Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN

OLEH :

MENTARI SINAR LESTARI

222200019

FEB IV

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu tanpa
pertolongannya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda tercinta
kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya diakhirat
nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat, baik sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca supaya makalah ini nantinya
dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang memberikan
dukungan dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak dan dapat memberikan kontribusi bagi

Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Studi Prasisca, Kharlina, dan Yunita (2012) menunjukkan bahwa
penerapan sistem informasi akuntansi membantu menyajikan informasi
yang tepat dan tidak bias dalam laporan keuangan. Penelitian Juwita
(2013) menunjukkan bahwa penerapan sistem informasi akuntansi
pemerintahan yang baik membantu meningkatkan kualitas laporan
keuangan. Hal ini juga didukung oleh penelitian Silviana dan Antoni
(2014) bahwa penerapan sistem informasi akuntansi berpengaruh terhadap
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah di Jawa Barat. Namun hasil
penelitian Saputra (2015) membuktikan bahwa penerapan sistem informasi
akuntansi tidak berpengaruh terhadap kualitas pelaporan keuangan. Hasil
penelitian ini tidak konsisten, sehingga diperlukan penelitian tambahan
tentang pengaruh penerapan sistem informasi akuntansi.
Selain itu, perlu dilakukan peningkatan kualitas pelaporan
keuangan pemerintah daerah dengan memanfaatkan sistem informasi
akuntansi. Penggunaan sistem informasi akuntansi merupakan kebutuhan
yang harus dipenuhi untuk memudahkan pengelolaan data yang lebih
cepat, efektif dan efisien. Menurut Yuliani et al (2010), kualitas laporan
keuangan yang rendah dapat disebabkan oleh pemahaman akuntansi
penyusun laporan keuangan, penerapan sistem informasi akuntansi
keuangan daerah yang belum optimal, atau peran audit internal yang
lemah.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian sistem informasi akuntansi
2. Bagaimana kualitas sistem informasi akuntansi
3. Defenisi laporan keuangan
4. Bagaimana penerapan sistem informasi akuntansi
5. Apa saja karakteristik kualitatif laporan keuangan
6. Bagaimana kualitas laporan keuangan
7. Bagaimana penerapan sistem informasi terhadap kualitas laporan
C. Tujuan Penulisan
1. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhhi salah satu tugas dari
dosen mata kuliah Bahasa Indonesia
2. Makkalah ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem informasi
akuntansi terhadap kualitas laporan keuangan
D. Manfaat Penulisan
1. Dapat menanmbah pengetahuan wawasan tentang bagaimana
penerapan dan kualitas sistem informasiakuntansi dan laporan
keuangan
2. Dapat mengetahui bagaimana besarnya pengaruh implementasi sistem
informasi akuntansi terhadap kualitas laporan keuangn
3. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca
tentang sistem informasi akuntansi dan laporan keuangan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem informasi akuntansi


