Dalam menggunakan realia, pengguna dituntut kemampuannya

menginterpretasikan hubungan-hubungan tentang benda yang sesungguhnya. 

Selain memiliki potensi sebagai media pembelajaran, realia juga memiliki

keterbatasan. Salah satu keterbatasan realia adalah adanya kemungkinan siswa

mempunyai interpretasi yang berbeda terhadap objek yang sedang dipelajari.

Kemungkinan lain adalah informasi yang ingin disampaikan akan berbeda sehingga

tidak sesuai dengan yang diharapkan.

2.2.3. Langkah-Langkah Pemanfaatan Realia


Berikut ini adalah contoh langkah-langkah pemanfaatan media realia :

Taruhlah dengan menunjukkan satu bungkusan teh di ruang kelas, kita dapat

menggunakannya:

 Untuk mengajarkan kata-kata ‘tea’ dan ’packet’ (yang dapat dikontraskan dengan

kemasan yang lain, misalnya a bag of sugar, a tin of orange juice).

 Untuk mengembangkan sebuah deskripsi dari suatu proses pembuatan satu gelas

air teh: ‘first you open the packet, then you put some tea in the pot…’ (Anda juga

dapat membawa a pot, a spoon dsb.)

 Sebagai bagian dalam sebuah shopping dialogue, menanyakan harga: ‘how much is

a packet of tea?’ ‘750 rupiahs’ dsb.

 Untuk mengembangkan sebuah imaginative dialogue, praktek ‘meminjam’,

misalnya

A: Could you lend me some tea?

B: Yes, of course. What do you want it for?

A: My relatives have come to visit me.

Realia juga dapat dipakai dalam Kim’s game. Permainan ini merupakan game

yang sangat luwes untuk bisa dipakai mengajar berbagai struktur. Prinsip dasarnya

adalah guru memajankan beberapa realia, yang harus dicermati oleh siswa selama satu

atau dua menit. Apa yang ditunjukkan itu kemudian disembunyikan dari penglihatan

dan para siswa diminta untuk mengingat apa-apa yang telah dilihatnya.

Misalnya untuk mengajar there was/there were. Guru memperlihatkan sepuluh

atau beberapa objek di atas mejanya selama satu atau dua menit dan kemudian

menutupnya dengan kain – para siswa harus mengingat apa saja yang telah dilihatnya.
2.2.4. Pemilihan Realia Untuk Pembelajaran

Sebelum memilih realia yang akan digunakan, Anda harus mempertimbangkan

kemungkinan realia tersebut akan dipegang oleh siswa. Banyak realia yang sangat

rapuh. Oleh karena itu, simpanlah realia yang rapuh dalam kotak pajangan. Idealnya,

pengguna harus dapat menyentuh realia untuk mendapatkan pengalaman yang tidak

mungkin didapat dari media lain. Kalau memungkinkan, realia tersebut disimpan

dalam plastik yang tembus pandang sehingga realia dapat diambil tanpa takut rusak.

Apabila realia dianggap mahal, atau ruangan yang ada tidak memadai,

perpustakaan dapat memutuskan untuk tidak memiliki realia dalam koleksinya.

Pertanyaan atau permintaan tentang suatu realia dapat dilayani dengan cara

mengarahkan pengguna ke tempat lain yang memiliki realia tersebut, misalnya ke

kebun binatang untuk melihat binatang-binatang yang tidak mungkin ditampilkan di

depan kelas, ke planetarium untuk mengetahui benda-benda ruang angkasa.

Hal lain yang penting diperhatikan dalam menggunakan realia sebagai media

pembelajaran adalah :

1. Berikan kesempatan yang besar agar siswa dapat berinteraksi langsung dengan 

benda yang saling dipelajari.

2. Guru hanya berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mempelajari objek

sebagai sumber informasi dan pengetahuan.

3. Berikan siswa kesempatan untuk mencari informasi sebanyak mungkin yang

berkaitan dengan objek yang sedang dipelajari.


4. Hindari hal-hal yang tidak diinginkan atau risiko yang akan dihadapi siswa pada

saat mempelajari realia.

2.3. SPEAKING

2.3.1. Pengertian Speaking

Speaking activity dapat diartikan sebagai kegiatan berbicara, dimana kegiatan

berbicara yang dimaksud adalah berbicara dengan bahasa inggris. Jika dilihat dari asal

katanya, kata “speaking” berasal dari kata speak yaitu “speak is to express opinions; to

say; to converse”. Jadi speak disini adalah cara mengeluarkan atau mengekspresikan

pendapat, perkataan yang kita ingin utarakan. Itulah pengertian speaking secara

sederhana dan asal kata dari speaking. Tetapi dalam arti luas speaking memiliki

cangkupan yang cukup besar dalam kehidupan kita.

