Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN

PROJECT-BASED LEARNING

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)


PENGEMBANGAN BLOK MASELA

Mata kuliah : Ilmu Lingkungan


Dosen Pengampu : Dr. Bombom Rachmat S, ST., MT.

Disusun Oleh:
Kelompok 5
Kelas A
Shifa Aliya 270110190003
Iqbal Maulana R 270110190050
Putri Kamila 270110190122
Zahra Hanifah B 270110190123
M. Haiqal Ali S 270110190130

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2022
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 2
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan dan Manfaat 3
BAB II POTENSI PENCEMARAN LINGKUNGAN PROYEK BLOK MASELA 4
2.1 Pengembangan Blok Masela 4
2.2 Potensi Polusi Produksi Blok Masela 5
2.2.1 Gas Rumah Kaca 5
2.2.2 Hujan Asam 5
2.2.3 Pengasaman Air Laut 5
BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI (ENVIRONMENTAL SETTING) 7
3.1 Komponen Geologi 7
3.1.1 Komponen Fisiografi 7
3.1.2 Komponen Geologi 8
3.2 Komponen Perubahan Tata Guna Lahan 8
BAB IV PENETAPAN DAMPAK PENTING HIPOTETIK (DPH) 9
4.1 Penentuan Dampak Penting Hipotetik 9
4.1.1 Identifikasi Dampak Potensial 9
4.1.2 Evaluasi Dampak Potensial 10
BAB V SOLUSI DAN RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN 13

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) merupakan kajian mengenai


dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha dan/atau kegiatan. AMDAL mempelajari dampak kegiatan terhadap lingkungan
hidup dan dampak lingkungan terhadap kegiatan yang didasarkan konsep ekologi,
yaitu ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan
lingkungan hidup.
Indonesia mulai memperkenalkan instrumen ini dengan dirumuskannya UU No.
4 tahun 1982 (UULH) tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup, dikarenakan peraturan belum mengatur lingkungan secara komprehensif maka
dirumuskan kembali dalam UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup tetapi adanya kelemahan substansi maka dirumuskan kembali dalam UU No.
32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH).
Dalam rangka mencegah pencemaran lingkungan dari suatu kegiatan, PP No. 27
tahun 1999 mewajibkan pembuatan ANDAL, RKL, dan RPL. Dengan adanya RKL
dan RPL ini maka setiap dampak penting yang ditimbulkan oleh kegiatan dapat
terkendali dan teredam hingga tidak berkembang menjadi isu lingkungan regional,
nasional atau bahkan menjadi isu lingkungan internasional.
Eksplorasi LNG Masela ini merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional
(PSN) di sektor hulu minyak dan gas bumi karena potensinya yang melimpah. Oleh
karena itu, diperkirakan akan berdampak besar dan penting terhadap lingkungan
hidup. Kegiatan AMDAL tersebut, sebagai upaya sedini mungkin untuk mencegah
dan menanggulangi adanya dampak negatif yang diperkirakan akan timbul.

2
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang diteliti dalam
laporan ini adalah:

1. Bagaimana deskripsi kegiatan pengembangan Blok Masela?


2. Bagaimana tahap rencana kegiatan yang dikaji dalam AMDAL?
3. Bagaimana kondisi fisiografi, geologi, hidrogeologi dan perubahan tata guna lahan
pada Blok Masela?
4. Bagaimana penentuan dampak penting hipotetik pada Blok Masela?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penulisan laporan ini


adalah:

1. Mengetahui deskripsi kegiatan pengembangan Blok Masela


2. Mengetahui tahap rencana kegiatan yang dikaji dalam AMDAL
3. Mengetahui kondisi fisiografi, geologi, hidrogeologi dan perubahan tata guna lahan
pada Blok Masela
4. Mengetahui penentuan dampak penting hipotetik pada Blok Masela

Adapun manfaat dalam penelitian ini yaitu menambahnya wawasan peneliti


mengenai amdal dan tahap rencana kegiatan dalam amdal.