Menurut (Romney & Steinbart, 2015: 30, Bodnar & Hopwood, 2014: 1)
Informasi akuntansi merupakan data yang sudah diolah menjadi lebih berarti
serta dapat mempertinggi kualitas dalam proses pengambilan keputusan.
Adapun menurut ( Considine, et al., 2010: 18) informasi akuntansi disediakan
untuk para pengambil keputusan dalam organisasi. Informasi akuntansi
adalah output yang berasal dari sistem informasi akuntansi yang berorientasi
pada sistem keuangan (Wilkinson, et al, 2000: 5).
Kualitas informasi adalah ukuran seberapa baik terpenuhi permintaan
akan informasi tersebut (Pareek, 2007:44). informasi akuntansi berkualitas
tinggi yaitu informasi akuntansi yang menpunyai ciri yang menghasilkan
informasi tersebut agar lebih bermanfaat (Marakas dan O’brien, 2014:415).
Ciri kualitas informasi akuntansi antara lain : tepat waktu, akurat serta
lengkap ( Laudon & Laudon, 2016: 505; Stair & Reynolds, 2016: 8; Romney
& Steinbart, 2015: 30; Baltzan, 2014: 217
Informasi akuntansi yang tepat waktu merupakan informasi akuntansi
yang ada saat dibutuhkan atau informasi terkini (Marakas & O’Brien, 2014:
416, Baltzan, 2014: 217;). Sementara informasi akuntansi yang akurat
merupakan informasi akuntansi yang bebas dan jauh dari kesalahan dan
sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya (Romney & Steinbart, 2015: 30;
Laudon & Laudon, 2016: 505;). Selanjutnya informasi akuntansi yang
lengkap ialah memuat seluruh informasi yang dibutuhkan serta tidak ada
informasi penting yang hilang (Baltzan, 2014: 217; Romney & Steinbart,
2015: 30;).
Faktanya, informasi akuntansi yang tertuang dalam laporan keuangan
terkadang tidak tepat waktu. Tujuh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
pernah telat dalam menyusun laporan keuangannya (Mulyono, 2016). Satuan
Kerja Perangkat Daerah wajib serius dalam mengatasi dan menyelesaikan
pelaporan keuangan daerah supaya tidak telat dalam penyampaiannya kepada
Badan Pemeriksa Keuangan (Alias Wello, 2016). Sejumlah SKPD telat
memberikan laporan keuangan kepada BPK (Taufan Pawe, 2016). Sementara
itu, informasi akuntansi dianggap belum akurat. Catatan dan fisik saldo
anggaran lebih dalam laporan keuangan pemerintah pusat tidak akurat (Harry
Azhar Azis, 2016). Dari 35 Badan Usaha Milik Negara terdapat 14 yang
mempunyai catatan dan temuan yang signifikan karena dinilai belum
akuntabel (Achsanul Qosasih, 2015). Totalitas informasi akuntansi juga
masih menjadi perkara. Pencatatan sejumlah akun seperti piutang bukan pajak
sebesar Rp1,82 triliun dan persediaan sebesar Rp2,49 triliun dalam laporan
keuangan pemerintah pusat tidak didukung dokumen yang sesuai (Harry
Azhar Azis, 2016). Saat ini masih terdapat banyak aset negara yang belum
tercatat pada SIMAK-BMN terutama terkait status penggunaan dan
penyewaan aset (Lalu Hendry Yujana, 2014).
Kadar sistem informasi akuntansi mengilustrasikan kualitas pengolahan
informasi dalam sistem tersebut (Gorla, et al., 2010). Kualitas sistem
informasi akuntansi adalah karakteristik sistem yang diharapkan pengguna
dalam mewujudkan informasi akuntansi (DeLone & McLean, 1992). Sistem
informasi akuntansi merupakan komponen dan elemen organisasi
memberikan informasi kepada pengguna bersamaan dengan pemrosesan
peristiwa keuangan (Zare et al, 2012)
Karakteristik sistem informasi akuntansi yang bermutu adalah integrasi
dan reliabilitas (Bocij, et al., 2015: 392-393; Baltzan, 2014: 184). Integrasi
sistem informasi akuntansi merupakan integrasi sistem, integrasi antar
subsistem dengan sistem informasi lain, dan integrasi data (Valacich &
Schneider, 2016:51 & 54 ; Bocij, et al., 2015:428; Baltzan, 2014:300).
Sementara itu, reliabilitas sistem informasi akuntansi merupakan kemampuan
sistem berfungsi secara benar dan menghasilkan informasi akuntansi yang
akurat (Bocij, et al., 2015:510; Baltzan, 2014:185).
Namun dalam faktanya, sistem informasi akuntansi keuangan belum
terintegrasi. Sigit Haryanto (2015) menyatakan bahwa sistem informasi
akuntansi di lingkungan Kemenag sekarang ini belum terintegrasi.
Sedangkan, Agus H.W (2015) menyatakan bahwa fitur rekonsiliasi Sistem
Informasi Manajemen Aset Negara – Barang Milik Negara di Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara belum bisa diintegrasikan dalam sebuah aplikasi
Sistem Informasi Akuntansi Pemerintahan Terpadu.
Reliabilitas sistem informasi akuntansi masih belum sesuai dengan yang
diharapkan. Harry Azhar Azis (2015) menyatakan permasalahan di
pemerintahan yaitu aplikasi sistem komputer belum sanggup mendukung
penyusunan laporan keuangan yang berkualitas. Bambang Brojonegoro
(2015) menyatakan bahwa sistem informasi akuntansi di Direktorat Jenderal
Pajak sebagian masih manual dan banyak faktor fiktif sehingga pencatatan
pajak kepada wajib pajak jadi tidak maksimal.