Seharinya banyak orang di dunia ini yang mengeluarkan pendapatnya sehingga

kita dapat menyimak, menyimpulkan dan juga mengambil sikap dari apa yang mereka

utarakan.

Ketika individu berbicara maka akan menghasilkan suatu vokal yang terdiri dari suara-

suara.

Terdapat beberapa sistem utama ketika individu berbicara dan menghasilkan

suara, yaitu vokal, larynk, subglottal system, dimana terdiri dari paru-paru dan

gabungan beberapa otot untuk pernapasan dan pelepasan udara dan

tenggorokan. Subglottal system terdiri dari udara yang dibutuhkan untuk berbicara

dimana dihasilkan ketika pernapasan keluar. Dan dari sini pula dapat diambil

pengertian bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan individu untuk


menghasilkan suara, dimana untuk menghasilkan suara ini dibutuhkan beberapa sistem

utama yang terdiri dari vokal, larynk, paru-paru gabungan abeberapa otot utnuk

pernafasan dan pelepasan udara dan tenggorokan.

 Melalui aktivitas speaking atau berbicara kita bisa melakukan interaksi dengan

masyarakat dunia luas. Dalam speaking kita seolah-olah melakukan penerjemahan

dalam melakukannya yang secara tidak langsung membuat otak kita bekerja dua kali.

Hal ini dapat digambarkan seperti ketika anak diberikan pertanyaan lalu anda

mempersiapkannya terlebih dahulu dalam tahap persiapannya dalam brntuk bahasa

Indonesia yang baik dan benar. Lalu memindahkannya atau mentranslatenya kedalam

bahasa inggris yang tentu dalam pola yang benar, dengan demikian otak kita akan

bekerja dua kali. Tetapi berbeda bila kita langsung memikirkan kalimat dalam bahasa

inggris. 

Mungkin anak akan mengalami kesulitan dalam hal ini, karena dalam

halspeaking atau berbicara anak harus terampil dalam menggunakan kosakata dan tata

cara menggunakannya. Kesulitan speaking biasanya disebabkan:

a. Sulit mengungkapkan ide secara lisan (speaking).

b. Terbatasnya kosakata (vocabulary).

c. Terbatasnya kemampuan tata bahasa ( grammar). Sehingga sulit

berbicara dengan aturan yang benar.

d.  Terbatasnya melafalkan kata-kata (pronounciation). Sehingga sulit mengucapkan

kata yangdiucapkannya dengan benar.

e. Kurangnya keberanian untuk berbicara karena takut salah

Selain itu, ada faktor yang dapat dijadikan dalam aspek kebahasan, yaitu :

a. Ketepatan ucapan (pelafalan).

b. Penekanan atau penempatan nada dan durasi yang sesuai.


c. Pemilihan kata.

d. Ketepatan sasaran pembicaraan. 

2.3.2. Aspek Speaking

Speaking dalam proses pengajaran bahasa merupakan suatu proses penyampaian

verbal terhadap sebuah ide. Speaking bisa juga dikatakan sebagai proses pengulangan

dari real-life action. Ada banyak aspek yang harus kita perhatikan dalam pengajaran

speaking diantaranya adalah; (1)accuracy; (2) fluency; and (3) meaning.

1. Accuracy

Dalam speaking, hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru adalah accuracy

(ketepatan). Penilaian seorang pendidik bisa jadi sangat subjektif terhadap accuracy

speaking seorang siswa. Accuracy  bisa juga kita artikan sebagai ketepatan seorang

siswa dalam melafalkan kata-kata yang termaksud. Ketepatan siswa dalam melafalkan

kata bisa sangat berbeda. Hal ini tergantung dari dialek dan atau idiolect yangdibawa

oleh seorang siswa. Oleh karena itulah, aspek penilaian terhadap accuracy ini bisa jadi

sangat subjektif.

2. Fluency

Fluency (kelancaran) merupakan seberapa fasih seorang siswa dalam melafalkan

kata-kata berbahasa asing. Ada banya factor yang menyebabkan kelancaran seseorang

dalam melafalkan bahasa Asing (Inggris), salah satunya adalah habitual action

(kebiasaan sehari-hari). Pada intinya,, haruslah terbiasa untuk bisa lancer berbahasa

Inggris

3. Meaning
Meaning yang saya maksud adalah penyampaian makna. Hal mendasar yang

menyebabkan sesorang berbicara adalah untuk bertukar informasi. Oleh karena itu,

aspek-aspek accuracy dan fluency haruslah bisa dikuasai secara mendasar untuk

menyampaikan informasi.

 2.4. WRITING

2.4.1. Pengertian Writing

Definisi/Pengertian Menulis – Menulis menurut para ahli. Menulis adalah suatu

kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan

menggunakan aksara. Menulis biasa dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-

alat seperti pena atau pensil. Namun dengan semakin berkembangnya teknologi seperti

saat ini, menulis juga bisa dilakukan dengan menggunakan komputer atau laptop.