3
BAB II

POTENSI PENCEMARAN LINGKUNGAN PROYEK BLOK MASELA

2.1 Pengembangan Blok Masela

Lepas pantai Indonesia adalah rumah bagi ladang gas Abadi yang terletak di
blok Masela seluas 3.221 km² di Laut Arafura, Indonesia. Lapangan tersebut terletak
di kedalaman air mulai dari 300 meter hingga 1.000 meter. INPEX Masela, anak
perusahaan dari perusahaan minyak dan gas Jepang INPEX, mengoperasikan
lapangan tersebut. INPEX sebelumnya memiliki 90% saham di lapangan tetapi pada
Juli 2011 mengalihkan 30% ke Shell. Abadi adalah proyek skala besar dan INPEX
mengundang Shell Upstream Overseas Services sebagai mitra strategis untuk
menggunakan keahliannya dalam teknologi LNG terapung. Sisanya 10% dimiliki oleh
PT EMP Energi Indonesia.

Sama seperti proyek industri minyak dan gas lainnya, proyek Lapangan Gas
Abadi Blok Masela terdiri atas kegiatan industri yang dapat berpotensi mencemari
lingkungan sekitar, khususnya pada fase produksi dari lapangan ini. Dampak
lingkungan dari industri perminyakan sangat luas dan ekspansif karena minyak bumi
memiliki banyak kegunaan. Minyak mentah dan gas alam merupakan sumber energi
primer dan bahan baku yang memungkinkan berbagai aspek kehidupan sehari-hari
modern dan ekonomi dunia.

Sejumlah besar limbah beracun dan tidak beracun dihasilkan selama tahap
ekstraksi, pemurnian, dan pengangkutan minyak dan gas. Beberapa produk sampingan
industri, seperti senyawa organik yang mudah menguap, senyawa nitrogen, belerang
dan tumpahan minyak dapat mencemari udara, air, dan tanah pada tingkat yang
berbahaya bagi kehidupan jika dikelola dengan tidak tepat. Pemanasan iklim,
pengasaman laut, dan kenaikan permukaan laut adalah perubahan global yang
ditingkatkan oleh emisi gas rumah kaca industri seperti karbon dioksida (CO2),
metana dan aerosol partikel mikro seperti karbon hitam.

4
2.2 Potensi Polusi Produksi Blok Masela

2.2.1 Gas Rumah Kaca

Ekstraksi minyak bumi mengganggu keseimbangan siklus karbon bumi


dengan mengangkut karbon geologis yang diasingkan ke biosfer. Karbon digunakan
oleh konsumen dalam berbagai bentuk dan sebagian besar dibakar ke atmosfer
sehingga menciptakan sejumlah besar gas rumah kaca, karbon dioksida sebagai
produk limbah. Gas alam (kebanyakan metana) adalah rumah kaca yang bahkan lebih
kuat ketika dilepaskan ke atmosfer sebelum dibakar.

Emisi dari industri perminyakan terjadi di setiap rantai proses produksi


minyak, mulai dari tahap ekstraksi hingga tahap konsumsi. Pada fase ekstraksi, gas
venting dan flaring tidak hanya melepaskan metana dan karbon dioksida, tetapi
berbagai polutan lain seperti nitro oksida dan aerosol. Produk sampingan tertentu
termasuk karbon monoksida dan metanol. Ketika distilat minyak atau minyak bumi
dibakar, biasanya pembakarannya tidak sempurna dan reaksi kimia meninggalkan
produk sampingan yang bukan air atau karbon dioksida.

2.2.2 Hujan Asam

Proses pembakaran minyak bumi, batu bara, dan kayu bertanggung jawab atas
peningkatan terjadinya hujan asam. Pembakaran menyebabkan peningkatan jumlah
oksida nitrat, bersama dengan sulfur dioksida dari sulfur dalam minyak. Produk
sampingan ini bergabung dengan air di atmosfer untuk menciptakan hujan asam.

2.2.3 Pengasaman Air Laut

Mengikuti siklus karbon, karbon dioksida memasuki lautan di mana ia


bereaksi dengan molekul air dan menghasilkan zat yang disebut asam karbonat.
Peningkatan asam karbonat ini telah menurunkan pH lautan, menyebabkan
peningkatan keasaman. Sejak Revolusi Industri, dimulainya industri perminyakan, pH
lautan turun dari 8,21 menjadi 8,10. Kelihatannya tidak banyak, tetapi perubahan ini
menunjukkan peningkatan keasaman sebesar 30% yang menyebabkan banyak
masalah bagi kehidupan laut. Saat lautan kita terus mengasamkan, semakin sedikit ion
karbonat yang tersedia untuk mengapur yang berarti bahwa organisme kesulitan

5
membangun dan memelihara cangkang dan kerangka mereka. Berdasarkan tingkat
karbon dioksida saat ini, lautan dapat memiliki tingkat pH 7,8 pada akhir abad ini.