B. Kualitas sistem informasi akuntansi


1. Kualitas sistem informasi akuntansi
Bodnar & Hopwood (2014:1) menyatakan bahwa sistem informasi
akuntansi merupakan sekumpulan sumber daya, seperti orang dan
peralatan, yang dirancang untuk mengalihkan data keuangan dan data
lainnya menjadi sebuah informasi. Pernyataan yang sama dikemukakan
Azhar Susanto (2013:72) menyatakan bahwa sistem informasi akuntansi
adalah sebagai kumpulan (integrasi) yang berasal dari sub-sub
sistem/komponen baik fisik atau non fisik yang saling berkaitan dan
bekerja sama satu sama lain secara harmonis untuk mengolah data
transaksi yang berurusan dengan masalah keuangan menjadi informasi
keuangan. Hal serupa dikemukakan Romney & Steinbart (2015:36)
menyatakan bahwa sistem informasi akuntansi merupakan sistem yang
mengumpulkan, mencatat, menyimpan, mengelola dan memproses data
menjadi informasi untuk para pengambil keputusan. Kemudian
Richardson, et al. (2014:4) menyatakan bahwa sistem informasi akuntansi
merupakan sistem yang mencatat, memproses, dan melaporkan transaksi
serta menyediakan informasi keuangan dan non keuangan untuk
mengambil dan membuat sebuah keputusan.
Berdasarkan beberapa pernyataan para pakar diatas, maka
disimpulkan sistem informasi akuntansi merupakan sekumpulan sumber
daya yang bekerja sama secara harmonis mengolah data keuangan menjadi
informasi keuangan dan menyampaikan informasi tersebut kepada para
pengguna.
Kualitas sistem informasi akuntansi memvisualkan karakteristik
yang diinginkan para pengguna dalam menghasilkan informasi (DeLone &
McLean, 1992). Karakteristik kualitas sistem informasi akuntansi
diantaranya yaitu handal serta terintegrasi (Baltzan, 2014:184). Elemen
kualitas sistem informasi akuntansi keuangan diantaranya, yaitu reliabilitas
dan keterpaduan (integrasi) (Avison & Fitzgerald, 2006:570-571). Kualitas
sistem informasi akuntansi, yaitu reliabilitas, dan integrasi (Ong, et al.,
2009)
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka takaran
kualitas sistem informasi akuntansi keuangan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu: integrasi dan reliabilitasi.
1) Reliabilitas sistem informasi akuntansi keuangan
Bocij, et al. (2015:510) menyatakan bahwa reliabilitas merupakan
sistem yang dapat menyediakan informasi yang dibutuhkan. Sementara
itu, Baltzan (2014:185) menyatakan bahwa reliabilitas merupakan
sistem yang berfungsi secara benar dan menyediakan informasi yang
akurat.
2) Integrasi sistem informasi akuntansi keuangan
Valacich & Schneider (2016:51) menyatakan bahwa integrasi sistem
merupakan sistem terkoneksi, selaras, antar subsistem dan antar sistem
yang terintegrasi. Kemudian Valacich & Schneider (2016:54)
menyatakan bahwa integrasi sistem merupakan kegiatan yang
menghubungkan data dan sistem informasi yang terpisah.
2. Kualitas informasi akuntansi
Informasi akuntansi merupakan salah satu jenis informasi
kuantitatif yang dinyatakan dalam satuan moneter (Anthony, et
al.,2011:3). Informasi akuntansi adalah output yang berasal dari sistem
informasi akuntansi yang berorientasi keuangan. Wilkinson, et al.
(2000:5). Informasi akuntansi diukur serta dinyatakan dalam satuan
moneter (Belkaoui, 2000:165). Berdasarkan pernyataan para ahli di atas
maka informasi akuntansi merupakan output dari sistem informasi
akuntansi yang dinyatakan dalam satuan moneter.
Kualitas informasi adalah standar subjektif dari kebutuhan,
objektivitas, dan integritas informasi yang akan dikumpulkan (Turban, et