Banyak definisi / pengertian menulis yang di paparkan oleh para ahli. Untuk

selengkapnya mengenai pengertian menulis menurut para ahli, silakan simak artikel di

bawah ini.

Kemampuan yang dimiliki setiap individu berbeda-beda. Setiap kemampuan

saling berhubungan membentuk suatu tindakan. Akhmad Sudrajat membagi

kemampuan menjadi dua jenis, yaitu: a) actual ability, dan b) potential ability. Actual

ability atau kecakapan nyata merupakan kecakapan yang diperoleh karena belajar yang

dapat segera didemonstrasikan atau diuji sekarang.

Potential ability atau kecakapan potensial merupakan aspek kecakapan yang

masih terkandung dalam diri individu dan diperoleh dari faktor keturunan. Lebih lanjut

menurut Robbins dalam menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua faktor, yaitu
a) kemampuan intelektual (intelectual ability), merupakan kemampuan melakukan

aktivitas secara mental, b) kemampuan fisik (physical intellectual), merupakan

kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina, kekuatan, dan karakteristik

fisik.

Kemampuan memiliki kaitan erat dengan inteligensi individu. Kemampuan yang

besar akan meningkatkan intelegensi dan sebaliknya. Ada beberapa teori yang

mengemukakan keterkaitan kemampuan dengan intelegensi.

Thurstone dalam Akhmad Sudrajat mengungkapkan teori “Primary Mental

Abilities”, bahwa inteligensi merupakan penjelmaan dari kemampuan primer, yaitu :

a) kemampuan berbahasa, b) kemampuan mengingat, c) kemampuan nalar atau

berpikir, d) kemampuan tilikan ruang, e) kemampuan bilangan, f) kemampuan

menggunakan kata-kata, g) kemampuan mengamati dengan cepat dan cermat.

Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa. Dalam pembagian

kemampuan berbahasa, menulis selalu diletakkan paling akhir setelah kemampuan

menyimak, berbicara, dan membaca. Meskipun selalu ditulis paling akhir, bukan

berarti menulis merupakan kemampuan yang tidak penting.

Dalam menulis semua unsur keterampilan berbahasa harus dikonsentrasikan

secara penuh agar mendapat hasil yang benar-benar baik. Henry Guntur Tarigan

(1986: 15) menyatakan bahwa menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan

ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai.

Menurut Djago Tarigan dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5)

menulis berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan

perasaan. Lado dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) juga


mengungkapkan pendapatnya mengenai menulis yaitu: meletakkan simbol grafis yang

mewakili bahasa yang dimengerti orang lain.

Menulis dapat dianggap sebagai suatu proses maupun suatu hasil. Menulis

merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menghasilkan sebuah

tulisan. Menurut Heaton dalam St. Y. Slamet (2008: 141) menulis merupakan

keterampilan yang sukar dan kompleks.

Menurut Gebhardt dan Dawn Rodrigues (1989: 1) writing is one of the most

important things you do in college. Menulis merupakan salah satu hal paling penting

yang kamu lakukan di sekolah. Kemampuan menulis yang baik memegang peranan

yang penting dalam kesuksesan, baik itu menulis laporan, proposal atau tugas di

sekolah.

Pengertian menulis diungkapkan juga oleh Barli Bram (2002: 7) in principle, to

write means to try to produce or reproduce writen message. Barli Bram mengartikan

menulis sebagai suatu usaha untuk membuat atau mereka ulang tulisan yang sudah

ada.

Menurut Eric Gould, Robert DiYanni, dan William Smith (1989: 18)

menyebutkan writing is a creative act, the act of writing is creative because its requires

to interpret or make sense of something: a experience, a text, an event. Menulis adalah

perilaku kreatif, perilaku menulis kreatif karena membutuhkan pemahaman atau

merasakan sesuatu: sebuah pengalaman, tulisan, peristiwa.

M. Atar Semi (2007: 14) dalam bukunya mengungkapkan pengertian menulis

adalah suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan.


Burhan Nurgiantoro (1988: 273) menyatakan bahwa menulis adalah aktivitas aktif

produktif, yaitu aktivitas menghasilkan bahasa.

Menulis menurut McCrimmon dalam St. Y. Slamet (2008: 141) merupakan

kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang

akan ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya

dengan mudah dan jelas. St. Y. Slamet (2008: 72) sendiri mengemukakan pendapatnya

tentang menulis yaitu kegiatan yang memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks.

2.4.2. Aspek Writing

Terdapat 4 aspek untuk Writing. Secara singkat, kriterianya adalah sebagai

berikut :

a. Task fulfiment atau disebut juga Task Achievement dan Task Response.