6
BAB III

RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI ( ENVIRONMENTAL SETTING)

3.1 Komponen Geologi

3.1.1 Komponen Fisiografi

Lapangan gas Abadi Blok Masela terletak di Laut Arafura yang merupakan
Laut Tenggara terjauh di Indonesia, serta ditempatkan di dekat perbatasan dengan
negara tetangga, Timor Leste dan Australia. Secara astronomis, koordinat Blok
Masela berkisar antara 08° 05’ 25,29” – 08° 13’ 58,94” LS dan 129° 48’ 11” – 129°
56’ 9,55” BT (INPEX, 2016). Pulau Masela memiliki luas 4.600 Ha, berjarak 130 km
dari lapangan GBA-Blok Masela, berdekatan dengan pulau Babar di bagian utara.
Posisi pulau Masela hampir sejajar, sedikit lebih ke utara dengan pulau Sermata di
bagian barat, kabupaten Maluku Barat Daya dan pulau Selaru yang berada di bagian
timur. Pulau Selaru sedikit lebih dekat dengan Lapangan Gas Abadi - Blok Masela,
berjarak sekitar 90 km. Di bagian timur laut pulau Selaru terdapat pulau Yamdena
adalah pulau ketiga terbesar di Provinsi Maluku, dengan kota Saumlaki sebagai
ibukota kabupaten Maluku Tenggara Barat berjarak 95 km. Sedangkan pulau Aru -
Kabupaten Kepulauan Aru dengan luas 642.800 Ha, berada di bagian timur laut
Masela yang berjarak 475 km dari lapangan gas Abadi Blok Masela.

Gambar 3.1 Letak Lapangan Gas Abadi Blok Masela

7
3.1.2 Komponen Geologi

Kondisi geologi daerah Maluku terletak pada pertemuan tiga lempeng besar,
yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik dan Lempeng Indo-Australia. Salah satu
lapangan gas yang terkenal pada Blok Masela adalah Lapangan Gas Abadi (Abadi
Field), hal ini dikarenakan melimpahnya hidrokarbon pada blok tersebut.

Abadi Field terletak pada utara Cekungan Bonaparte dan ujung bagian timur
Paparan Sahul (sunrise-troubadour high). Sedimen berumur Cretaceous-Tersier
terletak pada Malita Graben yaitu pada barat daya lapangan ini. Sedangkan pada
bagian Tenggara, terdapat Goulburn Graben dengan arah barat-laut yang terdiri dari
lapisan sedimen tebal berumur Paleozoic. Kemudian pada daerah utara terdapat Sesar
Timor.

Letak Lapangan gas Abadi (Abadi Field) Blok Masela, yaitu terletak bagian
selatan Indonesia, di perbatasan internasional dengan Australia, dengan kedalaman air
laut water depth, 400 - 800 meter. Abadi Field berada pada Blok Masela PSC
(Production Sharing Contract) di bagian timur Laut Timor dan selatan Palung Timor
(Deep Timor Trough), dengan water depth lebih dari 1.500 m berada diantara outer
ridge of the Banda Arc dan Blok Masela. Blok Masela berada pada area upper slope
dari paparan kontinental Australia dengan water depth 300 meter - 1.000 meter, 350
km dari pulau Timor dan 350 km di utara kota Darwin Australia

3.2 Komponen Perubahan Tata Guna Lahan

Fasilitas eksplorasi dan produksi pada Blok Masela menimbulkan perubahan


tata guna lahan, seperti pembebasan lahan tanah milik masyarakat setempat.
Pembebasan lahan pada Blok Masela ini menimbulkan dilema pada beberapa pihak.
Ada pihak yang setuju dan ada pula pihak yang tidak setuju untuk menjual lahan
mereka. Sebagai solusi, pihak investor memberi opsi penyewaan lahan masyarakat.
Dengan kesepakatan tersebut, perubahan lahan berganti dari tanah dan pemukiman
masyarakat menjadi pembangunan infrastruktur serta sarana dan prasarana kegiatan
pengembangan Blok Masela.