al. (2013:431). Para pengguna memerlukan informasi yang bermutu tinggi
yaitu informasi yang mempunyai karakteristik yang bernilai untuk mereka
(Marakas & O’Brien, 2014:415). Kualitas informasi merupakan
rancangan yang terkait dengan kualitas output sistem informasi yang
berguna untuk para pengusaha bisnis, relevan dengan pengambilan
keputusan, mudah dipahami sebagai output yang memenuhi keinginan
para pengguna (Gorla, et al., 2010)
Berdasarkan pernyataan para ahli di atas maka 3 kualitas informasi
akuntansi merupakan karakteristik yang wajib dimiliki informasi
akuntansi agar dapat memenuhi kebutuhan pengguna.
Ukuran kualitas informasi diantaranya yaitu: tepat waktu, lengkap
dan akurat (Laudon & Laudon, 2016:505). Ciri umum informasi yang
berkualitas tinggi, yaitu akurat, lengkap, tepat waktu (Baltzan, 2014:217).
Atribut kualitas informasi diantaranya yaitu: tepat waktu, akurat, dan
lengkap (Marakas & O’Brien, 2014: 416). Informasi yang berkualitas
harus memiliki karakteristik, diantaranya: akurat, tepat waktu dan lengkap
(Azhar Susanto, 2013:38).
Berdasarkan pernyataan para pakar di atas, maka takaran kualitas
informasi akuntansi yang digunakan adalah informasi akuntansi yang
akurat, tepat waku dan lengkap.
1) Informasi akuntansi akurat
Informasi akuntansi akurat adalah informasi yang bebas dari
kesalahan dan dapat mengilustrasikan kejadian atau kegiatan dalam
organisasi (Romney & Steinbart, 2015:30). Informasi akurat bebas
dari kesalahan (Marakas & O’Brien, 2014:416). Informasi akurat
dapat didefenisikan informasi akuntansi yang benar-benar
mencerminkan situasi dan kondisi yang ada (Azhar Susanto, 2013:38).
Informasi akurat merupakan informasi yang bebas dari kesalahan
(Stair & Reynolds , 2016:8).
Berdasarkan pernyataan para pakar di atas, maka indikator yang
digunakan dalam mengukur informasi akuntansi akurat yaitu:
informasi akuntansi bebas dari berbagai kesalahan dan sesuai dengan
kondisi yang sesungguhnya.
2) Informasi akuntansi lengkap
Lengkap berarti sudah memuat semua data/informasi terkini yang
diperlukan (Laudon & Laudon, 2016:505). Informasi yang lengkap
dapat diartikan tidak adanya informasi bernilai yang hilang (Baltzan
(2014:217). Lengkap berarti semua informasi yang diinginkan sudah
tersedia (Marakas & O’Brien, 2014:416). Lengkap artinya informasi
harus diberikan secara menyeluruh (Azhar Susanto, 2013:38).
Informasi lengkap berarti berisi semua fakta dan data yang penting
(Stair & Reynolds, 2016:8).
Berdasarkan pernyataan para pakar di atas, maka indikator yang
digunakan untuk mengukur informasi akuntansi keuangan lengkap
yaitu: berisi semua informasi yang dibutuhkan dan tidak ada informasi
penting yang hilang.
3) Informasi akuntansi tepat waktu
Informasi tepat waktu dapat diartikan sebagai informasi yang
tersedia saat dibutuhkan (Laudon & Laudon, 2016:505). Informasi
tepat waktu adalah informasi yang tersedia saat pengambilan
keputusan (Romney & Steinbart, 2015:30). Informasi tepat waktu
akan tersedia saat dibutuhkan (Marakas & O’Brien, 2014:416).
Informasi tepat waktu berarti informasi akuntansi tersedia pada saat
informasi tersebut dibutuhkan (Azhar Susanto, 2013:38). Informasi
tepat waktu adalah informasi yang sampai pada saat dibutuhkan (Stair
& Reynolds (2016:8).
Berdasarkan pernyataan para ahli di atas, maka indikator yang
digunakan untuk mengukur informasi akuntansi keuangan yang tepat
waktu yaitu: informasi akuntansi keuangan tersedia saat dibutuhkan
dan informasi akuntansi keuangan terkini.