(menjawab pertanyaan dengan  penuh)

b. Coherence dan Cohesion. (Kata, Kalimat, Paragraf menyatu secara halus.

semuanya berurutan secara logis

c. Lexical Resource. (Kota kasa)

d. Grammatical Range dan Accuracy. (Grammar)

2.5. TEKS LISAN DAN TULIS UNTUK MENYATAKAN DAN MENANYAKAN

TINGKAH LAKU/TINDAKAN DARI BINATANG

1. Fungsi sosial

Mengidentifikasi, mengenalkan, memuji, mencela, mengagumi.

2. Struktur teks (ungkapan hafalan, tidak perlu dijelaskan tata bahasanya)


The cat jumps to the tree.

He doesn’t like noodles. (dan semacamnya)

What do you do every morning? Do you like your dad? Where do you feed your pet? When

does it sleep? Where does the dog poo? (dan semacamnya)

3. Unsur kebahasaan

(1)Kata tanya dan pernyataan negatif:

What…?

Do you ...?

Does he ...?

He doesn’t ....

They don’t ....

(2)Penyebutan kata kerja yang sangat lazim dan terkait dalam simple present tense untuk

menyatakan kebiasaan, tanpa dan dengan –s.

(3)Preposisi: in, at, on untuk menunjukkan tempat.

(4)Preposisi: in, at, on untuk menunjukkan waktu.

(5)Ucapan, tekanan kata, intonasi, ejaan, dan tulisan tangan.

2.6. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis penelitian ini adalah media realia dapat berdampak positif bagi peningkatan

Kemampuan Berbicara Dan Menulis Teks Lisan Dan Tulis Untuk Menyatakan Dan

Menanyakan Tingkah Laku/Tindakan Dari Binatang Pada Siswa Kelas VII A SMP Negeri

Tahun Ajaran 2017/2018.


2.7. KERANGKA PENELITIAN

Masalah Tindakan Tujuan

Rendahnya kemampuan Pemanfaatan media Adanya peningkatan

Berbicara Dan Menulis Realia di kelas VII A kemampuan Berbicara

Teks Lisan Dan Tulis SMP Negeri Dan Menulis Teks

Untuk Menyatakan Dan Lisan Dan Tulis Untuk

Menanyakan Tingkah Menyatakan Dan

Laku/Tindakan Dari Menanyakan Tingkah

Binatang Laku/Tindakan Dari

Binatang
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian secara umum diartikan sebagai cara ilmiah untuk memperoleh data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu, dimana cara ilmiah disini berarti suatu kegiatan

penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis.

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas.

Penelitian Tindakan Kelas disebut juga Classroom Action Reasearch.Penelitian tindakan

kelas (PTK) merupakan suatu bentuk yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-

tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek pembelajaran

di kelas secara profesional.

Adapun bentuk penelitian tindakan kelas yang digunakan disini adalah bentuk yang

pertama, yaitu PTK yang memandang guru sebagai peneliti.Dalam bentuk ini tujuan utama

PTK adalah untuk meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas dimana guru terlibat

langsung dalam perencanaan, tindakan, dan refleksi.

Beberapa model desain PTK yang dapat dikembangkan guru kelas diantaranya:

1. Model Kurt Lewin

2. Model Kemmis dan Mc. Taggart

3. Model John Elliot

4. Model Hopkins

Penelitian model PTK yang digunakan adalah model Kemmis dan Mc. Taggart yang

merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalan oleh Kurt Lewin. Desain

Kemmis dan Mc. Taggart menggunakan model yang dikenal dengan sistem spiral refleksi
yang terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan (planning), tindakan (action),

pengamatan (observing), dan refleksi (reflection).

3.2. Lokasi, Subjek dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri.

3.2.2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri

Tahun Pelajaran 2017/2018. Aspek yang diteliti adalah aktivitas siswa pada

pembelajaran melalui pemanfaatan media realia untuk meningkatkan kemampuan

berbicara dan menulis Teks Lisan Dan Tulis Untuk Menyatakan Dan Menanyakan

Tingkah Laku/Tindakan Dari Binatang pada siswa kelas VII A SMP Negeri. Jumlah

siswa kelas VII A yang menjadi subyek penelitian berjumlah 33 siswa dengan latar

belakang kemampuan yang berbeda-beda mulai dari yang tinggi, sedang, dan rendah

dilihat dari kecerdasan dan intelektual masing-masing siswa.

