Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : ANDI ADIAKSA

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 041354143

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM 4208/HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Kode/Nama UPBJJ : 80/MAKASSAR

Masa Ujian : 2021/22.1 (2021.2)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TERBUKA
1. Uraikanlah jaminan hak untuk bebas dari penghilangan nyawa
dalam Undang-Undang HAM dan dalam KUHP
Negara Indonesia adalah negara berdasarkan atas hukum, penegasan ini
secara konstitusional terdapat dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945
yang berbunyi :
”Negara Indonesia berdasar atas hukum (rechtstaat), tidak berdasar atas
kekuasaan belaka (Machtsstaat)”.
Disebut pula bahwa : ”Pemerintah Indonesia berdasarkan atas konstitusi
(hukum dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas “).
Kejahatan merupakan perilaku yang melanggar hukum, undang-undang, dan
norma yang tumbuh di masyarakat, dan salah satu bentuk kejahatan adalah
pembunuhan. Tindak pidana pembunuhan merupakan salah satu bentuk
kejahatan yang mendapat perhatian di kalangan masyarakat. ”
Dalam undang-undang, tentang kejahatan pembunuhan diatur dalam
Rumusan Pasal 338 KUHP berbunyi :
“Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan penjara paling lama lima belas tahun”.
Walaupun pembunuh dianggap tercela, tidak manusiawi tetapi pelaku
pembunuhan tetap harus mendapat perlindungan hukum. Sehingga ia
memiliki hak untuk membela diri sesuai dengan Pasal 28 A UUD 1945
menentukan. ”Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya,” Serta dalam proses penyidikan
tersangka tidak dapat memperoleh diskriminasi sesuai Pasal 28 I ayat (2)
yang berisi ”Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat
diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan
terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu”.
“KUHAP telah mengangkat dan menempatkan tersangka atau terdakwa,
dalam kedudukan yang berderajat, sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang
memiliki harkat derajat kemanusiaan yang utuh. Tersangka atau terdakwa
telah ditempatkan KUHAP dalam posisi (his entity and dignity as a human
being)”. Sehingga “tersangka harus ditempatkan pada kedudukan manusia
yang memiliki harkat dan martabat. Dia harus dinilai sebagai
subyek bukan sebagai obyek.” Intinya bahwa segala warga Negara
bersamaan kedudukannya dalam hukum dan wajib menjunjung hukum
dengan tidak ada kecualinya.

2. Analisislah peristiwa tersebut dari sudut pandang korban berkaitan


dengan hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama di depan
hukum. Jelaskan berdasarkan dasar hukum terkait.
Korban dalam tindak pidana harus diposisikan sebagai subjek yang perlu
mendapatkan perlindungan. Korban adalah individu atau kelompok atau
masyarakat yang telah menderita kerugian yang secara langsung telah
terganggu akibat peristiwa sebagai Korban.
Sanksi terberat yang berlaku dalam suatu peraturan perundang –
undangan yang tercantum didalam Kitab Undang – Undang Hukum Pidana
(KUHP) mengatur salah satunya tentang tindak pidana pembunuhan yang
tertuang didalam Pasal 338 – Pasal 350. Ancaman terberat pada tindak
pidana kejahatan terhadap nyawa adalah yang tercantum dalam Pasal
340 KUHP dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
selama waktu tertentu, paling lama selama 20 (dua puluh) tahun.
Melihat kembali pasal diatas, sangat jelas dengan hukuman maksimalnya
yaitu hukuman mati dan hukuman paling rendah yaitu selama waktu
yang telah ditentukan, paling lama 20 (dua puluh) tahun, tetapi
kenyataan yang ada tidak terealisasi sebagai mana aturannya sehingga
dinilai belum mendapatkan keadilan bagi korban maupun keluarga korban.
Merujuk Dalam Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 (“UUD 1945”)
dikatakan bahwa semua warga negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya.
Hukum pidana Indonesia sebagai bidang spesifik dalam sistem hukum
nasional berfungsi memberikan perlindungan terhadap hak dan kepentingan
individu, masyarakat, bangsa dan negara - yang diwakili oleh pemerintah,
termasuk hak dan kepentingan pelaku tindak pidana dan korban tindak
pidana.
Bahwa pemenuhan hak keluarga korban terkait tindak pidana
pemunuhan telah dijabarkan didalam buku Kitab Undang – Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan Undang – Undang 13 Tahun 2006
tentang Perlindungan Saksi dan Korban dalam Pasal 5 sampai Pasal 10,
Namun tetapi tidak semua korban maupun keluarga korban terkait tindak
pidana pemunuhan dapat mengajukan restitusi sebagai haknya, karena
tidak semua tindak pidana dapat diajukan restitusi dalam penetapan
suatu tindak pidana yang dapat diajukan restitusi oleh korbannya
ditentukan oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban.
Bentuk dan konsep yang ideal dalam pemberian hak keluarga korban terkait
tindak pidana pembunuhan di Indonesia perlu adanya konsep keadilan
sebagai tipe hukum otonom serta melahirkan suatu jenis keadilan yakni
keadilan prosedural dan juga keadilan substantif yang menjadikan suatu
prosedur dalam penekanan yang sangat berat diletakkan pada keadilan
prosedural dalam bidang praktif hukum yang paling eksklusif.

Anda mungkin juga menyukai