8
BAB IV

PENETAPAN DAMPAK PENTING HIPOTETIK (DPH)

4.1 Penentuan Dampak Penting Hipotetik

Dampak potensial yang sudah didapatkan dievaluasi untuk kemudian


mendapatkan dampak penting hipotetik. Tujuan dari tahapan menentukan dampak
penting hipotetik adalah menghilangkan dampak potensial yang dianggap tidak
relevan sehingga akan dihasilkan daftar dampak yang penting dan perlu ditelaah
secara mendalam dalam studi ANDAL. Berikut tahapan penentuan dampak penting
hipotetik.

4.1.1 Identifikasi Dampak Potensial

Tahapan ini merupakan langkah awal dalam menentukan dampak


penting hipotetik dengan menduga dampak yang sangat berpotensi terjadi jika
suatu kegiatan dilakukan. Berikut adalah matriks identifikasi dampak potensial
dari kegiatan Perencanaan Penentuan Status Eksplorasi dan Pengembangan
Blok Masela.

Komponen Prakonstruksi
Lingkungan & Operasi (Pengembangan)
Dampak

1 2 3 4 5 6 7

Lingkungan (Geologi, Fisik, Kimia)

Penurunan Kualitas ✔ ✔ ✔ ✔
Udara

Peningkatan ✔ ✔ ✔ ✔
Kebisingan

Penurunan Kualitas
Air Permukaan ✔ ✔ ✔

Perubahan Daya
Fungsi Lahan ✔ ✔ ✔

Penurunan Sanitasi
Lingkungan ✔ ✔ ✔

9
Peningkatan Limbah
Industri ✔ ✔ ✔ ✔

Gangguan pada Satwa ✔ ✔ ✔ ✔

Sosial, Ekonomi & Budaya

Terciptanya Lapangan ✔
Kerja ✔ ✔ ✔ ✔ ✔

Hilangnya Lapangan
Kerja ✔

Peningkatan ✔ ✔
Pendapatan

Keresahan Masyarakat ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔

Gangguan Keamanan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔

Keterangan

1 Penentuan Status Eksplorasi 5 Pemasangan Rig

2 Sosialisasi Proyek 6 Pengeboran Gas

3 Penentuan Area Pengembangan 7 Pengolahan Gas

4 Mobilisasi Peralatan Proyek

4.1.2 Evaluasi Dampak Potensial

Dampak potensial yang sudah dianalisis berikutnya dievaluasi untuk dapat


menghasilkan dampak hipotetik. Berikut hasil evaluasi dampak potensial atau disebut
dengan dampak penting hipotetik pada pengembangan Blok Masela pada tahap
prakonstruksi dan operasi (pengembangan).

a. Prakonstruksi
1) Penentuan Status Eksplorasi
Pada kegiatan penentuan status eksplorasi dampak hipotetik
yang mungkin terjadi adalah perubahan daya fungsi lahan dikarenakan
penentuan status eksplorasi membutuhkan beberapa primer yang harus
diambil dari bawah permukaan.

10
2) Sosialisasi Proyek

Sosialisasi proyek mengenai hasil penentuan status eksplorasi


tidak memberikan dampak penting hipotetik pada pelaksanaan proyek
ini.

b. Operasi (Pengembangan)

1) Penentuan Area Pengembangan

Penentuan area pengembangan dilakukan apabila hasil


penentuan status eksplorasi menyatakan bahwa Blok Masela harus
dikembangkan. Pada tahap ini, tidak ada dampak penting hipotetik.

2) Mobilisasi Peralatan Proyek

Mobilisasi peralatan proyek dapat memberikan dampak


hipotetik, yaitu peningkatan kebisingan.

3) Pemasangan Rig

Pemasangan rig baru dapat diperlukan untuk mengembangkan


lapangan migas, pemasangan rig dapat memberikan dampak hipotetik,
yaitu sebagai berikut:
● Penurunan kualitas udara
● Peningkatan kebisingan
● Penurunan kualitas air permukaan
● Peningkatan limbah industri

4) Pengeboran Gas Bumi

Pengeboran gas bumi (LNG) merupakan kegiatan inti dari


pengembangan lapangan migas Blok Masela. Pengeboran minyak
dapat memberikan banyak dampak penting hipotetik, yaitu sebagai
berikut:
● Peningkatan kebisingan
● Penurunan kualitas air permukaan
● Perubahan daya fungsi lahan
● Penurunan sanitasi lingkungan

11
● Peningkatan limbah industri

5) Pengolahan Gas Bumi

Pengangkutan minyak merupakan tahap akhir dari kegiatan


hulu migas. Tahap ini juga dapat memberikan beberapa dampak
penting hipotetik, yaitu sebagai berikut.
● Penurunan kualitas udara
● Peningkatan kebisingan
● Perubahan daya fungsi lahan
● Peningkatan limbah industri

12
BAB V
SOLUSI DAN RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Solusi dan rencana pengelolaan lingkungan ini sendiri merupakan suatu upaya teknis
maupun non-teknis yang dilakukan guna mencegah dan menanggulangi dampak negatif serta
meningkatkan dampak positif dari komponen itu sendiri sehingga tujuan pengelolaan
lingkungan itu sendiri dapat tercapai.