Menurut Gelinas & Dull, 2008:17 menyatakan bahwa sistem


informasi akuntansi adalah kegiatan mengumpulkan, menyatukan dan
mengubah data menjadi informasi akuntansi melalui proses yang
berkualitas. Sistem informasi akuntansi keuangan mengoprasikan data
(fakta) dan menghasilkan informasi akuntasi keuangan. Proses ini
didefinisikan sebagai siklus pengolahan informasi akuntansi keuangan.
Siklus pengolahan informasi akuntasi keuangan terdiri dari empat operasi,
yaitu: input, proses, output, dan penyimpanan. Data mentah di dapat dari
lingkungan dan dimasukkan ke dalam sistem komputer disebut input.
Setelah komputer menerima data dari perangkat input, kemudian data
tersebut diolah untuk menghasilkan informasi akuntansi keuangan yang
bermanfaat bagi para pengguna. Langkah ini disebut pengolahan.
Selanjutnya informasi akuntansi keuangan ditampilkan kepada pengguna
akhir, disebut output. Akhirnya, informasi akuntansi keuangan harus
disimpan agar dapat digunakan lebih lanjut (Shim (2000:1)
Penelitian terdahulu telah membuktikan adanya pengaruh kualitas
sistem informasi akuntansi keuangan terhadap informasi akuntansi
keuangan. Sajady, et al. (2008) mendapatkan bukti implementasi sistem
informasi akuntansi keuangan dapat meningkatkan kualitas laporan
keuangan perusahaan. Selanjutnya sistem informasi dengan kualitas
informasi. Berikutnya Sumritsakun (2012) menemukan bukti bahwa sistem
informasi akuntansi keuangan yang berkualitas dapat meningkatkan
kegunaan informasi akuntansi keuangan. Kemudian Al Hiyari, et al.
(2013) memperkuat bukti adanya hubungan yang signifikan antara sistem
informasi akuntansi keuangan dengan kualitas informasi akuntansi
keuangan. Begitu juga Azmi Fitriani & Sri Mulyani (2015) menemukan
bukti adanya hubungan signifikan antara kesuksesan sistem informasi
akuntansi keuangan dengan kualitas informasi akuntansi keuangan.