Tabel 3.1
Data Subjek Penelitian

3.2.3. Waktu dan Kegiatan Penelitian

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 10 April 2018 sampai dengan 29

April 2018, dengan perincian kegiatan sebagai berikut :

Tabel 3.2
Waktu Dan Kegiatan Penelitian
WAKTU KEGIATAN
10 April 2018 Pelaksanaan pembelajaran Teks Lisan
Dan Tulis Untuk Menyatakan Dan
Menanyakan Tingkah Laku/Tindakan
Dari Binatang pra siklus
12 April 2018 Pelaksanaan siklus I pertemuan ke 1
17 April 2018 Pelaksanaan siklus I pertemuan ke 2
19 April 2018 Pelaksanaan siklus II pertemuan ke 3
24 April 2018 Pelaksanaan siklus II pertemuan ke 4
25-29 April 2018 Menyusun hasil penelitian

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan bersifat partisipatoris atau kolaboratif, yang secara khusus

dilakukan karena ada kepdulian bersama terhadap suatu kondisi yang perlu diperbaiki.

Anggota tim peneliti mengidentifikasi dan mengklarifikasi kepedulaian tematik yang akan

dijadikan fokus penelitian. Mereka menyusun rencana tindakan bersama-sama,

melaksanakan tindakan, dan melakukan pengamatan baik secara individual maupun secara

kolektif, dan melakukan refleksi bersama. Selanjutnya secara sadar mereka merumuskan

kembali rencana penelitiannya berdasarkan informasi yang lebih lengkap dan lebih kritis.

Jadi, pada prinsipnya terdapat empat tahapan penelitian tindakan yaitu 1) perencanaan, 2)

pelaksanaan tindakan, 3) obsrvasi/evaluasi, dan 4) refleksi.

1) Perencanaan

Renacana penelitian tindakan harus tersusun secara sistematis dan dari segi definisi

harus prospektif pada tindakan. Rencana tindakan harus bersifat fleksibel agar dapat

diadaptasikan dengan pengaruh yang tak terduga dan kendala sebelumnya yang tak dapat

dilihat. Tindakan yang direncanakan harus disampaikan dalam dua pengertian yaitu 1)

mempertimbangkan resiko yang ada dalam perubahan sosial dan mengakui adanya
kendala nyata, baik yang bersifat material maupun bersifat politis dalam situasi terkait,

dan 2) tindakan yang akan dilaksanakan hendaknya dipilih karena memungkinkan para

pesertanya untuk bertindak secara lebih efektif dalam berbagai keadaan, secara bijaksana

dan hati-hati. Di samping itu rencana tindakan hendaknya dapat membantu para praktisi

untuk mengatasai kendala yang ada, dan menyadari potensi baru mereka untuk

melakukan tindakan guna meningkatkan kualitas kerja mereka. Rencana tindakan harus

bersifat fleksibel dan tentatif, dan siap diubah sesuai dengan kondisi yang ada.

Butir-butir kegiatan pada tahap perencanaan penelitian tindakan dalam bidang

kependidikan adalah sebagai berikut.

1) Identifikasi-evaluasi-formulasi masalah yang dipandang kritis dalam situasi

pembelajaran seghari-hari. Masalah dapat berupa pengenalan inovasi ke dalam aspek

tetentu program sekolah yang sudah mapan.

2) Diskusi pendahuluan diantara kelompok yang berminat (guru, peneliti, pimpinan

sekolah, pengawas, dsb) yang menghasilkan draft usulan dan masalah-masalah yang

perlu dicari solusinya melalui penelitian. Misalnya, faktor-faktor apa yang menjadi

kendala dalam pelaksanaan suatu perubahan kurikulum? Bagaimana kondisi yang perlu

disiapkan agar suatu inovasi strategi pembelajaran dapat terlaksana secara efektif dan

efisien? Model pembelajaran mana yang cocok untuk digunakan dalam upaya

meningkatkan kompetensi kerja ilmiah siswa? Dan sebagainya.

3) Melakukan kajian pustaka, jurnal penelitian untuk digunakan sebagai pijakan yang

relevan dengan permaslahan yang akan dipecahkan. Kajian pusataka dan jurnal

penelitian digunakan sebagai landasan rasionalisasi pelaksanaan tindakan.


4) Modifikasi atau redefinisi rumusan awal permasalahan yang akan diteliti. Mungkin

muncul hipotesis yang dapat diuji, atau seperangkat panduan sasaran. Asumsi-asumsi

yang mendasari penelitian perlu dieksplisitkan. Misalnya, agar perubahan kurikulum

dapat terlaksana secara efektif, maka sikap, komitmen, nilai, dan keterampilan guru

harus diubah terlebih dahulu.

5) Pemilihan prosedur penelitian, penetapan subjek penelitian, administrasi penelitian,

pemilihan bahan, metode atau strategi pembelajaran, serta jadwal waktu pelaksanaan

tindakan.

6) Memilih prosedur evaluasi, instrumen evaluasi, serta penetapan sasaran evaluasinya.

2) Pelaksanaan Tindakan

Tindakan yang dimaksud adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan

terkendali, serta merupakan variasi praktek yang cermat dan bijaksana. Tindakan dituntun

oleh perencanaan yang telah disusun, namun tidak mutlak atau tidak terlalu ketat.