Pada tahap pra-konstruksi, terdapat beberapa masalah yang perlu dipertimbangkan


solusi dan rencana penanganannya. Beberapa komponen dibagi sebagai berikut :

1. Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya

Pada komponen ini dapat dilihat dari respon masyarakat yang terdampak suatu
pembangunan tertentu. Pada dasarnya kita tahu bahwa hal utama yang akan muncul di
masyarakat adalah kekecewaan masyarakat terhadap nilai ganti rugi, serta keresahan
masyarakat akan kerugian lahan yang ditimbulkan pembangunan ini. Berikut merupakan
solusi dan rencana penanggulangan yang dapat dilakukan, diantaranya:
- Melakukan sosialisasi dan musyawarah mengenai antisipasi dampak pembangunan
- Mencari kesepakatan bersama untuk pembayaran ganti rugi pembebasan lahan secara
adil dan transparan
- Meminimalisir terjadinya dampak negatif yang akan dirasakan masyarakat sekitar
pembangunan
- Melaksanakan segala upaya yang telah disepakati tanpa terkecuali guna menghindari
konflik yang timbul

Pada tahap konstruksi, terdapat beberapa komponen. Berikut komponen serta solusi
penanganannya :
1. Peningkatan kebisingan
Upaya penanggulangan dampak ini diantaranya :
- Mengatur jadwal kerja
- Menggunakan kendaraan yang masih dalam kondisi layak pakai
- Memakai earplug bagi pekerja yang berada di sekitar proyek
2. Meningkatnya prevalensi penyakit karena polusi
Upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan adalah memberikan prioritas
pengelolaan pada sumber penyebab dampak proyek.

13
3. Terganggunya kualitas dan aliran air permukaan
Timbulnya genangan di sekitar permukaan, perubahan kualitas air dan terganggunya
fungsi saluran drainase merupakan dampak negatif proyek ini, upaya penanggulangan ini
diantaranya :
- Tidak membuang bahan sisa proyek yang mudah menguap
- Sungai yang berbatasan dengan pekerjaan jalan tidak boleh diganggu
- Membangun bangunan drainase mempertimbangkan kapasitas saluran minimal debit
rencana

Pada tahap pasca konstruksi terdapat dampak juga yaitu berubahnya tata guna
lahan. Berikut merupakan upaya pengelolaan lingkungan :
- Pengendalian dan konsistensi PEMDA terhadap regulasi pemberian izin investasi
kawasan industri dan perumahan
- Melakukan pengawasan dan pengendalian pemanfaatan lahan
- Pembersihan lahan di daerah fasilitas umum serta pemukiman dari limbah yang
dihasilkan.

Ada juga dampak pasca konstruksi yaitu Penurunan kualitas udara, upaya
penanggulangannya yaitu :
- Pada hal ini dapat dilakukan penanaman tanaman di sekitar proyek atau pemberian
jarak proyek dengan pemukiman atau fasilitas umum.
- Menjaga sekat pembatas untuk mengurangi sebaran partikel debu.

14
DAFTAR PUSTAKA

Mackenzie, L.D., and David A.C. 1991. Introduction to Environmental Engineeering.


McGraw-Hill International editions, 2nd ed. New York.

Astari, A.H., 2017. Integrated Evaluation of Masela Block Development Concepts


(Master's thesis, University of Stavanger, Norway).

Edoigiawerie, C. and Spickett, J., 1995. The environmental impact of petroleum on the
environment. African journal of health sciences, 2(2), pp.269-276.

Patin, S.A., 1999. Environmental impact of the offshore oil and gas industry (Vol. 425).
East Nortport, NY: EcoMonitor Pub.

Amdal. 2019. Dinas Lingkungan Hidup. Diakses dari https://dlh.blitarkab.go.id/amdal/

UU No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan


Hidup

UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

PP No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

15

Anda mungkin juga menyukai