C. Pengertian Laporan Keuangan


Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari banyaknya
transaksi keuangan yang terjadi dalam suatu perusahaan. Transaksi dan
peristiwa yang bersifat keuangan dicatat, diklasifikasikan, dan diikhtisarkan
dalam istilah moneter dengan cara yang tepat dan kemudian diinterpretasikan
untuk berbagai tujuan. Berbagai tindakan tersebut tidak lebih dari seni
pencatatan, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan peristiwa yang
bersifat keuangan secara wajar dan dalam bentuk Rupiah serta penafsiran
hasilnya.
Harahap (2007:105) menyatakan bahwa “laporan keuangan dapat
menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil operasi perusahaan
selama periode waktu tertentu, dan aliran uang (kas) perusahaan selama
periode waktu tertentu”. Menurut Tunggal (2000:79), “Laporan keuangan
adalah tanggung jawab manajemen suatu perusahaan kepada pemegang
sahamnya atau kepada masyarakat umum sehubungan dengan manajemen
yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun”.
Sedangkan menurut Sundjaja (2002:68), “Laporan keuangan adalah laporan
yang menggambarkan data keuangan atau hasil dari suatu proses akuntansi
yang digunakan sebagai sarana komunikasi antara kegiatan perusahaan
dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau kegiatan tersebut.”
Laporan keuangan adalah hasil dari tindakan ringkasan data perusahaan.
Laporan keuangan ini telah disusun dan diinterpretasikan untuk kepentingan
manajemen dan pihak lain yang mempunyai kepentingan atau kepentingan
atas data keuangan perusahaan.
Ada beberapa definisi laporan keuangan menurut pendapat para ahli
ekonomi yang dapat penulis gunakan sebagai bahan pertimbangan. Menurut
Munawir S (2002:2), “Laporan keuangan bukan hanya merupakan hasil dari
suatu proses akuntansi yang dapat memberikan informasi tentang kondisi
suatu perusahaan, tetapi juga merupakan sarana komunikasi antara data
keuangan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data perusahaan.”
Menurut definisi ini, laporan keuangan yang merupakan hasil dari proses
akuntansi merupakan penghubung antara perusahaan dengan pemangku
kepentingannya. Sedangkan menurut Djarwanto (2001:5), “Laporan
keuangan adalah hasil tindakan yang meringkas data keuangan perusahaan
yang dikumpulkan untuk memberikan informasi kepada berbagai pihak yang
terdiri dari laporan neraca, laporan laba rugi, laporan modal ekuitas dan
laporan pada sumber penggunaan. adalah. dana"

D. Penerapan sistem informasi akuntansi


Implementasi sistem informasi akuntansi adalah penerapan sistem atau
aplikasi berbasis keuangan yang mendukung proses penegakan informasi
keuangan yang tepat untuk pengambilan keputusan pemangku kepentingan.
Sistem informasi akuntansi pemerintahan dibuat sesuai dengan peraturan
yang berlaku di Indonesia (Silviana dan Antoni, 2014). Penerapan sistem
informasi akuntansi mendukung pelaporan eksternal organisasi, kegiatan
sehari-hari, pengambilan keputusan, perencanaan dan pengendalian (Rama
dan Jones, 2008). Sistem informasi yang dikelola dengan baik mendukung
penyusunan pelaporan dan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku (Saputra, 2015). Menurut Widjajanto (2001), sistem informasi
akuntansi terdiri dari elemen input, proses dan output. Laporan keuangan
merupakan output dari pengolahan data yang baik dengan tingkat kesalahan
yang rendah didukung oleh penerapan sistem informasi akuntansi dengan
kontrol dan instruksi yang tepat (Juwita, 2013). Indikator variabel penerapan
sistem informasi akuntansi dipinjam dari Prasisca (2012), terdiri dari prosedur
pencatatan transaksi yang dilakukan sesuai dengan standar pencatatan
akuntansi dan penyusunan laporan keuangan secara berkala. Indikator
variabel penerapan sistem informasi akuntansi berupa kuesioner yang terdiri
dari 10 pertanyaan yang diukur dengan skala Likert 1 yaitu Sangat Tidak
Setuju (STS) sampai dengan 5 yang merupakan skala tertinggi, dan Setuju
(SS) .
Sistem informasi akuntansi pemerintahan dirancang untuk mendukung
kegiatan sehari-hari instansi pemerintah dan pemenuhan informasi keuangan
sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada negara. Menurut Prasisca, dkk
(2012), dalam praktiknya sistem informasi akuntansi dibuat dan diarahkan
untuk mendukung proses penyusunan laporan keuangan guna memenuhi
kebutuhan informasi pemangku kepentingan sebagai dasar pengambilan
keputusan. Dapat disimpulkan bahwa penerapan sistem informasi akuntansi
pada instansi pemerintah bertujuan untuk mendukung penyajian laporan
keuangan sesuai dengan peraturan pemerintah.