Rencana diacu hanya dalam hal dasar pemikirannya, dengan mengingat bahwa rencana

tindakan bersifat tentatif dan fleksibel. Oleh karena itu, tindakan bersifat dinamis, serta

memerlukan keputusan yang cepat tentang apa yang perlu dilakukan, demi terjadinya

perbaikan. Negosiasi dan kompromi mungkin diperlukan, tetapi kompromi harus dilihat

dalam konteks strateginya. Nilai tambah yang sedang, untuk sementara waktu mungkin

cukup, dan nilai tambah ini selanjutnya digunakan sebagai landasan tindakan berikutnya.

Perbedaan yang menonjol antara penelitian tindakan dan tindakan biasa adalah

bahwa dalam penelitian tindakan, tindakannya, pengaruh tindakannya, dan kendalanya

diobservasi dan hasil observasinya dianalisis serta direfleksikan untuk kepentingan

perbaikan dalam tindakan berikutnya. Pelakunya bertujuan untuk mengumpulkan bukti


tentang tindakan yang mereka lakukan agar mereka dapat melakukan penilaian

sepenuhnya. Untuk melakukan evaluasi, sebelum bertindak mereka sudah menyiapkan

jenis bukti yang akan dikumpulkan serta instrumennya. Berikut ini adalah rincian

pelaksaan kegiatan pada pra siklus, siklus 1 dan siklus 2

Pra Siklus :

 Kegiatan Awal

 Pengucapan sapaan salam

 Doa bersama

 Absensi kehadiran siswa di dalam kelas

 Dan review sejauh mana pengetahuan siswa tentang Teks Lisan Dan

Tulis Untuk Menyatakan Dan Menanyakan Tingkah Laku/Tindakan

Dari Binatang

 Kegiatan Inti

 Guru memberikan penjelasan tentang Teks Lisan Dan Tulis Untuk

Menyatakan Dan Menanyakan Tingkah Laku/Tindakan Dari Binatang

 Guru menugaskan siswa agar menuliskan Teks Lisan Dan Tulis Untuk

Menyatakan Dan Menanyakan Tingkah Laku/Tindakan Dari Binatang

sendiri

 Kegiatan Penutup

 Guru menilai kemampuan siswa dalam menuliskan Teks Lisan Dan

Tulis Untuk Menyatakan Dan Menanyakan Tingkah Laku/Tindakan

Dari Binatang

 Salam penutup
Siklus 1 :

 Kegiatan Awal

 Pengucapan sapaan salam

 Doa bersama

 Absensi kehadiran siswa di dalam kelas

 Kegiatan Inti

Pertemuan ke 1

 Guru membacakan kalimat untuk menyatakan dan menanyakan tingkah laku/

tindakan dari binatang

 Siswa melafalkan apa yang di ucapkan guru

 Guru memberikan contoh kalimat untuk menyatakan dan menanyakan tingkah

laku/ tindakan dari binatang

 Dengan bimbingan dan arahan guru, siswa mengidentifikasi ciri-ciri ungkapan

untuk menyatakan dan menanyakan tingkah laku/tindakan dari binatang (fungsi

sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan).

 Siswa mengungkapkan informasi yang ada dalam Teks Lisan Dan Tulis Untuk

Menyatakan Dan Menanyakan Tingkah Laku/Tindakan Dari Binatang tersebut.

 Guru melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas individual

untuk membaca melalui internet berbagai deskripsi tentang binatang

Pertemuan ke 2

 Guru membacakan kalimat untuk menyatakan dan menanyakan tingkah laku/

tindakan dari binatang

 Siswa melafalkan apa yang di ucapkan guru


 Guru memberikan contoh beberapa kalimat untuk menyatakan dan menanyakan

tingkah laku/ tindakan dari binatang

 Siswa membandingkan antar kalimat untuk menyatakan dan menanyakan tingkah

laku/tindakan dari binatang dalam bahasa Inggris dan dalam bahasa siswa.

 Siswa mengungkapkan informasi yang ada dalam Teks Lisan Dan Tulis Untuk

Menyatakan Dan Menanyakan Tingkah Laku/Tindakan Dari Binatang tersebut.

 Siswa menuliskan permasalahan dalam menggunakan bahasa Inggris untuk

menyatakan dan menanyakan tingkah laku/tindakan dari binatang dalam jurnal

belajar (learning journal).

 Kegiatan Penutup

 Guru menilai kemampuan siswa

 Salam penutup

Siklus 2 :

 Kegiatan Awal

 Guru mengecek kesiapan siswa belajar baik secara fisik maupun psikologis.

 Guru menanyakan pengalaman siswa dalam berbahasa Inggris (social chat);

 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dicapai;

 Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan

yang akan dilakukan siswa untuk menyelesaikan latihan-latihan dan tugas dalam

pembelajaran.