E. Karakteristik kualitatif laporan keuangan


Suatu laporan keuangan pemerintah dapat dikatakan berkualitas baik jika
memenuhi kriteria normatif pelaporan keuangan (Hasanah dan Fauzi,
2017:37). Teori ini didukung oleh pernyataan Juwita (2013) bahwa laporan
keuangan yang berkualitas merupakan salah satu ciri pelaporan keuangan:
laporan keuangan yang relevan, andal, dapat dibandingkan, dan mudah
dipahami oleh pengguna laporan. Kurangnya pemanfaatan sistem informasi
akuntansi dan kurangnya pemahaman sumber daya tentang standar akuntansi
dapat mengakibatkan laporan keuangan yang dihasilkan tidak memenuhi
kualitas pelaporan (Setyowati, et al., 2016).
Prinsip penyusunan laporan keuangan diatur dalam Peraturan Pemerintah
No. 114. 71 Tahun 2010 Tentang standar akuntansi pemerintahan yang
menggambarkan karakteristik kualitatif laporan keuangan sebagai kriteria
preskriptif yang harus diwujudkan dalam informasi akuntansi untuk mencapai
tujuannya. Empat karakteristik yang menjadi prasyarat kriteria preskriptif
yang harus ada untuk memenuhi kualitas laporan keuangan adalah tepat,
andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami.

F. Kualitas laporan keuangan


Laporan keuangan berkualitas tinggi jika dapat diandalkan, relevan, dapat
dibandingkan, dan dapat dipahami (Saputra, 2015). Peraturan Pemerintah No.
71 Tahun 2010 menjelaskan bahwa karakteristik kualitatif laporan keuangan
merupakan kriteria preskriptif yang harus ada dalam laporan keuangan guna
memenuhi kualitas laporan keuangan. Menurut Elvin (2017), kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah adalah tingkat atau luasnya pelaporan
akuntabilitas pengelolaan keuangan yang memberikan informasi tentang
posisi keuangan dan transaksi yang dilakukan oleh pemerintah daerah di
bawah laut. Di sisi lain, menurut Mardiasmo (2010), kualitas laporan
keuangan pemerintah adalah yang dapat memberikan informasi keuangan
yang memadai dan dapat diandalkan. Oleh karena itu, laporan keuangan
pemerintah yang berkualitas adalah laporan pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan dan
transaksi yang dilakukan oleh pemerintah selama periode waktu tertentu, dan
disajikan oleh badan pelaporan tersebut seuai dengan standar dan ketentuan
yang berlaku
Berikut adalah karakteristik kualitatif menurut Peraturan Pemerintah No.
100. 71 Tahun 2010: Relevansi, Keandalan, Dapat Dibandingkan dan Dapat
Dimengerti. Variabel indikator kualitas laporan keuangan berasal dari
penelitian Prasisca, dkk (2012). Indikator variabel kualitas laporan keuangan
berupa kuesioner yang berisi 11 pertanyaan dan diukur dengan skala likert 1,
sangat tidak setuju (STS), sampai dengan 5 dengan skala tertinggi, sangat
setuju, alternatif jawaban (SS).