 Kegiatan Inti

Pertemuan ke 3
 Guru membacakan kalimat untuk menyatakan dan menanyakan tingkah laku/

tindakan dari binatang

 Siswa melafalkan apa yang di ucapkan guru

 Guru memberikan contoh kalimat untuk menyatakan dan menanyakan tingkah

laku/ tindakan dari binatang

 Dengan bimbingan dan arahan guru, siswa mencari perbedaan antar kalimat untuk

menyatakan dan menanyakan tingkah laku/tindakan dari binatang dalam bahasa

Inggris, perbedaan ungkapan dengan yang ada dalam bahasa Indonesia,

kemungkinan menggunakan ungkapan lain, dsbSiswa mengungkapkan informasi

yang ada dalam Teks Lisan Dan Tulis Untuk Menyatakan Dan Menanyakan

Tingkah Laku/Tindakan Dari Binatang tersebut.

 Guru melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas individual

untuk menulis dan praktik mengucapkan Teks Lisan Dan Tulis Untuk

Menyatakan Dan Menanyakan Tingkah Laku/Tindakan Dari Binatang

Pertemuan ke 4

 Guru membacakan kalimat untuk menyatakan dan menanyakan tingkah laku/

tindakan dari binatang

 Siswa melafalkan apa yang di ucapkan guru

 Guru memberikan contoh beberapa kalimat untuk menyatakan dan menanyakan

tingkah laku/ tindakan dari binatang

 Siswa praktik mengucapkan Teks Lisan Dan Tulis Untuk Menyatakan Dan

Menanyakan Tingkah Laku/Tindakan Dari Binatang.


 Siswa mengungkapkan informasi yang ada dalam Teks Lisan Dan Tulis Untuk

Menyatakan Dan Menanyakan Tingkah Laku/Tindakan Dari Binatang tersebut.

 Siswa menuliskan permasalahan dalam menggunakan bahasa Inggris untuk

menyatakan dan menanyakan tingkah laku/tindakan dari binatang dalam jurnal

belajar (learning journal).

 Kegiatan Penutup

 Guru menilai kemampuan siswa

 Salam penutup

3) Observasi/Evaluasi

Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait. Hasil

observasi akan memberikan landasan bagi refleksi sekarang dan masa datang. Observasi

yang cermat akan sangat diperlukan karena tindakan selalu dibatasi oleh kendala realitas

dan kendala-kendala tersebut belum terlihat dengan jelas pada masa lalu. Observasi

haarus dilaksanakan dengan cermat sehingga data-data observasi dapat digunakan sebagai

landasan yang kuat bagi refleksi berikutnya. Rencana observasi hendaknya bersifat

fleksibel dan terbuka untuk mencatat hal-hal yang tak terduga. Dalam hal ini, visi peneliti

harus menangkap hal yang tak terduga. Peneliti tindakan harus memiliki jurnal (catatan

harian) untuk mencatat hal-hal yang luput dari kategori observasi yang telah

direncanakan.

Hal-hal yang perlu diobservasi antara lain: 1) proses tindakannya; 2) pengaruh

tindakan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja; 3) keadaan dan kendala

tindakan; 4) cara keadaan dan kendala tersebut menghambat tindakan yang telah

direncanakan; 5) kondisi yang mendukung pelaksanaan tindakan; dan 6) persoalan lain


yang timbul. Observasi harus selalau dituntun oleh suatu niat dan upaya untuk mencari

landasan yang objektif bagi refleksi diri yang kritis. Hasil-hasil observasi diharapkan

dapat memberikan andil bagi perbaikan praktek pembelajaran melalui pemahaman yang

lebih baik dan tindakan yang dipikirkan secara lebih kritis. Bahan pokok yang diobservasi

hendaknya selalu berupa tindakan, pengaruhnya, dan konteks situasi tempat tindakan itu

dilaksanakan.

4) Refleksi

Dalam penelitian tindakan, yang dimaksud dengan refleksi adalah mengingat dan

merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti apa yang dicatat dalam observasi,

yang digunakan untuk menyusun rencana tindakan selanjutnya. Melalui refleksi, peneliti

tindakan berusaha memahami masalah, proses dan pengaruh tindakan, dan kendala nyata

dalam tindakan strategik. Refleksi mempertimbangkan ragam perspektif yang mungkin

ada dalam situasi sosial, dan memahami persoalan serta keadaan tempat timbulnya

persoalan tersebut.

Refleksi mempunyai aspek evaluatif, dalam arti bahwa refleksi meminta peneliti

tindakan untuk menimbang-nimbang pengalamannya, menialai pengaruh tindakan yang

diinginkan maupun yang tidak diinginkan, dan memberi saran-saran tentang cara-cara

bagi tindakan selanjutnya. Di samping itu, ada pula pengertian bahwa refleksi itu

deskriptif. Artinya, dimungkinkan untuk melakukan peninjauan, pengembangan tindakan

dalam situasinya, kendala yang dialami dalam pelaksanaan tindakan, dan yang lebih

penting adalah tentang apa yang sekarang dilakukan untuk kelompok dan untuk tiap-tiap

anggota dalam rangka pencapaian tujuan.


Refleksi pada hakekatnya terdiri dari lima komponen, yaitu menganalisis,

mensintesis, memaknai, menerangkan, dan menyimpulkan. Cerita tentang apa yang

terjadi diperoleh sebagai hasil dari tindakan dan observasi. Untuk dapat menetapkan apa

yang terjadi, maka kita harus me-review permasalahannya; mempertimbangkan kembali

peluang dan kendalanya, dan situasinya; me-review pencapaian dan keterbatasan langkah

tindakan pertama; mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensinya (termasuk yang tidak

diantisipasi dan efek sampingnya); serta memikirkan implikasi-implikasi bagi tindakan

mendatang. Berdasarkan informasi tentang apa yang terjadi, maka lakukanlah perenungan

yang mendalam tentang apa yang terjadi itu. Pada tahapan ini, berpikirlah secara sintesisi.

Padukan gagasan-gagasan yang ada sehingga diperoleh kesimpulan yang luas tentang apa

yang terjadi. Hasil yang terpenting pada proses refleksi adalah mempelajari apa yang

diperlukan untuk dipelajari.

3.3 Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang akan dianalisis adalah data yang terkumpul baik waktu pra-tindakan,

selama tindakan, maupun sesudah tindakan pembelajaran dilaksanakan. Ada 3 teknik cara

pengumpulan data, yaitu:

1. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk memperoleh data perencanaan dan kinerja guru

dalam proses pembelajaran. (Terlampir)

2. Penilaiaan Kinerja Siswa

Penilaian kinerja siswa merupakan alat untuk mengukur kemampuan siswa dalam

penguasaan mengkomunikasikan pengalaman melalui karangan. Data hasil pengamatan


kinerja siswa yang dituangkan dalam lembar pengamatan kinerja siswa ini meliputi

beberapa aspek, yaitu kesesuaian, kelengkapan, kerapihan, huruf kapital, dan tanda baca.

(Terlampir)

3. Tes Tertulis

Tes tertulis digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa. (Terlampir)

3.4 Indikator Kinerja

1. Keterlaksanaan pembelajaran berdasarkan RPP sesuai dengan tujuan perbaikan pada

setiap tahap kegiatan pembelajaran yang disajikan pernyataan sebagai kriteria

keberhasilan tindakan.

2. Sekurang-kurangnya 75% siswa melakukan aktivitas pembelajaran

Sekurang-kurangnya 75% siswa mampu mendapatkan nilai di atas KKM yang di tentukan
sekolah yaitu 71
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo


Alfabeta. Hamalik, Oemar. 1982. Media Pendidikan. Bandung: Alumni.
Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000) h. 2
Ibid, h.3
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007). h. 4
Ibid. h.15
………., Media Pembelajaran, (Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan, 2003).
h. 17
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007), h.27
………., Media Pembelajaran, (Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan, 2003).
h. 22
Arief S. Sadiman, et al. Media Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007),
hal. 84
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007), hal.74
Andia Arif Ramadhan. 2017. 10 Contoh Teks Lisan Dan Tulis Untuk Menyatakan Dan
Menanyakan Tingkah Laku/Tindakan Dari Binatang Kompek Terbaru.
http://bimbelbahasaindonesia.blogspot.co.id. Diakses tanggal 12 April 2017 pukul
19:00 Wita.
Madya, Suwarsih. 2009. Teori dan PraktikPenelitian Tindakan, Action
Research.Yogyakarta: Alfabeta.
Mulyasa, E. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung:

Nanang Ajim. 2015. Struktur dan Unsur Kebahasaan Teks Lisan Dan Tulis Untuk
Menyatakan Dan Menanyakan Tingkah Laku/Tindakan Dari Binatang.
http://www.mikirbae.com. Diakses tanggal 12 April 2017 pukul 19:05 Wita.
Persada. Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta.
Soeparno. 1980. Media Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: PT.
Refsa Nanda. 2015. TEKS LISAN DAN TULIS UNTUK MENYATAKAN DAN
MENANYAKAN TINGKAH LAKU/TINDAKAN DARI BINATANG
KOMPLEKS : Pengertian, Struktur, Kaidah Kebahasaan, dan Contoh Teks Lisan
Dan Tulis Untuk Menyatakan Dan Menanyakan Tingkah Laku/Tindakan Dari
Binatang. http://www.materikelas.com. Diakses tanggal 12 April 2017 pukul 19:07
Wita.

Anda mungkin juga menyukai