G. Laporan keuangan pemerintah daerah


Akuntansi keuangan daerah adalah proses akuntansi yang terdiri dari
mengidentifikasi, mengukur, mencatat, dan melaporkan semua transaksi
keuangan yang dilakukan oleh instansi pemerintah (Halim, 2007). Laporan
keuangan daerah disusun untuk melayani kebutuhan informasi pengguna
yang berkepentingan sebagai pemerhati masyarakat umum, lembaga inspeksi
dan pengawasan, penyandang dana, dan badan pemerintah (daerah) termasuk
pemerintah pusat (Hasanah dan Fauzi, 2017).
Pelaporan keuangan pemerintah bertujuan untuk menyajikan dan
memberikan informasi pengambilan keputusan yang berguna dan dapat
digunakan sebagai bentuk akuntabilitas kepada publik dan untuk menilai
kinerja dan kesehatan organisasi (Setyowati, Isthika dan Pratiwi, 2016).
Menurut Hasanah dan Fauzi (2017), komponen utama laporan keuangan
pemerintah terdiri dari laporan realisasi anggaran (LRA), neraca, laporan arus
kas, catatan laporan keuangan, laporan kinerja keuangan dan laporan
permodalan.
Dengan berkembangnya akuntansi pemerintahan di Indonesia, sistem
pencatatan akuntansi pemerintahan saat ini mengalami perubahan dari basis
kas menjadi basis akrual, yang telah diterapkan baik pada pemerintah daerah
maupun pusat sejak tahun anggaran 2008. Akuntansi akrual mengakui
pencatatan transaksi pada saat terjadinya, dan penerapan akuntansi akrual
dapat menghasilkan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan dan
diungkapkan (Hasanah dan Fauzi, 2017). Sistem pencatatan akrual diterapkan
dalam pengakuan pendapatan, beban, aset, liabilitas dan ekuitas (Yunita,
2015). Karena pencatatan dibuat setiap kali terjadi transaksi, maka informasi
yang disajikan lebih akurat jika sistem pencatatan akuntansi digunakan
dengan basis akrual.

H. Penerapan sistem informasi terhadap kualitas laporan


Teori Penggunaan Keputusan Keuangan adalah konsep yang mendukung
penerapan informasi keuangan yang berguna dalam pengambilan keputusan
oleh pengguna laporan. Penerapan sistem informasi akuntansi mendukung
pelaporan eksternal organisasi, kegiatan sehari-hari, pengambilan keputusan,
perencanaan dan pengendalian (Rama dan Jones, 2008). Tujuan pelaporan
keuangan daerah adalah untuk memenuhi kebutuhan pengguna laporan
keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada pemerintah pusat.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus sesuai dengan
peraturan yang berlaku sehingga pengguna laporan dapat memahami
informasi yang disajikan. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010
Menjelaskan SAP (Standar Akuntansi Pemerintahan) terkait karakteristik
kualitatif laporan keuangan merupakan ukuran normatif yang harus
diwujudkan dalam informasi akuntansi untuk mencapai tujuannya. Ada empat
karakteristik yang menjadi prasyarat tindakan preskriptif yang harus
diwujudkan untuk memenuhi kualitas laporan yang dipersyaratkan: relevansi,
reliabilitas, keterbandingan, dan keterpahaman (Hasanah dan Fauzi, 2017).
Salah satu upaya untuk memenuhi kualitas pelaporan keuangan yang telah
ditetapkan adalah penggunaan sistem informasi akuntansi. Penelitian Silviana
dan Antoni (2014) menemukan bahwa penggunaan sistem informasi
akuntansi berdampak pada kualitas laporan keuangan. Prasisca, (2012) dan
Juwita (2013) juga menemukan bahwa sistem informasi akuntansi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan karena
membantu menyajikan laporan keuangan yang sesuai dan bebas dari salah
saji.
I. Skndfkshdfksdfjk
J. khsakfhsdhfklsdnfusf
K.

Anda mungkin juga menyukai